Anda di halaman 1dari 6

KARAKTERISTIK BIJIAN PADA KEDELAI (Glycine max)

KEDELAI (Glycine max L.)

Kedelai (Glycine max L.) termasuk famili Leguminoceae yang berasal dari

Manshukuo Cina, kemudian menyebar sampai ke Jepang, Korea, Asia Tenggara,

dan Indonesia. Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga

setelah padi dan jagung. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang

sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi

kesehatan dan harganya yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein

hewani. Kandungan gizi kedelai dalam 100 g yaitu 331.0 kkal kalori, 34.9 g

protein, 18.1 g lemak, 34.8 g karbohidrat, 4.2 g serat, 227.0 mg kalsium, 585.0 mg

fosfor, 8.0 mg besi, dan 1.0 mg vitamin B1(Bakhtiar, Taufan, Hidayat, dan Jufri,

2014).

Produksi kedelai nasional masih rendah yaitu hanya 1,1 t/ha. Produksi

tersebut masih dapat ditingkatkan lagi menjadi 1,5-2,5 t/ha dengan beberapa

teknologi yaitupenggunaan pupuk secara berimbang, waktu tanam yang tepat dan

sesuai dengan daya dukung lahan, serta penggunaan varietas unggul (Marliah,

Hidayat dan Husna, 2012).

Penangan pasca panen pada tanaman sangatlah penting dilakukan dengan

sebaik-baiknya agar kualitas produk tetap terjaga. Pada proses pemasaran, nilai

suatu produk di tentukan oleh cara kita menangani produk tersebut setelah panen

dengan berbagai macam teknik dan cara yang tepat, tergantung dari jenis produk

yang kita kelola. Pasca panen sendiri bertujuan untuk meningkatkan nilai suatu

produk dengan nilai jual yang tinggi,l hal ini tidk dapat di pisahkan dengan kea
daan produk itu sendiri, mulai dari kondisi, jenis produk hingga

pengemasannya.

Pertimbangan penting dalam pasca panen tanaman kedelai

1. Pertimbangan Fisik

Merupakan tahap awal dalam seluruh rangkaian pasca panen yang sangat

penting karena berpengaruh terhadap kualitas hasil panen dan kuantitas kedelai.

Pemanenan terlalu awal, akan memberikan hasil panen dengan persentase butir

muda yang tinggi sehingga mengakibatkan kualitas biji dan daya simpannya

rendah, sedangkan pemanenan yang terlalu tua atau terlambat akan

mengakibatkan penurunan kualitas dan peningkatkan kehilangan hasil sebagai

akibat pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan maupun serangan hama dan

penyakit pada lahan. Secara visual, umur panen yang tepat ditandai dengan daun

berwarna kuning dan rontok, batang telah kering serta polong berwarna coklat dan

pecah.

Pemanenan kadelai tidak boleh dilakukan pada kadar air tinggi yaitu 30-

40% karena dapat menyebabkan banyak butir hijau yang kemudian dapat berubah

menjadi kuning, tetapi warnanya kusam dan sebagian menjadi butir keriput dan

waktu pengeringan lama, sehingga susut mutu dapat meningkatkan terutama pada

waktu musim hujan.

2 Pertimbangan fisiologis

Panen sebaiknya dilaksanakan pada pagi hari saat cuaca cerah, agar kegiatan

pengeringan dapat langsung dilaksanakan. Umur panen kedelai ditentukan oleh

beberapa faktor yaitu varietas dan ketinggian tempat penanaman. Di daerah


dataran tinggi, umur tanaman kedelai siap panen lebih lama 10-20 hari

dibandingkan di daerah dataran rendah (Lisdiana Fachruddin, 2000).

Masak fisiologis terjadi jika lebih dari 60% populasi tanaman telah

menunjukkan polong yang berwarna coklat. Pada saat masak fisiologis, benih

kedelai telah lepas dari plasenta di dalam polong. Karena sifat yang higroskopis

dan kulitnya yang tipis, benih sangat peka sekali terhadap pengaruh kelembaban

lingkungan. Dengan kondisi seperti itu, dianjurkan panen dilakukan tidak terlalu

lama setelah benih mencapai masak fisiologis. Jika masak fisiologis tepat pada

saat 60% polong telah matang (coklat) maka panen benih dilakukan pada saat

polong matang mencapai 80% (Baran Wirawan dan Sri Wahyuni, 2002).

3 Pertimbangan patologis

Penyakit yang sering terdapat pada tanaman kedelai antara lain:

1. Penyakit Karat (Phakopsora pachyrhizi)

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini yaitu pada daun berupa

bercak-bercak berisi uredia (badan buah yang memproduksi spora). Bercak

ini berkembang ke daun-daun di atasnya seiring dengan bertambahnya

umur tanaman. Bentuk bercak umumnya bersudut banyak berukuran

sampai 1 mm. Epidemi didorong oleh panjangnya waktu daun dalam

kondisi basah dengan terperatur kurang dari 28 °C.

2. Penyakit Antraknose (Colletotrichum dematiumvartruncatum dan C.

destructivum)

Penyakit ini menyerang daun dan polong yang telah tua. Penularan

dengan perantaraan biji-biji yang telah kena penyakit, lebih parah jika

cuaca cukup lembab. Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna
hitam, daun yang paling rendah rontok, polong muda yang terserang hama

menjadi kosong danisi polong tua menjadi kerdil dan akhirnya gugur.

3. Downy Mildew (Peronospora manshurica)

Pada permukaan bawah daun timbul bercak warna putih

kekuningan, umumnya bulat dengan batas yang jelas, berukuran 1-2 mm.

Kadang-kadang bercak menyatu membentuk bercak lebih lebar yang

selanjutnya dapat menyebabkan bentuk daun abnormal, kaku dan mirip

penyakit yang disebabkan oleh virus. Perkembangan penyakit didukung

oleh kelembaban tinggi dan suhu 20-22 °C.

4. Pertimbangan Kondisi Lingkungan

Tanaman kedelai sangat sensitif terhadap pengaruh cekaman kekeringan,

terutama pada fase pembungaan, pembentukan biji, dan masa pengisian polong.

Secara genetik varietas kedelai mempunyai kemampuan yang berbeda untuk

bertahan pada lingkungan tercekam kekeringan. Kekurangan air yang terjadi

selama periode vegetatif pada tanaman kedelai menyebabkan daun-daun dan

diameter batang mengecil, tanaman menjadi pendek, dan berat tanaman menjadi

ringan .

Sebetulnya kekurangan air pada setiap periode pertumbuhan berpengaruh

terhadap penurunan hasil, namun yang paling besar pengaruhnya pada saat

periode kritis tanaman yaitu fase pembungaan, pembentukan biji dan masa

pengisian polong. Ketersediaan air tanah selama pertumbuhan sangat menentukan

daya hasil kedelai. Selama pertumbuhannya, tanaman kedelai memerlukan curah

hujan sekitar 450 mm. Curah hujan yang cukup selama pertumbuhan dan agak

kurang menjelang pematangan biji menjadi penentu bagi peningkatan hasil


kedelai. Kedelai dengan periode pertumbuhan 3–4 bulan membutuhkan air 300–

350 mm atau 75–100 mm/bulan, atau 2,5–3,3 mm/hari. Kandungan air tanah

optimum adalah 0,3–0,5atm. Tanaman akan mengalami cekaman kekeringan

apabila laju transmisi air tanah lapisan akar tidak dapat mengimbangi laju

transpirasi. Bila 60% air di lapisan perakaran sudah terpakai, tanaman akan

menunjukkan gejala kekeringan.

5. Pertimbangan ekonomi

Komoditas kedelai memegang peranan penting dalam ekonomi rumah

tangga petani, konsumsi pangan, kebutuhan dan perdagangan pangan nasional.

Pengembangan komoditas ini dihadapkan pada permasalahan teknis, sosial-

ekonomi, dan defisit perdagangan dan daya saing dengan kedelai impor.

Usahatani kedelai menguntungkan secara finansial karena didukung oleh

kebijaksanaan protektif.

Komoditas kedelai secara ekonomi dinilai kurang efisien dalam

pemanfaatan sumber daya domestik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan

lebih-lebih lagi untuk tujuan promosi ekspor. Turunnya produksi banyak

disebabkan karena menyusutnya luas panen. Luas panen menyusut disebabkan

karena berbagai faktor, yaitu jumlah petani yang terlibat dalam penanaman

kedelai tidak banyak. Selain itu kedelai hanyalah tanaman sampingan bagi petani,

setelah padi yang merupakan tanaman pokok


DAFTAR PUSTAKA

Ampnir, M,L. 2011. Inventarisasi jenis-jenis hama utama dan ketahanan biologi
pada beberapa varietas kedelai (Glycine max L. Merril ) di percobaan
mangoapi Manokwari. Skripsi. Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian
Universitas Negeri Papua, Manokwari.

Ayu, M., Rosmayati, dan Luthfi. 2013. Pertumbuhan dan produksi beberapa
varietas kedelai terhadap inokulasi bradyrhizobium. Univeritas Sumatera
Utara, Medan. Jurnal Agroekoteknologi vol 1.no 2. ISSN No. 2337- 6597.

Bakhtiar, Taufan, Hidayat, dan Y. Jufri. 2014. Keragaan pertumbuhan dan


komponen hasil beberapa varietas unggul kedelai di Aceh Besar. Universitas
Syiah Kuala, Aceh. Jurnal Floratek 9: 46 – 52.

Kuswantoro, H. dan Suhartina. 2011. Pemuliaan Tanaman Kedelai Toleran


Terhadap Cekaman Kekeringan. Bul. Palawija No. 21:26–38.

Marliah, A., T. Hidayat., N. Husna. 2012. Pengaruh varietas dan jarak tanaman
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.).
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Jurnal Agrista Vol. 16 No. 1, 2012.
Sulistiya, Agros Vol.16 No.1 Januari 2014: 201-206 ISSN 1411-0172 Produksi
dan Ekonomi Kedelai indonesia Soybean Production and Economic of
Indonesia. Fakultas Pertanian Universitas Janabadra

Anda mungkin juga menyukai