ABSTRAK
Daerah Aliran Sungai merupakan kawasan yang dibatasi oleh topografi yang menerima dan
menumpulkan air hujan, sedimentasi dan unsur hara dan mengalirkannya melalui anak-anak sungainya.
DAS Batanghari terdiri dari tiga bagian yaitu hulu, tengah dan hilir yang masing-masing mempunyai ciri
fisik yang berbeda. Pada bagian hulu terletak pada wilayah ketinggian 500 – 1.000 mdpl dengan curah
hujan 3.000 mm/th dan geologinya didominasi pegunungan Bukit Barisan yang bersifat vulkan kuarter.
Untuk jenis tanah yang terdapat pada bagian hulu didominasi oleh jenis tanah latosol, podsolik dan
Andosol dengan ketebalan solum (>2m) dan banyak dimanfaatkan sebagai wilayah hutan lindung
maupun perkebunan. Pada bagian tengah terletak pada wilayah ketinggian 100 – 500 mdpl dengan
curah hujan 2.340 mm/th dan didominasi oleh bukit barisan bersifat vulkan kuarter. Jenis tanah podsolik
dan latosol dan banyak dimanfaatkan sebagai pertanian oleh masyarakat. Pada bagian hilir yang
terletak pada wilayah ketinggian 0 – 100 mdpl dengan curah hujan 2.271 mm/th dan didominasi oleh
perbukitan bergelombang edndapan organosol. Dari hulu sampai hilir pemanfaatan maysarakat pada
DAS Batanghari didominasi sektor pertanian untuk menunjang perekonomian dan merupakan
penyumbang terbesar pembangunan dalam PDRB daerah.
KATA KUNCI : Daerah Aliran Sungai, iklim, geologi, morfologi, jenis tanah, sosial ekonomi.
PENDAHULUAN
Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan
wilayah/kawasan yang dibatasi pembatas topografi (punggungan bukit) yang menerima,
mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkan melalui anak-anak sungai
dan keluar pada satu titik (outlet). Selanjutnya Departemen Kehutanan (2001) memberikan
pengertian bahwa Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifat
alamnya sedemikian rupa, sehingga merupakan kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal
dari curah hujan dan smber air lainnya, dan kemudian mengalirkan melalui sungai utamanya
(single outlet). Suatu DAS dipisahkan dari wilayah lain disekitarnya (DAS-DAS) oleh pemisah dan
topografi, seperti punggug perbukitan dan pegunungan.
DAS Batanghari mempunyai luas daerah tangkapan air (catchment area) ± 4,5 juta
hektar, dan merupakan DAS terbesar kedua di Indonesia (Departemen Kehutanan, 2002).
Secara administrasi pemerintahan, sebagian besar DAS Batanghari berada di wilayah Provinsi
Jambi (bagian hulu, tengah dan hilir DAS), sisanya berada di wilayah Provinsi Sumatera Barat
dan Provinsi Riau (hulu DAS). Keberadaan DAS ini ditunjang pula dengan adanya faktor fisik
berupa geologi, morfologi, litologi jenis tanah dan faktor sosial ekonomi.
GAMBARAN UMUM
Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari secara geografis terletak pada posisi 0 4̊3’ - 0 4̊6’
Lintang Selatan dan 100 4̊5’ - 104 2̊5’ Bujur Timir. Secara topografis DAS Batanghari dibatasi
oleh Bukit Barisan di sebelah barat dengan puncak Gunung Kerinci, Gunung Tujuh, Gunung
Pantai Cermin, Gunung Mesjid, Gunung Terasik, Gunung Raja, dan Gunung Kunyit. Sedang di
sebelah selatan berbatasan dengan puncak puncak gunung dari Gunung Tengah Leras, Gunung
Pandan Bongsu, dan Gunung Kayu Aro. Selanjutnya di sebelah utara berbatasan dengan
puncak-puncak gunung dari Gunung Tigajerai dan Gunung Rinting, dan sebelah timur
berbatasan dengan Selat Berhala (Departemen Kehutanan 1993). Sedangkan secara
administratif, DAS Batanghari berbatasan dengan Provinsi Riau di bagian utara, pada bagian
barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu, sedang di bagian selatan
berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan, sementara di bagian timur berbatasan dengan
Selat Berhala.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari merupakan DAS terbesar kedua di Indonesia,
mencakup luas areal tangkapan (catchment area) ± 4,5 juta Ha (Departemen Kehutanan, 2002),
dan meliputi sebagian besar wilayah Provinsi Jambi dan sebagian Provinsi Sumatera Barat.
Panjang Sungai Batanghari ± 775 Km berhulu di Pegunungan Bukit Barisan dan bermuara di
Selat Berhala. Sungai-sungai besar yang merupakan anak Sungai Batanghari adalah Batang Asai,
Batang Tembesi, Batang Merangin, Batang Tabir, Batang Tebo, Batang Bungo, dan Batang Suliti.
DAS Batanghari mencakup 4 provinsi. Sebagian besar (76%) wilayah DAS Batanghari
adalah bagian dari Provinsi Jambi, yang meliputi 8 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kota Jambi;
Kabupaten Kerinci; Kabupaten Merangin; Kabupaten Sarolangun; Kabupaten Batanghari,
Kabupaten Muaro Jambi; Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tebo, dan Kabupaten
Bungo. Sebesar 19 % wilayah DAS Batanghari merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Barat ,
meliputi Kabupaten Solok, Solok Selatan, Sawahlunto/Sijunjung, dan Kabupaten Dharmasraya.
Sebagian kecil (4%) termasuk wilayah Kabupaten Musi Rawas di Propinsi Sumatera Selatan. Dan
Sisanya 1% merupakan bagian dari Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau.
Tabel 1.1
IKLIM
Tabel 1.2
TOPOGRAFI
DAS Batanghari mempunyai topografi yang bervariasi dari dataran rendah sampai
pegunungan. Daerah dataran rendah umumnya berada di bagian tengah dan hilir DAS,
sementara daerah pegunungan berada di daerah hulu yang juga merupakan bagian dari
rangkaian pegunungan Bukit Barisan dan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Elevasi berkisar
dari 200 m dpl sampai dengan > 3000 dpl.
Puncak-puncak gunung yang tinggi yang terdapat di kawasan DAS Batanghari seperti
Gunung Kerinci (3.805 m), Gunung Tujuh (2.604 m) Gunung Baleng (2.560 m), Gunung Ratam
(2.566 m), Gunung Pantai Cermin (2.690 m), Gunung Terembung (2.577 m), dan Gunung Raya
(2.543 m), (Departemen Kehutanan, 2002).
GEOLOGI
Geologi DAS Batanghari memperlihatkan variasi yang banyak, terutama di bagian hulu.
Sedangkan di bagian hilir atau di sebelah timur tidak banyak variasinya.
1. Kelompok Pra-Tertier
a. Formasi Palipat (Pp)
Batuan yang menyusun formasi ini ialah lava dan tufa. Tufa terdiri dari tufa
kristal mengandung fragmen andesitan, terpropilitkan mengandung tembaga dan
molibden, pirit, sedangkan lavanya adalah lava andesit dan basalt.
d. Formasi Lahat
Batuan yang menyusun formasi ini terdiri dari Tufa, batu pasir, konglomerat dan
breksi.
h. Formasi Muaraenim
Susunan formasi batuan ini adalah batu pasir berbutir sedang, batu lempung,
tufan pasiran, batu pasir sisipan lignit.
i. Batuan Vulkanik
Batuan-batuan yang menyusunnya secara berturut-turut terdiri dari lava, breksi,
lahar, breksi tufa yang merupakan produk Gunug Kerinci, dan yang paling atas adalah
breksi, lava, tufa dan obsidian asam sampai menengah.
3. Kelompok Kuarter
a. Formasi Kasai ( Qtk )
Tufa halus sampai kasar, fragmen pasir dan batu apung, sisipan lignin, kayu
terkersikkan.
b. Aluvial
Terdiri dari endapan danau dan sungai yang tersusun oleh bongkah, kerakal
kerikil, pasir dan lempung dengan sisa tumbuhan.
Struktur Geologi
Kondisi geologi daerah hulu DAS Batanghari didominasi oleh pegunungan Bukit Barisan
yang bersifat vulkan kuarter. Bahan-bahan vulkanik ini kaya dengan plagioklas dan umumnya
bersifat masam. Wilayah ini terdiri atas beberapa grup fisiografi, yaitu grup Aluvial, perbukitan,
pegunungan dan plato, dataran, Volkan, dataran tuf masam, Marin, Karst, Kubah Gambut, dan
Teras Marin. Selanjutnya untuk daerah hilir didominasi oleh geologi bahan endapan organosol.
Struktur yang berkembang di daerah ini ialah struktur sesar atau patahan dan struktur antiklin
dan sinklin. Struktur sesar umumnya berarah barat lauttenggara. Sesar utama yang melalui
daerah ini ialah Sesar Sumatera yang memanjang sepanjang Pulau Sumatera. Sesar ini bisa
dilihat mulai dari selatan yaitu sebelah barat Jangkat, kearah utara melalui tepi barat dan timur
danau Kerinci, lereng barat Gunung Kerinci, Danau Dibawah terus ke arah utara. Struktur sinklin
dan antiklin banyak ditemukan di bagian tengah dan hilir DAS Batanghari. Struktur ini
dicerminkan oleh perbukitan yang bergelombang yang memanjang dengan arah barat laut
tenggara.
JENIS TANAH
Tanah merupakan benda yang tidak homogen, sangat bervariasi baik secara fisik seperti
warna, tekstur, stuktur; maupun secara kimia atau kandungan mineralnya (Suripan 2002).
Sehubungan dengan sifat tanah yang bervariasi, menerangkan bahwa masing-masing jenis
tanah mempunyai perbedaan dalam penggunaannya. Untuk memudahkan dalam
pemanfaatannya maka perlu ada klasifikasi tanah berdasarkan atas sifat-sifat yang dimilikinya
(Hardjowigeno 1987). Tanah di wilayah DAS Batanghari secara umum terdiri dari 5 jenis tanah
(Lembaga Penelitian Tanah 1964). Penyebaran dan luas masing-masing jenis tanah DAS
Batanghari dapat disajikan dalam Tabel 1.3.
Tabel 1.3
Daerah hulu DAS Batanghari didominasi oleh jenis tanah latosol, podsolik dan Andosol.
Tanah latosol mempunyai perkembangan profil solum tebal (> 2 m), berwarna coklat hingga
merah, perbedaan antara horizon A dan B tidak jelas, tingkat kemasaman berkisar agak masam
(Ph 5.5-6.5), mempunyai tekstur halus dan struktur tanah gembur dengan tingkat kesuburan
rendah. Sedangkan penyebaran jenis tanah Andosol terdapat pada bagian daerah-daerah
pegunungan vulkanik yaitu memanjang dari wilayah sekitar Danau Atas-Gunung Kerinci-Danau
Kerinci. Pada dataran cekungan Kerinci-Sungai Penuh (Sub DAS Batang Merangin-Tembesi )
dijumpai jenis tanah Aluvial. Jenis tanah ini mempunyai tingkat drainase yang buruk dan
biasanya merupakan tanah persawahan yang cukup subur. DAS Batanghari bagian tengah
didominasi oleh jenis tanah Podsolik dan Latosol.
Jenis tanah Latosol mempunyai luasan yang paling besar yaitu ±1,51 juta ha (33,81%).
Tanah Latosol tersebut mempunyai tingkat kepekaan tanah termasuk kelas agak peka. Tingkat
kepekaan tanah tersebut sudah diatas nilai kepekaan rata-rata. Oleh karena itu dalam
pengelolaannya harus mulai memperhatikan praktek konservasi tanah. Sedangkan jenis tanah
yang luasannya paling kecil adalah jenis tanah Podsolik Coklat (6,62%) dengan tingkat kepekaan
terhadap erosi termasuk sedang. Disamping jenis tersebut di wilayah DAS Batanghari diliput
oleh jenis tanah yang tingkat kepekaan tanahnya termasuk peka dan sangat peka terhadap
erosi seluas 19,43%; terdiri dari jenis Organosol dan Andosol masing-masing 10,64% dan 8,79%.
MORFOLOGI
Sungai Batanghari mengalir dari arah barat ke timur, bermuara di Selat Berhala. DAS
Batanghari meperlihatkan morfologi pegunungan di sebelah barat dan dataran dan rawa-rawa
di sebelah timur. Secara umum sekitar 60% morfologi DAS Batanghari memperlihatkan bentuk
perbukitan bergelombang.
1. Morfologi Dataran dan Rawa-Rawa
Morfologi ini terletak di sebelah timur, terutama berada di wilayah Kabupaten Tanjung
Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Daerah ini memperlihatkan morfologi
dataran dan rawa-rawa, dan ketinggiannya sampai dengan 10 m diatas muka laut.
2. Morfologi Perbukitan Bergelombang
Morfologi ini mendominasi wilayah DAS batanghari yang berarah timur barat. Morfologi
ini memperlihatkan bentuk bukit-bukit yang bergelombang yang umumnya berarah barat laut
tenggara, dengan ketinggian wilayah berkisar antara 10-100 m. Anak-anak sungai yang
bermuara di Sungai Batanghari umumnya memperlihatkan arah timur laut-barat daya.
4. Morfologi Pegunungan
Morfologi ini berada di sebelah barat wilayah DAS Batanghari, dengan cirri umum yaitu
deretan pegunungan yang berarah barat laut-tenggara. Bagian tengah dari morfologi ini
terdapat suatu dataran yang arahnya sama dengan arah bentang alam ini. Bagian selatan
berbatasan dengan Danau Kerinci. Diantara deretan pegunungan ini terdapat gunung api yang
masih aktif, misalnya Gunung Kerinci (3.800 m). Secara umum anak-anak sungai Batanghari
berhulu pada morofologi pegunungan ini.
SOSIAL EKONOMI
Secara umum mayoritas mata pencaharian penduduk di DAS Batanghari adalah disektor
pertanian, walaupun ada sebagian kecil yang bekerja disektor industri. Kegiatan perekonomian
utama yang menunjang pertumbuhan wilayah hilir DAS Batanghari dapat dilihat dari kontribusi
setiap sektor pembangunan dalam PDRB daerah. Sektor yang terbesar dalam memberikan
sumbangan/kontribusi terhadap PDRB adalah sektor pertanian dan industri pengolahan (>
20%), sedang sektor perdagangan, hotel dan restoran serta pertambangan dan bahan galian
memberikan kontribusi sebesar 10-20%, dan sektor jasa, pengangkutan, komunikasi, bangunan,
keuangan dan jasa perusahaan kontribusinya < 10%(Studi Penyusunan Kriteria Penataan
Wilayah Ekosistem Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Batanghari, 2003).
Kondisi kependudukan dengan karakteristik dan aktivitasnya berpengaruh terhadap
tumbuh dan berkembangnya suatu daerah. Salah satu faktor kependudukan yang berperan
adalah laju pertambahan penduduk, penyebaran dan kepadatan penduduk.
Sumber: