Anda di halaman 1dari 14

Learning Objective !

1. diagnosa topis ?
2. Patofisiologi nyeri kepala?
3. Macam-macam nyeri kepala
4. Cara pemeriksaan nyeri kepala?
5. Hal-hal apa saja yang bisa memicu nyeri kepala
6. Penatalaksanaan nyeri kepala
7. Prognosis masing-masing tipe nyeri kepala
8. Pemeriksaan penunjang untuk nyeri kepala
9. Mekanisme nyeri
10. Pemeriksaan neurologis untuk nyeri kepala ?

Jawaban !
1. Diagnosa topis : kontraksi otot pericranium dan juga m.
sternocleidomastoideum dan m. trapezius
2. Rangsang nyeri bisa disebabkan oleh adanya tekanan, traksi, displacement
maupun proses kimiawi dan inflamasi terhadap nosiseptor-nosiseptor pada
struktur peka nyeri dikepala. Jika struktur tersebut yang terletak pada atau
pun diatas tentorium serebelli dirangsang maka rasa nyeri akan timbul terasa
menjalar pada daerah didepan batas garis vertikal yang ditarik dari kedua
telinga kiri dan kanan melewati puncak kepala (daerah frontotemporal dan
parietal anterior). Rasa nyeri ini ditransmisi oleh saraf trigeminus.
Sedangkan rangsangan terhadap struktur yang peka terhadap nyeri
dibawah tentorium (pada fossa kranii posterior) radiks servikalis bagian atas
dengan cabang-cabang saraf perifernya akan menimbulkan nyeri pada daerah
dibelakang garis tersebut, yaitu daerah oksipital, suboksipital dan servikal
bagian atas. Rasa nyeri ini ditransmisi oleh saraf kranial IX, X dan saraf
spinal C-1, C-2, dan C-3.
Salah satu teori yang paling populer mengenai penyebab nyeri kepala ini
adalah kontraksi otot wajah, leher, dan bahu. Otot-otot yang biasanya terlibat
antara lain m. splenius capitis, m. temporalis, m. masseter, m.
sternocleidomastoideus, m. trapezius, m. cervicalis posterior, dan m. levator
scapulae. Penelitian mengatakan bahwa para penderita nyeri kepala ini
mungkin mempunyai ketegangan otot wajah dan kepala yang lebih besar
daripada orang lain yang menyebabkan mereka lebih mudah terserang sakit
kepala setelah adanya kontraksi otot. Kontraksi ini dapat dipicu oleh posisi
tubuh yang dipertahankan lama sehingga menyebabkan ketegangan pada otot
ataupun posisi tidur yang salah. Ada juga yang mengatakan bahwa pasien
dengan sakit kepala kronis bisa sangat sensitif terhadap nyeri secara umum
atau terjadi peningkatan nyeri terhadap kontraksi otot.
Sebuah teori juga mengatakan ketegangan atau stres yang menghasilkan
kontraksi otot di sekitar tulang tengkorak menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah sehingga aliran darah berkurang yang menyebabkan
terhambatnya oksigen dan menumpuknya hasil metabolisme yang akhirnya
akan menyebabkan nyeri.
3. Nyeri kepala dapat diklasifikasikan menjadi nyeri kepala primer dan nyeri
kepala sekunder. Nyeri kepala primer dapat dibagi menjadi migren, tension
type headache, cluster headache dengan sefalgia trigeminal/autonomik, dan
nyeri kepala primer lainnya. Nyeri kepala sekunder dapat dibagi menjadi
nyeri kepala yang disebabkan oleh karena trauma pada kepala dan leher, nyeri
kepala akibat kelainan vaskular kranial dan servikal, nyeri kepala yang bukan
disebabkan kelainan vaskular intrakranial, nyeri kepala akibat adanya zat atau
withdrawal, nyeri kepala akibat infeksi, nyeri kepala akibat gangguan
homeostasis, nyeri kepala atau nyeri pada wajah akibat kelainan kranium,
leher,telinga, hidung, sinus, gigi, mulut atau struktur lain di kepala dan wajah,
nyeri kepala akibat kelainan psikiatri.

Klasifkasi Nyeri Kepala


a. Nyeri kepala primer
 Migren
 Tension Type Headache
 Cluster headache
 Other primary headaches
b. Nyeri kepala Sekunder
 Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan / atau leher.
 Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial atau
servikal
 Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler
intracranial.
 Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawalnya.
 Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi.
 Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan hemostasis
 Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan
kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus,gigi,mulut, atau
struktur facial atau kranial lainnya.
 Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik.
c. Neuralgia kranial, sentral atau nyeri facial primer dan nyeri kepala
lainnya.
 Neuralgia kranial dan penyebab sentral nyeri facial
 Nyeri kepala lainnya, neuralgia kranial, sentral atau nyeri facial
primer.
4. Pemeriksaan Klinik
a. Anamnesis
1) Jenis nyeri kepala
Jenis nyeri kepala dapat diutarakan sebagai nyeri yang
menetap, berdenyut yang kadang-kadang sesuai dengan denyutan
jantung, nyeri seperti ditarik atau diikat, nyeri seakan-akan kepala
mau pecah, nyeri yang berpindah-pindah, maupun perasaan kepala
yang tidak enak. Keluhan penderita harus benar-benar dipahami
agar tidak terjadi salah persepsi atau interpretasi.
Nyeri kepala yang menusuk-nusuk dan berdenyut lebih
mungkin dijumpai pada penyakit-penyakit vascular seperti migren,
hipertensi arterial dan malformasi vascular intrakranial. Nyeri
kepala tertekan (pressure headache) yaitu perasaan seperti pita
yang melingkari kepala dan menjepitnya kuat-kuat sering
disebabkan gangguan emosional.
2) Onset nyeri kepala
Onset nyeri kepala dapat memberikan gambaran proses
patologik yang melatar belakanginya.
Nyeri kepala yang baru saja terjadi mempunyai banyak
kemungkinan penyebab baik yang bersifat ringan/benigna maupun
berat/serius. Nyeri kepala yang makin memberat atau menghebat
menunjukkan kemungkinan adanya proses intrakranial yang makin
berkembang.
Nyeri kepala yang timbul secara sangat mendadak harus
dicurigai sebagai akibat dari perdarahan intrakranial spontan,
terutama perdarahan subaraknoidal atau intraventrikular.
Meningitis, glukoma, masloiditis Sementara itu nyeri kepala yang
kronis dapat terjadi pada kasus tension headache, pasca trauma
kepala, neurosis rinitas vasomotor, sinusitis, kelainan refraksi yang
tidak dikoreksi.
3) Frekuensi dan periodisitas nyeri kepala
Migren merupakan nyeri kepala yang episodik dan tidak pernah
muncul sebagai nyeri kepala harian atau dalam waktu yang lama.
Cluster headache muncul sebagai nyeri kepala harian selama
beberapa minggu atau bulan dan kemudian diikuti suatu interval
bebas nyeri kepala dalam waktu yang lama. Nyeri kepala yang
bersifat kronis, dirasakan setiap hari dengan sifat yang konstan
biasanya merupakan gambaran tension headache atau nyeri kepala
psikogenik.
4) Puncak dan lamanya nyeri kepala
Migren biasanya mencapai puncak nyeri 1-2 jam pasca-onset dan
berlangsung selama 6 – 36 jam. Cluster headache langsung sampai
pada puncak perasaan nyeri pada saat penderita terbangun dari
tidurnya, atau nyeri kepala memuncak beberapa menit setelah onset
pada saat penderita dalam keadaan tidak tidur. Tension headache
muncul secara perlahan selama beberapa jam dan kemudian terus
berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa tahun.
Nyeri kepala yang mendadak dan berat kemudian menetap
biasanya terjadi pada perdarahan intrakranial. Sementara itu,
neuralgia oksipital dan trigeminal biasanya muncul langsung
dengan intensitas puncak, bersifat menyengat dan mengagetkan.
5) Waktu terjadinya nyeri kepala dan faktor presipitasi.
Cluster headache seringkali muncul pada saat penderita dalam
keadaan tidur lelap dan ada kecenderungan bahwa serangan nyeri
kepala muncul pada saat yang sama. Migren dapat muncul setiap
baik siang maupun malam tetapi seringkali mulai pada pagi hari.
Tension headache khas dengan nyeri kepala sepanjang hari dan
seringkali memberat pada siang atau sore hari.
Penderita yang mengalami nyeri kepala kronis dan berulang
seringkali dapat mengenali faktor apa saja yang mendorong
terjadinya suatu serangan nyeri kepala. Migren dapat dicetuskan
oleh makanan tertentu, dan minuman obat tertentu. Faktor emosi
dapat mencetuskan serangan migren dan tension headache.
Apabila membungkuk, mengejan, mengangkat sesuatu barang,
batuk atau menjalani pemeriksaaan valsava merasakan nyeri
kepala, maka harus dipertimbangkan adanya kemungkinan lesi
intrakranial terutama fosa posterior. Namun demikian, nyeri kepala
yang timbul pada saat dalam posisi berdiri tegak dan segera mereda
pada saat berbaring adalah khas untuk suatu kebocoran CSS yang
dapat terjadi secara spontan.
Nyeri kepala selama koitus, teristimewa selama atau segera
sesudah orgasmus bersifat benigna apalagi apabila sebelumnya
terjadi aktvitas seksual beberapa kali. Dalam keadaan ini dapat
terjadi nyeri kepala tunggal, langsung bersifat berat. Hal demikian
ini harus dicurigai adanya kemungkinan perdarahan subaraknoidal.
6) Lokasi dan evolusi
Penderita diminta untuk menunjuk lokasi nyeri dengan ujung
jarinya. Hal ini sangat membantu proses pemeriksaan. Migren
sangat sering bersifat unilateral, biasanya didaerah frontotemporal.
Namun demikian suatu saat dapat menyeluruh atau dapat
berkembang dari lokasi unilateral menjadi nyeri menyeluruh.
Cluster headache hampir selalu unilateral dan khas terpusat
dibelakang atau sekitar bola mata. Tension headache khas dengan
nyeri kepala yang menyeluruh tetapi dapat pula terpusat di daerah
frontal atau serviko-oksipitasi.
7) Kualitas dan intensitas nyeri
Nyeri kepala yang berkaitan dengan demam dan hipertensi
seringkali bersifat berdenyut. Migren dapat bersifat berdenyut dan
seringkali ditutup oleh perasaan khas dengan sifat yang berat, nyeri
sekali seakan-akan kepala dibor dan terus menerus, tension
headache, dicirikan oleh perasaan penuh, diikat kencang atau
ditekan kuat-kuat dan kadang-kadang ada yang mengeluh bahwa
kepalanya seakan-akan mengenakan topi yang sesak.
8) Gejala prodromal dan penyerta
Gejala pendahulu sangat khas pada migren. Gejala-gejala visual
baik positif maupun negatif, gejala hermisterik misalnya
hemiparesis, parastesia, dan gangguan berbahasa dapat mendahului
munculnya nyeri kepala pada migren. Sementara itu, migren
basilaris dapat disertai oleh gejala-gejala lainnya yang berasal dari
gangguan pada batang otak misalnya vertigo, disatria, ataksia,
koadriparesis dan diplopia.
Cluster headache seringkali didahului oleh miosis dan ptosis
ipsilateral, epifora, konjungtiva kemerahan dan hidung mampet.
Sementara itu nyeri kepala dengan demam sugestif untuk infeksi.
Keluarnya cairan berdarah atau purulen dari hidung harus dicurigai
adanya proses patologik di hidung atau sinus. Nyeri kepala yang
hebat disertai warna merah pada sclera merupakan gambaran
infeksi bola mata atau glaukoma akut.
9) Faktor yang memberatkan rasa nyeri
Memberatya nyeri kepala pada saat batuk, mengejan atau bersin
menggambarkan kemungkinan adanya proses intrakranial.
Sementara itu apabila nyeri kepala bertambah berat pada saat ada
gerakan tertentu menunjukkan adanya pengaruh muscular.
Aktivitas dapat memperberat nyeri pada migren atau tension
headache sebaliknya istirahat baring biasanya akan memperberat
situasi penderita cluster headache.
10) Faktor pereda nyeri
Istirahat, menghindari cahaya dan tidur meredakan perasaaan
nyeri pada penderita migren. Masase atau kompres hangat akan
menolong penderita tension headache. Nyeri pada cluster headache
akan berkurang dengan penekanan lokal penakanan lokal atau
pemberian kompres hangat atau dingin.
11) Riwayat keluarga
Migren dan tension headache kadang-kadang bersifat familial.
12) Pengobatan sebelumnya
Riwayat minum obat sebelumnya dan efek yang dirasakan
penderita perlu ditanyakan secara rinci, meliputi dosis, cara
memasukkan obat (diminum, suntikan) dan lamnya pengobatan.
Hal ini untuk mengetahui apakah ada lajak dosis dalam
penggunaan preparat ergot dan analgesik serta kafein.
13) Alasan mencari pertolongan dokter
Pertanyaan perihal ini sangat berarti apabila kita berhadapan
dengan penderita nyeri kepala kronis. Pada umumnya penderita ini
sudah memeriksakan diri kepada beberapa dokter namun tidak
kunjung sembuh.
14) Riwayat penyakit sebelumnya
Riwayat penyakit sebelumnya yang meliputi penyakit-penyakit
umum lainnya, penyakit saraf, trauma, operasi dan alergi perlu
ditanyakan secara rinci. Riwayat minum obat yang tidak
berhubungan dengan keluhan nyeri kepala perlu ditanyakan pula.

b. Pemeriksaan Fisik
Dalam praktek pemeriksaan fisik dimulai pada saat penderita
masuk ke dalam ruang periksa atau pada saat dokter melakukan
pendekatan di sisi tempat tidur penderita. Observasi yang teliti
merupakan kunci untuk mengetahui apakah penderita mengalami
gangguan fisik atau psikiatrik atau apakah penderita tampak cemas
depresif dan apakah riwayat penderita dapat dipercaya sepenuhnya.
Setiap kali ada keluhan nyeri kepala maka pemeriksaan neurologi
secara lengkap harus dilakukan secara cermat. Pemeriksaan tersebut
secara garis besar meliputi status mental, gaya berjalan, nervi, kraniales,
sistem motorik dan sistem sensorik.
Kepala dan leher harus diperiksa secara seksama. Inspeksi dan
palpasi dilakukan secara bersama-sama untuk mengetahui kelainan-
kelainan yang mungkin ada. vertebra servikal perlu diperiksa apakah
ada kaku kuduk, gangguan mobilitas leher, nyeri otot-otot leher dan
gangguan lainnya.
Tanda-tanda vital dimulai dengan perubahan tekanan darah dapat
menimbulkan nyeri kepala. Adanya perubahan denyut nadi hendaknya
dicari kemungkinan adanya kaitan dengan nyeri kepala walaupun tidak
langsung. Suhu tubuh diperiksa secara obyektif bila ada demam.
Pemeriksaan umum lainnya perlu dilakukan, misalnya pemeriksaan
jantung dan paru-paru, palpasi abdomen dan pemeriksaan kulit.

5. faktor pemicu
a. depresi dan kecemasan
b. stress
c. postur tubuh yang rendah
d. bekerja dalam posisi canggung atau bertahan pada satu posisi dalam
waktu yang lama
e. tidur yang kurang
f. kelelahan fisik
g. kurang tidur
h. hipertensi
i. cahaya matahari
j. makanan seperti keju, coklat, alcohol
k. makan yang tidak teratur

6. Penatalaksanaan
1) Migren
a. Migren tanpa aura (G43.0) :
 Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan nyeri kepala berulang
dengan manifestasi serangan berlangsung 4-72 jam, yang
mempunyai sedikitnya 2 karakteristik berikut: unilateral,
berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat
dengan aktivitas fisik.
 Selama nyeri kepala disertai salah satu berikut : nausea dan
atau muntah, fotofobia dan fonofobia.
 Serangan nyeri kepala tidak berkaitan dengan kelainan yang
lain.
b. Migren dengan aura (G43.1) :
 Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan nyeri kepala berulang
yang didahului gejala neurologi fokal yang reversibel secara
bertahap 5-20 menit dan berlangsung kurang dari 60 menit.
 Terdapat sedikitnya satu aura berikut ini yang reversibel
seperti: gangguan visual, gangguan sensoris, gangguan bicara
disfasia.
 Paling sedikit dua dari karakteristik berikut:
 gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris unilateral.
 paling tidak timbul satu macam aura secara gradual  5
menit dan/atau jenis aura yang lainnya  5 menit.
 tiap gejala berlangsung  5 menit dan ≤ 60 menit
 Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
c. Status Migrenosus (G43.2):
 Serangan migren dengan intensitas berat yang berlangsung 
72 jam (tidak hilang dalam 72 jam).
 Tidak berkaitan dengan gangguan lain.
d. Tatalaksana
 Hindari faktor pencetus
 Terapi abortif :
 Nonspesifik : analgetik / NSAIDs, Narkotik analgetik,
adjunctive therapy (mis : aspirin 4x650mg, acetaminophen
4x500mg, ibuprofen 3x600-800mg)
 Obat spesifik : ergotamine 2mg/caffeine 100mg, derivate
triptans (sumatripan, naratriptan, zolmitripan, naratripan)
 Bila tidak respon : Opiat dan analgetik yang mengandung
butalbital.

2) Tension-Type Headache (Tth) Icd : G44.2


a. Kriteria Diagnosis
Klinis :
 Sekurang-kurangnyaterdapat 10 episode serangan nyeri kepala
 Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
 Sedikitnya memiliki 2 karakteristik nyeri kepala berikut:
 lokasi bilateral
 menekan/mengikat (tidak berdenyut)
 intensitas ringan atau sedang
 Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik
tangga.
 Tidak dijumpai :
 Mual atau muntah (bisa anoreksia)
 Lebih dari satu keluhan: fotofobia atau fonofobia.
 Tidak berkaitan dengan kelainan lain.

b. Tatalaksan
 Medikamentosa :
 Analgetik : aspirin, asetaminofen, NSAIDs
 Caffeine 65 mg (analgetik ajuvan).
 Kombinasi : 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein
 Antidepressan : amitriptilin
 Antiansietas : gol. Benzodiazepin, butalbutal.
 Terapi non-farmakologis :
 Kontrol diet
 Hindari faktor pencetus
 Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan
ergotamin
 Behaviour treatment

3) Nyeri Kepala Klaster G44.0


Kriteria Diagnosis:
a. Klinis :
 Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan nyeri kepala hebat atau
sangat hebat sekali di orbita, supraorbita dan/ atau temporal
yang unilateral, berlangsung 15-180 menit bila tak diobati.
 Nyeri kepala disertai setidak-tidaknya satu dari berikut:
 Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral
 Kongesti nasal dan atau rhinorrhoea ipsilateral
 Oedema palpebra ipsilateral
 Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral
 Miosis dan atau ptosis ipsilateral
 Perasaan kegelisahan atau agitasi.
 Frekuensi serangan : dari 1 kali setiap dua hari sampai 8 kali per
hari
 Tidak berkaitan dengan gangguan lain
b. Tatalaksana
Medikamentosa :
 Serangan akut (terapi abortif) :
 Inhalasi O2 100% (masker muka) 7 l/menit selama 15 menit
 Dihydroergotamin (DHE) 0,5-1,5 mg IV
 Sumatriptan inj. SC 6 mg. dapat diulang setelah 24 jam.
 Zolmitriptan 5-10 mg per-oral
 Anestesi lokal: 1 ml Lidokain intranasal 4%
 Indometasin (rektal suppositoria)
 Opioids
 Ergotamin aerosol 0,36-1,08 mg (1-3 inhalasi) efektif 80%
 Gabapentin atau topiramat
 Methoxyflurane (rapid acting analgesic): 10-15 tetes pada
 saputangan dan inhale selama beberapa detik.

4) Nyeri Kepala Primer Lainnya


Nyeri kepala primer lainnya dapat dibagi menjai
a. Primary Stabbing Headache
Merupakan sakit kepala seperti ditusuk-tusuk timbul spontan,
sepintas, terlokalisasi, tanpa didasari penyakit organic atau
gangguan saraf otak. Terapi pencegahan menggunakan indometasin
25-150 mg secara teratur, dan bila intoleran terhadap indometasin
dapat diberikan COX-2 inhibitor, melatonin, gabapentin.
b. Primary Cough Headache
Merupakan nyeri kepala yang dicetuskan oleh batuk atau mengejan,
tanpa dijumpai gangguan intracranial.Terapi pencegahan
menggunakan indometasin 25-150 mg/hari, naproxen, propanolol.
c. Primary Exertional Headache
Merupakan nyeri kepala yang dicetuskan oleh aktifitas fisik. Terapi
abortif menggunakan indometasin atau aspirin, pencegahan
ergotamine tartat, metisergin atau propanolol yng dapat diminum
sebelum aktifitas. Pemanasan sebelum olahraga atau latihan
bertahap dan progresif.
d. Hypnic Headache
Merupakan nyeri kepala yang bersifat tumpul dan selalu
menyebabkan pasien terbangun dari tidurnya. Terapi dapat
diberikan kafein 50-60 mg sebelum tidur, litium karbonat 300-600
mg, alternative lain dapat diberikan indometasin, flunarizin,
atenolol, verapamil, prednisone, gabapentin.
e. Primary thunderclap headache
Merupakan nyeri kepala yang memiliki internsitas nyeri yang
sangat hebat, timbul mendadak dan menyerupai rupture aneurisma
serebral. Terapi yang dapat diberikan kortikosteroid , hindari
vasokonstriktor seperti triptan , ergot, dan kokain. Untuk preventif
dapat nimodipin selama 2-3 bulan.
f. Hemikrania kontinua
Merupakan nyeri kepala unilateral yang selalu persisten dn
responsive terhadap indometasin.Nyeri kepala akan hilang jika
diberikan indometasin 50-100 mg IM , reda dalam 2 jam. Dosis
efektif 25-300 mg.
g. New daily persistent headache
Merupakan nyeri kepala yang dirasakan sepanjang hari tanpa
mereda sejak awal serangan (pada umumnya dalam 3 hari) .
Nyerinya khas bersifat bilateral, seperti ditekan atau ketat dengan
intensitas nyeri derajat ringan sampai sedang. Dapat dijumpai
fotofobia, fonofobia, atau nausea ringan.Terapi dapat diberikan
analgetika minimal, dapat pula diberi pencegahan migren kronis ,
dan blok saraf N.Oksipitalis magnus.

7. Prognosis dari nyeri kepala


a. Tension type headache
Prognosis dari tension type headache adalah baik, dengan
penatalaksanaan yang baik maka >90% pasien dapat disembuhkan. Secara
umum, episodic tension type headache prognosisnya lebih baik tetapi.
Chronic tension type prognosisnya kurang baik karena adanya faktor
komorbid lain seperti gangguan psikiatrik dan migren
b. Migraine
Untuk banyak orang, migren dapat remisi dan menghilang secara utuh
pada akhirnya, terutama karena faktor penuaan/usia. Penurunan kadar
estrogen setelah menopause bertanggungjawab atas remisi ini bagi
beberapa wanita. Walaupun demikian, migren juga dapat meningkatkan
faktor risiko seseorang terkena stroke, baik bagi pria maupun wanita
terutama sebelum usia 50 tahun. Sekitar 19% dari seluruh kasus stroke
terjadi pada orang-orang dengan riwayat migren. Migrain dengan aura
lebih berisiko untuk terjadinya stroke khususnya pada wanita. Selain itu,
migren juga meningkatkan risiko terkena penyakit jantung. Para peneliti
menemukan bahwa 50% pasien dengan Patent Foramen Ovale menderita
migren dengan aura dan operasi perbaikan pada pasien Patent Foramen
Ovale dapat mengontrol serangan migren.
c. Cluster headache
Pada umumnya, cluster headache adalah masalah seumur hidup. Akibat
potensialnya meliputi: serangan berulang, remisi berkepanjangan
kemungkinan transformasi dari cluster episodic ke cluster kronik dan
sebaliknya.

8. Pemeriksaan Radiologik
a. Foto polos kepala
Pada foto polos dapat dilihat adanya pelebaran sela tursika, lesi pada
kalvarium, kelainan pertumbuhan kongenital, kelainan pada sinus dan
prosesus mastoideus.
b. Foto vertebra servikal
Nyeri kepala yang lebih dirasakan di daerah tengkuk disebabkan oleh
perubahan degeneratif di diskus intervertbralis dan permukaan sendi
servikal bagian atas. Arthritis rheumatoid dapat menimbulkan nyeri
kepala bagian belakang.
c. CT scan dan MRI
CT Scan dapat memberi gambaran yang sangat jelas tentang proses desak
ruang intrakranial misalnya tumor otak, hematoma intraserebral, infark
otak, abses otak, hidrosefalus, hematoma epidural, dan hematoma
subdural. CT Scan juga dapat memberi gambaran tentang perdarah
subaraknoidal. Pada penderita cluster headache, tension headache, dan
nyeri kepala fungsional akan memberi gambaran normal. Demikian juga
halnya pada migren. Namun demikin pada migren yang berat kadang-
kadang memperlihatkan area pembengkakan. Sementara itu CT Scan juga
bermanfaat untuk memeriksa daerah orbita, sinus tulang-tulang wajah,
vertebra serviks, dan jaringan lunak di leher. MRI dapat digunakan untuk
memeriksa lesi posterior dan foramen magnum.
d. Angiografi serebral
Pemeriksaan ini bersifat invasive, dan jarang sekali dipergunakan dalam
upaya menegakkan penyebab nyeri kepala tertentu. Sebagai contoh oklusi
pembuluh darah serebral dapat menimbulkan nyeri kepala dan demikian
juga halnya kasus aneurisma dan malformasi arterio-venosa.
e. Pemeriksaan CSS
Apabila dicurigai adanya infeksi intrakranial, perdarahan intrakranial atau
keganasan meningeal sementara pemeriksaan dengan CT Scan tidak
menunjukkan adanya kelainan, maka seyogyanya dilakukan fungsi lumbal
untuk kemudian dilakukan analisis CSS.
f. Elektro-Ensefalografi
Kadang-kadang EEG bermanfaat pada kasus-kasus dengan gejala fokal
sementara hasil CT Scan normal. Perlu pula diingat bahwa nyeri kepala
merupakan salah satu gejala epilepsi. Untuk itu perlu anamnesis yang
lebih cerma sebelumnya mempertimbangkan pemeriksaan EEG.

9. Perjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian proses neurofisiologis kompleks


yang disebut sebagai nosiseptif (nociception) yang merefleksikan empat
proses komponen yang nyata yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan
persepsi, dimana terjadinya stimuli yang kuat diperifer sampai dirasakannya
nyeri di susunan saraf pusat (cortex cerebri)
a. Proses Transduksi
Proses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal pada ujung
saraf. Suatu stimuli kuat (noxion stimuli)seperti tekanan fisik kimia, suhu
dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung
saraf perifer (nerve ending) atau organ-organ tubuh (reseptor meisneri,
merkel, corpusculum paccini, golgi mazoni). Kerusakan jaringan karena
trauma baik trauma pembedahan atau trauma lainnya menyebabkan
sintesa prostaglandin, dimana prostaglandin inilah yang akan
menyebabkan sensitisasi dari reseptor-reseptor nosiseptif dan
dikeluarkannya zat-zat mediator nyeri seperti histamin, serotonin yang
akan menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ini dikenal sebagai sensitisasi
perifer
b. Proses Transmisi
Proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan proses
transduksi melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla
spinalis, dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan
ke thalamus oleh tractus spinothalamicus dan sebagian ke traktus
spinoretikularis. Traktus spinoretikularis terutama membawa rangsangan
dari organ-organ yang lebih dalam dan viseral serta berhubungan dengan
nyeri yang lebih difus dan melibatkan emosi. Selain itu juga serabut-
serabut saraf disini mempunyai sinaps interneuron dengan saraf-saraf
berdiameter besar dan bermielin. Selanjutnya impuls disalurkan ke
thalamus dan somatosensoris di cortex cerebri dan dirasakan sebagai
persepsi nyeri
c. Proses Modulasi
Proses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan saraf pusat
(medulla spinalis dan otak). Proses terjadinya interaksi antara sistem
analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri
yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis merupakan proses
ascenden yang dikontrol oleh otak. Analgesik endogen (enkefalin,
endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls nyeri pada
kornu posterior medulla spinalis. Dimana kornu posterior sebagai pintu
dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk
analgesik endogen tersebut. Inilah yang menyebabkan persepsi nyeri
sangat subjektif pada setiap orang
d. Persepsi
Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi,
transmisi dan modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu
proses subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri, yang diperkirakan
terjadi pada thalamus dengan korteks sebagai diskriminasi dari sensorik

10. Pemeriksaan neurologis yang meliputi kekuatan motorik, refleks, koordinasi,


dan sensasi. Pemeriksaan mata dilakukan untuk mengetahui adanya
peningkatan tekanan pada bola mata yang bisa menyebabkan sakit kepala.
Pemeriksaan daya ingat jangka pendek dan fungsi mental pasien juga
dilakukan dengan menanyakan beberapa pertanyaan. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk menyingkirkan berbagai penyakit yang serius yang memiliki
gejala nyeri kepala seperti tumor atau aneurisma dan penyakit lainnya.
Auskultasi bising di daerah karotis dan arteri vertebral dan orbit dapat
memperingatkan klinisi akan potensi stenosis arteri atau diseksi, atau
malformasi arteriovenous. Pemeriksaan saraf kranial dapat menjadi petunjuk
etiologi nyeri kepala. Gangguan penciuman tersering disebabkan oleh trauma
kepala. Gangguan penciuman menunjukkan adanya gangguan pada alur
penciuman (olfactory groove), misalnya tumor frontotemporal. Pada
pemeriksaan funduskopi, adanya perdarahan atau papilledema mengharuskan
dilakukannya imejing yang cepat untuk menyingkirkan kemungkinan lesi
desak ruang. Pemeriksaan lapang pandang yang menunjukkan defek lapang
pandang bitemporal ditemukan pada tumor hipofisis. Selama serangan nyeri
kepala klaster, dokter dapat menemukan adanya lakrimasi ipsilateral,
rhinorrhea, ptosis, miosis, dan wajah berkeringat pada pasien. Kelainan
gerakan mata bisa disebabkan oleh gangguan saraf okulomotor akibat
peningkatan tekanan intrakranial. Saraf cranial lainnya dapat dipengaruhi
oleh berbagai penyebab. Jika keterlibatan bersifat tidak menyeluruh,
asimetris, dan progresif, maka penyebab infiltratif seperti neoplasma,
meningitis TB, dan sarkoidosis harus dipertimbangkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Price, Sylvia dan Lorraine M.Wilson. Nyeri. Huriawati,dkk. Patofisiologi


edisi6. Jakarta : EGC.2003.
2. Harsono (ed): Kapita selekta neurologi, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, 2012; 237-250.
3. Kelompok Studi Nyeri Kepala PERDOSSI: Konsensus Nasional Nyeri
Kepala di Indonesia, Jakarta, 2016.
4. Ginsberg, Lionel. Lectures notes Neurologi. Ed. Ke -8. Erlangga : Jakarta,
2008. Stephen D, Silberstein. Wolff’s headache and Other Head
Ache.London : Oxford University Press.2001
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Nyeri Kepala Dalam Buku
Ajar Neurologi Klinis, Ed ke 1, Gadjah Mada University Press. Harsono (Ed),
2011; 271-99.
6. Lumbantobing: Neurogeriatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta, 2011.

Anda mungkin juga menyukai