Kedelai
Kedelai
Kedelai (Glycine max L.) termasuk famili Leguminoceae yang berasal dari
setelah padi dan jagung. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang
sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi
kesehatan dan harganya yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein
hewani. Kandungan gizi kedelai dalam 100 g yaitu 331.0 kkal kalori, 34.9 g
protein, 18.1 g lemak, 34.8 g karbohidrat, 4.2 g serat, 227.0 mg kalsium, 585.0 mg
fosfor, 8.0 mg besi, dan 1.0 mg vitamin B1(Bakhtiar, Taufan, Hidayat, dan Jufri,
2014).
Produksi kedelai nasional masih rendah yaitu hanya 1,1 t/ha. Produksi
tersebut masih dapat ditingkatkan lagi menjadi 1,5-2,5 t/ha dengan beberapa
teknologi yaitupenggunaan pupuk secara berimbang, waktu tanam yang tepat dan
sesuai dengan daya dukung lahan, serta penggunaan varietas unggul (Marliah,
sebaik-baiknya agar kualitas produk tetap terjaga. Pada proses pemasaran, nilai
suatu produk di tentukan oleh cara kita menangani produk tersebut setelah panen
dengan berbagai macam teknik dan cara yang tepat, tergantung dari jenis produk
yang kita kelola. Pasca panen sendiri bertujuan untuk meningkatkan nilai suatu
produk dengan nilai jual yang tinggi,l hal ini tidk dapat di pisahkan dengan kea
daan produk itu sendiri, mulai dari kondisi, jenis produk hingga
pengemasannya.
1. Pertimbangan Fisik
Merupakan tahap awal dalam seluruh rangkaian pasca panen yang sangat
penting karena berpengaruh terhadap kualitas hasil panen dan kuantitas kedelai.
Pemanenan terlalu awal, akan memberikan hasil panen dengan persentase butir
muda yang tinggi sehingga mengakibatkan kualitas biji dan daya simpannya
akibat pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan maupun serangan hama dan
penyakit pada lahan. Secara visual, umur panen yang tepat ditandai dengan daun
berwarna kuning dan rontok, batang telah kering serta polong berwarna coklat dan
pecah.
Pemanenan kadelai tidak boleh dilakukan pada kadar air tinggi yaitu 30-
40% karena dapat menyebabkan banyak butir hijau yang kemudian dapat berubah
menjadi kuning, tetapi warnanya kusam dan sebagian menjadi butir keriput dan
waktu pengeringan lama, sehingga susut mutu dapat meningkatkan terutama pada
2 Pertimbangan fisiologis
Panen sebaiknya dilaksanakan pada pagi hari saat cuaca cerah, agar kegiatan
Masak fisiologis terjadi jika lebih dari 60% populasi tanaman telah
menunjukkan polong yang berwarna coklat. Pada saat masak fisiologis, benih
kedelai telah lepas dari plasenta di dalam polong. Karena sifat yang higroskopis
dan kulitnya yang tipis, benih sangat peka sekali terhadap pengaruh kelembaban
lingkungan. Dengan kondisi seperti itu, dianjurkan panen dilakukan tidak terlalu
lama setelah benih mencapai masak fisiologis. Jika masak fisiologis tepat pada
saat 60% polong telah matang (coklat) maka panen benih dilakukan pada saat
polong matang mencapai 80% (Baran Wirawan dan Sri Wahyuni, 2002).
3 Pertimbangan patologis
Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini yaitu pada daun berupa
destructivum)
Penyakit ini menyerang daun dan polong yang telah tua. Penularan
dengan perantaraan biji-biji yang telah kena penyakit, lebih parah jika
cuaca cukup lembab. Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna
hitam, daun yang paling rendah rontok, polong muda yang terserang hama
menjadi kosong danisi polong tua menjadi kerdil dan akhirnya gugur.
kekuningan, umumnya bulat dengan batas yang jelas, berukuran 1-2 mm.
terutama pada fase pembungaan, pembentukan biji, dan masa pengisian polong.
diameter batang mengecil, tanaman menjadi pendek, dan berat tanaman menjadi
ringan .
terhadap penurunan hasil, namun yang paling besar pengaruhnya pada saat
periode kritis tanaman yaitu fase pembungaan, pembentukan biji dan masa
hujan sekitar 450 mm. Curah hujan yang cukup selama pertumbuhan dan agak
350 mm atau 75–100 mm/bulan, atau 2,5–3,3 mm/hari. Kandungan air tanah
apabila laju transmisi air tanah lapisan akar tidak dapat mengimbangi laju
transpirasi. Bila 60% air di lapisan perakaran sudah terpakai, tanaman akan
5. Pertimbangan ekonomi
ekonomi, dan defisit perdagangan dan daya saing dengan kedelai impor.
kebijaksanaan protektif.
pemanfaatan sumber daya domestik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan
karena berbagai faktor, yaitu jumlah petani yang terlibat dalam penanaman
kedelai tidak banyak. Selain itu kedelai hanyalah tanaman sampingan bagi petani,
Ampnir, M,L. 2011. Inventarisasi jenis-jenis hama utama dan ketahanan biologi
pada beberapa varietas kedelai (Glycine max L. Merril ) di percobaan
mangoapi Manokwari. Skripsi. Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian
Universitas Negeri Papua, Manokwari.
Ayu, M., Rosmayati, dan Luthfi. 2013. Pertumbuhan dan produksi beberapa
varietas kedelai terhadap inokulasi bradyrhizobium. Univeritas Sumatera
Utara, Medan. Jurnal Agroekoteknologi vol 1.no 2. ISSN No. 2337- 6597.
Marliah, A., T. Hidayat., N. Husna. 2012. Pengaruh varietas dan jarak tanaman
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.).
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Jurnal Agrista Vol. 16 No. 1, 2012.
Sulistiya, Agros Vol.16 No.1 Januari 2014: 201-206 ISSN 1411-0172 Produksi
dan Ekonomi Kedelai indonesia Soybean Production and Economic of
Indonesia. Fakultas Pertanian Universitas Janabadra