Anda di halaman 1dari 8

IDENTITAS DAN INTEGRASI

A. BANGSA DAN IDENTITAS

Identitas pada umumnya melekat pada entitas yang sifatnya individu. Kata individu
berasal dari bahas Inggris yaitu identity yang secara harfiah berarti jati diri, ciri ciri, atau tanda
tanda yang melekat pada seseorang atau sesuatu sehingga mampu membedakan dengan yang
lain. Dalam kamus Maya Wikipedia dikatakan “identity is an umbrella term used through out the
social science to describe a person’s conception and expression of their individuality or group
affiliations (such as national identity and cultural identity)”. Dalm terminology antropologi,
identitas adalah sift khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendri,
golongan sendiri, kelompok sendiri, atau komunitas sendiri.

Mengacu pada pengertian diatas, identitas tidak terbatas pada individu semata, tetapi berlaku
pula pada suatu kelompok manusia.

1. Pengertian Bangsa.

Istilah “bangsa” dalam bahasa Inggris disebut “nation”. Kata nation berasal dari kata
“nation” (Latin) yang berarti “lahir”. Nation dapat berarti suatu kelahiran, suaru keturunan,
suatu suku yang memiliki kesamaan keturunan, orang-orang yang sama keturunan.

Kata “bangsa” sendiri berasal dari bahasa Sansekerta “wangsa” yang berarti orang-orang yang
satu keturunan atau satu “trah” (Jawa). Secara etimologis bangsa berasal dari kata “wangsa”
artinya orang-orang yang memiliki satu keturunan.

Meskipun factor objektif itu penting, namun unsur yang terpenting itu adalah kemuan bersama
yang hidup nyata. Adanya kemauan hidup bersama sebagai factor pembentuk bangsa atau oleh
Hans Kohn (1984) disebut sebagai factor subjektif.

a. Bangsa Menurut Arti Sosiologis Antropologis

Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan hidup masyarakat


yang berdiri sendiri dan masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu
kesatuan ras, bahasa, agama, dan adat istiadat. Jadi mereka yang menjadi satu bangsa karena
disatukan oleh kesamaan ras, budaya, keyakinan, bahasa dan sebagainya. Ikatan tersebut
dinaman primordial.

Dalam satu Negara terdiri dari beberapa bangsa. Misalnya, Amerika serikat terdiri dari berbagai
bangsa seperti W A P S (White Anglosaxon Protestan), Negro (African American), bangsa Indian
(Native American), Cina, Yahudi dan lainnya yang dulu merupakan kaum pendatang. Bangsa
Indonesia terdiri dari berbagai bangsa yang tersebar dari Aceh sampai irian Jaya, seperti
Minangkabau, Sunda, Dayak, Banjar dan sebagainya.

b. Bangsa Menurut Arti Politis


Bangsa dalam perngertin politik adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang
sama dan mereka tunduk kepada kedaulatan kekuasaan tertinggi negaranya. Mereka diikat oleh
suatu kekuasaan politik, yakni Negara.

Bangsa itu mengakui serta tunduk pada kekuasan dari Negara yang bersangkutan. Setelah
mereka bernegara maka terciptalah bangsa. Misalnya, kemunculan bangsa Indonesia (arti
politis) setelah terciptanya Negara Indonesia.

Saat ini, umumnya Negara bangsa terbentuk dari keragaman banyak bangsa di dalamnya.
Negara modern lebih berdasar pada faktor-faktor subjektif bangsa. Bangsa dalam pengertian
politis dapat terbentuk tanpa memiliki kesamaan keturunan atau kesamaan factor objektif
lainnya, seperti ras, bahasa, daerah, tradisi dan agama. Orang-orang dalam kesatuan political
unity mungkin tidak berhubungan, tapi mereka merasakan hidup nersama dan tunduk dalam
satu komunitas politik.

Dengan adanya perkembangan bangsa dalam arti politis ini maka bangsa dalam arti sosiologis
antropologis sekarang ini lebih dikenal dengan istilah ethnic atau suku.

2. Cultural Unity dan Political Unity

AT Soegito (2004) pernah mengutip pendapat Jacobsen dan Lipman, menyatakan


bangsa memiliki dua arti, yaitu bangsa dalam pengertian kebudayaan (cultural unity) dan
bangsa dalam pengertian politik kenegaraan (political unity)

Pertama, bangsa adalah suatu cultural unity. Cultural unity terjadi karena masyarakat sebagai
persekutuan hidup itu merasa satu satuan dalam ras, bahasa, religi, sejarah dan adat istiadat.
Roeslan Abdulgani menyebutnya sebagai culture-nation-theory, bahwa suatu nation atau
bangsa itu adalah sekelompok manusia dengan persamaan kebudayaan. Kedua, bangsa dalam
arti politik (kenegaraan) adalah suatu political unity.

Cultural unity adalah bangsa dalam pengertian antropologi/sosiologi sedangkan political


unity adalah bangsa dalam pengertian politik kenegaraan.

3. Proses Pembentukan Bangsa-Negara

Suatu negara yang memiliki berbagai suku bangsa dan ras berupaya keras membentuk
suatu bangsa baru dengan identitas kultural yang baru pula. Hal itu dimaksudkan agar dapat
bertahan lama dan mampu mencapai tujuan.
Proses terbentuknya suatu negara terpusat modern yang penduduknya meliputi satu
nasionalitas (suatu bangsa) merupakan proses pembentukan bangsa-negara. Pengertian bangsa
dalam istilah satu bangsa berbeda dengan pengertian bangsa dalam istilah bangsa negara
(nation-state).
Bangsa dalam bangsa-negara mencakup jumlah kelompok masyarakat (berbagai suku bangsa
dan ras) yang lebih luas daripada bangsa dalam suku bangsa. Kesamaan identitas kultural
dalam suku bangsa lebih sempit cakupannya daripada identitas kultural dalam bangsa-negara.
Lalu Ben Anderson, seorang ilmuwan politik dari Universitas Cornell merumuskan pengertian
bangsa secara unik. .Menurut pengamatannya, bangsa merupakan komunitas politik yang
dibayangkan (imagined political community) dalam wilayah yang jelas batasnya dan berdaulat.
Dikatakan sebagai komunitas politik yang dibayangkan karena bangsa yang paling kecil
sekalipun para anggotanya tidak kenal satu sama lain. Dibayangkan secara terbatas karena
bangsa yang paling besar sekalipun —yang penduduknya ratusan juta jiwa— mempunyai batas
wiayah yang relatif jelas. Dibayangkan sebagai berdaulat karena bangsa ini berada di bawah
suatu negara mempunyai kekuasaan atas seluruh wilayah dan bangsa tersebut. Akhirnya,
disebut sebagai komunitas yang dibayangkan karena terlepas dari adanya kesenjangan dan
penindasan, para anggota bangsa Itu selalu memandang satu sama lain sebagai saudara
sebangsa dan setanah air. Perasaan sebangsa inilah yang menyebabkan berjuta-juta orang
bersedia mati bagi komunitas yang dibayangkan Itu.
Sementara itu, secara umum dikenal adanya dua model proses pembentukan bangsa-negara.
Pertama, model ortodoks yang bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu untuk
kemudian bangsa itu membentuk satu negara tersendiri. Setelah bangsa-negara ini terbentuk,
kemudian suatu rezim politik (konstitusi) dirumuskan dan ditetapkan, dan sesuai dengan
pilihan rezlm politik itu, dikembangkan sejumlah bentuk partisipasi politik warga masyarakat
dalam kehidupan bangsa-negara. Kedua, model mutakhir yang berawal dan adanya negara
terlebih dahulu, yang terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan penduduknya merupakan
kumpulan sejumlah kelompok suku bangsa dan ras.

4. Identitas Kultural dan Identitas Nasional

Sejalan dengan pembedaan konsep bangsa, kita bias membedakan dua bentuk identitas,
yakni identitas kultural, identitas kebangsaan, dan identitas kesukubangsaan.

a. Identitas Kebangsaan

Identitas kebangsaan merupakan bentukan dari kesepakatan dari banyak bangsa di


dalamnya. Kesamaan primordial dapat saja menciptakan bangsa tersebut untuk bernegara.
Negara terbentuk dari satu bangsa dengan identitas primordial yang sama atau dapat dikatakan
Negara terbentuk dari factor-faktor objektif bangsa.

b. Identitas Kesukubangsaan

Kesukubangsaan merujuk pada bangsa dalam pengertian kebudayaan atau bangsa


dalam arti sosiologis antropologis. Kesubangsaan disatukan oleh adanya kesamaan dalam hal
ras, suku, agama, adat, dan budaya. Keturunan (darah), dan daerah asal. Unsur-unsur ini
menjadi identitas kelompok bangsa yang bersagkutan sehingga bias dibedakan dengan bangsa
lain. Identits ini, misalnya berwujud pada Bahasa ibu, pakaian daerah, nama diri, falsafah hidup,
dan tradisi.

Kata nasional merujuk pada bangsa secara keseluruhan. Oleh karena itu, identitas
nasional lebih merujuk pada identitas bangsa dalam pengertian politik.

1. Faktor Pembentukan Identitas Bersama


Proses pembentukan bangsa-negara membutuhkan identitas-identitas untuk
menyatukan masyarakat bangsa yang bersangkutan. Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi
identitas bersama suatu bangsa meliputi :

a. Primordial

Faktor-faktor primordial yaitu, ikatan kekerabatan (darah dan keluarga), kesamaan


suku bangsa, daerah asal, Bahasa, dan adat istiadat. Faktor primordial adalah identitas yang
menyatukan masyarakat sehingga mereka dapat membentuk bangsa-negara. Kesamaan suku
dapat membentuk suatu banga-negra.

b. Sakral

Faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang dipeluk masyarakat atau ideologi
doktriner yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Agama dan ideology merupakan
faktor sakral yang dapat membentuk bangsa-negara. Faktor sakral ikut menyumbang
terbentuknya satu nasionalitas baru.

c. Tokoh

Kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh masyarakat dapat
pula menjadi faktor yang menyatukan bangsa-negara. Pemimpin di beberapa Negara dianggap
sebagai penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat, dan symbol persatuan bangsa yang
bersangkutan.

d. Bhinneka Tunggal Ika

Prinsip bhinneka tunggal ika pada dasarnya adalah kesediaan warga bangsa untuk
bersatu dalam perbedaan. Yang disebut bersatu dalam perbedaan adalah kesediaan warga
bangsa untuk setia pada lembaga yang disebut Negara dan pemerintahannya, tanpa
menghilangkan ketertarikannya pada suku bangsa, adat, ras, dan agamanya.

e. Sejarah

Persepsi yang sama diantara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat
menyatukan diri kedalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu,
seperti sama-sama menderita karena penjajahan tidak hanya melahirkan solidaritas, tetapi juga
melahirkan tekat dan tujuan yang sama antara anggota masyarakat.

f. Perkembangan Ekonomi

Perkembangan ekonomi akan melahirkan spesialisasi pekerjaan dan profesi sesuai


dengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan variasi kebutuhan masyarakat,
semakin saling bergantung diantara jenis pekerjaan. Setiap orang akan saling bergantung dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Semkain kuat saling ketergatungan anggota masyarakat karena
perkembangan ekonomi, akan semakin besar pula solidaritas dan persatuan dalam masyarakat.

g. Kelembagaan

Faktor lain yang berperan dalam mempersatukan bangsa adalah lembaga-lembaga


pemerintahan dan politik, seperti birokrasi, angkatan bersenjata, pengadilan, dan partai politik.
Lembaga-lembaga ini melayani dan mempertemukan warga tanpa membeda-bedakan asal-usul
dan golongannya dalam masyarakat.

2. Identitas Nasional Indonesia

Beberapa bentuk identitas nasional Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Bahasa nasional atau Bahasa persatuan, yaitu Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia berawal dari rumpun Bahasa melayu yang dipergunakan sebagai
Bahasa pergaulan yang kemudian diangkat sebagai Bahasa persatuan pada tanggal 28 oktober
1928. Bangsa Indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia merupakan Bahasa nasional sekaligus
sebagai identitas nasional Indonesia.

b. Bendera Negara, yaitu sang Merah Putih


Warna merah berarti berani dan putih berarti suci. Bendera merah putih dikibarkan
pertama kali pada tanggal 17 Agustus 1945, namun telah ditunjukkan pada peristiwa Sumpah
Pemuda.

c. Lagu kebangsaan, yaitu Indonesia Raya


I ndonesia Raya sebagai lagu kebangsaan yang pada tanggal 28 Oktober 1928
dinyanyikan untuk pertama kali sebagai lagu kebangsaan Negara.

d. Lambang Negara, yaitu Garuda Pancasila


Garuda adalah burung khas Indonesia yang dijadikan lambing Negara.

e. Semboyan Negara, yaitu Bhinneka Tunggal Ika


Bhinneka tunggal ika artinya berbeda beda tetapi tetap satu jua.

f.Dasar falsafah Negara, yaitu Pancasila


Berisi lima nilai dasar yang dijadikan sebagai dasar filsafah dan ideology dari Negara
Indonesia.

g. Konstitusi (Hukum Dasar) Negara, yaitu UUD 1945


Merupakan hokum dasar tertulis yang menduduki tingkatan tertinggi dalam tata urutan
perundangan dan dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan bernegara.

h. Bentuk Negara kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat


Bentuk Negara adalah kesatuan, sedang bentuk pemerintahan adalah republik. Sistem
politik yang digunakan adalah sistem demokrasi (kedaulatan rakyat).

i.Konsepsi wawasan nusantara


Sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba
beragam dan memiliki nilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaran kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

j. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional


Berbagai kebudayaan dari kelompok-kelompok bangsa di Indonesia yang memiliki cita
rasa tinggi, dapat dinikmati dan diterima oleh masyarakat luas merupakan kebanggaan bangsa
atas kebudayaan nasional.

D. Integrasi nasional

Pengertian integrasi

Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration”yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan.
Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu

a. pengendalian terhadap konflik dan penyimpanan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu.

b. membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), kata integrasi mempunyai arti pembauran atau
penyatuan sehingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Kata “mengintegrasikan” berarti
membuat untuk atau menyempurnakan dengan jalan menyatukan unsur-unsur yang semula
terpisah pisah. Saafroedin Bahar (1997) menyatakan bahwa integrasi nasional adalah upaya
menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya.

Istilah integrasi nasional mempunyai dua macam pengertian, yaitu :

a. secara politis, integrasi nasional adalah proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan
sosial kedalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.

b. secara Antropologis, integrasi nasional adalah proses penyesuaian diantara unsur-unsur


kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa.

Jenis integrasi

Myron Weiner dalam Yahya Muhaimin & Colin Mc Andrews (1982) membedakan 5 tipe atau
jenis integrasi. Yaitu :

a. integrasi bangsa, yakni proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial kedalam
satu kesatuan wilayah dan pada pembentukan identitas nasional.

b. integrasi wilayah, yakni pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat diatas unit-
unit atau wilayah-wilayah yang lebih kecil yang mungkin beranggotakan suatu kelompok
budaya atau sosial tertentu.

c. integrasi nilai, yakni adanya konsensus atau persetujuan terhadap nilai-nilai bersama
yang diperlukan untuk memelihara tertib sosial.

d. integrasi elit-massa, yakni kemampuan menghubungkan antara yang memerintah dengan


yang diperintah, antara penguasa dengan rakyat atau antara elit dan massa.
e. integrasi tingkahlaku (tindakan integratif) , yakni kemampuan orang-orang didalam
masyarakat untuk berorganisasi, bekerja sama demi mencapai tujuan bersama dan yang
bermanfaat.

E. Pengembangan integrasi di Indonesia

Horward Wriggins dalam Yahya Muhaimin & Collin McAndrew (1982) menyebut ada 5
pendekatan atau cara bagaimana bangsa dapat mengembangkan integrasinya.

1. adanya ancaman dari luar. Contohnya, ketika penjajah belanda ingin kembali
keindonesia ,masyarakat Indonesia bersatu padu melawannya .

2. gaya politik kepemimpinan. Pemimpin yang karismatik,dicintai rakyatnya dan


memiliki jasa-jasa besar umumnya menyatukan bangsanya yang sebelumnya bercerai
berai.

3. kekuatan lembaga-lembaga politik. Misalnya, birokrasi juga dapat menjadi sarana


mempersatukan masyarakat bangsa. Birokrasi yang satu dan padu dapat menciptakan
sistem pelayanan yang sama,baik,dan diterima oleh masyarakat yang beragam.

4. ideology nasional. Ideology merupakan seperangkat nilai-nilai yang diterima dan


disepakati. Pancasila sebagai ideology diterima oleh masyarakat Indonesia sehingga
mampu mengintegrasikan. Pancasila adalah ligatur atau pemersatu bangsa
(LPPKB,2005).

5. Kesempatan pembangunan ekonomi. Jika pembangunan ekonomi berhasil dan


menciptakan keadilan maka masyarakat bangsa tersebut dapat menerima sebagai satu
kesatuan. Akan tetapi, jika ekonomi menghasilkan ketidakadilan maka muncul
kesenjangan atau ketimpangan. Orang-orang yang dirugikan dan miskin sulit untuk mau
bersatu atau merasa satu bangsa dengan mereka yang diuntungkan serta yang
mendapatkan kekayaan secara tdk adil.

Sunyonto Usman (1998) menyatakan bahwa suatu kelompok masyarakat dapat terintegrasi
apabila memenuhi 3 hal, yakni :

1. masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai fundamental yang dapat dijadikan
rujukan bersama.

2. masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus, memiliki “cross cutting affiliation”
sehingga menghasilkan “cross cutting loyality”.

3. masyarakat berada diatas saling ketergantungan diantara unit-unit sosial yang terhimpun
didalamnya dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai