Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO B BLOK 5 TAHUN 2018

DISUSUN OLEH : KELOMPOK B6

Tutor : dr. Ayeshah Augusta Rosdah

1. Annisa Chairani (04011181722049)


2. Gebby Salsabila (04011181722051)
3. Siti Nurhayati Utami (04011181722053)
4. Berliana Marvika (04011281722069)
5. Andi Pranata (04011281722071)
6. Yaser Mahendra (04011281722099)
7. Vena Sabputri Sutrisno (04011281722117)
8. Arini Jati Fiviatika (04011281722131)
9. Haidar Ali Hamzah (04011281722137)
10. Nico Effendi (04011281722151)

PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan Tutorial Skenario A
Blok 5 Tahun 2018” dengan baik.

Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan
saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, yang telah memberi nafas kehidupan,


2. Tutor kelompok B6, Dr. Ayeshah Augusta Rosdah
3. Teman-teman sejawat FK Unsri,
4. Semua pihak yang telah membantu kami.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini masih mempunyai kekurangan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala bantuan yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat
bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan untuk membuka wawasan yang lebih luas lagi.
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, 19 Januari 2018

Kelompok B6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
SKENARIO B BLOK 5.............................................................................................................1
I. KLARIFIKASI ISTILAH...................................................................................................1
II. IDENTIFIKASI MASALAH..........................................................................................2
IV. TOPIK PEMBELAJARAN DAN KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN.......11
V. SINTESIS.........................................................................................................................12
5.1 Anatomi Cranium......................................................................................................12

5.2 Cavum Orbitalis.........................................................................................................13

5.3 Anatomi Mata............................................................................................................17

5.4 Histologi Mata...........................................................................................................20

5.5 Vaskularisasi pada Mata............................................................................................24

5.6 N. cranialis, N. opticus, dan N. okulomotor..............................................................26

5.7 Visual Pathway..........................................................................................................29

5.8 Mekanisme Refleks Cahaya Pupil.............................................................................33

5.9 Pusat Kesadaran.........................................................................................................35

5.10 RAPD........................................................................................................................36

VI. KERANGKA KONSEP................................................................................................41


VII. KESIMPULAN.............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................42

3
SKENARIO B BLOK 5

Seorang pelajar SMA berusia 16 tahun bernama Anto dibawa oleh teman-temannya ke
Unit Gawat Darurat RSMH karena jatuh pingsan sekitar 10 menit setelah samping kanan
kepalanya terpukul pipa besi saat terlibat tawuran setengah jam yang lalu. Anto mulai sadar saat
dalam perjalanan menuju rumah sakit. Setelah hampir 1 jam di rumah sakit Anto juga mengeluh
penglihatan mata kanannya menjadi gelap sehingga susah untuk melihat.

Hasil pemeriksaan keadaan umum baik. Mata kanan dan kiri tampak normal. Hasil
Radiologi menunjukkan gambaran fraktur pada tulang sphenoid kanan. Pada pemeriksaan
funduskopi menunjukkan Optic disc tampak normal dan tes refleks cahaya pupil: Positif
gambaran RAPD (relative afferent pupil defect). Dokter menduga Anto mengalami gangguan
saraf optik akibat benturan di kepalanya.

I. KLARIFIKASI ISTILAH

No Istilah Pengertiam
1 Pemeriksaan Pemeriksaan yang meliputi status keadaan gizi dan habitus,
keadaan umum kesadaran, dan tanda-tanda vital untuk menilai apakah
pasien dalam keadaan darurat medik atau tidak
2 Radiologi Cabang ilmu kesehatan yang berhubungan dengan substansi
radiokatif dan energi pancarannya dan dengan diagnosis
serta pengobatan penyakit baik dengan radiasi pengion (e.g.
Sinar X) maupun bukan pengion (e.g., ultrasound).
3 Tulang sphenoid Sebuah tulang yang irregular dan berbentuk segitiga pada
basis cranii, membentuk sebagian rantai fossa cranii anterior
medialis dan posterior
4 Funduskopi Pemeriksaan yang dilakukan pada struktur belakang mata
termasuk retina untuk memeriksa kemungkinan penyakit
mata
5 Optic disc Daerah pada mata tempat saraf mata memasuki retina dan
merupakan pertemuan seluruh saraf mata
6 Tes refleks cahaya Tes yang menguji refleks yang mengontrol diameter pupil
pupil sebagai tanggapan terhadap intensitas cahaya yang jatuh
pada retina mata
7 RAPD Gangguan pada retina atau neuropati N. II dapat
menyebabkan respons pupil jadi lemah secara unilateral
namun teta p simetris.
8 Gangguan saraf Gangguan yang terjadi pada susunan syaraf yang berfungsi
optik engirimkan informasi penglihatan dari retina ke otak

4
II. IDENTIFIKASI MASALAH

NO MASALAH PRIORITAS ALASAN


1 Anto jatuh pingsan setelah Menjadi prioritas kedua
samping kanan kepalanya terpukul karena merupakan penyebab
pipa besi saat terlibat tawuran dari masalah lain
VV
setengah jam yang lalu. Hasil
Radiologi menunjukkan gambaran
fraktur pada tulang sphenoid
kanan.
2 Anto mulai sadar saat dalam Alasan utama karena
perjalanan menuju rumah sakit lalu menimbulkan dampak
penglihatan mata kanannya VVV paling berbahaya
menjadi gelap sehingga susah
untuk melihat.
3 Pada pemeriksaan funduskopi Karena pernyataan tersebut
menunjukkan Optic disc tampak merupakan hasil dari
normal dan tes refleks cahaya pemeriksaan
V
pupil: Positif gambaran RAPD
(relative afferent pupil defect).
Dokter menduga Anto mengalami
gangguan saraf optik akibat
benturan dikepalanya.

Keterangan:

VVV = Prioritas utama

VV = Prioritas kedua

V = Prioritas ketiga

III. Analisis Masalah


1. Anto jatuh pingsan setelah samping kanan kepalanya terpukul pipa besi saat terlibat
tawuran setengah jam yang lalu. Hasil Radiologi menunjukkan gambaran fraktur pada
tulang sphenoid kanan.
a. Bagaimana anatomi cranium dan anatomi tulang-tulang orbita?

5
b. Apa hubungan dipukul di samping kanan kepala dengan pingsan?
Karena daerah kepala merupakan daerah yang sangat dekat dengan batang otak
sehingga jika terpukul terlalu keras dapat menyebabkan adanya aliran energy
linear yang sampai pada RAS yang berakibat dengan hilangnya kesadaran
seseorang karena adanya regangan pada bagian batang otak. Pada saat RAS
mengirimkan sinyal kepada korteks serebri untuk tetap sadar, pesan itu dapat

6
diterima oleh korteks namun saat pengembaliannya ke ARAS terganggu dengan
adanya renggangan oleh karena itu tubuh merespon dengan adanya sesuatu yang
salah sehingga terjadila hilangnya kesadaran.

c. Dimana letak nervus optikus dan bagaimana struktur anatomi nervus optikus?
Nervus optikus terletak di canalis opticus. Nervus optikus memasuki ruang
intrakranial melalui foramen optikum. Di depan tuber sinerium (tangkai
hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung menjadi satu berkas
membentuk kiasma optikum dimana serabut bagian nasal dari masing-masing
mata akan bersilangan dan kemudian menyatu dengan serabut temporal mata
yang lain membentuk traktus optikus dan melanjutkan perjalanan untuk ke
korpus genikulatum lateral dan kolikulus superior.

2. Anto mulai sadar saat dalam perjalanan menuju rumah sakit lalu penglihatan mata
kanannya menjadi gelap sehingga susah untuk melihat.
a. Bagaimana struktur anatomi mata dan histologi mata?
ANATOMI MATA

7
HISTOLOGI MATA
1. Kornea

8
Struktur kornea memiliki lima lapisan, huruf (E) pada gambar a
memperlihatkan epitel skuamosa berlapis eksternal yang tidak bertanduk dan
memiliki ketebalan 5-6 sel. Epitel ini banyak dipersarafi dengan ujung saraf
sensoris. Stroma (S) adalah lapisan paling tebal pada kornea. Di bagian dalam,
stroma dilapisi oleh endotel (EN).

Epitel kornea (E) pada gambar b melekat pada bowman (B). Seluruh
lapisan stroma bersifat avascular sehingga nutrisi yang berasal dari aqueous
humour diperoleh melalui difusi endotel. Pada gambar c memperlihatkan bagian
posterior kornea yang dilapisi oleh endotel. Terdapat membrane Descemet(D)
yang melekat pada endotel berdekatan dengan stroma (S).

2. Sklera, Koroid, dan Retina

Potongan dinding mata tersebut memperlihatkan jaringan ikat padatsklera


dan jaringan ikat vascular longgarkoroid. Terdapat melanosit di koroidterutama di
regioluarnyayaitu lamina suprachoroidalis (SCL). Regio internal koroid, lamina
choroidocapillaris (CGL) menyediakan O2 dan nutrisike retina yang berdekatan. Di
antarakoroiddan retina terdapatlapisan tipis yang dikenaldengan membrane Bruch
(B).
Lapisan eksternal retina adalah lapisan berpigmen (P) epitelkuboid yang
berisi melanin.Berdekatan dengan lapisan ini adalah komponen fotoreseptor sel
batang dan kerucut (R&C) yang terkemas rapat dengan badan selnya yang
membentuk lapisan inti luar (ONL). Kompleks taut antara sel-sel ini tersusun dan
dapat terlihat sebagai lapisan tipis yang disebut membrana limitans externa (OLL).
Akson sel batang dan kerucut terjulur ke dalam lapisan pleksi formisluar
(OPL) yang membentuk sinaps di tempat tersebut dengan dendrit neuron di lapisan

9
inti dalam (INL). Neuron ini mengirimkan akson kedalam lapisan pleksi formis
dalam (IPL), tempat neuron tersebut bersinaps dengan dendri tsel di lapisan
ganglion (GL). Akson dari sel-sel ini mengisi sebagian besar lapisan serabut saraf
(NFL) yang terpisah oleh membrana limitans interna (ILL) dari jaringan ikat
corpus vitreum (VB) yang mirip gelatin.

3. Lensa

Gambar diatas adalah lapisan anterior lensa. Lensa adalah suatu jaringan
elastic transparan yang memfokuskan cahaya pada retina. Di sekeliling lensa,
kapsul lensa (LC) dibentuk oleh sel epitel dan serabut. Di bawah kapsul lensa,
terdapat epitel kolumnar selapis lensa(LE).

Pada bidang ekuato rlensa, dekat zonula ciliaris, sel epitel berproliferasi dan
membentuk sel yang tersusun sejajar dengan epitel dan menjadi serat lensa. Serat
lensa yang berdiferensiasi (DLF) memiliki inti yang Panjang dan sitoplasmanya
terisi protein yang disebut kristalin. Serat lensa yang matur (MLF) tida kmemiliki
inti dan dikemas rapat membentuk strukturt ransparan yang khas.

b. Bagaimana mekanisme terjadinya penglihatan mata normal dan berubah menjadi


gelap dan persarafan pada mata?
Benda mamantulkan cahaya  cahaya masuk ke mata melalui pupil 
pangaturan jumlah cahaya oleh pupil melalui m.sphincter pupillae (yang
mengkonstriksikan pupil dalam keadaan cahaya terang) dan m.dilator pupillae
(yang melebarkan pupil dalam keadaan kekurangan cahaya)  difokuskan oleh
lensa (bikonveks)  konvergensi cahaya  bayangan jatuh di retina (bayangan

10
terbalik)  ditangkap oleh fotoreseptor, sel batang (berfungsi untuk penglihatan
hitam putih) dan sel kerucut (berfungsi untuk penglihatan warna)  penjalaran
impuls melalui serabut saraf n.optikus  Chiasma opticum  Tractus opticus 
Corpus eniculatum laterale dari thalamus  superior cluculi  dihantarkan ke
cortex lobus occipitalis  persepsi melihat.
Jika terjadi kelainan seperti pada kasus ini, maka akan mengalami gangguan pada
N. Opticus sehingga jalur afferen dan efferen mengalami gangguan.

c. Bagaimana vaskularisasi pada mata?

Arteri Ophthalmica adalah arteri utama orbita dan merupakan cabang dari
Pars cerebralis A. carotis interna. Arteri opthalmica biasanya berjalan di bawah N.
opticus (III) melalui canalis opticus ke dalam orbita. Di sini, arteri terbagi menjadi
banyak cabang yang mensuplai bola mata dan struktur orbita. Anastomosis
terbentuk dari R. orbitalis ke A. meningea media, melalui Aa. ethmoidales
anterior dan posterior ke pembuluh darah di dalam hidung, dan melalui pembuluh
darah menembus Septum orbitale atau tulang ke arteri-arteri wajah (Aa.
supraorbitalis, supratroclearis, palpebralis medialis dan lateralis, dorsalis nasi).

11
d. Mengapa hanya mata kanan yang mengalami gangguan?
Karena fraktur hanya terjadi pada os sphenoid kanan sehingga
menyebabkan lesi pada N. opticus kanan. Akibatnya, Anto mengeluh pengelihatan
mata kanan saja yang gelap/buta mata kanan (right anopia).

e. Mengapa Anto mengeluh penglihatan mata kanannya menjadi gelap setelah 1 jam di
rumah sakit?
Trauma tidak langsung yang membuat transmisi getaran dari os sphenoid
laterale yang akan mengganggu di Canalis Opticus dan akan mengalami gangguan
jalur afferent dan efferen

f. Mengapa pasien pingsan lalu sadar setelah 10 menit?


Karena komponen ARAS pada batang otak Anto terganggu dan untuk
mengembalikan keadaan seperti semula membutuhkan waktu dan kesiapan tubuh
dari Anto.

3. Pada pemeriksaan funduskopi menunjukkan Optic disc tampak normal dan tes refleks
cahaya pupil: Positif gambaran RAPD (relative afferent pupil defect). Dokter menduga
Anto mengalami gangguan saraf optic akibat benturan dikepalanya.
a. Bagaimana mekanisme refleks cahaya pupil?
Komponen aferen lengkung reflex yang mengatur konstriksi pupil terhadap
rangsang cahaya atau reflex akomodasi pada penglihatan dekat adalah nervus
optikus. Saraf eferen merupakan bagian dari system saraf parasimpatis dan
mencapai serabut otot polos pupilokonstriktor (sfingter pupil) melalui nervus
okulomotorius (III). Saraf simpatis mempersarafi serabut otot pupilodilator, yang
mencapai mata (dari ganglion servikal superior) melalui pleksus simpatis pada
dinding arteri carotis interna.

Lengkung aferen refleks cahaya pupil


Serabut aferen menyertai serabut visual di nervus dan traktus optikus di dekat
korpus genikulatum laterale, tetapi tidak langsung masuk ke struktur tersebut,

12
melainkan berbelok ke arah kolikulus superior dan berakhir di nuklei area
pretektalis. Interneuron yang terletak disini berproyeksi lebih lanjut ke nuklei
parasimpatik Edinger-Westhpal kedua sisi. Persarafan bilateral nuklei Edinger-
Westhpal ini merupakan dasar anatomis respons cahaya konsensual; penyinaran
cahaya pada satu mata menginduksi kontriksi pupil tidak hanya pada sisi mata
tersebut, tetapi juga pupil kontralateral.

Lengkung eferen refleks cahaya pupil.


Serabut eferen berasal dari nukleus Edinger-Westhpal dan berjalan di nervus
okulomotorius ke orbita. Serabut praganglionik parasimpatis bercabang dari
nervus okulomotorius di dalam orbita dan berjalan ke ganglion siliare, yang sel-
sel ganglionnya membentuk stasiun relay sinaptik. Serabut postganglion yang
pendek keluar dari ganglion siliare dan kemudian memasuki bola mata dan
mempersarafi m.spinghter

b. Bagaimana mekanisme terjadinya RAPD?


c. Mengapa hasil pemeriksaan menunjukkan optic disk normal sedangkan RAPD
positif?
d. Apakah ada otot yang terganggu pada mata dan jelaskan?

IV. TOPIK PEMBELAJARAN DAN KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN

No Topic What I Know What I What I How I


Don’t Know Have To Learn
Prove
1 Anatomi cranium Neurocranium, Fraktur os Buku,
splanchnocranium sphenoid jurnal,
internet
2 Anatomi mata Buku,
internet
3 Histologi mata Histologi Buku,
mata internet
4 Vaskularisasi pada Vaskularisasi Buku
mata pada mata
5 N. cranialis, N. Struktur Buku,

13
optikus, dan N. anatomi N. jurnal,
okulomotor II, N.III, internet
6 Cavum orbitalis Ossa penyusun Batas-batas Buku,
cavum orbitalis dinding internet
cavum
orbitalis
7 Visual pathway Mekanisme Buku,
penglihatan jurnal,
internet
8 Mekanisme refleks Mekanisme Buku,
cahaya pupil refleks jurnal,
cahaya pupil internet
9 Pusat kesadaran Mekanisme Buku,
terjadinya jurnal,
kesadaran internet
dan sincop
10 RAPD Definisi Mekanisme Buku,
jurnal,
internet

V. SINTESIS
V.1 Anatomi Cranium

Tulang-tulang tengkorak; Ossa cranii; dilihat dari frontal; lihat bagan warna
pada bagian dalam dari sampul belakang volume ini. Rahang atas atau Maxilla terletak
di antara Orbita dan rongga mulut. Maxilla ikut serta dalam pembentukan batas
bawah dan medial Orbita dan memiliki batas lateral dengan Os zygomaticum. Proc.
frontalis Maxillae berhubungan dengan Os frontale. Foramen infraorbitale terletak di
bawah Margo infraorbitalis di Corpus maxillae. Spina nasalis anterior menonjol di
garis tengah. Proc. alveolaris membentuk batas bawah Maxilla dan menunjang gigi. Di
Orbita, Maxilla membentuk batas bawah Fissura orbitalis inferior dan, bersama
dengan Os zygomaticum, membentuk batas lateral Orbita. Rahang bawah atau
Mandibula terdiri dari Corpus dan Rami mandibulae, yang menyatu di Angulus

14
mandibulae. Corpus mandibulae terdiri dari Pars alveolaris dengan gigi dan Basis
mandibulae di bawahnya. Basis mandibulae menonjol di garis tengah sebagai
Protuberantia mentalis. Selain itu, terlihat Foramen mentale.

Tulang-tulang tengkorak, Ossa cranii; dilihat dari lateral; lihat bagan warna
pada bagian dalam dari sampul belakang volume. ini. Pandangan lateral
memperlihatkan Ossa frontale, parietale, occipitale, sphenoidale, dan temporale,
bagian-bagian dari Viscerocranium (Os nasale, Os lacrimale, Maxilla, dan Os
zygomaticum) serta sisi lateral rahang bawah (Mandibula). Di Viscerocranium, Os
nasale memiliki batas kranial dengan Os frontale dan batas posterior dengan
Maxilla. Bagian atas Os lacrimale membentuk Fossa sacci lacrimalis antara Maxilla
dan Os ethmoidale. Proc. alveolaris maxillae mengandung gigi atas. Aspek medial
Maxilla berhubungan dengan Os frontale, aspek lateralnya berkontak dengan Os
zygomaticum. Spina nasalis anterior menonjol di garis tengah anterior. Os
zygomaticum berperan membentuk kontur daerah pipi (Regio buccalis). Caput
mandibulae bersendi dengan Os temporale di Articulatio temporo mandibularis. Di
aspek frontal atas, Os frontale berhubungan dengan Os parietale dan Os
sphenoidale melalui Sutura coronalis. Os parietale berhubungan dengan Os
occipitale di Sutura lambdoidea dan dengan Os sphenoidale di Sutura
sphenoparietalis. Os sphenoidale dan Os temporale membentuk Sutura
sphenosquamosa. Os temporale dan Os occipitale berhubungan di Sutura
occipitomastoidea. Bagian utama dinding lateral Cranium dibentuk oleh Pars
squamosa ossis temporalis. Os temporale dan Os zygomaticum membentuk Arcus
zygomaticus, yang menjembatani Fossa temporalis. Pars tympanica ossis temporalis
terletak di bawah dasar Proc. zygomaticus dan tepat berbatasan dengan Pars
squamosa. Di permukaannya terletak Porus acusticus externus.

V.2 Cavum Orbitalis

Cavum orbitalis adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang
membentuk dinding orbita yaitu: os.lakrimal, os.etmoid, os. sfenoid, os. frontal, os.
maksila, os. palatina, os. zygomaticum. Dinding orbita terdiri atas tulang:

15
1. Atap atau superior: os. frontal

2. Lateral: os. frontal, os. zygomaticum, ala magna os. sfenoid

3. Inferior: os. zygomaticum, os. maksila, os. palatina

4. Nasal: os. maksila, os. lakrimal, os. etmoid.

a. Aspek Anterior

16
Pada aspek anterior tengkorak dapat dikenali os frontale, os zygomaticum,
orbita, nasal, maxilla dan mandibula
b. Aspek Lateral

Aspek lateral tengkorak terdiri dari os kranium dan os


mandibulae . Os kranium tersebut adalah fossa temporalis, linea
temporalis superior, linea temporalis inferior os parietal, arcus
zygomaticus, titik pterion, processus mastoideus ossis temporalis, meatus
acusticus externus dan processus styloideus ossis temporalis. Os
mandibulae terletak dua bagian: bagian horisontal, yakni corpus
mandibulae dan bagian vertikal, yakni ramus mandibulae

c. Aspek Posterior
Aspek posterior tengkorak (occiput) dibentuk oleh os occipitale, os
parietale dan os temporale . Protuberentia occipitalis externa adalah
benjolan yang mudah diraba di bidang median. Linea nuchalis superior
yang merupakan batas atas tengkuk, meluas ke lateral dari protuberentia
occipitalis externa tersebut; linea nuchalis inferior tidak begitu jelas
d. Aspek Superior

17
Aspek superior dibentuk oleh os frontale di sebelah anterior, kedua
os parietale dextra dan sinistra dan os occipitale di sebelah posterior.
Sutura coronalis memisahkan os frontale dari os parietale; sutura
sagitalismemisahkan kedua tulang ubun-ubun satu dari yang lain; dan
sutura lamboidea memisahkan os parietale dan os temporale dari os
occipitale. Titik bregma adalah titik temu antara sutura sagitalis dan sutura
coronalis. Titik vertex merupakan titik teratas pada tengkorak yang
terletak pada sutura sagitalis di dekat titik tengahnya. Titik merujuk
kepada titik temu antara sutura lamboidea dan sutura sagitalis

Aspek Inferior dan Aspek Dalam Dasar Tengkorak

e. Aspek inferior
Aspek inferior tengkorak setelah mandibula diangkat memperlihatkan
processus palatinus maxilla dan os palatinum, os sphenoidale, vomer, os
temporale dan os occipitale. Permukaan dalam dasar tengkorak
memperlihatkan tiga cekungan yakni fossa cranii anterior, fossa cranii media

18
dan fossa cranii posterior yang dibentuk oleh os frontale di sebelah anterior,
os ethmoidale di tengah dan corpus ossis sphenoidalis serta ala minor ossis
sphneoidalis di sebelah posterior. Fossa cranii media dibentuk oleh kedua ala
major ossis sphneoidalis, squama temporalis di sebelah lateral dan bagian-
bagian pars petrosa kedua os temporale di sebelah posterior. Fossa cranii
posterior dibentuk oleh os occipitale, os sphenoidale dan os temporale.
V.3 Anatomi Mata

Lapisan bola mata


 Tunica fibrosa
a. Sclera
Sklera merupakan jaringan ikat yang lentur dan memberikan bentuk pada mata.
Jaringan ini merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian
terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar
masuk ke dalam bola mata.
b. Cornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya
dam merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan. Kornea
ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan
ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 µm di
pusatnya (terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya sekitar 11,75
mm dan vertikalnya 10,6 mm.

 Tunika vaskulosa pigmentosa


a. Choroidea
Koroid merupakan segmen posterior uvea terletak di antara retina dan sklerayang
berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah besar, berfungsi untuk memberi
nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak di bawahnya.

19
b. Corpus ciliare
Badan siliar merupakan susunan otot melingkar yang berfungsi mengubah
tegangan kapsul lensa sehingga lensa dapat fokus untuk objek dekat maupun jauh
dalam lapang pandang.
c. Iris
Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior mempunyai permukaan yang
relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat di tengahnya, yang disebut pupil.
Iris mempunyai kemampuan untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke
dalam bola mata secara otomatis dengan mengecilkan (miosis) atau melebarkan
(midriasis) pupil.

 Tunika nervosa
a. Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya.

Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari sumbernya


menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia. Bagian-bagian tersebut
adalah:
a. Kornea
Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber
cahaya.
b. Sklera
Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata- rata 1
milimeter tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter.
c. Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian
luar sklera.
d. Pupil dan iris
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya
yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika
kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang.
Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai
diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.
e. Lensa mata
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi
lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik

20
kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa
mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang
dari dekat), lensa mata akan menebal.
f. Lapisan koroid : lapisan tipis di dalam sklera yang berisi pembuluh darah dan
suatu bahan pigmen, tidak menutupi kornea.
g. Retina atau Selaput Jala
Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian
retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf optik.
h. Saraf optik
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak.
1) Bintik buta : cakram optik yang merupakan bagian fovea dekat hidung,
merupakan tempat percabangan serat saraf dan pembuluh darah ke retina,
tidak mengandung sel batang ataupun kerucut, terletak pada region sekitar 133
– 183.
2) Humor aqueous : cairan jernih dan encer yang mengalir di antara lensa dan
kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan
bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
3) Humor vitreous : gel transparan / cairan kental yang terdiri dari bahan
berbentuk serabut, terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi
segmen posterior mata).
Otot Penggerak Mata

21
1. Mm.Ekstrinsik Bulbi
m. rectus lateral : menggerakkan bola mata kearah lateral/ temporal; N. VI
m. rectus medial : menggerakkan bola mata kearah medial/ nasal; N. III
m. rectus superior : menggerakkan bola mata keatas; N.III
m. rectus inferior : menggerakkan bola mata kebawah; N. III
m. obliquus superior : menggerakkan bola mata kesamping BAWAH; N. IV
m. obliquus inferior : menggerakkan bola mata kesamping ATAS; N. III

2. m. Intrinsik Bulbi
m. sphincter pupilae : kontraksi--> myosis, relaksasi--> midriasis; N. III
m. dilatator pupilae : kontraksi--> midriasis(pupil melebar); serabut parasympatis
setinggi cervical
m. ciliare : kontraksi--> zonula zinii mengendur--> akomodasi(lensa crystelina
mencembung), N. III

3. Otot pada palpebra


m. orbiculari oculi : untuk menutup mata, N. VII
m. levator palpebra : untuk membuka mata, N. III

V.4 Histologi Mata


A. Kornea

22
Struktur kornea memiliki lima lapisan, huruf (E) pada gambar a
memperlihatkan epitel skuamosa berlapis eksternal yang tidak bertanduk dan
memiliki ketebalan 5-6 sel. Epitel ini banyak dipersarafi dengan ujung saraf
sensoris. Stroma (S) adalah lapisan paling tebal pada kornea. Di bagian dalam,
stroma dilapisi oleh endotel (EN).
Epitel kornea (E) pada gambar b melekat pada bowman (B). Seluruh
lapisan stroma bersifat avascular sehingga nutrisi yang berasal dari aqueous
humour diperoleh melalui difusi endotel Pada gambar c memperlihatkan bagian
posterior kornea yang dilapisi oleh endotel. Terdapat membrane Descemet (D)
yang melekat pada endotel berdekatan dengan stroma (S).

B. Sklera, Koroid, dan Retina

23
Potongan dinding mata tersebut memperlihatkan jaringan ikat padat sklera
dan jaringan ikat vascular longgar koroid. Terdapat melanosit di koroid terutama
di regio luarnya yaitu lamina suprachoroidalis (SCL). Regio internal koroid,
lamina choroidocapillaris (CGL) menyediakan O2 dan nutrisi ke retina yang
berdekatan. Di antara koroid dan retina terdapat lapisan tipis yang dikenal
dengan membrane Bruch (B).
Lapisan eksternal retina adalah lapisan berpigmen (P) epitel kuboid yang
berisi melanin. Berdekatan dengan lapisan ini adalah komponen fotoreseptor sel
batang dan kerucut (R&C) yang terkemas rapat dengan badan selnya yang
membentuk lapisan inti luar (ONL). Kompleks taut antara sel-sel ini tersusun
dan dapat terlihat sebagai lapisan tipis yang disebut membrana limitans externa
(OLL). Akson sel batang dan kerucut terjulur ke dalam lapisan pleksiformis luar
(OPL) yang membentuk sinaps di tempat tersebut dengan dendrit neuron di
lapisan inti dalam (INL). Neuron ini mengirimkan akson ke dalam lapisan
pleksiformis dalam (IPL), tempat neuron tersebut bersinaps dengan dendrit sel di
lapisan ganglion (GL). Akson dari sel-sel ini mengisi sebagian besar lapisan
serabut saraf (NFL) yang terpisah oleh membrana limitans interna (ILL) dari
jaringan ikat corpus vitreum (VB) yang mirip gelatin.

C. Lensa

Gambar diatas adalah lapisan anterior lensa. Lensa adalah suatu jaringan
elastis transparan yang memfokuskan cahaya pada retina. Di sekeliling lensa,
kapsul lensa (LC) dibentuk oleh sel epitel dan serabut. Di bawah kapsul lensa,
terdapat epitel kolumnar selapis lensa (LE).

24
Pada bidang ekuator lensa, dekat zonula ciliaris, sel epitel berproliferasi
dan membentuk sel yang tersusun sejajar dengan epitel dan menjadi serat lensa.
Serat lensa yang berdiferensiasi (DLF) memiliki inti yang Panjang dan
sitoplasmanya terisi protein yang disebut kristalin. Serat lensa yang matur (MLF)
tidak memiliki inti dan dikemas rapat membentuk struktur transparan yang khas.

D. Lapisan Retina

Di antara corpus vitreum (VB)


dan koroid (C) retina terdiri dari
Sembilan lapisan saraf dan lapisan berpigmen. Sesuai arah jatuhnya cahaya,
lapisan tersebut berupa,

Membran limitans Lapisan serabut Lapisan Ganglion


interna (ILL) saraf (NFL) (GL)

Lapisan Pleksiform Lapisan Inti Dalam Lapisan Pleksiform


Luar (OPL) (INL) Dalam (IPL)

Lapisan Inti Luar Lapisan Inti Luar Lapisan Inti Luar


(ONL) (ONL) (ONL)

25
E. Epitel Retina Berpigmen

Kedua lapisan khas retina adalah epitel berpigmen dan lapisan


fotosensitif. Gambar di atas menunjukkan pertemuan antara dua lapisan
tersebut. Epitel berpigmen (PE) adalah selapis sel kuboid yang berada di
membrane Bruch di dalam koroid (C). Sel batang dan sel kerucut adalah neuron
dengan intinya yang terkumpul di lapisan inti luar (ONL) dan dengan akson di
salah satu ujung yang membentuk sinaps di area yang disebut lapisan
pleksiform luar (OPL) dan dendrit termodifikasi di ujung lain yang berperan
sebagai struktur fotosensitif. Struktur ini memiliki segmen internal (IS) yang
kaya mitokondriadan segmen luar fotosensitif (OS) dengan tumpukan lipatan
membran di mana pigmen visual berada. Segmen internal sel batang dan
kerucut melekat pada sel glia Panjang disebut sel Muller.

V.5 Vaskularisasi pada Mata


Arteri pada Mata

Arteri Ophthalmica adalah arteri utama orbita dan merupakan cabang dari
Pars cerebralis A. carotis interna. Arteri opthalmica biasanya berjalan di bawah N.
opticus (III) melalui canalis opticus ke dalam orbita. Di sini, arteri terbagi menjadi
banyak cabang yang mensuplai bola mata dan struktur orbita. Anastomosis

26
terbentuk dari R. orbitalis ke A. meningea media, melalui Aa. ethmoidales anterior
dan posterior ke pembuluh darah di dalam hidung, dan melalui pembuluh darah
menembus Septum orbitale atau tulang ke arteri-arteri wajah (Aa. supraorbitalis,
supratroclearis, palpebralis medialis dan lateralis, dorsalis nasi).

A. carotis interna

A. ophthalmica

A. centralis A. lacrimalis R. meningeus Aa. ciliares A. supraorbitalis A. ethmoidalis


retinae recurrens posteriores anterior
longae

A. ethmoidalis Aa. palpebrales Aa. musculares


A. suprathroclearis A. dorsalis nasi
posterior mediales

Vena pada Mata

27
Vena pada oculus bermula dari sinus cavernosus bercabang menjadi V.
ophthalmica superior dan V. ophthalmica inferior. Venae ophthalmica superior
biasanya lebih besar dari venae ophthalmica inferior. Terdapat pula anastomosis
vena pada region wajah superfisial dan profunda (Plexus pterygoideus).

V.6 N. cranialis, N. opticus, dan N. okulomotor


A. Nervus Cranialis
Nervus cranialis terbagi menjadi 12 nervus, diantaranya :

1. Nervus olfaktorius, mensarafi indera penciuman


2. Nervus optikus, mensarafi indera penglihatan, tajam penglihatan
3. Nervus okulomotorius, mensarafi gerakan bola mata dari dalam keluar
4. Nervus trochlearis, mensarafi gerakan bola mata ke bawah dan samping
kanan kiri
5. Nervus trigeminus, mensarafi kulit wajah, reflek kornea, kepekaan lidah
dan gigi
6. Nervus abdusen, mensarafi gerakan bola mata ke samping
7. Nervus facialis, mensarafi otot wajah, lidah (pengecapan)
8. Nervus auditorius, mensarafi indera pendengaran, menjaga keseimbangan
9. Nervus glosofaringeus, mensarafi gerakan lidah, menelan
10. Nervus vagus, mensarafi faringe laring, gerakan pita suara, menelan
11. Nervus accecorius, mensarafi gerakan kepala dan bahu
12. Nervus hipoglosus, mensarafi gerakan lidah

28
B. Nervus Okulomotor
1. Nervus cranialis ketiga
2. Berasal dari permukaan mesencephalon , berjalam ke depan di antara
arteria cerebri posterior dan arteri cerebelli anterior. Kemudian berjalan di
sepanjang fossa cranii media pada dinding lateral sinus cavernosus.
3. Nervus oculomotorius terbagi menjadi ramus superior dan ramus inferior.
4. N. Oculomotorius mempersarafi otot-otot berikut ini :

Otot-otot ekstrinsik mata


1. M. Levator palpabrae superioris, berfungsi untuk mengangkat kelopak
mata
2. M.Rectus superior, berfungsi untuk mengangkat kornea ke atas dank e
medial
3. M. Obliquus inferior, berfungsi untuk memutar bola mata
4. M. Rectus medialis, berfungsi untuk memutar bola mata sehingga kornea
menghadap ke medial
5. M. Rectus Inferior, berfungsi untuk menurunkan kornea

Otot-otot intrinsic mata :


1. M.Cilliaris, berfungsi dalam akomodasi sehingga lensa dapat focus
2. M.Dilatator pupilae, berfungsi dalam dilatasi pupil
3. M. Sphincter Pupillae, berfungsi untuk konstriksi pupil

29
V.7 Visual Pathway

30
Gambar 01 : visual pathways

1. Fisiologi penglihatan
Benda mamantulkan cahaya  cahaya masuk ke mata melalui pupil 
pangaturan jumlah cahaya oleh pupil melalui m.sphincter pupillae (yang
mengkonstriksikan pupil dalam keadaan cahaya terang) dan m.dilator pupillae
(yang melebarkan pupil dalam keadaan kekurangan cahaya)  difokuskan oleh
lensa (bikonveks)  konvergensi cahaya  bayangan jatuh di retina
(bayangan terbalik)  ditangkap oleh fotoreseptor, sel batang (berfungsi untuk
penglihatan hitam putih) dan sel kerucut (berfungsi untuk penglihatan warna)
 penjalaran impuls melalui serabut saraf n.optikus  Chiasma opticum 
Tractus opticus  Corpus eniculatum laterale dari thalamus  superior cluculi
 dihantarkan ke cortex lobus occipitalis  persepsi melihat.

31
2. Jaras penglihatan sensoris

Gambar 02 : gambaran jaras optic


Terdapat 2 jenis lapangan pandang, yaitu lapangan pandang nasal dan
lapangan pandang temporal. Lapangan pandang nasal terletak di sisi sebelah
dalam dari bola mata, sedangkan lapangan pandang temporal terletak di sisi
sebelah luar dari bola mata.
Nervus cranialis II merupakan indera khusus untuk penglihatan. Cahaya
dideteksi oleh sel-sel batang dan sel kerucut diretina, (dapat dianggap sebagai
end-organ sensoris khusus penglihatan). Badan sel dari reseptor-reseptor ini
mengeluarkan tonjolan (prosesus) yang bersinap dengan sel bipolar (neuron kedua
dijaras penglihatan). Sel – sel bipolar kemudian bersinap dengan sel-sel ganglion
retina. Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory
retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin
yang bersama-sama dengan pigmen pada koroid membentuk suatu matriks hitam
yang mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran cahaya dan
mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada. Pada sensory retina, terdapat tiga
lapis neuron proyeksi pertama (sel kerucut [neuron ke-1], sel bipolar kerucut
[neuron ke-2], dan sel ganglion [neuron ke-3]) beserta interneuron (sel horizontal
dan sel amakrin). Akson-akson sel ganglion membentuk lapisan serat saraf pada
retina dan menyatu membentuk nervus optikus.

32
Dalam tengkorak 2 nervus optikus menyatu membentuk kiasma optikus.
Di kiasma lebih dari separuh serabut (yang berasal dari separuh retina) mengalami
dekusasi dan menyatu dengan serabut-serabut temporal yang tidak menyilang dari
nervus optikus kontralateral untuk membentuk traktus optikus. Masing-masing
traktus optikus berjalan mengelilingi pedunkulus cerebri menuju kenukleus
genikulatus lateralis, tempat traktus tersebut akan bersinaps.
Semua serabut yang menerima impuls dari separuh kanan lapangan
pandang tiap-tiap mata membentuk traktus optikus kiri dan berproyeksi pada
hemisfer serebrum kiri. Demikian juga, separuh kiri lapangan pandang
berproyeksi pada hemisfer serebrum kanan.
20 % serabut ditraktus menjalankan fungsi pupil. Serabut-serabut ini
meninggalkan traktus tepat disebelah anterior nucleus dan melewati brachium
coliculli superioris menuju kenukleus pretectalis otak tengah. Serat-serat lainnya
bersinaps dinukleus genikulatus lateralis. Badan-badan sel struktur ini membentuk
traktus genikulokalkarina.
Traktus genikulokalkarina berjalan melalui crus posterius capsula interna
dan kemudian menyebar seperti kipas dalam radiation optica yang melintasi lobus
temporalis dan parietalis dalam perjalanan kekorteks oksipitalis (korteks
kalkarina, striata, atau korteks penglihatan primer).

3. Lokasi lesi dijaras penglihatan

33
Gambar 03 : defek lapangan pandang akibat berbagai lesi dijaras-jaras optik

Lesi pada jaras optikus dapat disebabkan oleh berbagai factor patologis.
Tumor yang luas pada otak dan struktur-struktur yang terletak didekatnya seperti
glandula hypophysis dan meninges serta penyakit serebrovaskuler adalah
penyebab yang paling sering. Efek penyabaran yang paling luas pada penglihatan
terjadi bila tumor terdapat ditempat serabut – serabut saraf jaras visual berkumpul
menjadi satu, seperti pada nervus opticus atau traktus optikus.

Defek lapangan pandang diberbagai lokasi dijaras penglihatan:


1. Lesi terjadi pada N. opticus kanan menyebabkan buta mata kanan (Right
Anopia)
2. Lesi terjadi pada median Chiasma opticum, kebanyakan disebabkan oleh tumor
Hypophysis, menyebabkan kebutaan di lapangan pandang temporal
(hemianopsia bitemporal).
3. Lesi terjadi pada Tractus opticus kanan, menyababkan kebutaan pada lapangan
pandang temporal mata kiri dan lapangan pandang nasal mata kanan
(Hemianopsia homonym sisi kiri).

34
4. Lesi terjadi pada Tractus visual kanan yang terletak di depan lobus temporalis
atau di bagian anterior Radiatio optica kanan, misalnya karena iskemia,
menyebabkan Anopsia kuadran atas kiri.
5. Lesi terjadi pada seluruh Radiatio optica, misalnya karena pendarahan hebat,
menyebabkan Hemianopsia homonimus sisi kiri.

V.8 Mekanisme Refleks Cahaya Pupil

Iris adalah diaphragm berpigmen yang tipis dan kontraktil dengan lubang di
tengahnya, yaitu pupil. Iris terletak di dalam humor aquosus di antara cornea dan
lensa. Pinggir iris melekat pada permukaan anterior corpus ciliaris. Iris membagi
ruang antara lensa dan cornea menjadi camera anterior dan camera posterior.
Refleks cahaya pupil berperan untuk memodulasi jumlah cahaya yang jatuh ke
retina, baik untuk melindungi fotoreseptor dari penyinaran yang berlebihan dan
berpotensi merusak, maupun untuk menjaga bayangan visual objek pada fokus
yang sebaik mungkin diretina, analog dengan diaphragma cahaya. Serabut-serabut
otot iris bersifat involunter dan terdiri dari serabut-serabut sirkular dan radial.
Serabut-serabut sirkular membentuk musculus sphincter papillae dan tersusun di
sekitar pinggir pupil. Serabut-serabut radial membentuk musculus dilator pupillae,
yang merupakan lembaran tipis serabut-serabut radial dan terletak dekat
permukaan posterior.
1. Persarafan: musculus sphincter pupillae disarafi oleh serabut parasimpatik
nervus oculomotorius. Setelah bersinaps di ganglion ciliare, serabut-serabut
posganglionik berjalan ke depan ke bola mata di dalam nervi ciliares breves.
Musculus dilatator pupillae disarafi oleh serabut atik, yang berjalan ke depan
ke bola mata di dalam nervi ciliares longi.
2. Fungsi: Musculus spinchter papillae mengecilkan pupil dalam keadaan cahaya
terang dan selama berakomodasi. Muscuus dilatorb papillae melebarkan pupil
dalam keadaan cahaya kurang terang atau keadaan di mana terdapat aktivitas
simpatik yang berlebihan seperti dalam keadaan takut.
Komponen aferen lengkung reflex yang mengatur konstriksi pupil terhadap
rangsang cahaya atau reflex akomodasi pada penglihatan dekat adalah nervus
optikus. Saraf eferen merupakan bagian dari system saraf parasimpatis dan

35
mencapai serabut otot polos pupilokonstriktor (sfingter pupil) melalui nervus
okulomotorius (III). Saraf simpatis mempersarafi serabut otot pupilodilator, yang
mencapai mata (dari ganglion servikal superior) melalui pleksus simpatis pada
dinding arteri carotis interna.

Lengkung aferen refleks cahaya pupil


Serabut aferen menyertai serabut visual di nervus dan traktus optikus di
dekat korpus genikulatum laterale, tetapi tidak langsung masuk ke struktur
tersebut, melainkan berbelok ke arah kolikulus superior dan berakhir di nuklei area
pretektalis. Interneuron yang terletak disini berproyeksi lebih lanjut ke nuklei
parasimpatik Edinger-Westhpal kedua sisi. Persarafan bilateral nuklei Edinger-
Westhpal ini merupakan dasar anatomis respons cahaya konsensual; penyinaran
cahaya pada satu mata menginduksi kontriksi pupil tidak hanya pada sisi mata
tersebut, tetapi juga pupil kontralateral.

Lengkung eferen refleks cahaya pupil.


Serabut eferen berasal dari nukleus Edinger-Westhpal dan berjalan di
nervus okulomotorius ke orbita. Serabut praganglionik parasimpatis bercabang
dari nervus okulomotorius di dalam orbita dan berjalan ke ganglion siliare, yang
sel-sel ganglionnya membentuk stasiun relay sinaptik. Serabut postganglion yang
pendek keluar dari ganglion siliare dan kemudian memasuki bola mata dan
mempersarafi m.spinghter

V.9 Pusat Kesadaran


Kesadaran manusia timbul dari adanya stimulus yang terus menerus
dikirimkan oleh sistim sensorik dari seluruh tubuh yang mencapai batang otak
(kaudal midbrain – thalamus medial). Bagian otak yang menerima impuls
sensorik tersebut adalah formation retikularis. RAS (Reticular Activating System)
merupkana bagian dari formation retikularis tersebut. Serabut dari FR selain
mengirimkan serabut spesifik untuk modalitas perasaan tertentu ke girus
postsentralis, dan girus sensoris, ada juga serabut non spesifik ke seluruh korteks
serebri.

36
Formation retikularis yang terus menerus mengirim impuls yang
menyebabkan kesadaran itu disebut ARAS (Ascending Reticular Activating
System) atau sebagai penggalak kesadaran. Korteks serebri yang menerima impuls
lalu mengolah impuls tersebut hingga timbulah kesadaran atau disebut juga
pengolah kesadaran. RAS juga berfungsi sebagai flter sensoris yang menyaring
stimulus, input yang diterima oleh tubuh sehingga kita dapat berkonsentrasi.
Gangguan pada ARAS tersebutlah yang dapat menyebabkan pingsan,
koma bahkan kematian. Benturan kepala dapat membuat gangguan pada ARAS.
Lesi dari benturan dapat menyebabkan:
1. Gangguan neurotransmitter sehingga terjadi blok pada depolarisasi ARAS.
(bersifat reversible)
2. Peningkatan tekanan intracranial.
3. Kerusakan otak sekunder akibat desakan ruangan dan kompilasi sistemik dari
hipotensi, hipoksemia, dan asidosis.

37
V.10 RAPD

Jenis refleks cahaya ada 2:


1. Refleks cahaya langsung (direct response): Pupil ipsilateral disinari, pupil
ipsilateral miosis. Untuk menilai fungsi N.II.
2. Refleks cahaya tidak langsung (consensual response): Pupil ipsilateral
disinari, pupil kontralateral miosis. Untuk menilai fungsi N.III. Gangguan
pada retina atau neuropati N.II dapat menyebabkan respons pupil jadi lemah
secara unilateral namun tetap simetris, yang disebut RAPD (relative afferent
pupillary defect). RAPD kiri artinya: refleks cahaya langsung mata kiri lebih
lemah daripada refleks cahaya langsung mata kanan.

Neuritis optik adalah peradangan atau demielinisasi saraf optikus akibat


berbagai macam penyakit. Neuritis optik diklasifikasikan menjadi dua yaitu
papilitis dan neuritis retrobulbar. Papilitis adalah pembengkakan diskus yang
disebabkan oleh peradangan lokal di nervus saraf optik intraokular dan dapat
terlihat dengan pemeriksaan funduskopi. Sedangkan tipe neuritis retrobulbar

38
merupakan suatu peradangan di nervus saraf optik ekstraokular/intraorbital yang
terletak pada bagian belakang bola mata, sehingga tidak tampak kelainan diskus
optik dengan oftalmoskop, tetapi terjadi penurunan tajam penglihatan
Nervus optic

Nervus optikus bermula dari optik disk dan berlanjut sampai ke kiasma
optikum, dimana ke dua nervus tersebut menyatu. Lebih awal lagi merupakan
kelanjutan dari lapisan neuron retina, yang terdiri dari axon-axon dari sel
ganglion. Serat ini juga mengandung serat aferen untuk reflex pupil. Secara
morfologi dan embriologi, neuritis optikus merupakan saraf sensorik. Tidak
seperti saraf perifer nervus optikus tidak dilapisi oleh neurilema sehingga tidak
dapat beregenerasi jika terpotong. Serat nervus optikus mengandung 1,0-1,2 juta
serat saraf.
Bagian nervus optikus memiliki panjang sekitar 47-50 mm, dan dapat
dibagi mejadi 4 bagian :
1. Intraocular (1 mm) : menembus sklera (lamina kribrosa), koroid dan masuk
ke mata sebagai papil disk.
2. Intraorbital (30 mm) : memanjang dari belakang mata sampai ke foramen
optik. Lebih ke posterior, dekat dengan foramen optik, dikelilingi oleh
annulus zinn dan origo dari ke empat otot rektus. Sebagian serat otot rektus

39
superior berhubungan dengan selubung saraf nervus optikus dan berhubungan
dengan sensasi nyeri saat menggerakkan mata pada neuritis retrobulbar.
Secara anterior, nervus ini dipidahkan dari otot mata oleh lemak orbital.
3. Intrakanalikular (6-9 mm) : sangat dekat dengan arteri oftalmika yang
berjalan inferolateral dan melintasi secara oblik, dan ketika memasuki mata
dari sebelah medial. Ini juga menjelaskan kaitan sinusitis dengan neuritis
retrobulbar.
4. Intrakranial (10 mm) : melintas di atas sinus kavernosus kemudian menyatu
membentuk kiasma optikum.

1. Lesi melalui bagian proksimal saraf optik


Gambaran penting dari lesi tersebut yaitu hemianopsia ipsilateral dan
kontralateral, hilangnya refleks cahaya langsung pada sisi yang terkena dan
reflek cahaya tidak langsung pada sisi kontralateral.
2. Lesi kiasma sentral
Dicirikan oleh hemianopsia bitemporal dan kelumpuhan reflex pupil.
Biasanya diahului oleh atrofi optik pada sebagian akhir nervus optikus.
Penyebab umum lesi kiasma pusat adalah suprasellar aneurisma, tumor kelenjar

40
hipofise, kraniofaringioma, meningioma suprasellar, glioma ventrikel ketiga,
hidrosefalus akibat obstruktif ventrikel tiga, dan kiasma arachnoiditis kronis.
3. Lesi kiasma lateral
Gambaran menonjol pada lesi ini yaitu hemianopia binasal dengan
kelumpuhan refleks pupil. Penyebab umum dari lesi tersebut diantaranya
penggelembungan dari ventrikel ketiga yang menyebabkan tekanan pada setiap
sisi kiasma dan ateroma dari carotis atau arteri communican posterior.
4. Lesi saluran optik
Ditandai dengan hemianopia homonim terkait dengan reaksi pupil
kontralateral (Reaksi Wernicke). Lesi ini biasanya diahului oleh atrofi optik pada
sebagian akhir nervus optikus dan mungkin berhubungan dengan kelumpuhan
saraf ketiga kontralateral serta hemiplegik ipsilateral.
Penyebab umum lesi ini diantaranya lesi sifilis, tuberkulosis, dan
aneurisma dari serebeli atas atau arteri serebral posterior.
5. Lesi badan genikulatam lateral
Lesi ini mengakibatkan hemianopia homonim dengan reflex pupil
minimal, dan mungkin berakhir dengan atrofi optik parsial.
6. Lesi radiasi optik
Gambaran berbeda-beda tergantung pada lokasi lesi. Keterlibatan radiasi
optik total mengakibatkan hemianopsia homonim total. Hemianopia kuadrantik
inferior (pie on the floor) terjadi pada lesi lobus parietal (mengandung serat
unggul radiasi optik). Hemianopia kuadrantik superior (pie on the sky) dapat
terjadi setelah lesi dari lobus temporal (mengandung serat radiasi optik inferior).
Biasanya lesi dari radiasi optic terjadi akibat oklusi pembuluh darah, tumor
primer dan sekunder, serta trauma.
7. Lesi korteks visual
Kerusakan makula homonim pada lesi ujung korteks oksipital yang dapat
terjadi sebagai akibat cedera kepala atau cedera ditembak senapan. Refleks
cahaya pupil normal dan atrofi optik tidak diikuti lesi korteks visual.
8. Lesi jalur visual
Kerusakan makula homonim pada lesi ujung korteks oksipital yang dapat
terjadi sebagai akibat cedera kepala atau cedera ditembak senapan. Refleks
cahaya pupil normal dan atrofi optik tidak diikuti lesi korteks visual.

41
VI. KERANGKA KONSEP

Pukulan keras oleh


pipa besi

Blokade sistem Fraktur os Tekanan intracranial


reversibel ARAS sphenoid meningkat
dari formasio
retikularis

Tekanan pada
canalis opticus

Pingsan

Gangguan pada N.II Gangguan pada


N.III

Gangguan refleks
Gangguan penglihatan
pupil
dan persepsi cahaya
terang

42
VII. KESIMPULAN

Anto mengalami benturan pada kepala bagian kanan sehingga terjadi fraktur pada
os Sphenoidale. Transmisi getaran melewati os sphenoidale dan mencapai saraf optik.
Benturan ini menyebabkan kehilangan kesadaran akibat dari terganggunya ARAS dari
formasio reticularis dan gangguan pada canalis opticus. Gangguan pada canalis opticus
menyebabkan gangguan pada N. opticus sehingga menyebabkan pandangan menjadi
gelap dan RAPD positif dan gangguan N. oculomotor yang mengakibatkan gangguan
reflex pupil.

DAFTAR PUSTAKA

43

Anda mungkin juga menyukai