Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN


BASALIOMA
OLEH: THATIANA DWI ARIFAH, 1206244346
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA

1. ANATOMI FISIOLOGI KULIT


Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi
permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga – rongga, lubang
– lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringant dan kelenjar mukosa. Kulit
terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan subkutan (Syaifudin, 2006).
a. Epidermis
Epidermis terdiri dari beberapa lapisan sel yaitu :
1) Stratum koneum
Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati, dan mengandung
zat keratin.
2) Stratum lusidum
Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah se – sel sudah banyak yang
kehilangan inti dan butir – butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar.
Lapisan ini hanya terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat
seperi suatu pita yang bening, batas – batas sel sudah tidak begitu terlihat.
3) Stratum granulosum
Stratum ini terdiri dari sel – sel pipih seperti kumparan. Sel – sel tersebut terdapat hanya
2 – 3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat butir – butir
yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena
banyaknya butir – butir stratum granulosum.
4) Stratum spinosum/stratum akantosum
Lapisan sratum spinosum/stratum akantosum merupakan laisan yang paling tebal dan
dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5 – 8 lapisan. Sel – selnya disebut spinosum karena
jika kita lihat di bawah mikroskop sel – selnya terdiri dari sel yang bentuknya poligonal
(banyal sudut) dan mempunyai tanduk (spina). Disebut akantosum karena sel – selnya
berduri. Ternyata spina dan tanduk tersebut adalah hubungan antara sel yang lain yang
disebut intercelular bridges atau jembatan interseluler
5) Stratum basal/geminatifum
Stratum basal/geminatifum disebut basal karena sel – selnya terletak di bagian basal.
Stratum germatifum menggantikan sel – sel yang diatasnya dan merupakan sel – sel
induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat
butir – butir yang halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut seperti pagar
(palidase) di bagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran yang disebut membran
basalis. Sel – sel basalis dengan membran basalis merupakan batas bawah dari
epidermis dengan dermis. Ternyata batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada
waktu kerium menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papila kori (papila kulit),
dan epidermis menonjol ke arah korium. Tonjolan ini disebut rete ridges atau rete pegg
(prosessus interpapilaris).

b. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh
membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak
jelas hanya kita ambil sebagai patokan adalah mulainya terdapat sel lemak.
Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas , pars papilaris (stratum papilar) dan
bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara pars papilaris dan pars
retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun
pars retikularis terdiri dari jaringan longgar yang tersusun dari serabut – serabut yaitu
serabut kolagen, serabut elastis, dan serabut retikulus. Serabut ini saling beranyaman
dan masing – masing mempunyai tugas yang berbeda. Serabut kolagen, untuk
memberikan kekuatan pada kulit, serabut elastis, memberikan kelenturan pada kulit,
dan retikulus, terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan
kekuatan pada alai tersebut.

c. Subkutan
Subkutan terdiri dari kumpulan – kumpulan sel – sel lemak dan di antara gerombolan
ini berjalan serabut – serabut jaringan ikat dermis. Sel – sel lemak ini bentuknya bulat
dengan intinya terdesak di pinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak
ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap – tiap tempat dan
juga pembagian antara laki – laki dan perempuan tidak sama (berlainan). Guna
penikulus adiposus adalah sebagai shock breaker atau pegas bila tekanan trauma
mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan suhu,
penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Di bawah subkutis terdapat
selaput otot kemudian baru terdapat otot.

2. PENGERTIAN
Basalioma adalah karsinoma sel basal merupakan kanker kulit yang timbul dari sel
basal epidermis atau folikel rambut (Brunner & Suddarth, 2001). Basalioma merupakan
keganasan kulit yang paling sering ditemukan umumnya di daerah wajah dan paling banyak
timbul pada orang yang kulitnya miskin pelindung terhadap sinar ultraviolet dari cahaya
matahari tumor ini berasal dari sel lapisan basal atau dari luar sel folikel rambut ( R
Sjamsuhidayat, 2004)
Basalioma adalah suatu tumor ganas kulit (kanker) yang berasal dari pertumbuhan
neoplastik sel basal epidermis dan appendiks kulit (Graham,R, 2005). Pertumbuhan tumor ini
lambat ,dengan beberapa macam pola pertumbuhan sehingga memberikan gambaran klinis
yang bervariasi,bersifat invasif,serta jarang mengadakan metastasis (Nila, 2005)
Klasifikasi TNM digunakan sebagai sistem klasifikasi pada tumor ganas kulit non
melanoma. Klasifikasi TNM Tumor Ganas Kulit ( kecuali Melanoma Maligna ) :
T : tumor primer
Tx : tumor primer tidak dapat dievaluasi
T0 : tidak ditemukan tumor primer
Tis : karsinoma insitu
T1 : tumor dengan ukuran terbesar tidak melebihi 2 cm.
T2 : tumor dengan ukuran terbesar antara 2-5 cm.
T3 : tumor dengan ukuran lebih dari 5 cm.
T4 : tumor menginvasi struktur ekstradermal dalam misalnya kartilago, otot skelet atau tulang

N : kelenjar getah bening


Nx : kelenjar getah bening tidak dapat diperiksa
N0 : tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional
N1 : ada metastasis kelenjar limfe regional

M : metastasis jauh
Mx : tidak dapat diperiksa
M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : ada metastasis jauh
Stadium tumor ganas kulit non melanoma menurut American Joint Committee on Cancer
tahun 2006 :
Stadium T N M

0 Tis N0 M0

I T1 N0 M0

T2 N0 M0
II
T3 N0 M0

T4 N0 M0
III
Tiap T N1 M0

IV Tiap T Tiap N M1

Stadium tumor ganas kulit non melanoma menurut AJCC tahun 2006.

3. ETIOLOGI
Etiologinya mungkin multifaktorial, tetapi paparan terhadap cahaya matahari memegang
peran penting. Menurut Marwali (2000), lebih dari 90 persen penyebab basalioma yaitu
terpapar sinar matahari atau penyianaran ultraviolet lainnya.Sering muncul usia> 40 tahun.
Faktor resiko antara lain:
a. Faktor genetik (sering terjadi pada kulit terang ,mata biru atau hijau dan rambut pirang atau
merah)
b. paparan sinar X yang berlebihan
c. Senyawa kimia arsen
d. Trauma
e. Ulkus kronis (Marwali,2000)

Menurut Culliford & Hazen (2007), etiologi dan faktor resiko basalioma adalah:
a. Radiasi sinar ultraviolet
Paparan kronik terhadap sinar matahari merupakan penyebab paling penting dan paling sering
dari basalioma. Radiasi sinar UV gelombang pendek (290-320 nm) dipercaya mempunyai
peran penting dalam pembentukan basalioma daripada radiasi sinar UV gelombang panjang
(320-400 nm).
b. Radiasi sinar x juga berhubungan dengan terjadinya basalioma.
c. Terpapar arsen, bahan kimia yang bersifat karsinogenik baik dari makanan maupun dari
pekerjaan berhubungan dengan perkembangan basalioma.
d. Keadaan imunosupresi, berhubungan dengan peningkatan resiko basalioma.
e. Xeroderma pigmentosum. Merupakan penyakit autosomal resesif, berawal dari perubahan
pigmen kemudian berkembang menjadi basalioma, karsinoma sel squamous, dan melanoma
maligna.
f. Sindrom BCC nevoid (sindrom Gorlin). Penyakit autosomal dominan yang terjadi pada
umur muda dengan multipel basalioma. Odontogenik keratocyst, palmoplantar pitting,
kalsifikasi intrakranial, dan anomali tulang iga dapat ditemui.
g. Sindrom Bazex. Merupakan penyakit genetik kromosom x-linked dominan yang ditandai
dengan atropoderma, multipel basalioma, anhidrosis lokal, dan kongenital hipotrikosis.
h. Iritasi kronik atau ulserasi
i. Riwayat kanker kulit nonmelanoma sebelumnya meningkatkan resiko seseorang untuk
terkena kanker kulit (Culliford & Hazen, 2007).

4. PATOFISIOLOGI
Basalioma merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan. Basalioma berasal dari
sel epidermis sepanjang lamina basalis. Kanker sel basal terjadi pada daerah terbuka yang
biasanya terpapar sinar matahari, seperti wajah, kepala, dan leher. Untungnya tumor ini jarang
sekali bermetastasis. Pasien dengan kanker sel basal tunggal lebih mudah mendapat kanker
kulit.
Spektrum sinar matahari yang bersifat karsinogen adalah sinar yang panjang
gelombangnya, bekisar antara 280 samapi 320 mm. Spektrum inilah yang membakar dan
membuat kulit menjadi cacat. Selain itu, pasien yang memiliki riwayat kanker sel basal harus
menggunakan tabir surya atau pakaian pelindung untuk menghindari sinar karsinogen yang
terdapat di dalam sinar matahari. Penyebab lain basalioma adalah riwayat pengobatan,
radiologi, sebelumnya untuk menyembuhkan penyakit kulit lain. Sinar ultraviolet panjang
(UVA) yang dipancarkan oleh alat untuk membuat kulit kecoklatan seperti terbakar sinar
matahari juga merusak epidermis dan di anggap sebagai karsinogen.
Dianggap berasal dari sel-sel pluripotensial (sel yang dapat berubah menjadi sel-sel lain)
yang ada pada stratum basalis epidermis atau lapisan folikular. Sel basal diproduksi sepanjang
hidup kita dan membentuk kelenjar sebasea dan kelenjar apokrin. Tumor tumbuh dari
epidermis dan muncul di bagian luar selubung akar rambut, khususnya dan stem sel folikel
rambut, tepat di bawah duktus glandula sebasea. Sinar UV menginduksi mutasi pada gen
supresor tumor p53, yang terletak pada kromosom 17p. Sebagai tambahan, mutasi gen supresor
tumor pada pita 9q22 yang meyebabkan sindrom nevoid basalioma, suatu keadaan autosomal
dominan ditandai dengan timbulnya basalioma secara dini (Culliford, A. and Alexes Hazen,
2007).
Awalnya terjadi pada lapisan epidermis kulit, kemudian tumbuh pelan- pelan tanpa rasa
sakit. Dengan pertumbuhan kulit baru yang mudah berdarah atau tidak dapat sembuh, maka
diagnosa basalioma sudah dapat ditegakkan. Basalioma hampir tidak pernah menyebar. Tetapi,
jika tidak diterapi, kemungkinan menyebar ke tulang ataupun jaringan terdekat (Berman,
2008).

5. TANDA DAN GEJALA


Predileksi basalioma adalah area yang sering terpapar sinar ultraviolet, terutama pada
wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial, periorbital) dan leher, kadang juga ditemukan dikulit
kepala. Gambaran klasik basalioma memiliki tepi yang meninggi dan daerah tengah yang
mengkilap seperi mutiara dengan telangiektasis. Dapat nampak bersisik dengan daerah atrofi
atau parut akibat inflamasi kronik (Culliford & Hazen, 2007).
Menurut Culliford & Hazen, (2007), basalioma diklasifikasikan menjadi subtipe yang
menggambarkanapakah basalioma tersebut agresif atau tidak.
a. Nodular
Bentuk ini paling sering dijumpai. Lesi biasanya tampak sebagai lesi tunggal. Paling
sering mengenai wajah, terutama pipi, lipat nasolabial, dahi, dan tepi kelopak mata. Pada
awalnya tampak papul atau nodul kecil, transparan seperti mutiara, berdiameter kurang dari 2
cm dengan tepi meninggi. Permukaannya tampak mengkilat, sering dijumpai adanya
telangiektasia dan kadang-kadang dengan skuama yang halus atau krusta yang tipis. Lesi
membesar secara perlahan dan suatu saat bagian tengah lesi menjadi cekung yang dapat
berkembang menjadi ulkus rodens dengan destruksi jaringan di sekitarnya. Dengan trauma
ringan atau bila krusta diangkat, mudah terjadi perdarahan (Wong & Strange, 2009)
Basalioma tipe nodular(Wong & Strange, 2009)
b. Berpigmen
Gambaran klinisnya sama dengan yang tipe nodular. Bedanya, pada jenis ini berwarna
coklat atau hitam berbintik-bintik atau homogen, yang secara klinis dapat menyerupai
melanoma (Wong & Strange, 2009).

Basalioma tipe berpigmen(Wong & Strange, 2009)


c. Morfea / Fibrosing / sklerosing
Merupakan tipe basalioma agresif dan biasanya terjadi pada kepala dan leher. Lesi
tampak sebagai plak sklerotik yang cekung, berwarna putih kekuningan dengan batas tidak
jelas(Wong & Strange, 2009)

Basalioma tipe morfea(Wong & Strange, 2009)


d. Superfisial
Lesi biasanya multipel, mengenai badan, dan sedikit kemungkinan untuk invasif. Secara
klinis tampak sebagai plak transparan, eritematosa sampai berpigmen terang, berbentuk oval
sampai ireguler dengan tepi berbatas tegas, sedikit meninggi (Wong & Strange, 2009)
Basalioma tipe superfisial(Wong & Strange, 2009)

Gambaran klinis yang jarang ditemukan adalah tumor metastase ke jaringan sekitar, ke
kelenjar limfe regional dan destruksi terhadap tulang. Destruksi tulang sering ditemukan pada
basalioma wajah dan kepala
Disamping itu terdapat pula 3 sindroma klinis, dimana epitelioma sel basal berperan
penting, yaitu:
a. Sindroma Epitelioma Sel Basalnevoid, dikenal pula sebagai sindroma Gorlin-Goltz.
Merupakan kelainan autosomal dominan dengan penetrasi yang bervariasi, ditandai oleh 5
gejala mayor yaitu :
 Karsinoma sel basal multipel yang terjadi pada usia muda.
 Cekungan-cekungan pada telapak tangan dan telapak kaki.
 Kelainan pada tulang, terutama tulang rusuk.
 Kista pada tulang rahang.
 Kalsifikasi ektopik dari falks serebri dan struktur lainnya.
b. Nevus sel basal unilateral linier, merupakan jenis yang sangat jarang dijumpai. Lesi berupa
nodul dan komedo, dengan daerah atrofi bentuk striae, distribusi zosteriformis atau linier,
unilateral. Lesi biasa dijumpai sejak lahir dan lesi ini tidak meluas dengan meningkatnya
usia.
c. Sindroma bazex, sindroma ini digambarkan pertama kalinya oleh Bazex, diturunkan secara
dominan, dengan cirri khas sebagai berikut :
 Atrofoderma folikuler, yang ditandai oleh folikuler yang terbuka lebar, seperti ice-pick
marks, terutama pada ekstremitas.
 Epitelioma sel basal kecil, multipel pada wajah, biasanya timbul pertama kali pada saat
remaja atau awal dewasa. Namun kadang-kadang dapat juga timbul pada akhir masa anak-
anak.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
basalioma yaitu pemeriksaan histopatologis. Biopsi kulit sering diperlukan untuk memperkuat
diagnosis dan menentukan gambaran histopatologi. Dari pemeriksaan ini dapat ditemukan :
 Karsinoma sel basal tipe nodular : nukleus oval besar, hiperkromatik, dan sitoplasma
sedikit. Bentuk sel seragam dan bila ada gambaran mitotik biasanya sedikit. Bentuk padat
biasanya bergabung dengan pola berbentuk palisade di daerah perifer dan membentuk
sarang-sarang. Biasanya ada peningkatan produksi musin di sekitar stroma dermis.
Pembelahan sel, yang dikenal sebagai artefak retraksi biasanya muncul diantara sarang-
sarang basalioma dan stroma, yang berkurang selama fiksasi dan pewarnaan.
 Karsinoma tipe berpigmen : mengandung melanosit yang terdiri dari sitoplasma granula
melanin dan dendrit.
 Karsinoma sel basal tipe morfea : pola sarang pertumbuhannya tidak melingkar tapi
membentuk untaian.
 Karsinoma sel basal tipe superfisial : penampakannya seperti semak-semak sel basaloid
yang berlekatan dengan epidermis. Sarang-sarang berbagai ukuran sering terlihat di
dermis(Wong & Strange, 2009)

(a) (b)
Gambaran histopatologi kulit normal(a). Basalioma (b).
(Berman, 2008)
Untuk basalioma yang metastasis atau yang berpenetrasi ke tulang dapat
dilakukan pemeriksaan radiologi. Salah satunya adalah dengan MRI (Magnetic
Resonance Imaging). Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas yang tinggi untuk
mendeteksi terjadinya destruksi tulang pada basalioma.
a b
(Berman, 2008)
(a) Ulserasi supefisial dari tumor yang berpenetrasi ke lapisan superfisial
pada regio temporalis. (potongan axial)
(b) MRI potongan coronal. Gambaran destruksi tulang zygoma (panah),
tetapi tidak dapat dipastikan berasal dari tumor yang mengalami
penetrasi, sehingga dibutuhkan konfirmasi dengan pemeriksaan hystopatologi.

8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan basalioma tergantung dari jenis, lokasi, ukuran, dan pilihan atau keahlian
operator yang akan melakukan pengobatan. Terapi yang dapat dilakukan adalah dengan
nonbedah maupun pembedahan.
A. Penatalaksanaan non-bedah
Penatalaksanaan nonbedah meliputi radioterapi, terapi fotodinamik, dan immunomodulator
topikal. Kemoterapi topikal dengan bahan immunomodulasi berguna pada beberapa kasus
basalioma. Basalioma kecil dan superfisial mungkin berespon baik dengan terapi topikal.
Sebagai tambahan, terapi topikal dapat digunakan sebagai profilaksis atau pemeliharaan
pada pasien dengan multipel basalioma seperti sindroma basal sel nevus (Wong & Strange,
2009).
1. Radioterapi
Prosedur ini perlu untuk kasus inoperabel atau post operasi mikro atau makroskopis,
lebih penting lagi pada kasus rekuren dan residif. Teknik radiasi yang digunakan yaitu
pengobatan standar terdiri dari sinar-x. Area radiasi adalah tumor yang kelihatan dan
safety margin dengan range 0,5-1,5 cm, tergantung dari ukuran tumor. Jaringan di
sekitarnya seperti mata termasuk palpebra dan glandula lakrimalis harus dilindungi.
Dosis ditentukan oleh ukuran, lokasi, jaringan sekitar, dan tingkat radiosensitivitasnya.
Dosis tunggal antara 1,8-5 Gy. Total maksimum dosis 50-74 Gy (Culliford & Hazen,
2007).
2. Terapi fotodinamik untuk basalioma telah digunakan lebih dari 20 tahun. Terapi ini
efektif untuk basalioma superfisial. Tehnik ini menggunakan asam aminolaevulinic yang
dibuat dalam emulsi 20 %, dan diberikan topikal pada lesi. Jaringan tumor menyerap
metabolit porfirin ini dan menjadi fotosensitif terhadap konversinya yaitu protoporfirin
IX yang menjadi fotodestruktif ketika dipaparkan pada sinar dengan panjang gelombang
620-670 nm. 85% basalioma superfisial yang diberikan terapi fotodinamik sembuh
dengan hasil kosmetik yang sangat baik (Wong & Strange, 2009).
3. Immunomodulator topikal berupa Imiquimod 5% krim. Imiquimod bekerja dengan
menginduksi respon imun seluler sehingga menyebabkan sekresi interferon gamma
(IFN-g), interleukin 12, dan sitokin lainnya. Masuknya IFN ke dalam tumor akan
menyebabkan perlekatan limfosit dengan CD 4+ serta membunuh sel tumor dengan
regresi tumor. Basalioma superfisial yang diterapi dengan imiquimod sembuh hingga
85%. 5-Fluorourasil, sitostatik, diberikan secara topikal setiap hari selama 4-6 minggu
(1-5% dalam bentuk krim atau salep). Sitostatik ini bekerja selektif terhadap tumor
epidermal yang hiperproliferasi. Namun juga dapat mengiritasi kulit yang sehat sehingga
harus diawasi penggunaannya (Wong & Strange, 2009).

B. Penatalaksanaan Bedah
Tujuan penatalaksanaan bedah pada basalioma adalah untuk mengangkat tumor sehingga
tidak ada jaringan tumor yang dapat berkembang lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih terapi adalah jenis subtipe basalioma, lokasi dan ukuran
tumor, umur pasien, kemampuan pasien untuk menoleransi pembedahan, serta biaya. Metode
bedah yang banyak digunakan adalah kuretase dan elektrodesikasi, eksisi dengan pemeriksaan
tepi tumor atau bedah mikrografik Mohs. Krioterapi kadang digunakan. Namun dari penelitian
ditemukan bahwa pengobatan basalioma pada wajah adalah pembedahan metode mikrografik
Mohs lebih baik dibanding metode pengobatan lain, dimana angka kekambuhan sangat
minimal, tetapi kekurangannya biaya operasi lebih mahal dan waktu operasinya lebih lama
(Wong & Strange, 2009).
1. Kuretase dan elektrodesikasi
Merupakan pilihan terapi yang umumnya digunakan pada lesi dengan batas tidak tegas.
Dapat digunakan sebagai penatalaksanaan basalioma nodular dengan ukuran kurang dari 2
cm dan basalioma superfisial dengan berbagai ukuran. Walaupun dilaporkan tingkat
kesembuhan dengan metode ini lebih dari 90 %, tetapi rekurensi dilaporkan pada 30 % lesi
dengan diameter lebih dari 3 cm. Karena tingkat rekurensi yang tinggi, luaran kosmetik yang
kurang baik, dan kurangnya kontrol histologis, metode ini tidak diterima sebagai terapi
utama pada basalioma (Culliford & Hazen, 2007).
2. Biopsi eksisi
Metode ini menghasilkan tingkat kesembuhan lebih dari 90 %. Pada metode ini tumor
diangkat seluruhnya hingga jaringan lemak subkutan dengan dikelilingi oleh jaringan
normal. Literatur merekomendasikan batas 3 mm untuk basalioma kecil (<10 mm) dan 5
mm untuk basalioma yang lebih besar (10-20 mm) pada wajah. Untuk lesi yang ditemukan
pada lokasi lain, direkomendasikan batas 5 mm. Tepi tumor harus dikonfirmasi ”negatif”
dengan pemeriksaan histologis. Teknik ini memerlukan penutupan lesi bekas eksisi berupa
flap atau graft. Metode ini baik digunakan untuk basalioma tipe noduler, morfea dan
basalioma yang telah berinfiltrasi (Culliford & Hazen, 2007).
3. Bedah mikrografik Mohs
Merupakan teknik bedah yang mengkombinasikan ekstirpasi tumor dan pemeriksaan
mikroskopik tepi jaringan. Eksisi miring dan pemetaan yang teliti dari tepi perifer dan
batas dalam dari horizontal frozen section memungkinkan pemeriksaan yang
komprehensif dari semua tepi jaringan yang dieksisi dan menjamin tingkat kesembuhan
yang sangat baik melebihi 98% untuk sebagian besar kanker kulit. Indikasi bedah
mikrografik Mohs : basalioma yang terletak pada daerah H (telinga, periaurikuler, daerah
temporal, periokular, hidung, bibir), basalioma yang rekuren, basalioma yang besar (>2
cm), basalioma dengan batas yang tidak jelas, basalioma subtipe agresif, pasien dengan
imunosupresi, sindroma basal sel nevus, dan xeroderma pigmentosum. Teknik
operasinya adalah dengan menginsisi daerah tumor, dan langsung diperiksa histopatologi
dibawah mikroskop dengan pewarnaan hematoxilin dan Eosin atau pewarnaan lainnya.
Insisi lapis demi lapis, dan masing-masing diperiksa secara mikroskopik. Insisi sejauh 5-
8 sentimeter dari batas jaringan yang histopatologinya masih tampak basalioma. Jika
benar-benar jaringan basalioma sudah hilang dengan pemeriksaan mikroskopik, maka
dilakukan bedah rekonstruksi untuk menutupi defek akibat insisi yang dilakukan.
Operasi ini membutuhkan keahlian tersendiri dan membutuhkan waktu yang lebih lama
dibanding eksisi biasa dan biaya yang dibutuhkan lebih mahal (Culliford & Hazen, 2007).
4. Krioterapi
Merupakan teknik yang dapat digunakan pada lesi primer dengan ukuran < 2 cm dan
subtipe nonagresif. Tingkat kesembuhan >95 % tetapi berhubungan dengan
hipopigmentasi dan jaringan parut. Tidak ada kontrol histologis dengan metode ini, dan
jaringan biasanya awalnya menjadi sangat edema. Tingkat rekurensi dilaporkan 3,7 –
7,5%. Lesi yang sangat besar mungkin membutuhkan flap atau skin graft untuk
memperbaiki defek pada kulit setelah eksisi. Luas defek harus diperkirakan sebaik-
baiknya, terutama jika defek berada di area yang sulit, agar hasil operasi sesuai dengan
yang diinginkan (Berman, 2008).

9. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat di timbulkan dari penyakit kanker kulit ini yaitu:
1. Akibat pembedahan dan terapi radiasi:
i. Jaringan yang di buat tergores/ terluka.
ii. Perubahan warna kulit.
iii. Timbulnya perubahan pada kulit dari alat-alat kosmetik.
iv. Luka kulit yang kronis.
v. Keterbatasan anggota badan jika pengobatan luas.
2. Akibat kemoterapi dan bioterapi:
i. mual dan muntah.
ii. syndrome flulike.
iii. mielosupresi.
iv. paresthesia
v. fibrosis pulmonary.
vi. hipersensivitas.
vii. alopesia.
viii. reaksi alergi
3. Umum:
i. Timbulnya perubahan pada kulit dari alat-alat kosmetik dan citra tubuh.
ii. Kehilangan fungsi pada ekstremitas.
iii. Perlukaan dan perubahan warna kulit.
iv. Proses hasil metastase penyakit pada paengobatan invasif dan potensial kematian
terakhir.

10. PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk mencegah basalioma adalah dengan mengurangi paparan sinar ultraviolet,
dengan memakai topi, payung, atau menggunakan tabir surya (Sun-block), sinar UVA dan
UVB dengan SPF (faktor perlindungan matahari) ukuran maksimum 15. Mencegah
kemungkinan radiasi sinar x atau paparan arsen dengan memakai pelindung, untuk pekerja
yang harus kontak langsung dengan bahan tersebut. Berkonsultasi secara dini kepada dokter
ahli jika terjadi perubahan pada kulit (Berman, 2008).

11. PENGKAJIAN
Menurut Barbara Engram (1998), dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien pre dan
post operasi umum, data yang perlu dikaji adalah :
a. Data dasar
1. Identitas Kajian ini meliputi nama, inisial, umur, jenis kelamin, agama, suku,
pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal klien. Selain itu perlu juga dikaji nama dan
alamat penanggung jawab serta hubungannya dengan klien.
2. Riwayat penyakit dahulu : Berupa penyakit dahulu yang pernah diderita yang
berhubungan dengan keluhan sekarang.
3. Riwayat penyakit sekarang : Meliputi alasan masuk rumah sakit, kaji keluhan klien,
kapan mulai tanda dan gejala. Faktor yang mempengaruhi, apakah ada upaya-upaya
yang dilakukan.
4. Riwayat kesehatan keluarga : Terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit
basalioma atau kanker (Engram, 1998).
b. Data biologis
1. Pola nutrisi : klien mengalami anoreksia, dan ketidakmampuan untuk makan (Mayer’s,
et, al, 1995).
2. Pola minum ; Masukan cairan klien adekuat, pasca operasi, klien puasa total 24 jam
(Doenges, et, al, 2002).
3. Pola eliminasi ; Terjadi konstipasi dan berkemih tergantung masukan cairan (Brunner
& Suddarth, 2002).
4. Pola istirahat dan tidur : Tidak dapat tidur dalam posisi baring rata pasca operasi
(Doenges, et, al, 1999).
5. Pola kebersihan : Penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari disebabkan
pasca operasi (Tucker, et, al, 1998).
6. Pola aktivitas : Keletihan melakukan aktivitas sehari-hari (Brunner and Suddarth,
2000).
c. Data psikologis
1. Status emosi : Klien dapat merasa terganggu dan malu dengan kondisi yang dialaminya
atau tidak (Brunner and Suddarth, 2002).
2. Gaya komunikasi ; kesulitan berbicara dalam kalimat panjang/perkataan yang lebih dari
4 atau 5 sekaligus (Doenges, et, al, 1999).
3. Pola interaksi ; tidak ada sistem pendukung, pasangan, keluarga, orang terdekat.
Keterbatasn hubunan dengan orang lain, keluarga atau tidak (Doenges, et, al, 1999).
4. Pola koping : Klien marah, cemas, menarik diri atau menyangkal.
d. Data sosial
1. Pendidikan dan pekerjaan : tingkat pengetahuan tentang operasi minim (Soeparman,
et, al, 1998).
2. Hubungan sosial : kurang harmonisnya hubunan sosial merupakan stressor emosional
pernafasan tidak teratur (Brunner & Suddarth, 2002).
3. Gaya hidup : kebiasan merokok, minum minuman berakohol, sering bergadang
(Brunner & Suddarth, 2002).
4. Data spiritual : keterbatasan melakukan kegiatan spiritual (Brunner & Suddarth,
2002).
e. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum lemah
2. Kesadaran composmentis sampai koma, tergantung tingkat efek pembedahan dan
anestesi.
3. Tanda-tanda vital meningkat disebabkan adanya infeksi.
4. Kepala, leher, axilla : ekspresi wajah meringis, takut.
5. Hidung : pernafasan cuping hidung
6. Dada : berpengaruh apabila tingkatan infeksi tinggi akan mempengaruhi pernafasan
cepat sampai retraksi.
7. Ekstremitas : ekstremitas berkeringat (Brunner & Suddarth, 2002).

12. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Berdasarkan teori diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan pre dan post
operatif Basalioma menurut Doenges, et al (2000), adalah sebagai berikut :
Diagnosa Keperawatan Pre-Operatif
a. Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan.
b. Gangguan rasa nyaman b/d gejala terkait penyakit
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi.
Diagnosa Keperawatan Post-Operatif
a. Bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan ekspansi paru, energi
menurun/kelemahan, nyeri.
b. Kekurangan cairan berhbungan dengan hilangnya cairan tubuh.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah dan
kurang nafsu makan.
d. Nyeri akut berhubungan dengan eksisi pembedahan.
e. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan eksisi pembedahan.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi.
13. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut/kronik  Nyeri tidak Mandiri
Berhubungan dengan: bertambah buruk  Tentukan riwayat nyeri seperti lokasi Informasi dasar dibutuhkan untuk
 Proses penyakit –  Mampu nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas mengevaluasi kebutuhan dan keefektifan
kompresi atau destruksi mengontrol nyeri menggunakan skala intervensi.
jaringan saraf  Membutuhkan  Evaluasi efek nyeri dari terapi, seperti
 Perembesan suplai bantuan minimal pembedahan, radiasi,kemoterapi, dan Ketidaknyamanan merupakan hal yang biasa,
vaskular atau mandiri bioterapi. Berikan informasi mengenai seperti nyeri pembedahan, nyeri seperti
 Obstruksi saraf, dalam melakukan kemungkinan yang akan terjadi terbakar, low back pain, luka di mulut, atau
inflamasi, dan ADL sakit kepala tergantung prosedur yang
metastasis ke tulang  Mampu dilaksanakan.
 Efek samping berbagai menggunakan  Berikan stimulasi pada kulit seperti Dapat mengurangi inflamasi, spasme otot, dan
agen terapi kanker teknik relaksasi kompres hangat atau dingin, dan masase meredakan nyeri
dan distraksi saat  Berikan kenyamanan nonfarmakologikal Dapat meningkatkan relaksasi dan membantu
nyeri seperti masase, pemberian posisi yang klien untuk fokus ke hal lain selain nyeri.

nyaman, dan backrub, aktivitas/hobi yang Memungkinkan klien dapat berpartisipasi aktif

dapat mendistraksiseperti mendengarkan pada perawatan nyeri nonfarmakologi dan

musik, membaca buku, nonton TV, dll meningkatkan kemampuan mengontrol nyeri.

 Dorong klien untuk menggunakan


kemampuan manajemen stress dan terapi
komplementer, seperti teknik relaksasi
napas dalam, visualisasi, guided imagery,
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
biofeedback, tertawa, musik, aromaterapi, Klien dapat maksimal dalam mengontrol nyeri
dan teknik sentuhan terapeutik. dan membutuhkan bantuan minimal dalam
 Evaluasi rasa lega terhadap nyeri secara ADL.
rutin. Informasi ini dapat membantu klien
 Berikan informasi kepada klien dan menumbuhkan harapan yang realistis dan
keluarga mengenai efek samping terapi percaya diri dalam menangani efek samping
yang diberikan dan diskusikan cara yang terjadi.
mengatur efek samping tersebut

Kolaborasi
 Diskusikan penggunaan terapi alternatif
atau komplementer jika klien
menginginkan
 Atur rencana manajemen nyeri individu
dengan klien dan dokter
Dapat mengurangi nyeri tanpa efek samping

 Berikan analgesik sesuai indikasi obat

 Instruksikan penggunaan stimulasi


elektrik seperti Transcutaneous Electrical Rencana ini dimulai dari hal atau aktivitas yang

Nerve Stimulation (TENS) sederhana sampai akhirnya dengan tindakan


invasif untuk mengontrol nyeri.
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Penggunaan analgesik dapat membantu untuk
mengontrol nyeri
TENS dapat menghambat transmisi stimulus
nyeri, dapat mereduksi dan melegakan nyeri
tanpa efek samping obat

2. Ketidakseimbangan  Menunjukkan berat Terapi Nutrisi


nutrisi: kurang dari badan yang stabil Mandiri
kebutuhan tubuh atau peningkatan  Monitor intake makanan setiap hari Identifikasi kekuatan dan kekurangan nutrisi
Berhubungan dengan: berat badan secara  Ukur tinggi, berat badan, lipatan kulit, Jika hasil pengukuran berada pada nilai standar
 Hipermetabolisme progresif atau pemeriksaan antropometrik lainnya minimum, maka sumber utama penyimpan
akibat kanker  Mengungkapkan energi, jaringan lemak, mengalami penurunan
 Efek samping pemahaman  Kaji kulit dan membran mukosa terhadap Membantu mengidentifikasi malnutrisi kalori-
kemoterapi, radiasi, mengenai intake pucat, perlambatan penyembuhan luka, protein terutama ketika pengukuran berat badan
pembedahan – makanan yang dan pembesaran kelenjar parotis dan antropometrik kurang dari normal
anoreksia, iritasi adekuat  Dorong klien untuk makan makanan Metabolisme akan meningkat untuk membuang
gastris, perubahan  Berpartisipasi tinggi kalori, makan makanan kaya nutrisi, zat-zat yang tidak berguna dalam tubuh
dalam pengecapan rasa, dalam intervensi dengan intake cairan yang adekuat
mual untuk  Ciptakan suasana makan yang Buat waktu makan menjadi lebih
 Tekanan emosi, menstimulasi nafsu menyenangkan. Anjurkan klien untuk menyenangkan sehingga dapat meningkatkan
kelemahan, makan dan asupan makanan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
ketidakmampuan meningkatkan makan bersama dengan keluarga atau hal
mengontrol nyeri asupan makanan yang menyenangkan lainnya.

Manajemen Kemoterapi
 Atur makan sebelum dan segera setelah Pengaturan keefektivan diet bergantung pada
perawatan, seperti minum air putih, diet minimalnya rasa mual yang dirasakan setiap
makanan lunak dan lembut, biskuit, atau individu setelah terapi. Menghindari asupan
roti. Berikan cairan 1 jam sebelum atau 1 cairan selama makan dapat mencegah rasa
jam setelah makan kenyang terlalu cepat
 Kontrol faktor lingkungan seperti bau Dapat menstimulasi mual dan muntah
yang menyengat dan bising yang
mengganggu. Hindari makanan yang
terlalu manis, berlemak, dan pedas

 Anjurkan klien untuk menggunakan Dapat mengurangi rasa mual dan


teknik relaksasi, visualisasi, guided memungkinkan klien untuk meningkatkan
imagery, sebelum makan asupan makanan per oral

3. Cemas  Dapat  Dorong klien untuk mengutarakan Memberikan kesempatan untuk menilai rasa
Berhubungan dengan: mengungkapkan perasaan dan pikirannya cemas yang realistis
 Krisis situational – perasaan dan
cancer
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
 Ancaman atau mengurangi rasa  Atur kontak dengan klien. Berbicara Meyakinkan klien bahwa klien tidak sendiri dan
perubahan pada cemas dengan klien menggunakan teknik tidak dikucilkan
kesehatan, status sosial  Merasa lebih rileks sentuhan, jika diperlukan
ekonomi, fungsi peran,  Menunjukkan
pola interaksi penggunaan  Diskusikan penggunaan strategi koping Kemampuan koping klien umumnya akan
 Ancaman terhadap mekanisme koping yang biasa digunakan klien dalam menurun setelah diagnosa dan selama fase
kematian efektif menghadapi cemas perawatan
 Perpisahan dengan
keluarga – hospitalisasi,  Berikan informasi yang akurat dan Dapat menguangi kecemasan dan
perawatan konsisten mengenai diagnosis dan memungkinkan klien membuat keputusan
prognosis.
 Berikan kesempatan pada klien untuk Memahami perasaan yang sedang dirasakan

mengekspresikan rasa marah, takut, dan memungkinkan klien menerima situasi yang

putus asa tanpa menentangnya. Berikan dihadapinya saat ini


informasi bahwa perasaan tersebut normal
dan diekspresikan secara tepat

 Jelaskan prosedur, berikan kesempatan Memungkinkan klien menerima situasi yang

untuk bertanya dan menjawab secara dihadapinya saat ini

jujur.
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
 Amati adanya penggunaan koping yang Adanya koping yang tidak efektif akan
tidak efektif pada klien seperti menarik memaksimalkan fungsi keluarga klien untuk
diri dari interaksi sosial, membantu klien menggunakan koping efektif
ketidakberdayaan, dan putus asa

 Dorong klien untuk berinteraksi dengan Mengurangi perasaan terisolasi. Dukungan dari
support sistemnya seperti konselor, luar juga penting untuk klien selain dukungan
pembimbing spiritual, dan komunitas dari keluarga sendiri.
penderita kanker
DAFTAR PUSTAKA

Culliford, A. and Alexes Hazen. 2007. Dermatology for plastic surgeons. In: Grabb and
Smith’s plastic surgery. 6th edition. p.111-2 Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EGC

Corwin , Elizabeth J . 2000 . Buku : Saku Patofisiologi . EGC . Jakarta

Graham ,R. 2005 .Lecture Note on Dermatologi. Ed. 8.Jakarta :Erlangga

Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta :Erlangga

Sjamsudidayat ,R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC

Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. 1999. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 3. Jakarta: FK
UI

Wong CS, Strange RC, Lear JT. Basal cell carcinoma [Online]. 2009. Available from:
URL:http://bmj.bmjjournals.com/cgi/contaent/full/327/7418/794. Diakses tanggal
18 September 2017 20:45

Berman, K. MD, PhD, Associate. 2008. Basal cell carcinoma [Online] Available from:URL:
/das/journal/view/0/N/15119303?issn=&source=MI. Diakses tanggal 18
September 2017 20:45

Anda mungkin juga menyukai