Anda di halaman 1dari 15

ASPEK SEKSUALITAS DALAM KEPERAWATAN

Di susun oleh:
Kelompok 5
1.Meli Marlina
2.Ujang
3.Popi
4.Ika
5.Depi
6.Fazri
7.Rizky

PROGRAM TRANSFER S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
SUKABUMI 2015 - 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah KDK yang di berikan oleh Dosen
pengajar. dalam makalah ini penulis membahas tentang Aspek seksualitas dalam keperawatan
dengan pertimbangan materi di atas dapat membantu untuk lebih memahami materi tentang
konsep dasar, aktualisasi diri, seksualitas abnormal, rentang respon seksualitas manusia.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari adanya berbagai kekurangan, baik
dalam isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang
berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.

Di susun oleh:
Kelompok 5
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan Seksual menurut WHO adalah sebagai suatu keadaan fisik, emosi, mental dan
perilaku sosial yang berhubungan dengan seksualitas; tidak hanya mencakup tentang tidak
adanya penyakit, disfungsi dan kelemahan. Kesehatan seksual mensyaratkan adanya
pendekatan positif dan pendekatan saling menghormati terhadap seksualitas dan hubungan
seksual, maupun kemungkinan merasakan kenikmatan dan kegiatan seksual yang aman,
tanpa paksaan, diskriminasi dan kekerasan.

Menurut Simkins (1984) dalam Sarwono (2010), perilaku seksual adalah segala tingkah
laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama
jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari membaca buku
porno, nonton film porno, perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan
bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri
sendiri (Murti, 2008). Sedangkan menurut Mohammad (1998), perilaku seksual dapat
didefinisikan sebagai “interaksi antara perilaku prokreatif dengan situasi fisik serta sosial
yang melingkunginya”. Perilaku seksual meliputi 4 tahap (Kinsey (1965) dalam Murti,
2008) yaitu:

1. Bersentuhan (touching), mulai dari berpegangan tangan sampai berpelukan.


2. Berciuman (kissing), mulai dari ciuman singkat hingga berciuman bibir dengan
mempermainkan lidah (deep kissing).
3. Bercumbuan (petting), menyentuh bagian-bagian yang sensitif dari tubuh pasangannya
dan mengarah pada pembangkitan gairah seksual.
4. Berhubungan kelamin (sexual intercouse)
Seksualitas abnormal adalah perilaku seksual yang destruktif bagi diri sendiri maupun
orang lain, yang tidak dapat diarahkan kepada seorang pasangan yang diluar stimulasi organ
seks primer, dan yang disertai dengan rasa bersalah dan kecemasan yang tidak sesuai atau
konfulsif.
Banyak masyarakat yang tidak peduli tentang apakah perilaku seksual yang normal dan
jenis-jenis gangguan seksual. Gangguan seksual adalah ketidakmampuan untuk menikmati
secara penuh hubungan seks. Secara khusus gangguan seksual adalah gangguan yang terjadi
pada salah satu atau lebih dari keseluruhan siklus respons seksual yang normal (Elvira,
2006). Gangguan seksual adalah gangguan di mana klien mengalami kesulitan untuk
berfungsi secara adequate ketika melakukan hubungan seksual. Sehingga banyak
penyimpangan perilaku seksual sering dianggap perbuatan tidak bermoral terhadap
masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dmaksud dengan aspek seksualitas dalam keperawatan konsep dasar
aktualisasi diri
b. Macam-macam seksualitas abnormal
c. Rentang respon seksualitas manusia
d. Perkembangan seksualitas manusia
e. Hubungan antara kesakitan seksualitas dalam keperawatan

C. TUJUAN
Tujuan umum
a. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah KDK
b. Mengetahui konsep seksualitas manusia

Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui aspek seksualitas dalam keperawatan


b. Untuk mengetahui seksualitas abnormal
c. Untuk mengetahui perkembangan seksualitas manusia

D. MANFAAT MAKALAH
a. Pendidikan
Agar dapat menjadikan bahan pembelajaran dan pendidikan dalam menambah ilmu
pengetahuan kita
b. Kesehatan
Setelah mengetahui semua aspek kesehatan seksualitas dapat bias membuktkan secara
ilmiah yang terjadi didalam tubuh
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dasar aktualisasi diri


a.Pengertian
Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya
bawaan dan sudah menjadi ciri seluruh manusia
Interpretasi dari Hirarki Kebutuhan Maslow yang direpresentasikan dalam bentuk
piramida dengan kebutuhan yang lebih mendasar ada di bagian paling bawah. Maslow
menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori
hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai
dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi
diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :

1.Kebutuhan fisiologis atau dasar


2.Kebutuhan akan rasa aman
3.Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
4.Kebutuhan untuk dihargai
5.Kebutuhan untuk aktualisasi diri

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri merupakan suatu proses
menjadi diri sendiri dengan mengembangkan sifat-sifat serta potensi individu sesuai
dengan keunikannya yang ada menjadi kepribadian yang utuh.

Aktualisasi diri menurut (Arianto, 2009) adalah proses menjadi diri sendiri dan
mengembangkan sifat-sifar dan pontesi psikologis yang unik.aktualisasi diri akan dibantu
atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak-kanak.
Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang, ketika
mencapai usia tertentu ( adolensi ) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri
dari fisiologis dan psikologis.

B. Karakteristik Aktualisasi Diri

Karakteristik memiliki sifat cirri-ciri khas, seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri
dengan optimal akan memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia pada umurnya.
Menurut Maslow pada tahun 1970 ( Kozier dan Erb,1988), ada beberapa karateristik yang
menunjukan seeorang mencapai aktualisasi diri yaitu:

1. Mampu melihat realitas secara lebih efesien

Bagi mereka yang telah mengaktualisasikan dirinya akan melihat orang lain seperti
melihat dirinya sendiri yang penuh kekurangan dan kelebihan tanpa keluhan atau
kesusahan. Ia menerima koadratnya sebagaimana adanya, tidak defensive atau
bersembunyi dibalik topeng-topeng atau peranan social. Sifat ini akan menghasilkan sikap
toleransi yang tinggi terhadap orang lain serta kesabaran yang tinggi dalam menerima diri
sendiri dan orang lain. Sikap penerimaan ini membuatnya mampu mendengarkan orang
lain dengan penuh kesabaran, rendah hati dan mau mengakui bahwa ia tidak tahu segala-
galanya dan bahwa orang lain akan mengajarinya sesuatu. Dia akan membuka diri terhadap
kritikan, saran, ataupun nasehat dari orang lain terhadap dirinya

2. Spontaitas, kesederhanaan dan kewajaran

Orang yang mengaktualisasikan diri dengan benar ditandai dengan segala tindakan
perilaku dan gagasanya dilakukan secara spontan, wajar dan tidak dibuat-buat.

3. Terpusat pada persoalan

Orang yang mengaktualisasikan diri seluruh pikiran, perilaku dan gagasanya bukan
didasarkan untuk kebaikanya sendiri saja. namun didasarkan atas apa kebaikan dan
kepentingan yang dibutuhkan oleh umat manusia. Dengan demikian, segala pikiran,
perilaku,dan gagasanya terpusat pada persoalan yang dihadapi umat manusia, bukan
peersoalan yang bersifat egois.

4. Membutuhakan kesendirian

Orang yang mengaktulisasikan diri memiliki kebutuhan yang kuat untuk memisahkan
diri dan mendapatkan suasana kesunyian.

5. Otonomi ( kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan)

Orang mengaktulisasikan diri sudah dapat melepaskan diri dari ketergantungan yang
berlebihan terhadap lingkungan social dan fisik. Pemuasan akan motif-motif pertumbuhan
datang dari dalam diri sendiri, melalui pemanfaatan secara penuh bakat dan potensinya. Ia
dapat melakukan apa saja dan dimana saja tanpa dipengaruhi oleh lingkungan(situasi dan
kondisi) yang mengelilinginya.

6. Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan

Orang yang teraktualisasi senantiasa menghargai pengalaman-pengalaman tertentu


bagaimanapun seringnya pengalaman itu terulang, dengan suatu perasaan kenikmatan yang
segar, perasaan terpesona dan kagum. Ini merupakan manifestasi dari rasa syukur atas
segala potensi yang dimiliki pada orang lain yang mampu mengaktulisasikan dirinya. Ia
akan diselimuti perasaan senang, kagum dan tidak bosan terhadap segala apa yang ia
miliki.

7. Kesadaran sosial

Orang yang mampu mengaktulisasika diri, jiwanya diliputi oleh perasaan empati dan
kasih sayang yang kuat dan dalam terhadap semua manusia, juga suatu keiginan membatu
kemanusiaan.
8. Hubungan interpersonal yang kuat

Orang yang mampu mengaktualisasikan diri mempunyai kecenderungan untuk menjalin


hubungan yang akrab dengan penuh rasa cinta dan kasih saying. Hubungan interpersonal
ini tidak didasari oleh tendensi pribadi yang sesaat, namun dilandasi oleh perasaan cinta,
kasih sayang dan kesabaran meskipun orang tersebut mungkin tidak cocok dengan perilaku
masyarakat disekelilingnya.

9. Demokratis

Orang yang mampu mengaktulisasikan diri memiliki sifat yang demokrtis. Sifat ini
diamanifestasikan dengan perilaku yang tidak membedakan orang lain berdasarkan
pengolongan, etis, agama, suku, ras, status sosial ekonomi, partai dan lain-lain.

10. Membedakan antara sarana dan tujuan, antara baik dan buruk

Orang yang teraktualisasi melihat sarana biasa pula menjadi tujuan karena kesenangan
dan kepuasan yang ditimbulkanya. Bagi orang –orang yang teraktualisasi, tujuan atau cita-
cita lebih penting daripada sarana yang digunakan untuk mencapainya. Meraka lebih
senang melakukan atau menghasilakan yang lebih banyak daripada mendapatkanya, atau
berarti mencapai tujuan.

11. Rasa humor yang bermakna dan etis

Rasa humor orang yang mengaktualisasikan diri berbeda dengan humor kebanyakan
orang. Ia tidak akan tertawa terhadap humor yang menghina, merendahakan bahakan
menjelekkan orang lain

12. Kreativitas

Sikap kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh orang yang
mengaktulisasikan diri. Kreativitas ini diwujudkan dalam kemampuanya melakukan
inovasi-inovasi yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain.

13. Indenpedensi

Orang yang mengaktulisasikan diri mampu mempertahankan pendirian dan keputusan-


keputusan yang ia ambil. Tidak goyah atau terpengaruh oleh berbagai guncangan ataupun
kepentingan.

C. Faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri, orang yang mampu
mengaktualisasi sirinya sangat memahami bahwa ada eksistensi atau hambatan lain tinggal (
indwelling) didalam ( internal) atau diluar ( eksternal ) keberadaannya sendiri yang
mengendalikan perilaku dan tindakan untuk melakukan sesuatu.

1. Faktor internal

Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari dalam diri seseorang
yang meliputi:

1.1 ketidakmapuan akan potensi diri


1.2 perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri, sehingga potensinya tidak
dapat terus berkembang
2. Faktor eksternal

Merupaka hambatan yang berasal dari luar diri seseorang yaitu:

1.1 budaya masyarakar yang tifak mendukung upaya aktualisasi diri seseorang karena
perbedaan karakter
1.2 faktor lingkungan masyarakat yang berpengaruh terhadap upaya mewujudkan
aktualisasi diri, karena lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku imdividu baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosio psikologis ( sudrajat,2008)
1.3 pola asuh, banyak faktor keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses
perkembangan anak.

D. Aspek Seksualitas

Seksualitas --- bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka
mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang
dilakukannya seperti sentuhan, pelukan, ataupun perilaku yang lebih halus seperti isyarat
gerak tubuh, cara berpakaian, dan perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai,
fantasi, emosi.

seks --- menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan fisiologi pada laki-laki dan
perempuan --- hubungan fisik antar individu (aktivitas seksual genital).

Ada beberapa tinjauan aspek seksual

1. Aspek biologis

Pandangan anatomi dan fsikologi system reproduksi, kemampuan organ seks dan adanya
hormonal serta system syaraf yang berfungsi atau berhubungan dengan kebutuhan
seksual

2. Aspek psikologis
Pandangan terhadap identitas jenis kelamin, sebuah perasaan diri, sendiri terhadap
kesadaran identitasnya serta pandangan gambaran seksual

3. Aspek social budaya

Merupakan pandangan budaya atau keyakinana yang berlaku di masyarakat terhadap


kebutuhan seksual serta perilakunya di masyarakat

E. Rentang respon seksualitas manusia

Siklus respon perangsangan seksual memiliki empat fase yaitu:

1. Fase perangsangan

Tahap ini bias berlangsung dari hanya beberapa menit sampai bahkan bebrapa jam yaitu:

 Denyut jantung yang semakin cepat dan nafas yang memburu


 Meningkatnya tekanan oyot-otot
 Kulit menjadi memerah
 Putting mengeras
 Organ intim (vagina) menjadi basah
 Terstis pria akan mengembang

2. Fase dataran tinggi

Kelanjutan dan titik sebelum terjadinya orgasme ditandai yaitu:

 Tekanan otot meningkat


 Denyut jantung dan tekanan darah meningkat
 Organ intim wanita semakin mengembang
 Klitoris akan semakin sensitif

3. Fase orgasme

Puncak dari siklus rangsangan seksual dan fase terpendek,ditandai yaitu

 Tekanan darah dan denyut jantung berada dalam kondisi puncak dengan kebutuhan
oksigen maksimal
 Kontraksi otot tidak beraturan
 Otot sekitar kaki yang mengejang penuh
 Padawanita organ intim akan berkontraksi, rahim akan terus berkontraksi
 Pada pria kontraksi otot pada pangkal penis akan mengakibatkan ejakulasi dan
pengeluaran semen
4. Fase reolusi

Fase ini keadaan tubuh aan kembali normal, bagian tubuh yang mengembang dan
peregangan lambat laun akan normal kembali pada ukuran semula. Tahap ini ditandai
dengan perasaa puas oleh pasutri, keintiman dan bahkan kelelahan.

F. Perkembangan seksualitas

1.Bayi (0-12 bulan)


- penentuan jender laki2/prempuan
- pembedaan diri sendiri dgn org lain secara berhadap
- genital eksternal sensitif terhadap sentuhan
- mengalami ereksi penis, bayi perempuan mengalami lubrikasi vagina
- stimulasi taktil senang & nyaman berinteraksi dengan manusia

2. Todler (1-3 tahun)


- identitas gender berkembang secara kontinyu
- mampu mengidentifikasi jender diri sendiri
- menirukan tindakan orang tua yang berjenis kelamin sama

3. Pra sekolah (4-5 tahun)


- kesadaran thp diri sendiri meningkat
- mengeksplorasi anggota tubuh sendiri dan tman main
- mempelajari nama anggota tubuh dengan benar
- belajar mengendalikan perasaan dan tingkah laku
- menyukai orang tua yang berbeda jenis
- mempertanyakan mengenai bagaimana bayi bisa ada

4. Usia Sekolah (6-12 tahun)


- mempunyai identifikasi yg kuat dengan orang tua yg berjenis kelamin sama
- senang berteman dengan sesama jenis
- kesadaran diri meningkat
- mempelajari konsep dan peran jender
- mulai menyukai hal yang bersifat pribadi
- sekitar usia 8-9 tahun mulai memikirkan tentang perilaku seksual, menstruasi, reproduksi,
seksualitas

5. Remaja (12-18 tahun)


- karakteristik seks mulai berkembang
- mulai terjadi menarke
- mengembangkan hubungan yg menyenangkan
- dapat terjadi aktivitas seksual, misalnya masturbasi
- mengidentifikasi orientasi seksual
- mencari perawatan kesehatan tanpa ditemani orang tua
6. Dewasa awal (18-40 tahun)
- terjadi aktivitas seksual
- gaya hidup nilai2 yg dianut telah kuat
- beberapa pasangan berbagi tugas
- mengalami ancaman terhadap body image akibat penuaan

7. Dewasa tengah (40-65 tahun)


- penurunan produksi hormon
- wanita mengalami menopause
- laki-laki mengalami klimakterik secara bertahap
- mulai memperkokoh standar moral dan etik

8. Dewasa akhir (65 tahun keatas)


- aktivitas seksual lebih berkurang
- sekresi vagina berkurang, payudara mengalami atrofi
- laki2 menghasilkan sperma lebih sedikit dan memerlukan waktu lebih lama untuk dapa
ereksi dan ejakulasi

G. Seksualitas Abnormal

Perilaku seksual adalah bermacam-macam dan ditentukan oleh suatu interaksi faktor-
faktor yang kompleks. Seksualitas abnormal yaitu perilaku seksual yang destruktif bagi diri
sendiri maupun orang lain, yang tidak dapat di arahkan kepada seseorang pasangan, yang
diluar stimulasi organ seks primer, dan yang di sertai dengan rasa bersalah dan kecemasan
yang tidak sesuai, atau konfulsif.

Rafelia secara harfiah ‘para’ artinya penyimpangan ‘filia’ artinya objek atau situasi yang
disukai. Parafilia adalah dorongan seksual yang mendalam dan berulang yang menimbulkan
fantasi seksual yang difokuskan pada objek yang bukan pada manusia saja, penderita atau
penghinaan diri sendiri atau partnernya, atau anak-anak atau orang-orang yang tidak
mengizinkan. Parafilia dapat di artikan juga yang menunjukkan pada objek seksual yang
menyimpang (misalnya dengan benda atau anak kecil) maupun aktivitas ang menyimpang
(misalnya dengan memamerkan alat genital).

Jenis-jenis gangguan parafilia:

a.Pedofilia
Adalah kelainan seks dengan melakukan seksual untuk memenuhi hasratnya dengan cara
menyetubuhi (pencabulan) anak-anak dibawah umur. Hal ini dilakukan oleh orang dewasa
(16 tahun keatas) terhadap anak-anak secara seksual belum matang (biasanya dibawah 13
tahun). Hampir semua yang mengalami gangguan ini adalah pria. Untuk menarik perhatian
anak, penderita bertingkah laku baik misalnya sangat dermawan ada juga yang berperilaku
kasar dan mengancam
b. Exibionisme

Eksibisionisme yaitu kepuasan seksual dicapai dengan cara mempertontonkan alat kelamin
dihadapan orang yang tidak dikenal, namun tidak ada upaya untuk melakukan hubungan
seksual.

c.Voyeurisme
Berasal dari bahasa prancis yaitu kata ‘voir’ artinya melihat, yaitu untuk mendapatkan kepuasan
dengan cara melihat organ seks orang lain atau orang yang sedang melakukan aktifitas seksual, yang
tidak menyadari seseorang sedang di intip ( bahasa harian peeping tom ). Pada gangguan ini
penderita memiliki keinginan yang sungguh-sungguh dan berulang untuk melihat orang yang tidak
menyadari keberadaannya (mengintip). Gangguan ini memiliki dua ciri yaitu:

1.mengintip merupakan kegiatan utama yang disukai

2. korban tidak mengetahui

d. Sadomasokis

Sadisme seksual adalah kepuasan seksual didapat dari aktifitas atau dorongan menyakiti
pasangan. Siksaan bisa secara fisik (menendang, memperkosa, dan memukul) maupun psikis
(menghina, memaki-maki),

e. Masokhisme

Istilah Masokhisme diambil dari nama novelis Leopold Von Sacher Masoch yang
seorang tokoh novelnya yang mencapai kepuasan seksual bila diperlakukan secara sadis,
gangguan ini memiliki ciri mendapatkan kegairahan dan kepuasan seksual yang didapat dari
perangsangan dengan cara diperlakukan secara kejam baik secara fisik maupun psikis.

f. Fetisisme

Ciri utama gangguan ini adalah penderita menggunakan benda sebagai cara untuk
menimbulkan gairah atau kepuasan seksual, benda yang umum digunakan adalah benda
aksesoris milik wanita misalnya pakaian dalam wanita, sepatu, kaus kaki dll. Fetis
mengandung tingkahlaku seperti kompulsif.
g. Transvestisme

Gangguan ini hanya terjadi pada laki-laki yang perilakunya seperti wanita, gambaran
utamanya adalah penderita mendapatkan gairah atau kepuasan seksual bila ia berpakaian
seperti lawan jenisnya, ketika sedang berpakaian seperti wanita, penderita melakukan
masturbasi lalu sambil membayangkan seoran laki-laki tertarik pada dirinya sebagai seorang
wanita.

h. Zofilia

ciri utamanya adalah penderita mendapatkan gairah atau kepuasan seksual dengan cara
melakukan kegiatan seksual dengan binatang. Konteks seksual bisa dengan melakukan
senggama dengan binatang (lewat anus atau vagina binatang, atau “menyuruh” binatang
memanipulasi alat genitalnya).

i. Froterisme

Ciri utama gangguan ini adalah dorongan untuk menyentuh, meremas-ramas dan
menggesek-gesekkan organ seks kepada orang tak dikenal, penderita umumnya senang
berada ditempat yang penuh sesak dimana ia bisa melarikan diri dengan mudah, bisanya
yang menjadi korban adalah wanita yang sangat menarik dengan pakaian yang sangat ketat.

j. Homoseksual

Dalam DSM – III R, Homoseksual yaitu penderita memilih pasangan seksual yang sama
jenis dengan dirinya yaitu pria dengan pria dan wanita dengan wanita (lesbian).

DISFUNGSI SEKSUAL (DSM IV)

a. Gangguan keinginan seksual yaitu kurangnya atau tidak adanya keinginan untuk
melakukan hubungan seks..

b. Gangguan hasrat seksual ditandai oleh defisiensi atau tidak adanya fantasi seksual dan
hasrat untuk aktivitas seksual.

c. Orgasme terhambat (Inhibited Orgasm)

d. Ejakulasi dini (premature ejaculation)

e. Dispareunia (Dyspareunia) Ciri utama adalah penderita mengalami kesakitan selama


berhubungan seksual.
f. Vaginismus

Ciri utamanya adalah terjadinya spasme atau kontraksi otot pada vagina yang sangat kuat
sehingga mengganggu senggama.
TERAPI
Psikoanalisa lebih menekankan pada penyelesaian konflik yang tidak disadari untuk
mengatasi disfungsi seksual. Terapi kognitif/behavioris lebih banyak dipakai dalam
mengatasi gangguan ini. Terapi menekankan pada disfungsi itu sendiri serta sikap dan
fikiran yang turut menyumbang timbulnya disfungsi.

H.Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual

1.Faktor internal

 Perkembangan seksual (fisik,psikologis)


 Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi
 Motivasi

2.Faktor eksternal

 Keluarga ( kehilangan pasangan karena perpisahan atau kematian)


 Media masa
 Pergaulan
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Seksualitas merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kebutuhan seksual yang dialami
oleh orang dewasa merupakan kebutuhan seks yang mengalami penurunan fungsi organ
reproduksi mengakibatkan kecanggungan dalam hubungan pasangan suami isteri.

Masalah keperawatan yang terjadi pada kebutuhan seksual adalah pola seksual. Pola
seksual mengandung aryi bahwa suatu kondisi seseorang individu mengalami atau beresiko
mengalami perubahan kesehatan seksual.

Disfungsi seksual adalah keadaan dimana seseorang mengalami atau beresiko mengalami
perubahan fungsi seksual yang negative yang dipandang sebagai tidak berharga dan tidak
memadainya fungsi seksual.

B. SARAN

Seksualitas merupakan bagian intergral dari kehidupan manusia. Seksualitas di


definisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, dapat pula berupa pengakuan.
Penerimaan dan ekspresi diri manusia sebagai mahlukseksual. Oleh karena itu seksualitas
pada orang dewasa sangat dibutuhkan dalam keharmonisan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai