PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan Tutorial Skenario A
Blok 5 Tahun 2018” dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan
saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala bantuan yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat
bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan untuk membuka wawasan yang lebih luas lagi.
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Kelompok B6
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
SKENARIO B BLOK 5.............................................................................................................1
I. KLARIFIKASI ISTILAH...................................................................................................1
II. IDENTIFIKASI MASALAH..........................................................................................2
IV. TOPIK PEMBELAJARAN DAN KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN.......11
V. SINTESIS.........................................................................................................................12
5.1 Anatomi Cranium......................................................................................................12
5.10 RAPD........................................................................................................................36
3
SKENARIO B BLOK 5
Seorang pelajar SMA berusia 16 tahun bernama Anto dibawa oleh teman-temannya ke
Unit Gawat Darurat RSMH karena jatuh pingsan sekitar 10 menit setelah samping kanan
kepalanya terpukul pipa besi saat terlibat tawuran setengah jam yang lalu. Anto mulai sadar saat
dalam perjalanan menuju rumah sakit. Setelah hampir 1 jam di rumah sakit Anto juga mengeluh
penglihatan mata kanannya menjadi gelap sehingga susah untuk melihat.
Hasil pemeriksaan keadaan umum baik. Mata kanan dan kiri tampak normal. Hasil
Radiologi menunjukkan gambaran fraktur pada tulang sphenoid kanan. Pada pemeriksaan
funduskopi menunjukkan Optic disc tampak normal dan tes refleks cahaya pupil: Positif
gambaran RAPD (relative afferent pupil defect). Dokter menduga Anto mengalami gangguan
saraf optik akibat benturan di kepalanya.
I. KLARIFIKASI ISTILAH
No Istilah Pengertiam
1 Pemeriksaan Pemeriksaan yang meliputi status keadaan gizi dan habitus,
keadaan umum kesadaran, dan tanda-tanda vital untuk menilai apakah
pasien dalam keadaan darurat medik atau tidak
2 Radiologi Cabang ilmu kesehatan yang berhubungan dengan substansi
radiokatif dan energi pancarannya dan dengan diagnosis
serta pengobatan penyakit baik dengan radiasi pengion (e.g.
Sinar X) maupun bukan pengion (e.g., ultrasound).
3 Tulang sphenoid Sebuah tulang yang irregular dan berbentuk segitiga pada
basis cranii, membentuk sebagian rantai fossa cranii anterior
medialis dan posterior
4 Funduskopi Pemeriksaan yang dilakukan pada struktur belakang mata
termasuk retina untuk memeriksa kemungkinan penyakit
mata
5 Optic disc Daerah pada mata tempat saraf mata memasuki retina dan
merupakan pertemuan seluruh saraf mata
6 Tes refleks cahaya Tes yang menguji refleks yang mengontrol diameter pupil
pupil sebagai tanggapan terhadap intensitas cahaya yang jatuh
pada retina mata
7 RAPD Gangguan pada retina atau neuropati N. II dapat
menyebabkan respons pupil jadi lemah secara unilateral
namun teta p simetris.
8 Gangguan saraf Gangguan yang terjadi pada susunan syaraf yang berfungsi
optik engirimkan informasi penglihatan dari retina ke otak
4
II. IDENTIFIKASI MASALAH
Keterangan:
VV = Prioritas kedua
V = Prioritas ketiga
5
b. Apa hubungan dipukul di samping kanan kepala dengan pingsan?
Karena daerah kepala merupakan daerah yang sangat dekat dengan batang otak
sehingga jika terpukul terlalu keras dapat menyebabkan adanya aliran energy
linear yang sampai pada RAS yang berakibat dengan hilangnya kesadaran
seseorang karena adanya regangan pada bagian batang otak. Pada saat RAS
mengirimkan sinyal kepada korteks serebri untuk tetap sadar, pesan itu dapat
6
diterima oleh korteks namun saat pengembaliannya ke ARAS terganggu dengan
adanya renggangan oleh karena itu tubuh merespon dengan adanya sesuatu yang
salah sehingga terjadila hilangnya kesadaran.
c. Dimana letak nervus optikus dan bagaimana struktur anatomi nervus optikus?
Nervus optikus terletak di canalis opticus. Nervus optikus memasuki ruang
intrakranial melalui foramen optikum. Di depan tuber sinerium (tangkai
hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung menjadi satu berkas
membentuk kiasma optikum dimana serabut bagian nasal dari masing-masing
mata akan bersilangan dan kemudian menyatu dengan serabut temporal mata
yang lain membentuk traktus optikus dan melanjutkan perjalanan untuk ke
korpus genikulatum lateral dan kolikulus superior.
2. Anto mulai sadar saat dalam perjalanan menuju rumah sakit lalu penglihatan mata
kanannya menjadi gelap sehingga susah untuk melihat.
a. Bagaimana struktur anatomi mata dan histologi mata?
ANATOMI MATA
7
HISTOLOGI MATA
1. Kornea
8
Struktur kornea memiliki lima lapisan, huruf (E) pada gambar a
memperlihatkan epitel skuamosa berlapis eksternal yang tidak bertanduk dan
memiliki ketebalan 5-6 sel. Epitel ini banyak dipersarafi dengan ujung saraf
sensoris. Stroma (S) adalah lapisan paling tebal pada kornea. Di bagian dalam,
stroma dilapisi oleh endotel (EN).
Epitel kornea (E) pada gambar b melekat pada bowman (B). Seluruh
lapisan stroma bersifat avascular sehingga nutrisi yang berasal dari aqueous
humour diperoleh melalui difusi endotel. Pada gambar c memperlihatkan bagian
posterior kornea yang dilapisi oleh endotel. Terdapat membrane Descemet(D)
yang melekat pada endotel berdekatan dengan stroma (S).
9
inti dalam (INL). Neuron ini mengirimkan akson kedalam lapisan pleksi formis
dalam (IPL), tempat neuron tersebut bersinaps dengan dendri tsel di lapisan
ganglion (GL). Akson dari sel-sel ini mengisi sebagian besar lapisan serabut saraf
(NFL) yang terpisah oleh membrana limitans interna (ILL) dari jaringan ikat
corpus vitreum (VB) yang mirip gelatin.
3. Lensa
Gambar diatas adalah lapisan anterior lensa. Lensa adalah suatu jaringan
elastic transparan yang memfokuskan cahaya pada retina. Di sekeliling lensa,
kapsul lensa (LC) dibentuk oleh sel epitel dan serabut. Di bawah kapsul lensa,
terdapat epitel kolumnar selapis lensa(LE).
Pada bidang ekuato rlensa, dekat zonula ciliaris, sel epitel berproliferasi dan
membentuk sel yang tersusun sejajar dengan epitel dan menjadi serat lensa. Serat
lensa yang berdiferensiasi (DLF) memiliki inti yang Panjang dan sitoplasmanya
terisi protein yang disebut kristalin. Serat lensa yang matur (MLF) tida kmemiliki
inti dan dikemas rapat membentuk strukturt ransparan yang khas.
10
terbalik) ditangkap oleh fotoreseptor, sel batang (berfungsi untuk penglihatan
hitam putih) dan sel kerucut (berfungsi untuk penglihatan warna) penjalaran
impuls melalui serabut saraf n.optikus Chiasma opticum Tractus opticus
Corpus eniculatum laterale dari thalamus superior cluculi dihantarkan ke
cortex lobus occipitalis persepsi melihat.
Jika terjadi kelainan seperti pada kasus ini, maka akan mengalami gangguan pada
N. Opticus sehingga jalur afferen dan efferen mengalami gangguan.
Arteri Ophthalmica adalah arteri utama orbita dan merupakan cabang dari
Pars cerebralis A. carotis interna. Arteri opthalmica biasanya berjalan di bawah N.
opticus (III) melalui canalis opticus ke dalam orbita. Di sini, arteri terbagi menjadi
banyak cabang yang mensuplai bola mata dan struktur orbita. Anastomosis
terbentuk dari R. orbitalis ke A. meningea media, melalui Aa. ethmoidales
anterior dan posterior ke pembuluh darah di dalam hidung, dan melalui pembuluh
darah menembus Septum orbitale atau tulang ke arteri-arteri wajah (Aa.
supraorbitalis, supratroclearis, palpebralis medialis dan lateralis, dorsalis nasi).
11
d. Mengapa hanya mata kanan yang mengalami gangguan?
Karena fraktur hanya terjadi pada os sphenoid kanan sehingga
menyebabkan lesi pada N. opticus kanan. Akibatnya, Anto mengeluh pengelihatan
mata kanan saja yang gelap/buta mata kanan (right anopia).
e. Mengapa Anto mengeluh penglihatan mata kanannya menjadi gelap setelah 1 jam di
rumah sakit?
Trauma tidak langsung yang membuat transmisi getaran dari os sphenoid
laterale yang akan mengganggu di Canalis Opticus dan akan mengalami gangguan
jalur afferent dan efferen
3. Pada pemeriksaan funduskopi menunjukkan Optic disc tampak normal dan tes refleks
cahaya pupil: Positif gambaran RAPD (relative afferent pupil defect). Dokter menduga
Anto mengalami gangguan saraf optic akibat benturan dikepalanya.
a. Bagaimana mekanisme refleks cahaya pupil?
Komponen aferen lengkung reflex yang mengatur konstriksi pupil terhadap
rangsang cahaya atau reflex akomodasi pada penglihatan dekat adalah nervus
optikus. Saraf eferen merupakan bagian dari system saraf parasimpatis dan
mencapai serabut otot polos pupilokonstriktor (sfingter pupil) melalui nervus
okulomotorius (III). Saraf simpatis mempersarafi serabut otot pupilodilator, yang
mencapai mata (dari ganglion servikal superior) melalui pleksus simpatis pada
dinding arteri carotis interna.
12
melainkan berbelok ke arah kolikulus superior dan berakhir di nuklei area
pretektalis. Interneuron yang terletak disini berproyeksi lebih lanjut ke nuklei
parasimpatik Edinger-Westhpal kedua sisi. Persarafan bilateral nuklei Edinger-
Westhpal ini merupakan dasar anatomis respons cahaya konsensual; penyinaran
cahaya pada satu mata menginduksi kontriksi pupil tidak hanya pada sisi mata
tersebut, tetapi juga pupil kontralateral.
13
optikus, dan N. anatomi N. jurnal,
okulomotor II, N.III, internet
6 Cavum orbitalis Ossa penyusun Batas-batas Buku,
cavum orbitalis dinding internet
cavum
orbitalis
7 Visual pathway Mekanisme Buku,
penglihatan jurnal,
internet
8 Mekanisme refleks Mekanisme Buku,
cahaya pupil refleks jurnal,
cahaya pupil internet
9 Pusat kesadaran Mekanisme Buku,
terjadinya jurnal,
kesadaran internet
dan sincop
10 RAPD Definisi Mekanisme Buku,
jurnal,
internet
V. SINTESIS
V.1 Anatomi Cranium
Tulang-tulang tengkorak; Ossa cranii; dilihat dari frontal; lihat bagan warna
pada bagian dalam dari sampul belakang volume ini. Rahang atas atau Maxilla terletak
di antara Orbita dan rongga mulut. Maxilla ikut serta dalam pembentukan batas
bawah dan medial Orbita dan memiliki batas lateral dengan Os zygomaticum. Proc.
frontalis Maxillae berhubungan dengan Os frontale. Foramen infraorbitale terletak di
bawah Margo infraorbitalis di Corpus maxillae. Spina nasalis anterior menonjol di
garis tengah. Proc. alveolaris membentuk batas bawah Maxilla dan menunjang gigi. Di
Orbita, Maxilla membentuk batas bawah Fissura orbitalis inferior dan, bersama
dengan Os zygomaticum, membentuk batas lateral Orbita. Rahang bawah atau
Mandibula terdiri dari Corpus dan Rami mandibulae, yang menyatu di Angulus
14
mandibulae. Corpus mandibulae terdiri dari Pars alveolaris dengan gigi dan Basis
mandibulae di bawahnya. Basis mandibulae menonjol di garis tengah sebagai
Protuberantia mentalis. Selain itu, terlihat Foramen mentale.
Tulang-tulang tengkorak, Ossa cranii; dilihat dari lateral; lihat bagan warna
pada bagian dalam dari sampul belakang volume. ini. Pandangan lateral
memperlihatkan Ossa frontale, parietale, occipitale, sphenoidale, dan temporale,
bagian-bagian dari Viscerocranium (Os nasale, Os lacrimale, Maxilla, dan Os
zygomaticum) serta sisi lateral rahang bawah (Mandibula). Di Viscerocranium, Os
nasale memiliki batas kranial dengan Os frontale dan batas posterior dengan
Maxilla. Bagian atas Os lacrimale membentuk Fossa sacci lacrimalis antara Maxilla
dan Os ethmoidale. Proc. alveolaris maxillae mengandung gigi atas. Aspek medial
Maxilla berhubungan dengan Os frontale, aspek lateralnya berkontak dengan Os
zygomaticum. Spina nasalis anterior menonjol di garis tengah anterior. Os
zygomaticum berperan membentuk kontur daerah pipi (Regio buccalis). Caput
mandibulae bersendi dengan Os temporale di Articulatio temporo mandibularis. Di
aspek frontal atas, Os frontale berhubungan dengan Os parietale dan Os
sphenoidale melalui Sutura coronalis. Os parietale berhubungan dengan Os
occipitale di Sutura lambdoidea dan dengan Os sphenoidale di Sutura
sphenoparietalis. Os sphenoidale dan Os temporale membentuk Sutura
sphenosquamosa. Os temporale dan Os occipitale berhubungan di Sutura
occipitomastoidea. Bagian utama dinding lateral Cranium dibentuk oleh Pars
squamosa ossis temporalis. Os temporale dan Os zygomaticum membentuk Arcus
zygomaticus, yang menjembatani Fossa temporalis. Pars tympanica ossis temporalis
terletak di bawah dasar Proc. zygomaticus dan tepat berbatasan dengan Pars
squamosa. Di permukaannya terletak Porus acusticus externus.
Cavum orbitalis adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang
membentuk dinding orbita yaitu: os.lakrimal, os.etmoid, os. sfenoid, os. frontal, os.
maksila, os. palatina, os. zygomaticum. Dinding orbita terdiri atas tulang:
15
1. Atap atau superior: os. frontal
a. Aspek Anterior
16
Pada aspek anterior tengkorak dapat dikenali os frontale, os zygomaticum,
orbita, nasal, maxilla dan mandibula
b. Aspek Lateral
c. Aspek Posterior
Aspek posterior tengkorak (occiput) dibentuk oleh os occipitale, os
parietale dan os temporale . Protuberentia occipitalis externa adalah
benjolan yang mudah diraba di bidang median. Linea nuchalis superior
yang merupakan batas atas tengkuk, meluas ke lateral dari protuberentia
occipitalis externa tersebut; linea nuchalis inferior tidak begitu jelas
d. Aspek Superior
17
Aspek superior dibentuk oleh os frontale di sebelah anterior, kedua
os parietale dextra dan sinistra dan os occipitale di sebelah posterior.
Sutura coronalis memisahkan os frontale dari os parietale; sutura
sagitalismemisahkan kedua tulang ubun-ubun satu dari yang lain; dan
sutura lamboidea memisahkan os parietale dan os temporale dari os
occipitale. Titik bregma adalah titik temu antara sutura sagitalis dan sutura
coronalis. Titik vertex merupakan titik teratas pada tengkorak yang
terletak pada sutura sagitalis di dekat titik tengahnya. Titik merujuk
kepada titik temu antara sutura lamboidea dan sutura sagitalis
e. Aspek inferior
Aspek inferior tengkorak setelah mandibula diangkat memperlihatkan
processus palatinus maxilla dan os palatinum, os sphenoidale, vomer, os
temporale dan os occipitale. Permukaan dalam dasar tengkorak
memperlihatkan tiga cekungan yakni fossa cranii anterior, fossa cranii media
18
dan fossa cranii posterior yang dibentuk oleh os frontale di sebelah anterior,
os ethmoidale di tengah dan corpus ossis sphenoidalis serta ala minor ossis
sphneoidalis di sebelah posterior. Fossa cranii media dibentuk oleh kedua ala
major ossis sphneoidalis, squama temporalis di sebelah lateral dan bagian-
bagian pars petrosa kedua os temporale di sebelah posterior. Fossa cranii
posterior dibentuk oleh os occipitale, os sphenoidale dan os temporale.
V.3 Anatomi Mata
19
b. Corpus ciliare
Badan siliar merupakan susunan otot melingkar yang berfungsi mengubah
tegangan kapsul lensa sehingga lensa dapat fokus untuk objek dekat maupun jauh
dalam lapang pandang.
c. Iris
Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior mempunyai permukaan yang
relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat di tengahnya, yang disebut pupil.
Iris mempunyai kemampuan untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke
dalam bola mata secara otomatis dengan mengecilkan (miosis) atau melebarkan
(midriasis) pupil.
Tunika nervosa
a. Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya.
20
kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa
mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang
dari dekat), lensa mata akan menebal.
f. Lapisan koroid : lapisan tipis di dalam sklera yang berisi pembuluh darah dan
suatu bahan pigmen, tidak menutupi kornea.
g. Retina atau Selaput Jala
Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian
retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf optik.
h. Saraf optik
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak.
1) Bintik buta : cakram optik yang merupakan bagian fovea dekat hidung,
merupakan tempat percabangan serat saraf dan pembuluh darah ke retina,
tidak mengandung sel batang ataupun kerucut, terletak pada region sekitar 133
– 183.
2) Humor aqueous : cairan jernih dan encer yang mengalir di antara lensa dan
kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan
bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
3) Humor vitreous : gel transparan / cairan kental yang terdiri dari bahan
berbentuk serabut, terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi
segmen posterior mata).
Otot Penggerak Mata
21
1. Mm.Ekstrinsik Bulbi
m. rectus lateral : menggerakkan bola mata kearah lateral/ temporal; N. VI
m. rectus medial : menggerakkan bola mata kearah medial/ nasal; N. III
m. rectus superior : menggerakkan bola mata keatas; N.III
m. rectus inferior : menggerakkan bola mata kebawah; N. III
m. obliquus superior : menggerakkan bola mata kesamping BAWAH; N. IV
m. obliquus inferior : menggerakkan bola mata kesamping ATAS; N. III
2. m. Intrinsik Bulbi
m. sphincter pupilae : kontraksi--> myosis, relaksasi--> midriasis; N. III
m. dilatator pupilae : kontraksi--> midriasis(pupil melebar); serabut parasympatis
setinggi cervical
m. ciliare : kontraksi--> zonula zinii mengendur--> akomodasi(lensa crystelina
mencembung), N. III
22
Struktur kornea memiliki lima lapisan, huruf (E) pada gambar a
memperlihatkan epitel skuamosa berlapis eksternal yang tidak bertanduk dan
memiliki ketebalan 5-6 sel. Epitel ini banyak dipersarafi dengan ujung saraf
sensoris. Stroma (S) adalah lapisan paling tebal pada kornea. Di bagian dalam,
stroma dilapisi oleh endotel (EN).
Epitel kornea (E) pada gambar b melekat pada bowman (B). Seluruh
lapisan stroma bersifat avascular sehingga nutrisi yang berasal dari aqueous
humour diperoleh melalui difusi endotel Pada gambar c memperlihatkan bagian
posterior kornea yang dilapisi oleh endotel. Terdapat membrane Descemet (D)
yang melekat pada endotel berdekatan dengan stroma (S).
23
Potongan dinding mata tersebut memperlihatkan jaringan ikat padat sklera
dan jaringan ikat vascular longgar koroid. Terdapat melanosit di koroid terutama
di regio luarnya yaitu lamina suprachoroidalis (SCL). Regio internal koroid,
lamina choroidocapillaris (CGL) menyediakan O2 dan nutrisi ke retina yang
berdekatan. Di antara koroid dan retina terdapat lapisan tipis yang dikenal
dengan membrane Bruch (B).
Lapisan eksternal retina adalah lapisan berpigmen (P) epitel kuboid yang
berisi melanin. Berdekatan dengan lapisan ini adalah komponen fotoreseptor sel
batang dan kerucut (R&C) yang terkemas rapat dengan badan selnya yang
membentuk lapisan inti luar (ONL). Kompleks taut antara sel-sel ini tersusun
dan dapat terlihat sebagai lapisan tipis yang disebut membrana limitans externa
(OLL). Akson sel batang dan kerucut terjulur ke dalam lapisan pleksiformis luar
(OPL) yang membentuk sinaps di tempat tersebut dengan dendrit neuron di
lapisan inti dalam (INL). Neuron ini mengirimkan akson ke dalam lapisan
pleksiformis dalam (IPL), tempat neuron tersebut bersinaps dengan dendrit sel di
lapisan ganglion (GL). Akson dari sel-sel ini mengisi sebagian besar lapisan
serabut saraf (NFL) yang terpisah oleh membrana limitans interna (ILL) dari
jaringan ikat corpus vitreum (VB) yang mirip gelatin.
C. Lensa
Gambar diatas adalah lapisan anterior lensa. Lensa adalah suatu jaringan
elastis transparan yang memfokuskan cahaya pada retina. Di sekeliling lensa,
kapsul lensa (LC) dibentuk oleh sel epitel dan serabut. Di bawah kapsul lensa,
terdapat epitel kolumnar selapis lensa (LE).
24
Pada bidang ekuator lensa, dekat zonula ciliaris, sel epitel berproliferasi
dan membentuk sel yang tersusun sejajar dengan epitel dan menjadi serat lensa.
Serat lensa yang berdiferensiasi (DLF) memiliki inti yang Panjang dan
sitoplasmanya terisi protein yang disebut kristalin. Serat lensa yang matur (MLF)
tidak memiliki inti dan dikemas rapat membentuk struktur transparan yang khas.
D. Lapisan Retina
25
E. Epitel Retina Berpigmen
Arteri Ophthalmica adalah arteri utama orbita dan merupakan cabang dari
Pars cerebralis A. carotis interna. Arteri opthalmica biasanya berjalan di bawah N.
opticus (III) melalui canalis opticus ke dalam orbita. Di sini, arteri terbagi menjadi
banyak cabang yang mensuplai bola mata dan struktur orbita. Anastomosis
26
terbentuk dari R. orbitalis ke A. meningea media, melalui Aa. ethmoidales anterior
dan posterior ke pembuluh darah di dalam hidung, dan melalui pembuluh darah
menembus Septum orbitale atau tulang ke arteri-arteri wajah (Aa. supraorbitalis,
supratroclearis, palpebralis medialis dan lateralis, dorsalis nasi).
A. carotis interna
A. ophthalmica
27
Vena pada oculus bermula dari sinus cavernosus bercabang menjadi V.
ophthalmica superior dan V. ophthalmica inferior. Venae ophthalmica superior
biasanya lebih besar dari venae ophthalmica inferior. Terdapat pula anastomosis
vena pada region wajah superfisial dan profunda (Plexus pterygoideus).
28
B. Nervus Okulomotor
1. Nervus cranialis ketiga
2. Berasal dari permukaan mesencephalon , berjalam ke depan di antara
arteria cerebri posterior dan arteri cerebelli anterior. Kemudian berjalan di
sepanjang fossa cranii media pada dinding lateral sinus cavernosus.
3. Nervus oculomotorius terbagi menjadi ramus superior dan ramus inferior.
4. N. Oculomotorius mempersarafi otot-otot berikut ini :
29
V.7 Visual Pathway
30
Gambar 01 : visual pathways
1. Fisiologi penglihatan
Benda mamantulkan cahaya cahaya masuk ke mata melalui pupil
pangaturan jumlah cahaya oleh pupil melalui m.sphincter pupillae (yang
mengkonstriksikan pupil dalam keadaan cahaya terang) dan m.dilator pupillae
(yang melebarkan pupil dalam keadaan kekurangan cahaya) difokuskan oleh
lensa (bikonveks) konvergensi cahaya bayangan jatuh di retina
(bayangan terbalik) ditangkap oleh fotoreseptor, sel batang (berfungsi untuk
penglihatan hitam putih) dan sel kerucut (berfungsi untuk penglihatan warna)
penjalaran impuls melalui serabut saraf n.optikus Chiasma opticum
Tractus opticus Corpus eniculatum laterale dari thalamus superior cluculi
dihantarkan ke cortex lobus occipitalis persepsi melihat.
31
2. Jaras penglihatan sensoris
32
Dalam tengkorak 2 nervus optikus menyatu membentuk kiasma optikus.
Di kiasma lebih dari separuh serabut (yang berasal dari separuh retina) mengalami
dekusasi dan menyatu dengan serabut-serabut temporal yang tidak menyilang dari
nervus optikus kontralateral untuk membentuk traktus optikus. Masing-masing
traktus optikus berjalan mengelilingi pedunkulus cerebri menuju kenukleus
genikulatus lateralis, tempat traktus tersebut akan bersinaps.
Semua serabut yang menerima impuls dari separuh kanan lapangan
pandang tiap-tiap mata membentuk traktus optikus kiri dan berproyeksi pada
hemisfer serebrum kiri. Demikian juga, separuh kiri lapangan pandang
berproyeksi pada hemisfer serebrum kanan.
20 % serabut ditraktus menjalankan fungsi pupil. Serabut-serabut ini
meninggalkan traktus tepat disebelah anterior nucleus dan melewati brachium
coliculli superioris menuju kenukleus pretectalis otak tengah. Serat-serat lainnya
bersinaps dinukleus genikulatus lateralis. Badan-badan sel struktur ini membentuk
traktus genikulokalkarina.
Traktus genikulokalkarina berjalan melalui crus posterius capsula interna
dan kemudian menyebar seperti kipas dalam radiation optica yang melintasi lobus
temporalis dan parietalis dalam perjalanan kekorteks oksipitalis (korteks
kalkarina, striata, atau korteks penglihatan primer).
33
Gambar 03 : defek lapangan pandang akibat berbagai lesi dijaras-jaras optik
Lesi pada jaras optikus dapat disebabkan oleh berbagai factor patologis.
Tumor yang luas pada otak dan struktur-struktur yang terletak didekatnya seperti
glandula hypophysis dan meninges serta penyakit serebrovaskuler adalah
penyebab yang paling sering. Efek penyabaran yang paling luas pada penglihatan
terjadi bila tumor terdapat ditempat serabut – serabut saraf jaras visual berkumpul
menjadi satu, seperti pada nervus opticus atau traktus optikus.
34
4. Lesi terjadi pada Tractus visual kanan yang terletak di depan lobus temporalis
atau di bagian anterior Radiatio optica kanan, misalnya karena iskemia,
menyebabkan Anopsia kuadran atas kiri.
5. Lesi terjadi pada seluruh Radiatio optica, misalnya karena pendarahan hebat,
menyebabkan Hemianopsia homonimus sisi kiri.
Iris adalah diaphragm berpigmen yang tipis dan kontraktil dengan lubang di
tengahnya, yaitu pupil. Iris terletak di dalam humor aquosus di antara cornea dan
lensa. Pinggir iris melekat pada permukaan anterior corpus ciliaris. Iris membagi
ruang antara lensa dan cornea menjadi camera anterior dan camera posterior.
Refleks cahaya pupil berperan untuk memodulasi jumlah cahaya yang jatuh ke
retina, baik untuk melindungi fotoreseptor dari penyinaran yang berlebihan dan
berpotensi merusak, maupun untuk menjaga bayangan visual objek pada fokus
yang sebaik mungkin diretina, analog dengan diaphragma cahaya. Serabut-serabut
otot iris bersifat involunter dan terdiri dari serabut-serabut sirkular dan radial.
Serabut-serabut sirkular membentuk musculus sphincter papillae dan tersusun di
sekitar pinggir pupil. Serabut-serabut radial membentuk musculus dilator pupillae,
yang merupakan lembaran tipis serabut-serabut radial dan terletak dekat
permukaan posterior.
1. Persarafan: musculus sphincter pupillae disarafi oleh serabut parasimpatik
nervus oculomotorius. Setelah bersinaps di ganglion ciliare, serabut-serabut
posganglionik berjalan ke depan ke bola mata di dalam nervi ciliares breves.
Musculus dilatator pupillae disarafi oleh serabut atik, yang berjalan ke depan
ke bola mata di dalam nervi ciliares longi.
2. Fungsi: Musculus spinchter papillae mengecilkan pupil dalam keadaan cahaya
terang dan selama berakomodasi. Muscuus dilatorb papillae melebarkan pupil
dalam keadaan cahaya kurang terang atau keadaan di mana terdapat aktivitas
simpatik yang berlebihan seperti dalam keadaan takut.
Komponen aferen lengkung reflex yang mengatur konstriksi pupil terhadap
rangsang cahaya atau reflex akomodasi pada penglihatan dekat adalah nervus
optikus. Saraf eferen merupakan bagian dari system saraf parasimpatis dan
35
mencapai serabut otot polos pupilokonstriktor (sfingter pupil) melalui nervus
okulomotorius (III). Saraf simpatis mempersarafi serabut otot pupilodilator, yang
mencapai mata (dari ganglion servikal superior) melalui pleksus simpatis pada
dinding arteri carotis interna.
36
Formation retikularis yang terus menerus mengirim impuls yang
menyebabkan kesadaran itu disebut ARAS (Ascending Reticular Activating
System) atau sebagai penggalak kesadaran. Korteks serebri yang menerima impuls
lalu mengolah impuls tersebut hingga timbulah kesadaran atau disebut juga
pengolah kesadaran. RAS juga berfungsi sebagai flter sensoris yang menyaring
stimulus, input yang diterima oleh tubuh sehingga kita dapat berkonsentrasi.
Gangguan pada ARAS tersebutlah yang dapat menyebabkan pingsan,
koma bahkan kematian. Benturan kepala dapat membuat gangguan pada ARAS.
Lesi dari benturan dapat menyebabkan:
1. Gangguan neurotransmitter sehingga terjadi blok pada depolarisasi ARAS.
(bersifat reversible)
2. Peningkatan tekanan intracranial.
3. Kerusakan otak sekunder akibat desakan ruangan dan kompilasi sistemik dari
hipotensi, hipoksemia, dan asidosis.
37
V.10 RAPD
38
merupakan suatu peradangan di nervus saraf optik ekstraokular/intraorbital yang
terletak pada bagian belakang bola mata, sehingga tidak tampak kelainan diskus
optik dengan oftalmoskop, tetapi terjadi penurunan tajam penglihatan
Nervus optic
Nervus optikus bermula dari optik disk dan berlanjut sampai ke kiasma
optikum, dimana ke dua nervus tersebut menyatu. Lebih awal lagi merupakan
kelanjutan dari lapisan neuron retina, yang terdiri dari axon-axon dari sel
ganglion. Serat ini juga mengandung serat aferen untuk reflex pupil. Secara
morfologi dan embriologi, neuritis optikus merupakan saraf sensorik. Tidak
seperti saraf perifer nervus optikus tidak dilapisi oleh neurilema sehingga tidak
dapat beregenerasi jika terpotong. Serat nervus optikus mengandung 1,0-1,2 juta
serat saraf.
Bagian nervus optikus memiliki panjang sekitar 47-50 mm, dan dapat
dibagi mejadi 4 bagian :
1. Intraocular (1 mm) : menembus sklera (lamina kribrosa), koroid dan masuk
ke mata sebagai papil disk.
2. Intraorbital (30 mm) : memanjang dari belakang mata sampai ke foramen
optik. Lebih ke posterior, dekat dengan foramen optik, dikelilingi oleh
annulus zinn dan origo dari ke empat otot rektus. Sebagian serat otot rektus
39
superior berhubungan dengan selubung saraf nervus optikus dan berhubungan
dengan sensasi nyeri saat menggerakkan mata pada neuritis retrobulbar.
Secara anterior, nervus ini dipidahkan dari otot mata oleh lemak orbital.
3. Intrakanalikular (6-9 mm) : sangat dekat dengan arteri oftalmika yang
berjalan inferolateral dan melintasi secara oblik, dan ketika memasuki mata
dari sebelah medial. Ini juga menjelaskan kaitan sinusitis dengan neuritis
retrobulbar.
4. Intrakranial (10 mm) : melintas di atas sinus kavernosus kemudian menyatu
membentuk kiasma optikum.
40
hipofise, kraniofaringioma, meningioma suprasellar, glioma ventrikel ketiga,
hidrosefalus akibat obstruktif ventrikel tiga, dan kiasma arachnoiditis kronis.
3. Lesi kiasma lateral
Gambaran menonjol pada lesi ini yaitu hemianopia binasal dengan
kelumpuhan refleks pupil. Penyebab umum dari lesi tersebut diantaranya
penggelembungan dari ventrikel ketiga yang menyebabkan tekanan pada setiap
sisi kiasma dan ateroma dari carotis atau arteri communican posterior.
4. Lesi saluran optik
Ditandai dengan hemianopia homonim terkait dengan reaksi pupil
kontralateral (Reaksi Wernicke). Lesi ini biasanya diahului oleh atrofi optik pada
sebagian akhir nervus optikus dan mungkin berhubungan dengan kelumpuhan
saraf ketiga kontralateral serta hemiplegik ipsilateral.
Penyebab umum lesi ini diantaranya lesi sifilis, tuberkulosis, dan
aneurisma dari serebeli atas atau arteri serebral posterior.
5. Lesi badan genikulatam lateral
Lesi ini mengakibatkan hemianopia homonim dengan reflex pupil
minimal, dan mungkin berakhir dengan atrofi optik parsial.
6. Lesi radiasi optik
Gambaran berbeda-beda tergantung pada lokasi lesi. Keterlibatan radiasi
optik total mengakibatkan hemianopsia homonim total. Hemianopia kuadrantik
inferior (pie on the floor) terjadi pada lesi lobus parietal (mengandung serat
unggul radiasi optik). Hemianopia kuadrantik superior (pie on the sky) dapat
terjadi setelah lesi dari lobus temporal (mengandung serat radiasi optik inferior).
Biasanya lesi dari radiasi optic terjadi akibat oklusi pembuluh darah, tumor
primer dan sekunder, serta trauma.
7. Lesi korteks visual
Kerusakan makula homonim pada lesi ujung korteks oksipital yang dapat
terjadi sebagai akibat cedera kepala atau cedera ditembak senapan. Refleks
cahaya pupil normal dan atrofi optik tidak diikuti lesi korteks visual.
8. Lesi jalur visual
Kerusakan makula homonim pada lesi ujung korteks oksipital yang dapat
terjadi sebagai akibat cedera kepala atau cedera ditembak senapan. Refleks
cahaya pupil normal dan atrofi optik tidak diikuti lesi korteks visual.
41
VI. KERANGKA KONSEP
Tekanan pada
canalis opticus
Pingsan
Gangguan refleks
Gangguan penglihatan
pupil
dan persepsi cahaya
terang
42
VII. KESIMPULAN
Anto mengalami benturan pada kepala bagian kanan sehingga terjadi fraktur pada
os Sphenoidale. Transmisi getaran melewati os sphenoidale dan mencapai saraf optik.
Benturan ini menyebabkan kehilangan kesadaran akibat dari terganggunya ARAS dari
formasio reticularis dan gangguan pada canalis opticus. Gangguan pada canalis opticus
menyebabkan gangguan pada N. opticus sehingga menyebabkan pandangan menjadi
gelap dan RAPD positif dan gangguan N. oculomotor yang mengakibatkan gangguan
reflex pupil.
DAFTAR PUSTAKA
43