Anda di halaman 1dari 9

Learning Objective !

1. Bagaimana karakteristik populasi dalam penelitian eksperimen, analitik,


preventif dan terapi
2. Memahami konsep akurasi dan reabilitas dalam penelitian kedokteran
3. Memahami pertimbangan efek dari suatu obat atau tindakan dalam
melakukan penelitian eksperimen termasuk penelitian lainnya dalam
penelitian kedokteran
4. Bagaimana teknik pengambilan sampel pada penelitian eksperimen
5. Memahami cara menilai efektivitas dan keamanan suatu obat sebelum dan
sesudah digunakan

Jawaban

1. Karakteristik Penelitian Eksperimen


beberapa karakteristik penelitian eksperimen, yaitu :
1. Variabel-veniabel penelitian dan kondisi eksperimen diatur secara tertib
ketat (rigorous management), baik dengan menetapkan kontrol,
memanipulasi langsung, maupun random (acak).
2. Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk
dibandingkan dengan kelompok eksperimen.
3. Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk
memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis
penelitian, meminimalkan variansi variabel pengganggu yang mungkin
mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi tujuan penelitian.
Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan,
termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan
penentuan subjek, serta penempatan subjek dalarn kelompok-kelompok
dilakukan secara acak.
4. Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan
penelitian eksperimen, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimen
yang dilakukan pada saat studi ini memang benar-benar menimbulkan
perbedaan.
5. Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana
kerepresentatifan penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan
menggeneralisasikan pada kondisi yang sama.
6. Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan
yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.
Selain itu, dalam penelitian eksperimen ada tiga unsur penting yang harus
diperhatikan dalam melakukan penelitian ini, yaitu:
a) Variabel kontrol,
Variabel kontrol adalah inti dari metode eksperimen, karena variabel
kontrol inilah yang akan menjadi standar dalam melihat apakah ada
perubahan, maupun perbedaan yan terjadi akibat perbedaan perlakuan
yang diberikan.
b) Manipulasi,
Dalam penelitian ini, yang dimanipulasi adalah variabel independent
dengan melibatkan kelompok-kelompok perlakuan yang kondisinya
berbeda.
c) Pengamatan.
Setelah peneliti menerapkan perlakuan eksperimen, ia harus mengamati
untuk menentukan apakah hipotesis perubahan telah terjadi (Observasi).
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
karakteristik penelitian eksperimen adalah antara lain :
a. Menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk
dibandingkan dengan kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental.
b. Menggunakan sedikitnya dua kelompok
c. Harus mempertimbangkan kesahihan ke dalam (internal validity).
d. Harus mempertimbangkan kesahihan keluar (external validity)
Referensi : Sastroasmoro, S. 2011.Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Edisi 4. Sagung Seto; Jakarta

2. Konsep Validitas
a. Pengertianvaliditas

Validitas mengacu pada kemampuan instrument pengumpulan data untuk
mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan data yang relevan
dengan apa yang sedang diukur. Dengan kata lain sebuah instrumen
dianggap memiliki validitas yang tinggi jika instrumen tersebut benar-
benar dapat dijadikan alat untuk mengukur sesuatu secara tepat. Validitas
merupakan ciri yang harus dimiliki oleh instrument pengukuran karena
berhubungan langsung dengan dapat tidaknya data dipercaya
kebenarannya.
b. Macam-macamvaliditas
1) Validitas subjektif
Validitas subjektif merupakan jenis validitas yang kriterianya
sepenuhnya ditentukan berdasarkan pertimbangan peneliti, baik
pertimbangan nalar maupun pengalaman keilmuannya.
2) Validitas isi
Validitas isi menunjuk pada sejauh mana instrument tersebut

mencerminkan isi yang dikehendaki. Vailiditas isi ialah derajat di
mana sebuah instrument mengukur 
cakupan subsansi yanghendak
diukur. 

3) Validitas criteria
Validitas criteria menunjuk pada hubungan antara skor yang
diperoleh dengan memakai instrument tertentu dengan suatu variable
luar (sebagai kriteria) yang mandiri dan dipercaya dapat mengukur
langsung fenomena yang diselidiki.
4) Validitas konstruk (construct validity)
Contsruct validity atau validitas bangunan pengertian menunjuk

kepada sejauh mana hasil pengukuran dapat ditafsirkan menurut

bangunan pengertian tersebut. Validitas konstruk merupakan
derajat yang menunjukkan bahwa suatu instrument dapat mengukur
sebuah konstruk sementara atau 
hypothetical construct

Construct validity dipilih bila fenomena tidak dapat diukur secara
langsung sehingga pengukuran dilakukan terhadap indikator-
indikator atau unsur-unsur yang membentuk construct atau konsep
tersebut.

Reliabilitas
a. Pengertian Reliablitas 
Reliabilitas instrumen adalah tingkat konsistensi
hasil yang dicapai oleh sebuah alat ukur, meskipun dipakai secara
berulang-ulang pada subjek yang sama atau berbeda. Dengan demikian
suatu instrumen dikatakan reliabel bila mampu mengukur sesuatu dengan
hasil yang konsisten (ajeg). 

b. Cara menentukan indeks reliabilitas
Ada beberapa cara untuk
menentukan indeks reliabilitas instrumen, 
yaitu : metoda belah dua,
metode tes ulang, metoda kesamaan rasional, dan metoda. 

1) Metoda belahdua

Metoda belah dua dilakukan dengan jalan memilah satu instrument
ke dalam dua bagian yang sama banyak, bagian pertama memuat
unsure yang bernomor ganjil dan bagian lain untuk yang bernomor
genap.
2) Metoda tes ulang

Anggapan dasar metoda ini adalah suatu instrument memiliki
reliabilitas yang tinggi bila dipergunakan pada subjek-subjek yang
sama dengan waktu yang berbeda namun hasilnya sama atau
mendekati sama.
3) Metoda kesamaan rasional

Metode ini dikembangkan oleh Kuder dan Richarson dengan titik
tekan kesamaan semua butir pertanyaan yang ada pada instrument
tes, baik pada ranah maupun tingkat kesukarannya. Artinya metoda
ini hanya dimaksudkan untuk mengukur reliabilitas yang
mempunyai satu sifat.
4) Metodaparalel

Metoda paralel sering pula disebut reliabilitas bentuk setara
(equivalent-form reliability), yang mempunyai dua bentuk
instrument. Metoda parallel dilakukan dengan dua kemungkinan.
Pertama, dua orang peneliti menggunakan instrument yang sama
untuk mengukur variabel yang sama dengan menggunakan
responden dan waktu yang sama. Kedua, peneliti tunggal
menggunakan instrumen yang berbeda untuk mengukur variabel
yang sama dengan menggunakan responden dan waktu yang sama
pula.

Referensi : Dempsey, Patricia Ann dan Dempsey, Arthur D. (2002) Riset


Keperawatan : Buku Ajar dan Latihan (Alih Bahasa : Palupi Widyastuti).
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sukardi. (2004) Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan
Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara.

3. Pertimbangan :
a. Informed Consent Individu
Untuk semua penelitan biomedis yang melibatkan manusia, peneliti
harus memperoleh informed consent dari calon subyek atau, dalam
kasus individu yang tidak mampu memberikan informed consent,
persetujuan wali dari suatu wakil hukum.
b. Informasi Esensial Untuk Calon Subyek Penelitian
Sebelum meminta persetujuan seseorang untuk berpartisipasi dalam
penelitian, peneliti harus membekali individu tersebut dengan informasi
berikut, dalam bahasa yang dapat dipahami olehnya:
1) Bahwa setiap individu diundang untuk berpartisipasi sebagai
subyek dalam penelitian, dan dalam tujuan serta metoda peneli-
tian;
2) Perkiraan lama dari partisipasi subyek;
3) Manfaat yang dapat diharapkan terjadi pada subyek atau orang lain
sebagai hasil dari penelitian tersebut;
4) Perkiraan resiko atau ketidaknyamanan pada subyek, yang
berkaitan dengan partisipasi dalam penelitian tersebut;
5) Prosuder atau cara pengobatan alternatif yang dapat
menguntungkan bagi subyek ketika prosedur atau pengobatan
tersebut diuji;
6) Sejauh mana kerahasiaan catatan di mana subyek diidentifikasi
akan dipertahankan;
7) Jika ada, sejauh mana tanggung jawab peneliti untuk memberikan
pelayanan medis kepada subyek tersebut;
8) Bahwa terapi akan diberikan secara cuma-cuma untuk jenis cedera
tertentu yang berkaitan dengan penelitian;
9) Apakah subyek atau keluarga subyek atau mereka yang menjadi
tanggungan subyek akan dikompensasikan bagi kecacatan atau
kematian karena cedera; dan
10) Bahwa individu tersebut bebas untuk menolak berpartisipasi dan
bebas untuk menarik diri dari penelitian setiap saat tanpa sanksi
atau hilangnya manfaat yang seharusnya menjadi haknya.
c. Bujukan untuk berpartisipasi
Subyek dapat dibayar untuk ketidaknyamanan dan waktu yang
dihabiskan, serta harus diganti biaya yang dikeluarkan dalam kaitan
dengan partisipasi mereka dalam penelitian. Mereka juga dapat
menerima pelayanan medis secara cuma-cuma. Meskipun demikian,
pembayaran tidak boleh dalam jumlah besar dan pelayanan medis tidak
boleh luas yang dapat mendorong calon subyek untuk berpartisipasi
dalam penelitian tersebut meskipun hal itu bertentangan dengan
penilaian mereka (“dorongan yang tidak layak”). Semua pembayaran,
penggantian biaya, dan pelayanan medis yang akan diberikan kepada
subyek penelitian harus disetujui oleh komisietik.
d. Penelitian yang melibatkan anak-anak
Sebelum melakukan penelitian yang melibatkan anak-anak, maka
peneliti harus memastikan bahwa:
1) anak-anak tidak boleh dilibatkan dalam penelitian yang mung- kin
dapat dilakukan sama baiknya pada orang dewasa
2) tujuan penelitian adalah untuk memperoleh pengetahuan relevan
dengan kebutuhan kesehatan anak-anak;
3) orang tua atau wakil hukum dari setiap anak telah memberikan
persetujuan wali;
4) persetujuan dari setiap anak telah diperoleh sejauh kemam- puan
anak;
5) penolakan anak untuk berpartisipasi dalam penelitian harus se- lalu
dihargai kecuali menurut protokol penelitian anak tersebut akan
menerima terapi yang secara medis tidak ada alternatifnya;
6) resiko yang ditimbulkan oleh intervensi yang tidak dimaksudkan
untuk memberikan manfaat kepada subyek anak adalah rendah dan
setara dengan pentingnya pengetahuan yang akan dicapai; dan
7) intervensi yang dimaksudkan untuk memberikan manfaat tera-
peutik setidak-tidak memiliki manfaat yang sama bagi subyek anak
sebagaimana manfaat suatu intervensi alternatif.
Referensi : CIOMS. 2010. Pedoman Etik Internasional untuk Penelitian
Biomedis yang Melibatkan Manusia.

4. Suatu penelitian, termasuk eksperimen, perlu menetapkan target populasi.


Untuk penelitian eksperimen dibutuhkan keadaan populasi yang relatif
homogen. Homogenitas populasi ini berguna bagi kemudahan dalam
pengambilan sampel dan perlakuan yang hendak diberikan. Jika upaya
homogenitas ini dicapai secara maksimal, maka sangat membantu
peningkatan validitas penelitian. Homogentias subyek penelitian dapat
dicapai dengan membatasi ciri populasi, diantaranya :
a. Aspek tempat atau geografis, merupakan tempat tinggal subjek (provinsi,
kabupaten, sekolah).
b. Aspek subjek sendiri, seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, dll.
c. Aspek sosial, yang mencakup kelas sosial, keluarga, dan lingkungan
sosial.
Penelitian biasanya dilakukan terhadap sampel, yaitu sebagian dari
populasi. Subjek penelitian yang menjadi sampel seharusnya representatif
populasinya. Kerepresantatifan sampel dipengaruhi oleh beberap faktor.
Diantaranya :
a. Jumlah sampel
Jumlah sampel merupakan banyaknya kelompok sampel yang
dibutuhkan dalam suatu eksperimen. Jumlah sampel ini ditentukan oleh
desain eksperimennya. Contohnya, jika suatu eksperimen dilakukan
untuk melakukan komparasi dua macam perlakuan misalnya pemberian
pelatihan keterampilan sosial pada satu kelompok, dan tidak ada
perlakuan pada kelompok lain, maka jumalh sampel yang dibutuhkan
ada dua (kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Dalam suatu
eksperimental yang lain, dapat saja komparasi dua macam perlakuan itu
dilakukan terhadap satu sampel. Dengan demikian jumlah sampel
sangat bergantung pada desain penelitian.
b. Besar anggota sampel
Besar anggota sampel dalam eksperimen tidak ditentukan oleh besarnya
populasi, tetapi ditentukan oleh kekkuatan pengaruh perlakuan dari
studi-studi sebelumnya. Suatu perlakuan yang memiliki pengaruh yang
kuat pada perubahan variabel terikat (perilaku) berdasarkan studi atau
peneltian terdahulu diperlukan anggota sampel yang relatif lebih
sedikit, dan semakin lemah pengaruh suatu perlakuan pada variabel
terikat dibutuhkan anggota sampel yang relatif lebih banyak.
c. Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian eksperimen dapat dilakukan dua
teknik, yaitu sebagai berikut :
1) Random
Random merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan
atas probabilitas bahwa setiap unit sampling memiliki kesempatan
yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Ada beberapa teknik
random yang dapat digunakan dalam menetapkan anggota sampel
sebagai berikut :
 Random sederhana (simple random), dilakukan dengan memilih
setiap individu yang menjadi sampel secara random. Biasanya
dilakukan dengan undian.
 Pemilihan urutan nomor (random ordering) yaitu pemilihan
anggota sampel atas dasar urutan nomor unit sampling. Yang
dipilih sebagai sampel dapat ditetapkan atas dasar nomor genap
saja atau nomor ganjil saja atau kelipatan angka tertentu
sehingga jumlah anggota sampel yang dibutuhkan terpenuhi.
 Random berdasarkan tabel. Random berdasarkan tabel yaitu
penentuan anggota sampel secara sistematis yang dilakukan
dengan hanya memilih individu pertama saja yang dipilih secara
random sementara invidu berikutnya terpilih menurut aturan
yang ditetapkan berdasarkan tabel random.
 Seleksi komputer, yaitu penentuan anggota sampel berdasarkan
nomor random yang diprogram di komputer.
2) Non random
Non random disebut juga sampel non probabilitas. Teknik
pengambilan sampel tidak dengan random tetapi dengan
pertimbangan tertentu. Jika dalam pemilihan anggota sampel
dilakukan dengan tidak cermat, cara non random ini tidak dapat
memperoleh sampel yang representatif.
Sesuai dengan sifatnya, penentuan sampel non random memiliki
banyak kesulitan dalam mencapai keadaan yang representatif
karena dimungkinkan banyak bias yang terjadi secara sistematis
yaitu dimungkinkan ada unsur kesengajaan dari peneliti. Jika
teknin ini terpaksa dilakukan dalam penelitian eksperimen maka
peneliti haruslah melakukannya secara hati-hati
Referensi : Sastroasmoro, S. 2011.Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Edisi 4. Sagung Seto; Jakarta

5. TAHAP UJI KLINIK UJI KLINIK FASE I:


Fase ini merupakan pengujian suatu obat baru untuk pertama kalinya pada
manusia. Hal yang diteliti di sini ialah keamanan obat, bukan efetifitasnya
dan dilakukan pada sukarelawan sehat. Tujuan fase ini ialah menentukan
besarnya dosis tunggal yang dapat diterima, artinya yang tidak menimbulkan
efek samping serius. Dosis oral (lewat mulut) yang diberikan pertama kali
pada manusia biasanya 1/50 x dosis minimal yang menimbulkan efek pada
hewan. Tergantung dari data yang diperoleh pada hewan, dosis berikutnya
ditingkatkan sedikit-sedikit atau dengan kelipatan dua sampai diperoleh efek
farmakologik atau sampai timbul efek yang tidak diinginkan. Untuk mencari
efek toksik yang mungkin terjadi dilakukan pemeriksaan hematologi, faal
hati, urin rutin dan bila perlu pemeriksaan lain yang lebih spesifik.
Pada fase ini diteliti juga sifat farmakodinamika dan farmakokinetikanya
pada manusia. Hasil penelitian farmakokinetika ini digunakan untuk
meningkatkan pemilihan dosis pada penelitian selanjutnya. Selain itu, hasil
ini dibandingkan dengan hasil uji pada hewan coba sehingga diketahui pada
spesies hewan mana obat tersebut mengalami proses farmakokinetika seperti
pada manusia. Bila spesies ini dapat ditemukan maka dilakukan penelitian
toksisitas jangka panjang pada hewan tersebut.
Uji klinik fase I ini dilaksanakan secara terbuka, artinya tanpa pembanding
dan tidak tersamar, pada sejumlah kecil subjek dengan pengamatan intensif
oleh orang-orang ahli dibidangnya, dan dikerjakan di tempat yang sarananya
cukup lengkap. Total jumlah subjek pada fase ini bervariasi antara 20-50
orang.

UJI KLINIK FASE II:

Pada fase ini obat dicobakan untuk pertama kalinya pada sekelompok kecil
penderita yang kelak akan diobati dengan calon obat. Tujuannya ialah melihat
apakah efek farmakologik yang tampak pada fase I berguna atau tidak untuk
pengobatan. Fase II ini dilaksanakan oleh orang- orang yang ahli dalam
masing-masing bidang yang terlibat. Mereka harus ikut berperan dalam
membuat protokol penelitian yang harus dinilai terlebih dulu oleh panitia
kode etik lokal. Protokol penelitian harus diikuti dengan dengan ketat, seleksi
.
penderita harus cermat, dan setiap penderita harus dimonitor dengan intensif .

Pada fase II awal, pengujian efek terapi obat dikerjakan secara terbuka
karena masih merupakan penelitian eksploratif. Pada tahap ini biasanya
belum dapat diambil kesimpulan yang definitif mengenai efek obat yang
bersangkutan karena terdapat berbagai factor yang mempengaruhi hasil
pengobatan, misalnya perjalanan klinik penyakit, keparahannya, efek placebo
dan lain- lain. Untuk membuktikan bahwa suatu obat berkhasiat, perlu
dilakukan uji klinik komparatif yang membandingkannya dengan placebo,
atau bila penggunaan plasebo tidak memenuhi syarat etik, obat dibandingkan
dengan obat standard yang telah dikenal. Ini dilakukan pada akhir fase II atau
awal fase III, tergantung dari siapa yang melakukan, seleksi penderita, dan
monitoring penderitanya. Untuk menjamin validitas uji klinik komparatif ini,
alokasi penderita harus acak dan pemberian obat dilakukan secara tersamar
ganda. Ini disebut uji klinik acak tersamar ganda berpembanding.

Pada fase II ini tercakup juga penelitian dosis-efek untuk menentukan


dosis optimal yang akan digunakan selanjutnya, serta penelitian lebih lanjut
mengenai eliminasi obat, terutama metabolismenya. Jumlah subjek yang
mendapat obat baru pada fase ini antara 100-200 penderita.

UJI KLINIK FASE III:

Uji klinik fase III dilakukan untuk memastikan bahwa suatu obat-baru
benar-benar berkhasiat (sama dengan penelitian pada akhir fase II) dan untuk
mengetahui kedudukannya dibanding- kan dengan obat standar. Penelitian ini
sekaligus akan menjawab pertanyaan- pertanyaan tentang (1) efeknya bila
digunakan secara luas dan diberikan oleh para dokter yang „kurang ahli‟; (2)
efek samping lain yang belum terlihat pada fase II; (3) dan dampak
penggunaannya pada penderita yang tidak diseleksi secara ketat.

Uji klinik fase III dilakukan pada sejumlah besar penderita yang tidak
terseleksi ketat dan dikerjakan oleh orang-orang yang tidak terlalu ahli,
sehingga menyerupai keadaan sebenarnya dalam penggunaan sehari- hari
dimasyarakat. Pada uji klinik fase III ini biasanya pembandingan dilakukan
dengan plasebo, obat yang sama tapi dosis berbeda, obat standard dengan
dosis ekuiefektif, atau obat lain yang indikasinya sama dengan dosis yang
ekuiefektif. Pengujian dilakukan secara acak dan tersamar ganda.

Bila hasil uji klinik fase III menunjukkan bahwa obat baru ini cukup aman
dan efektif, maka obat dapat diizinkan untuk dipasarkan. Jumlah penderita
yang diikut sertakan pada fase III ini paling sedikit 500 orang.

UJI KLINIK FASE IV:

Fase ini sering disebut post marketing drug surveillance karena merupakan
pengamatan terhadap obat yang telah dipasarkan. Fase ini bertujuan
menentukan pola penggunaan obat di masyarakat serta pola efektifitas dan
keamanannya pada penggunaan yang sebenarnya. Survei ini tidak tidak
terikat pada protokol penelitian; tidak ada ketentuan tentang pemilihan
penderita, besarnya dosis, dan lamanya pemberian obat. Pada fase ini
kepatuhan penderita makan obat merupakan masalah.
Penelitian fase IV merupakan survei epidemiologi menyangkut efek
samping maupun efektifitas obat. Pada fase IV ini dapat diamati (1) efek
samping yang frekuensinya rendah atau yang timbul setelah pemakaian obat
bertahun-tahun lamanya, (2) efektifitas obat pada penderita berpenyakit berat
atau berpenyakit ganda, penderita anak atau usia lanjut, atau setelah
penggunaan berulangkali dalam jangka panjang, dan (3) masalah penggunaan
berlebihan, penyalahgunaan, dan lain- lain. Studi fase IV dapat juga berupa
uji klinik jangka panjang dalam skala besar untuk menentukan efek obat
terhadap morbiditas dan mortalitas sehingga datanya menentukan status obat
yang bersangkutan dalam terapi.

Dewasa ini waktu yang diperlukan untuk pengembangan suatu obat baru,
mulai dari sintesis bahan kimianya sampai dipasarkan, mencapai waktu 10
tahun atau lebih.

Setelah suatu obat dipasarkan dan digunakan secara luas, dapat ditemukan
kemungkinan manfaat lain yang mulanya muncul sebagai efek samping. Obat
demikian kemudian diteliti kembali di klinik untuk indikasi yang lain, tanpa
melalui uji fase I. Hal seperti ini terjadi pada golongan salisilat yang semula
ditemukan sebagai antireumatik dan anti piretik. Efek urikosurik dan
antiplateletnya ditemukan belakangan. Hipoglikemik oral juga ditemukan
dengan cara serupa.

Referensi : rahmatini, 2010. Evaluasi Khasiat Dan Keamanan Obat (Uji


Klinik). Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni 2010.
Diakses 18 november 2015. From
<http://mka.fk.unand.ac.id/images/articles/No_1_2010/hal_33-38-isi.pdf>

Anda mungkin juga menyukai

  • REFARAT
    REFARAT
    Dokumen14 halaman
    REFARAT
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok16scene1
    LO Blok16scene1
    Dokumen19 halaman
    LO Blok16scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok21scene2
    LO Blok21scene2
    Dokumen8 halaman
    LO Blok21scene2
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • KLH
    KLH
    Dokumen7 halaman
    KLH
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Nyeri
    LO Nyeri
    Dokumen14 halaman
    LO Nyeri
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Kejang
    LO Kejang
    Dokumen8 halaman
    LO Kejang
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok20scene1psiko
    LO Blok20scene1psiko
    Dokumen8 halaman
    LO Blok20scene1psiko
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok17scene1
    LO Blok17scene1
    Dokumen7 halaman
    LO Blok17scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LOPK Blok20scene1
    LOPK Blok20scene1
    Dokumen6 halaman
    LOPK Blok20scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Skenario 2
    LO Skenario 2
    Dokumen4 halaman
    LO Skenario 2
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok20scene4Psiko
    LO Blok20scene4Psiko
    Dokumen10 halaman
    LO Blok20scene4Psiko
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok20scene1Alergi
    LO Blok20scene1Alergi
    Dokumen3 halaman
    LO Blok20scene1Alergi
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LOblok 18 Scene 3 Betul
    LOblok 18 Scene 3 Betul
    Dokumen18 halaman
    LOblok 18 Scene 3 Betul
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Lo 2
    Lo 2
    Dokumen4 halaman
    Lo 2
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LOblok 20 Scene 2 Alergi
    LOblok 20 Scene 2 Alergi
    Dokumen9 halaman
    LOblok 20 Scene 2 Alergi
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LOblok11 Scene3
    LOblok11 Scene3
    Dokumen11 halaman
    LOblok11 Scene3
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Lo !
    Lo !
    Dokumen4 halaman
    Lo !
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok19scene3
    LO Blok19scene3
    Dokumen15 halaman
    LO Blok19scene3
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Critical PDF
    Jurnal Critical PDF
    Dokumen6 halaman
    Jurnal Critical PDF
    Nanda Nabilah Ubay
    Belum ada peringkat
  • LO Blok6 Scene2
    LO Blok6 Scene2
    Dokumen4 halaman
    LO Blok6 Scene2
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO 3 Muskulo
    LO 3 Muskulo
    Dokumen5 halaman
    LO 3 Muskulo
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Tutorial
    Tutorial
    Dokumen7 halaman
    Tutorial
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO 3 Blok12scene3
    LO 3 Blok12scene3
    Dokumen15 halaman
    LO 3 Blok12scene3
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Block18scene1
    LO Block18scene1
    Dokumen16 halaman
    LO Block18scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Dapus
    Dapus
    Dokumen2 halaman
    Dapus
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Learning Objective Blok 5
    Learning Objective Blok 5
    Dokumen10 halaman
    Learning Objective Blok 5
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Grafik
    Grafik
    Dokumen1 halaman
    Grafik
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Papan Nama
    Papan Nama
    Dokumen1 halaman
    Papan Nama
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Tutorial
    Tutorial
    Dokumen7 halaman
    Tutorial
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat