PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Dalam prakteknya pada proses biologi dikenal dua sistem reaktor, yaitu aseptis dan
non aseptis. Bagaimana Anda menjelaskan tentang keduanya dan juga
peruntukannya dari masing-masing reaktor tersebut?
Jawab :
Bioreaktor dapat juga disebut sebagai fermenter. Selama proses, suasana reaksi
harus dapat dipantau dan dikendalikan. Bioreaktor memfasilitasi lingkungan fisik,
sehingga biokatalis dapat melakukan interaksi dengan lingkungan dan bahan nutrisi
(hara) yang dimasukkan ke dalamnya. Bioreaktor dapat berupa bejana sederhana yang
dilengkapi dengan berbagai alat pengendalian sistemnya.Terdapat dua sistem bioreaktor,
yaitu sistem aseptis dan sistem non aseptis. (Fardiaz, 1987).
a. Aseptis
Teknik aseptik adalah usaha mempertahankan objek agar bebas dari
mikroorganisme. Dalam prosesnya mencapai kondisi aseptis, diperlukan faktor
operasional seperti berikut (Syamsu dkk, 2003) :
Sterilisasi fermentor, dengan uap bertekanan. Medium fermentasi dapat disterilkan
bersama di dalam fermentor atau secara terpisah.
terilisasi penyediaan udara, dilakukan dengan menggunakan penyaring berserat atau
penyaring absolut.
Aerasi dan agitasi, berkaitan dengan jenis bahan, struktur geometrik dan posisi
pemasangannya serta penggunaan “seal”.
Penambahan inokulum, nutrien dan bahan-bahan lain, harus dalam keadaan tekanan
positif dan lubang pemasukan dilengkapi sistem pemberian uap.
b. Non Aseptis
Pada teknik non aseptis, bioreaktor dibiarkan terbuka terhadap lingkungan.
Mikroorganisme kontaminasi tidak akan mempengaruhi hasil/produk dari bioreaktor.
Volume yang lebih besar dan nilai produk yang lebih kecil (seperti minuman alkohol)
hannya membutuhkan bioreaktor sederhana dan tidak membutuhkan kondisi aseptik.
Aplikasinya banyak dijumpai dalam pembuatan ragi roti dan pembuangan limbah cairan
2
(Bagus, 2008) karena risiko kontaminasi pada produksi dengan pH dan suhu ekstrem
relatif rendah.
2. Dikatakan bahwa reaktor sangat berperan dalam menopang kehidupan sel dan juga
kultur jaringan. Menurut anda hal apa sajakah yang harus dipertimbangkan dalam
upaya perancangannya?
Jawab :
Bioreaktor merupakan ruang yang dirancang sebagai tempat berlangsungnya reaksi-
reaksi biologis. Maka, perancangan bioreaktor adalah suatu tantangan untuk insinyur
bioproses, dikarenakan perancangannya merupakan suatu pekerjaan teknik yang cukup
kompleks. Bioreaktor harus dapat menyediakan lingkungan yang ideal dan keadaan
optimum, dimana mikroorganisme dapat melakukan aktivitasnya dengan sangat baik.
Parameter yang biasa dikontrol pada bioreaktor adalah suhu, pH, substrat (sumber
karbon dan nitrogen), aerasi, dan agitasi. Untuk bioreaktor dengan menggunakan
mikroorganisme, kebutuhan untuk hidup seperti oksigen, nitrogen, fosfat, dan mineral
lainnya perlu diperhatikan. Untuk mencapai keadaan tersebut, insinyur bioproses harus
mempertimbangkan berbagai aspek untuk sistem biologi, kimia, dan fisika
(makrokinetik). Sistem makrokinetik mencakup pertumbuhan mikroorganisme seperti
sel-sel bakteri, ragi, jamur, tanaman dan hewan, serta produksi metabolit.
3
Gambar 2. Desain Bioreaktor
(sumber : https://application.wiley-vch.de/books/sample/3527337687_c01.pdf)
Bioreaktor biasanya terbuat dari bahan stainless steel karena bahan tersebut tidak
bereaksi dengan bahan-bahan yang berada dalam bioreaktor sehingga tidak menggangu
proses biokimia yang terjadi. Selain itu, bahan tersebut juga anti karat dan tahan panas.
Secara rinci, dalam merancang suatu bioreaktor, perlu dipertimbangkan beberapa hal
berikut: (Fardiaz, 1987)
Bejana atau bentukan lain harus mampu dioperasikan pada suasana aseptik dalam
beberapa hari dan berlangsung untuk waktu yang sama.
Aerasi dan agitasi harus dapat diatur sehingga dapat mencukupi kebutuhan
biokatalis untuk melakukan metabolisme secara optimal . Proses pencampuran ini
tidak boleh mengganggu atau merusak sel.
Konsumsi energi untuk pengoperasian bioreaktor harus dapat dibuat seminimal
mungkin.
Suatu sistem yang dapat mengendalikan suhu dan harus merupakan bagian dari
perlengkapan bioreaktor.
Bioreaktor harus dilengkapi dengan fasilitas pengambilan contoh.
Proses penguapan (atau evaporasi) perlu diupayakan agar tidak berlebihan.
Bejana perlu dirancang agar dapat dioperasikan dengan jumlah kerja minimal, baik
untuk pengoperasian, pengambilan produk, pembersihan, dan pemeliharaan.
Bejana atau bentukan lain harus sesuai dengan berbagai jenis proses.
Bejana harus dibuat sedemikian rupa sehingga permukaan bagian dalamnya halus.
Untuk memudahkan peningkatan skala (scale up) atau peningkatan ukuran,
bioreaktor harus mempunyai bentuk geometri serupa antara yang berukuran kecil
dengan yang besar.
Dalam merancang suatu bioreaktor, juga perlu mempertimbangkan aspek biologis:
(Yulianti, 2001)
Konsentrasi dari substrat dan produk dalam campuran reaksi adalah relatif rendah,
karena baik substrat maupun produk dapat menghambat proses (sebagai inhibisi).
Pertumbuhan sel, struktur dari enzim intraseluler, dan formasi produk bergantung
pada kebutuhan nutrisi dari sel (garam, oksigen) dan pada pengaturan kondisi
biologis optimum (suhu, konsentrasi reaktan, dan pH) pada pembatasan tertentu.
Zat-zat tertentu, inhibitor, efektor, prekursor, produk metabolisme mempengaruhi
laju dan mekanisme reaksi dan regulasi intraseluler.
Mikroorganisme dapat memetabolisme bahan konvensional atau bahkan bahan
baku terkontaminasi (selulosa, molase, minyak mineral, pati, bijih, air limbah,
pembuangan udara, limbah biogenik), sebuah proses yang sering dilakukan di
media yang sangat kental.
Berbeda dengan enzim terisolasi atau katalis kimia, mikroorganisme
mengadaptasikan struktur dan aktivitas enzimnya dengan kondisi proses, dimana
selektivitas dan produktivitas dapat berubah.
Mikroorganisme sensitif terhadap tegangan geser (shear stress) yang kuat dan
pengaruh termal dan kimia.
Bioreaktor kontinu sering menunjukkan perilaku dinamis yang rumit.
4
Massa mikroba dapat meningkat karena konversi biokimia yang berlangsung.
Efek seperti pertumbuhan pada dinding reaktor, flokulasi, atau autolisis
mikroorganisme dapat terjadi selama reaksi.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan saat memilih bioreaktor adalah: (Bagus, 2008)
Jenis mikroba yang digunakan
Pengoperasian bioreaktor sangat tergantung pada kemantapan galur mikroba
dan sifatnya (aerobik atau anaerobik). Jenis dan ukuran sel berpengaruh terhadap
bioreaktor dan pengoperasiannya. Sel-sel bulat umumnya lebih kecil dan kurang
tahan terhadap gaya geser dibanding organisme berfilamen. Oleh karena itu,
dalam kasus ini perlu digunakan bioreaktor permukaan seperti reaktor unggun dan
reaktor berbentuk tray.
Sifat Media
Sifat fisik substrat yang digunakan beragam dapat berupa gas, cair dan
padatan. Setiap sifat fisik berpengaruh terhadap bioreaktor yang dipilih.
Contohnya substrat metana dan udara yang eksplosif tentunya tidak tepat bila
menggunakan reaktor yang mempunyai bagian volume untuk udara. Efek
biokinetik substrat adalah substrat yang menunjukkan penghambatan
pertumbuhan, lebih tepat dilakukan dalam reaktor operasi semi kontinu dengan
pengumpanan substrat secara kontinu.
Faktor produksi
Faktor produksi meliputi biaya dan penyediaan bahan mentah (gula dalam
bentuk pati , tetes, sirup gula), fasilitas perdagangan untuk produk dan bahan
mentah, ketersediaan dan mutu tenaga kerja, keadaan pasar (penjualan stabil,
pabrik tunggal, penjualan berubah, pabrik fleksibel), biaya dan ketersediaan energi
dan air pendingin, aturan kerja dan keselamatan, undang-undang tentang
pembatasan polusi lingkungan, dan kemungkinan penggunaan secara ekonomis
hasil samping produk. Parameter proses biokimia Parameter proses biokimia
meliputi laju perpindahan oksigen (OTR) terutama untuk mikroba aerobik, laju
pertumbuhan dan pembentukan produk, dan pH pertumbuhan sel.
3. Metode pembiakan sel/kultivasi juga dapat dibedakan berdasarkan cara kerja system
bioreaktornya seperti curah (bulk), kontinu, dan semi kontinu (fed batch).
Bagaimana anda menjelaskan ketiga system reaktor tersebut? Bagaimana
keuntungan dan kelemahan ketiganya?
Jawab :
A. Bioreaktor Curah (Bulk)
Dalam proses batch, semua komponen medium yang dibutuhkan dan inokulum
ditambahkan hanya pada awal proses fermentasi. Oleh karenanya, konsentrasi tidak
dikontrol namun dibiarkan bervariasi karena sel hidup mengambilnya untuk dikonsumsi
dan pengambilan produk dilakukan pada akhir fermentasi. Kontrol dasar seperti pH,
suhu, oksigen terlarut, dan foam diberikan selama proses kultur batch berlangsung. pH,
suhu, dan oksigen terlarut dibuat konstan. Satu-satunya parameter optimasi adalah
komposisi medium awal. Namun, optimalisasi profil suhu dan pH dapat menyebabkan
peningkatan kinerja selama operasi yang dilakukan pada suhu konstan dan pH konstan.
5
Prinsip Kerja Bioreaktor Curah (Bulk)
Pada jenis bioreaktor ini, substrat diberikan atau dicampurkan satu kali sebelum
kultur berlangsung kemudian bejana atau bioreaktor tersebut ditutup dengan kondisi
suhu, pH, tekanan dan faktor lainnya telah disesuaikan dengan kebutuhan dari kultur itu
sendiri. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu faktor yang berpengaruh
pada proses ini ialah aliran gas atau udara keluar masuk reaktor atau bejana, sehingga
walaupun sistem dari proses ini tertutup, suplai udara secara kontinu tetap diberikan
(apabila organisme tersebut aerobik) dan produk samping yang bersifat toksik juga
dikeluarkan (apabila dihasilkan).
Pada perangkat bioreaktor, terdapat komponen-komponen penting yang harus
dimilikinya. Pertama ialah badan reaktor atau tangki reaktor tempat media diproses.
Badan reaktor berupa tangki berjaket untuk operasi pendinginan jika diperlukan. Di
bagian bawah ditempatkan filament pemanas untuk sterilisasi dan pemanasan saat
proses jika diperlukan. Kedua ialah agigator, agigator berfungsi sebagai penggerak atau
pengaduk media dalam bioreaktor. Corong input berfungsi untuk memuat bahan/media
yang akan diproses dalam reaktor secara perlahan-lahan. Corong input dapat juga
disambungkan dengan menggunakan selang untuk input menggunakan pompa. Valve
output berfungsi untuk memanen hasil proses dalam reaktor. Pemanenan dilakukan
dengan cara membuka valve output tersebut. Kontrol asam basa berfungsi untuk
mengendalikan pH pada kondisi yang sesuai saat terjadi perubahan selama proses
berlangsung, (naik atau turun), setelah menerima sinyal-sinyal dari sensor pH.
Komponen terakhir ialah sumber udara atau selang suplai udara apabila sel yang
dikultur merupakan sel yang bersifat aerobik.
6
Keuntungan Kerugian
Kultur curah merupakan cara yang Terdapat inhibitor substrat yang dapat
paling sederhana, sehingga menjadi titik menghambat produksi sel dan produk.
awal untuk studi kinetika kultivasi.
B. Bioreaktor Kontinu
Bioreaktor kontinyu adalah pengumpanan secara terus menerus dengan aliran
konstan dan volume kultur bioreaktor konstan; umpan masuk sama dengan umpan
keluar. Medium kultur yang steril maupun yang terdiri dari mikroorganisme
diumpankan secara kontinyu ke dalam bioreaktor untuk menjaga kondisi tunak dan
produknya juga diambil secara kontinyu dari reaktor. Variabel reaksi dan parameter
kontrolnya tetap konstan, menetapkan keadaan waktu konstan di dalam reaktor.
Alat yang berkaitan dengan pengadaan kultur kontinyu berdasarkan fungsi atau
operasinya terbagi menjadi:
a. Alat Kemostat: Alat yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan yang
dilengkapi dengan bejana penyimpan media, dialirkan dengan kecepatan tertentu,
sehingga tidak
terjadi akumulasi di akhir. Konsentrasi substrat (sumber karbon,
nitrogen, garam dan O2) dan laju volumetrik umpan (laju pengenceran) diatur
untuk mengontrol pertumbuhan sel dan menjaga kondisi tunak.
b. Alat Turbidostat: Sistem yang dilengkapi dengan pengukur turbiditas (kekeruhan),
sinyal listrik yang
digunakan untuk mengatur aliran media segar ke dalam
bejana fermentasi. Pengukuran turbiditas digunakan untuk mengontrol konsentrasi
biomassa. Laju penambahan substrat dapat disesuaikan untuk menjaga
pertumbuhan sel agar konstan.
7
Gambar 4. Bioreaktor pengaduk dengan baffles dan agitator untuk pencampuran
optimal, dan recycle biomassa.
(sumber : Norton. G Mcduffie. Bioreactors Design Fundamentals.)
Sistem kontinu ditujukan untuk produk protein sel tunggal, cuka, ragi, pengolahan
limbah, produksi etanol dan beberapa produk skala besar seperti asam laktat. Banyak
produk fermentasi dibutuhkan hanya dalam jumlah kecil. Batch memiliki fleksibilitas
yang lebih tinggi. Selain untuk kultur sel, bioreactor juga dapat digunakan untuk reaksi
enzim. Bioreaktor kontinyu digunakan hanya jika enzim yang digunakan tidak mahal
8
dan dapat ditambahkan secara kontinyu untuk menjaga konsentrasi katalis. Bila enzim
yang digunakan mahal, maka sebaiknya enzim tersebut merupakan enzim yang tertahan
dan terimobilisasi di dalam bejana.
Keuntungan Kerugian
9
proses fermentasi selanjutnya.
Prinsip Kerja Bioreaktor Semi Kontinu
Pada sistem fed-batch, nutrisi yang diperlukan untuk perkembangan sel dan
pembentukan produk diumpankan ke bioreaktor secara terus-menerus ataupun berkala
melalui satu atau lebih aliran feed. Media segar terus menerus diumpankan ke dalam
bioreaktor secara kontinyu tanpa pengosongan secara kontinyu. Oleh karena itu, volume
bioreaktor akan meningkat selama proses fermentasi sampai volumenya penuh.
Proses ini dilakukan berulang-ulang jika sel-sel yang dikultur masih hidup dan
produktif. Sistem ini juga dapat dibalik, dimana tidak ada umpan yang terjadi secara
terus-menerus akan tetapi terdapat aliran keluar secara berkala seperti sistem kontinyu.
Bioreaktor fed-batch seperti gabungan dari bioreaktor batch dan kontinyu, namun
perbedaannya ialah ia tidak memiliki selang yang langsung menghubungkan tangki
dengan sumber bahan, bilapun ada tidak secara otomatis berpindah karena pada
dasarnya proses dari operasi ini berlangsung berdasarkan waktu yang diinginkan.
Penambahan akan terjadi pada waktu tertentu, dan tangki harus selalu memiliki tempat
untuk penambahan sehingga biasanya terdapat dua atau lebih tangki yang digunakan
pada operasi ini.
Contoh produk yang dapat diperoleh pada sistem Fed-Batch Process adalah
Dekstranase, hal ini juga telah dilakukan penelitian oleh Satia Wihardja (2010) yang
berjudul “Proses Fermentasi Fed-Batch untuk Produksi Dekstranase dengan
Streptococcus sp. B7 Fed-Batch Fermentation Processes to Produce Dextranase from of
Streptococcus sp. B7”. Dekstranase merupakan enzim yang menghidrolisis ikatan α-1,6
yang berada pada struktur dekstran dan sering digunakan dalam pabrik gula untuk
menghilangkan dekstran dari jus yang mengandung kontaminan.
Keuntungan Kerugian
Jumlah yield yang lebih tinggi karena Tingkat produktivitas lebih kecil
periode kultivasi diatur dengan baik
karena diperlukan waktu yang banyak
untuk mengisi, memanaskan,
sesuai kebutuhan tanpa adanya
mensterilisasi, mendinginkan,
penambahan sel ke dalam reaktor atau
mengosongkan, dan membersihkan
pengurangan sel dari reaktor.
reaktor.
10
Kondisi lingkungan mikroorganisme dapat Otomatisasi tidak mudah untuk
dioptimalkan sesuai dengan
kebutuhan dilakukan.
agar sesuai dengan kurva pertumbuhannya
serta periode
kultivasinya.
4. Bagaimana anda menentukan neraca massa sel dari ketiga sistem reaktor di atas?
Jawab :
Pada kebanyakan system, konsentrasi mikroorganisme yang masuk (𝐶𝑆0 ) adalah nol.
Untuk system bulk, v = 𝑣𝑜 = 𝑂 dan neraca massanya menjadi
Sel
Substrat
Laju hilangnya substrat, −𝑟𝑠 , terjadi karena penggunaan substrat untuk pertumbuhan sel
dan menjaga kondisi sel
Produk
Laju pembentukan produk, 𝑟𝑝 , dapat dihubungkan dengan laju konsumsi substrat
11
b. Neraca Massa Bioreaktor Kontinyu
Neraca massa bioreactor kontinyu sama dengan neraca massa umum, namun
tanpa akumulasi karena kondisinya tunak. Neraca massa kondisi tunak untuk
biomassa adalah
{𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘} + {𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎} =
{𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟} + {𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢}
Atau
𝐹𝑥𝑖 − 𝐹𝑥 + 𝜇𝑥𝑉 − 𝑘𝑑 𝑥𝑉 = 0 ................ (1)
Keterangan :
Fxi = 𝑀 ̂𝑖 = Laju alir sel masuk
Fx = 𝑀 ̂𝑜 = Laju alir sel keluar
𝜇𝑥𝑉 = 𝑅𝐺 = Total laju generasi oleh reaksi
𝑘𝑑 𝑥𝑉 = 𝑅𝐶 = Total laju konsumsi oleh reaksi
Berdasarkan Fogler (2005), neraca massa untuk sel, substrat, dan produk pada
bioreaktor continous dapat dirumuskan dalam:
Neraca massa sel Neraca massa substrat Neraca massa produk
𝜇𝑡 𝑑(𝑉𝑋) 𝜇𝑡 𝑑(𝑉𝑆) 𝑑(𝑉𝑃)
𝑄𝑋0 + 𝑉𝑟 𝑥 = 𝑄𝑋 + 𝑄𝑆0 − 𝑉𝑟 𝑥 = 𝑄𝑆 + 𝑉𝑟 𝜇𝑡 𝑝 = 𝑄𝑃 +
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
(10) (11) (12)
𝑑(𝑥𝑣)
Neraca biomassa : 𝑉𝑟 𝜇𝑡 𝑥 = 𝑑𝑡
12
Neraca Substrat
𝑑(𝑉𝑆)
𝑄𝑆𝑜 − 𝑉𝑡 =
𝑑𝑡
1 𝑑𝑉
𝑄𝑆𝑜 − 𝜇𝑋𝑉 = 𝑆 = 𝑆𝑄
𝑌 𝑑𝑡
1
𝑄(𝑆𝑜 − 𝑆) = 𝑋𝑉
𝑌𝑥/𝑠
Debit Pemasokan
𝜇̅ 𝑋𝑜 𝑉𝑜 𝑒 𝜇𝑡
𝑄= 𝑋𝑉
𝑌𝑥/𝑠 (𝑆𝑜 − 𝑆)
Konsentrasi Biomassa
Xo Vo eμt Xo eμt
𝑿= =
V Xo
𝑋𝑜
𝑋 =1+ (𝑒 𝜇𝑡 − 1)
𝑌𝑥 (𝑆𝑜 − 𝑆)
𝑠
5. Jika aspek pencahayaan menjadi faktor penting dalam menopang hidup sel,
bagaimana anda mendesain reaktor anda terkait pencahayaan yang optimal? Dan
bagaimana pula jika diinginkan sebaliknya (tanpa cahaya)?
Jawab :
Cahaya digunakan oleh organisme fotoautotrof sebagai sumber energi pada proses
penyusunan molekul kompleks yang disebut fotosintesis. Fotosintesis berlangsung pada
bagian dari sel berbentuk silinder pipih yang disebut tilakoid. Tilakoid pada bakteri
fotosintetik berada pada plasma sel, sementara pada organisme tingkat lebih tinggi
tilakoid terletak pada organel yang disebut kloroplas. Tilakoid mengandung partikel
pigmen yang menyerap energi cahaya, dan pigmen ini disebut klorofil. Karena cahaya
merupakan faktor penting dalam fotosintesis (dan dari fotosintesis, pertumbuhan
tanaman secara keseluruhan), maka desain bioreaktor yang baik harus mengakomodasi
cahaya yang cukup untuk organisme agar dapat tumbuh.
Peningkatan intensitas cahaya yang diberikan pada bioreaktor akan menghasilkan
laju pertumbuhan spesifik kultur yang optimum hingga mencapai nilai maksimumnya
(Hirata, 1996). Pemberian intensitas cahaya yang sesuai pun akan menghasilkan
produktivitas biomassa yang optimal.
Pengaruh pencahayaan pada kemampuan produksi biomassa dan fiksasi CO2 dari
organisme fotosintesis bergantung pada kualitas cahaya (dalam hal ini besarnya
intensitas cahaya serta berapa lama waktu pencahayaan hariannya) (Wirosaputro, 2002).
Dari gambar dapat dilihat bahwa adanya pengaturan pencahayaan yang diberikan
dengan penyesuaian besarnya jumlah sel alga dalam suatu kultur memberikan produksi
biomassa 60% lebih besar dibandingkan dengan pemberian intensitas cahaya yang
dijaga konstan selama berlangsungnya kultivasi (Dianursanti, 2012). Sebagian besar
13
mikroalga tidak dapat tumbuh dengan baik dalam keadaan pencahayaan yang konstan,
karena membutuhkan waktu instirahat untuk menyimpan makanan. Terkadang
dilakukan manipulasi durasi pencahayaan light dark (L/D) waktu pencahayaan.
14
Memilih metode kultivasi yang tepat sesuai kondisi lahan, jenis mikroalga yang
digunakan, dan pertimbangan lainnya.
Menentukan jenis lampu yang digunakan, dengan menyesuaikan intensitas cahaya
yang dibutuhkan mikroalga tersebut dengan mencari literatur atau melakukan
percobaan skala lab.
15
6. Jika keberadaan oksigen menjadi faktor penting dalam menopang hidup sel,
bagaimana anda mendesain reaktor anda terkait dengan sistem aerasi yang optimal?
Dan bagaimana pula jika diinginkan sebaliknya (tanpa cahaya)?
Jawab :
Proses bioreaktor aerobik pada dasarnya merupakan proses operasi composting skala
besar, oleh karena itu sering disebut in situ composting. Seperti yang ditunjukkan pada
gambar 8, udara dan cairan ditambahkan kedalam limbah untuk menggalakkan
temperatur dan kelembapan yang diinginkan untuk kondisi dekomposisi secara aerobik.
Proses degradasi untuk menghasilkan aktivitas biologis di dapat dengan mengatur
kondisi temperatur sepanjang aliran limbah dan monitoring aliran udara sehingga
ventilasi gas dalam kondisi optimal dalam penambahan udara dan cairan untuk di
tambahkan.
Komponen dari sistem operasi bioreaktor aerobik umumnya memiliki :
16
1. Sumur injeksi udara dan air lindi umumnya dipisahkan oleh kisi dengan variasi
kedalaman sepanjang kumpulan limbah untuk meningkatkan distribusi
penambahan air dan udara.
2. Sistem pengumpulan air lindi di desain untuk mengumpulkan dan menyimpan
air lindi untuk resrikulasi.
3. Sistem injeksi udara termasuk blower dan sistem distribusi/kontrol untuk
menginjeksi udara kedalam kumpulan limbah.
4. Sistem injeksi air lindi merupakan sistem distribusi dari air lindi yang
tersebardari tangki penyimpanan ke kumpulan limbah.
5. Sumur Ventilasi di desain untuk ventilasi CO2 dan produksi panas selama
dekomposisi, umumnya terpisah 50 hingga 100 kaki dari tangki limbah.
6. Sistem monitoring temperatur dan aliran udara sebagai tempat/wadah
diletakkannya limbah yang akan di olah.
1. Sumur injeksi air lindi umumnya dipisahkan oleh kisi dengan variasi kedalaman
sepanjang kumpulan limbah untuk meningkatkan distribusi penambahan air dan
udara.
2. Sistem pengumpulan air lindi di desain untuk mengumpulkan dan menyimpan air
lindi untuk resrikulasi.
3. Sistem injeksi air lindi merupakan sistem distribusi dari air lindi yang tersebar dari
tangki penyimpanan ke kumpulan limbah.
17
4. Sistem ekstraksi gas mengumpulkan dan mengekstrak metana yang terbentuk dari
limbah dekomposisi.
5. Flow Meters memonitor aliran LFG dan karakteristiknya.
6. Sistem monitoring ditempatkan sepanjang aliran limbah untuk memonitor
temperatur, sistem dan operasi instrumen.
Sedangkan pada sebagian besar laboratorium dalam pengkulturan sel tanaman, suhu
yang digunakan adalah konstan, yaitu 25°C (kisaran suhu 17-32°C). Tanaman tropis
umumnya dikulturkan pada suhu yang sedikit lebih tinggi dari tanaman empat musim,
yaitu 27°C (kisaran suhu 24-32°C). Bila suhu siang dan malam diatur berbeda, maka
perbedaan umumnya adalah 4-8°C, variasi yang biasa dilakukan adalah 25°C siang dan
20°C malam, atau 28°C siang dan 24°C malam. Meskipun hampir semua tanaman dapat
tumbuh pada kisaran suhu tersebut, namun kebutuhan suhu untuk masing-masing jenis
tanaman umumnya berbeda-beda. Tanaman dapat tumbuh dengan baik pada suhu
optimumnya. Pada suhu ruang kultur dibawah optimum, pertumbuhan eksplan lebih
lambat, namun pada suhu diatas optimum pertumbuhan tanaman juga terhambat akibat
tingginya laju respirasi eksplan.
18
BAB III
PENUTUP
19
DAFTAR PUSTAKA