Anda di halaman 1dari 9

Nama : I Nyoman Bagus Aji Kresnapati

NPM : 163112620120084

I. Nama Kegiatan : Persilangan Monohibrida dan Analisis Chi Square.


II. Tanggal Praktikum : 25 September 2017
III. Tujuan :
1. Mempelajari hasil persilangan monohibrida.
2. Menetukan rasio genotip dan rasio fenotip yang dihasilkan melalui
persilangan monohibrid
3. Membuktikan hukum mendel ke-I dengan melakukan analisis chi square.

IV. Dasar Teori


a. Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid adalah persilangan antara dua individu dengan
hanya fokus pada sebuah sifat yang berbeda dari sebuah karakter pada
tanaman sejenis. Persilangan ini sering dikenal dengan persilangan satu sifat
beda. Kenampakan karakter sebuah individu dipengaruhi oleh susunan basa
nitrogen di dalam kromosom. Di dalam kromosom terdapat segmen-segmen
DNA yang berisi informasi yang akan diwariskan kepada keturunannya,
segmen DNA dalam kromosom ini disebut dengan gen. Jadi gen adalah
sesuatu yang mempengaruhi kenampakan sebuah karakter. Dalam hal ini
kromosom selalu berpasangan, Kromosom pasangannya disebut dengan
kromosom homolog. Oleh karena itu keberadaan gen yang mempengaruhi
karakter yang sama dapat dijumpai pada di kromosom homolognya. Untuk
mengetahui bahwa suatu gen bersifat dominan, maka harus dilakukan
monohibridisasi antara 2 individu bergalur murni yang memiliki sifat kontras
(alelnya). Jika fenotip F1 sama dengan salah satu sifat gen yang diuji, berarti
jelaslah bahwa sifat itulah yang dominan, sementara resesif tidak dapat
menunjukkan sifat yang dibawanya apabila dipasangkan dengan alel yang
dominan, dan hanya bisa menunjukkan sifat yang dibawanya bila
dipasangkan dengan gen resesif lain (Campbell Neil et al., 2010).
Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses
meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling
berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di

1
dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai
segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. Hukum
Mandel I berlaku pada gametogenesis F1. F1 itu memiliki genotif heterozigot.
Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam gamet.
Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam
perkawinan (Syamsuri, 2004).
Pada galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA)
maupun sifat resesif dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan
mempunyai kedua macam alel tetapi menampakkan sifat dominan (apabila
dominant lengkap). Sedangkan individu heterozigot (F1) menghasilkan
gamet-gamet, setengahnya mempunyai allele dominant A dan setengahnya
mempunyai alele resesif a. Dengan rekomendasi antara gamet-gamet secara
rambang populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominant dan resesif dengan
nisbah yang diramalkan. Nisbah fenotif yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1
resesif. Nisbah genotif yaitu 1 dominan lengkap: 2 hibrida : 1 resesif lengkap
(Crowder, 1997)
Sifat yang muncul pada F1 disebut sebagai sifat dominant (menang),
sedangkan yang tidak muncul disebut sifat yang resesif (kalah). Oleh Mendel,
huruf yang dominant homozigot diberi simbol dengan huruf pertama dari sifat
dominan, dengan menggunakan huruf kapital yang ditulis dua kali. Sifat
resesif diberi simbol dengan huruf kecil dari sifat dominant itu tadi. Simbol
ditulis dua kali atau sepasang karena kromosom selalu berpasang. Setiap
gen pada kromosom yang satu memiliki pasangan pada kromosom
homolognya (Syamsuri, 2004)

b. Test X2 (Chi-Square Test)

Perhitungan dengan menggunakan test X2 dipakai dalam menghitung


data hasil percobaan, untuk menguji apakah data tersebut bisa dipercaya
kebenarannya. Ratio hasil persilangan monohibrid 3:1 dan dihibrid 9:3:3:1,
adalah merupakan ramalan yang akan terjadi dari hasil perkawinan,
berdasarkan asumsi adanya : 1. alel dominan dan resesif, 2. se-gregasi dari

2
gen, 3. pemisahan gen yang bebas pada saat pembelahan miosis dan
pembentukan gamet dan 4. fertilisasi yang berlangsung acak. Ketiga
asumsi terakhir dapat berubah-ubah sesuai dengan peristiwa yang terjadi
saat itu(Jusuf, 2001). Sehingga data hasil percobaan yang diperoleh harus
diuji apakah ada penyimpangan antara hasil yang diperoleh dengan yang
diharapkan. Jumlah sampel yang digunakan dalam percobaan, akan
mempengaruhi perubahan penyimpangan dan akan terlihat pada hasil akhir.
makin besar sampel yang digunakan akan mengurang pengaruh dari
penyimpangan yang terjadi (Halang et al., 2012). Rumus yang dipakai dalam
test X2 adalah :

dimana : o = hasil data yang diperoleh


e = hasil data yang diharapkan
d = penyimpangan = selisih dari data hasil yang diperoleh
dengan yang diharapkan
∑ = jumlah dari hasil perhitungan

Untuk mengetahui nilai X 2 harus diperhatikan juga nilai dari derajat


kebebasan, yaitu n–1, dimana n adalah jumlah dari fenotip yang dijumpai.
Pada perkawinan tanaman monohibrid yang menghasilkan ratio 3:1, berarti
ada 2 fenotip dan derajat kebebasannya (dk) adalah 2–1=1. Pada
perkawinan dihibrida, dengan ratio 9:3:3:1, terdapat 4 fenotip, sehingga dk
= 4–1 = 3
Nilai X 2 yang diperoleh dari hasil perhitungan dicari nilai
kemungkinannya pada tabel X 2. Nilai X 2 yang terletak di bagian yang
gelap dari tabel, yaitu pada kolom di bawah nilai kemungkinan 0,05 ke kiri,
menunjukkan bahwa data yang diperoleh baik. Karena tidak ada

3
penyimpangan yang berarti, selain faktor kemungkinan dalam percobaan
tersebut. Menurut ahli statistik, batas penyimpangan pada percobaan-
percobaan biologi hanya 1x dalam 20 kali percobaan. Sehingga
kemungkinan penyimpangan 1 / 2 0 (0,05) adalah batas dapat diterima atau
ditolaknya data suatu percobaan. Nilai X2 yang terletak pada kolom di bawah
nilai kemungkinan 0,01 dan 0,001, menunjukkan bahwa data yang diperoleh
sangat jelek. Penyimpangan yang terjadi sangat berarti, dan disebabkan
oleh faktor-faktor lain di luar faktor kemungkinan (Raven, 2005).

V. Alat dan Bahan


Jagung hibrida dan tabel chi square

VI. Cara Kerja


1. Menyiapkan jagung hasil persilangan dengan fenotip ungu dan kuning
2. Biji jagung dihitung setiap baris berdasarkan fenotip warnanya
3. Kemudian biji jagung berwarna ungu dijumlahkan sehingga didapatkan
hasil keseluruhan biji berwarna ungu dari semua baris, begitu juga dengan
biji jagung berwarna kuning.

4
4. Tentukan fenotip F2 dari persilangan monohibrid jagung biji ungu dan
kuning, kemudian di lanjutkan dengan analisis statistic chi square.
5. Setelah itu data yang didapat di bandingkan dengan tabel uji chi square

VII. Hasil
1. Menentukan Fenotip dan genotip F2 pada persilangan monohibrida
Diketahui
Biji jagung berwarna ungu P_ (PP,Pp) : Dominan → P
Biji jagung berwarna kuning pp : resesif →p
Ditanya : fenotip dan genotip F2?

Parental Fenotip : Jagung biji ungu ♂ >< Jagung biji kuning ♀


Genotip : PP ♂ >< pp ♀
Gamet : P, P dan p, p
F1 : Pp
(Jagung warna ungu 100%)
P1 (F1) : Jagung biji ungu ♂ >< Jagung biji ungu ♀
Genotip : Pp ♂ >< Pp ♀
Gamet : P,p♂ dan P,p♀

F2 :

Gamet P p

♀ P PP Pp

p Pp pp

Fenotip dan genotip F2 Jagung biji ungu PP


Jagung biji ungu Pp :¾

5
Jagung biji ungu Pp
Jagung biji kuning pp :¼

2. Analisis Chi square persilangan monohibrida

Diketahui

Biji jagung berwarna ungu : 464


Biji jagung berwarna kuning : 131
Total biji jagung : 595

3 1
Ungu Kuning Jumlah
Observed (o) 464 131 595
Expected (e) 446 149 595
Deviation (o-e) 18 -18 0
Deviation2 (d2) 324 324 -
X2hitung d2/ e 0,726 2,174 2,9
X2tabel α= 0,05 - - 3,84
df= 1
Kesimpulan X2hitung ≤ X2tabel α= 0,05 df=1
2,9 ≤ 3,84
Percobaan yang dilakukan sesuai dengan
hukum mendel I

VIII. Pembahasan
1. Persilangan Monohibrida
Tiap sifat dari makhluk hidup dikendalikan oleh sepasang faktor
keturunan yang dikenal dengan gen. Sepasang gen ini, satu berasal dari
induk jantan dan yang lain dari induk betina. Gen yang sepasang ini disebut
satu alel. Gen yang sealel akan memisah satu dengan lainnya pada waktu
gametogenesis. Peristiwa pemisahan ini disebut dengan hukum segregasi

6
secara bebas. Pada persilangan monohibrid, prinsip segregasi secara
bebas dapat dibuktikan dengan mengawinkan suatu jenis organisme dengan
mengamati satu tanda beda pada organisme tersebut. Persilangan antara
generasi F1 akan menghasilkan generasi F2 yang terdiri dari dua macam
fenotip dengan rasio 3:1 atau tiga macam genotip dengan rasio 1:2:1
(Campbell Neil et al., 2010).
Dalam percobaan hukum Mendel I, dilakukan persilangan monohibrid
yaitu warna biji. Warna biji ungu (PP) bersifat dominan yang disimbolkan
dengan biji genetik warna ungu, dan warna biji kuning (PP) bersifat resesif
disimbolkan dengan biji genetik warna kuning. Persilangan antara biji ungu
(PP) dengan biji kuning (pp) diperoleh F1 yang 100% biji bewarna ungu (Pp).
Karena biji ungu bersifat dominant. Jika F1 disilangkan dengan sesamanya
(F1), maka diperoleh tiga macam fenotipe yaitu biji jagung ungu-ungu
(dominan), ungu-kuning (heterozigot), dan kuning-kuning (resesif). Dengan
genotif untuk ungu (PP), ungu-kuning (Pp), dan kuning-kuning (PP).
Dari hasil percobaan yang dilakukan, didapat perbandingan fenotif
yaitu1:2:1 (1PP:2Pp:1PP). Biji bergenotif PP dan Pp berfenotif sama, yaitu
ungu. Karakter p untuk kuning karena resesif, ditutupi oleh P yang
menumbuhkan karakter ungu. Jadi karakter ungu dominant. Dengan
demikian terbukti bahwa untuk persilangan monohibrid diperoleh
perbandingan fenotipe 3:1.
Setelah dilakukan persilangan antara jagung berwarna ungu (P) dan
jagung berwarna kuning (p) maka diperoleh fenotip ungu dan kuning adalah
3 : 1 dengan rincian rasio fenotip dan genotip jagung biji ungu P_ (PP,Pp) ¾
dan jagung biji kuning (pp) ¼.

2. Analisis chi Square


Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, untuk pengamatan
(observed) didapatkan 464 biji jagung bewarna ungu dan 131 biji jagung
kuning sehingga diperoleh data, yaitu hasil yang diharapkan (expected)
diperoleh dengan cara mengalikan jumlah biji jagung dengan ratio fenotip F2

7
persilangan monohibrid sehingga didaptkan expeted jagung biji ungu 446 dan
biji kuning 149 dengan deviasi 18 untuk biji ungu dan -18 untuk biji kuning.
Deviasi menyatakan besarnya penyimpangan hasil pengamatan terhadap
besarnya harapan. Kalau nilai deviasi mendekati angka 1 maka data yang
diharap makin bagus, dan pernyataan fenotif tentang karakter yang diselidiki
mendekati sempurna. Tapi kalau perbangdingan o/e makin menjauhi angka
1, data itu buruk, dan pernyataan fenotif tentang karakter yang diselidiki
berarti dipengaruhi oleh faktor lain(Jusuf, 2001).
Berdasarkan hasil tabel analisis chi square tentang jumlah biji jagung
fenotip ungu dan kuning didapatkan hasil bahwa X2hitung < X2tabel α= 0,05
hal ini berarti sesuai dengan hukum mendel ke-I atau Segregasi bebas yang
menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk
(Parental) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap
gamet menerima satu gen dari induknya.
Dalam genetika, chi-square (chi kuadrat) sering kali digunakan untuk
menguji apakah data yang diperoleh dari suatu percobaan itu sesuai dengan
ratio yang kita harapkan atau tidak. Di dalam suatu percobaan jarang sekali
kita memperoleh data yang sesuai dengan yang kita harapkan (secara
teoritis) hampir selalu menjadi penyimpangan. Penyimpangan yang kecil
relatif lebih dapat diterima pada penyimpangan yang besar. Selain itu, apabila
penyimpangan tersebut semakin sering terjadinya dapat dikatakan semakin
normal dan cenderung lebih dapat diterima daripada penyimpangan yang
jarang terjadi. Semakin kecil nilai X2 menunjukan bahwa data yang diamati
semakin tipis perbedaannya dengan yang diharapkan. Sebaliknya semakin
besar X2 menunjukan semakin besar pula penyimpangannya.

IX. Kesimpulan
1. Persilangan monohibrid merupakan persilangan sederhana yang hanya
memperhatikan satu sifat beda. .

8
2. Persilangan antara parental jagung berwarna ungu (P) dan jagung
berwarna kuning (p) maka diperoleh fenotip dan genotip F2 jagung biji
ungu P_ (PP,Pp) ¾ dan jagung biji kuning (pp) ¼.
3. Dalam genetika, chi-square (chi kuadrat) sering kali digunakan untuk
menguji apakah data yang diperoleh dari suatu percobaan itu sesuai
dengan ratio yang diharapkan atau tidak.
4. Berdasarkan hasil tabel analisis chi square tentang jumlah biji jagung
fenotip ungu dan kuning didapatkan hasil bahwa X2hitung ≤ X2tabel α=
0,05, df=1 yaitu 2,9 ≤ 3,84 hal ini berarti sesuai dengan hukum mendel ke-
I atau Segregasi bebas yang menyatakan bahwa pada pembentukan
gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parental) yang merupakan
pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu
gen dari induknya.

X. Daftar Pustaka

Campbell Neil A, Reece JB, Urry LA, et al. 2010. Biologi, Edisi Kedelapan
Jilid 3. Jakarta, Erlangga
Crowder L. 1997. Genetika Tumbuhan. Edisi kelima. Universitas Gadjah
Mada Press. Yogyakarta 499
H IS. 2010. Laporan praktikum genetika uji chi-square (x2) dan model
perbandingan genetik menurut mendel, Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung
Halang, Bund, Zaini M. 2012. Penuntun Praktikum Genetika, Jurusan PMIPA
FKIP UNLAM Banjarmasin.
Jusuf M. 2001. Genetika Dasar 1, Institut Pertanian Bogor
Raven. 2005. Biology. New York: Mc Graw-Hill Companies
Syamsuri I. 2004. Biologi untuk SMA kelas X. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai