IDENTITAS PASIEN
Perawatan Ke : II
Nomor Urut : 28
Tahun : 2010
Kelas : III
Riwayat Perawatan :
Umur : 48 tahun
Agama : Budha
STATUS PSIKIATRI
i. Autoanamnesis
ii. Alloanamnesis :
Nama : Tn. G
Hari, tanggal, dan waktu wawancara : Kamis, 14 April 2016 jam 09.15
a. Keluhan Utama
Pasien dirawat untuk yang kedua kalinya di Sanatorium Dharmawangsa sejak tanggal 1 Mei
2010 karena keluarga mengeluh pasien sering mengamuk dan marah-marah tidak terkontrol. Jika
pasien tidak memiliki uang untuk berjudi, maka pasien menjadi semakin sering mengamuk dan
marah-marah. Karena kelakuan pasien dinilai sudah sangat mengganggu, maka keluarga
memutuskan untuk membawa pasien ke Sanatorium Dharmawangsa.
Setelah 6 Tahun dirawat di dharmawangsa, pasien merasa lebih nyaman. Pasien dapat mengisi
waktu dengan aktif membantu pekerjaan di Sanatorium Dharmawangsa. Pasien membantu
Pasien mulai mengalami gangguan sekitar kurang lebih 25 tahun yang lalu. Pasien
sering mengamuk dan marah-marah tidak terkontrol, senyum-senyum sendiri, bicara kecil
sendiri, tertawa-tawa sendiri, dan berlari-lari sambil telanjang. Pasien sering mendengar
suara-suara yang berbicara kepadanya seperti suara Yang Mahakuasa memerintahkan
pasien untuk berkelahi, telanjang, dan berlari-lari dan suara anjing dan kucing sedang
bermain dan mengobrol dengan bahasa mereka. Pasien juga sering didatangi oleh ular
besar terutama malam hari dan bersetubuh dengan ular tersebut. Ular tersebut sering
mengikuti dirinya sehingga pasien takut dan segera berlari. Pasien juga menyebrangi
sungai dengan duduk di punggung buaya. Pasien juga sering diikuti oleh seorang laki-laki
agak tua dan berbadan cukup besar kemanapun ia pergi dan disuruh mencuri rokok milik
temannya untuk diberikan kepada laki-laki tersebut sebanyak 9 batang per hari. Jika
pasien tidak mengikuti keinginannya, pasien dimarahi dan diancam untuk dibunuh. Laki-
laki tersebut juga sering menyuruh pasien untuk membunuh orang dan bunuh diri serta
Pasien kemudian dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Grogol pada tahun 1999 dan dirawat
selama 2 tahun lalu dibawa pulang oleh keluarganya ke Jambi karena kondisinya mulai
menunjukkan perbaikan. Namun pasien tidak rutin minum obat di rumah karena merasa
sudah sembuh dan mulai kembali marah-marah.
Pasien pun kemudian kembali dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit Jiwa Jambi
dan kemudian dikirim ke Sanatorium Dharmawangsa. Pasien dirawat selama 3 bulan dan
kemudian kembali dibawa pulang ke Jambi.
Di Jambi, pasien kembali tidak mau minum obat karena merasa sudah sembuh dan
akhirnya mulai marah-marah lagi. Akhirnya keluarga memutuskan untuk membawanya ke
Rumah Sakit Jiwa Jambi pada tahun 2003 dan pasien dirawat disana selama 7 tahun.
Disana pasien menunjukkan perbaikan pada awal perawatan namun tidak rutin minum
obat sehingga sering kambuh. Pasien juga sering mencoba kabur dari rumah sakit namun
tertangkap kembali. Pasien sempat dibawa pulang oleh keluarga pada tahun 2010.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Pasien pernah jatuh saat bermain
basket dan terkena pinggul, lalu dirawat di RS Sumber Waras. Mobil yang dikendarai
pasien juga pernah jatuh ke jurang. Namun pasien menyangkal adanya riwayat trauma
kepala.
d. Riwayat Keluarga :
Pasien merupakan anak ketujuh dari sepuluh bersaudara yang terdiri dari 5 anak laki-laki dan
5 anak perempuan. Pasien mengaku memiliki keluarga yang harmonis. Pasien dekat dengan ayah
dan ibunya bahkan dimanja. Namun ayahnya telah meninggal pada tahun 1992 karena penyakit
gagal ginjal. Pasien merasa sangat kehilangan ayahnya. Ayah pasien dulu membuka usaha bengkel
serta handphone dan ibunya membuka salon yang mampu mencukupi kebutuhan keluarga.
Namun semenjak ayah pasien meninggal, pasien berhenti kuliah karena kesulitan ekonomi dan
membantu melanjutkan usaha ayahnya di kampung. Pasien sejak kecil tinggal di Jambi bersama
keluarganya. Tahun 1986 pasien ditemani ibunya pindah ke Jakarta untuk kuliah. Saat ini ibu
pasien sudah tidak bekerja dan tinggal bersama adiknya.
Dalam keluarga pasien, pasien memiliki seorang kakak laki-laki yang juga mengalami gangguan
jiwa dan saat ini dirawat di Sanatorium Dharmawangsa bersama pasien. Terdapat juga 2 paman
pasien dari ayahnya yang juga menderita gangguan jiwa.
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Budha
Pendidikan : SD
2. Nama : Ny. R
Agama : Budha
Pendidikan : SD
3. Nama : Ny. Ma
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Budha
Pendidikan : SMA
4. Nama : Ny. Mi
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Budha
Pendidikan : SMA
5. Nama : Ny. Mm
Pekerjaan : Wiraswasta
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sanatorium Dharmawangsa
Periode 28 Maret – 30 April 2016 7
Agama : Budha
Pendidikan : SMA
Agama : Budha
Pendidikan : SMA
7. Nama : Ny. Mt
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Budha
Pendidikan : S1
8. Nama : Ny. Mr
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Budha
Pendidikan : SMA
Agama : Budha
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Budha
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Budha
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Budha
Pendidikan : SMA
Pasien lahir spontan ditolong bidan di rumah, cukup bulan, dengan berat badan lahir
2800 gram. Selama mengandung ibu pasien dalam keadaan sehat lahir batin dan rajin
kontrol ke bidan. Dan tidak ada penyalahgunaan alkohol atau zat lain selama kehamilan
oleh ibu.
Tumbuh kembang baik sesuai usia. Pasien memiliki banyak teman terutama
tetangganya dan sering bermain bersama. Pendidikan pasien tidak bermasalah dan tidak
ada hambatan apapun. Hubungan dengan keluarga baik. Pasien pernah jatuh saat
bermain ayunan di taman dan pasien sangat sedih. Tidak ada riwayat sakit yang parah.
Hubungan dengan keluarga dan lingkungan sekitar baik. Tidak ada masalah dalam
prestasi sekolah. Tidak ada riwayat sakit yang parah.
a. Riwayat pekerjaan :
c. Riwayat militer :
d. Riwayat pendidikan :
e.
Pada saat masuk ke dalam jenjang pendidikan sarjana, prestasi pasien buruk.
Pasien malas belajar dan lebih menikmati bergaul dengan teman-teman kuliahnya
ke diskotik sambil minum alkohol, valium, dan berjudi. Pasien juga sering ikut
tawuran dan demo bersama teman-temannya. Pasien mengaku stress karena
kegiatan perkuliahan. Saat kuliah, pasien mulai medengar suara-suara yang
berbicara dan mengomentari perilakunya, melihat ular besar, dikejar-kejar, di
ancam-ancam dan lain sebagainya. (mulai muncul halusinasi auditorik, halusinasi
visual, waham bizarre, dan waham kejar)
f. Riwayat keagamaan :
Pasien merupakan orang yang mudah bergaul, ramah, rajin, dan ringan
tangan. Pasien memiliki banyak teman dan disukai oleh lingkungannya.
i. Riwayat hukum :
j. Riwayat seksual
l. Nilai-nilai
Pasien dapat membedakan hal yang baik menurut norma masyarakat. Pada
pasien ini saya menanyakan jika menemukan uang 500 ribu rupiah, uangnya mau
diapakan ? Dan pasien menjawab melaporkan dan menyerahkan ke perawat.
STATUS MENTAL
a. Deskripsi Umum
i. Penampilan
Pasien seorang laki-laki, 48 tahun, penampilan sesuai dengan usianya, kulit sawo
matang, rambut hitam lurus pendek, postur tubuh ideal, berpakaian bersih dan rapi, serta
kebersihan diri baik.
• Sebelum wawancara : pasien cukup kooperatif, duduk santai, dan tampak tenang
menjawab semua pertanyaan selama wawancara. Konsentrasi dan aktivitas
psikomotor selama wawancara baik, tatapan bermakna dan tidak ada gerakan-
gerakan patologis.
Pada wawancara pertama, pasien tampak belum nyaman dan terbuka dengan
pewawancara. Pasien menjawab hanya seperlunya saja. Namun akhirnya pasien mau
terbuka dan antusias dalam diskusi dengan pewawancara. Pasien juga mau menceritakan
tentang dirinya kepada pewawancara. Sikap pasien dalam setiap wawancara sopan dan
kooperatif.
b. Bicara
Pasien berbicara dengan baik, jelas, dan lancar serta dapat merespon baik dalam wawancara.
Pasien juga menunjukkan perhatian yang cukup dalam setiap wawancara. Dalam wawancara
pasien melakukan kontak mata dengan pewawancara. Kuantitas pembicaraan pasien cukup, lancar,
c. Alam perasaan
i. Mood : eutimik
d. Pikiran
i. Bentuk pikir
a. Produktivitas : cukup
Waham bizarre :
Waham kejar :
Pasien merasa Tn. M sering mengikuti nya setiap hari di SDW. Dan sering
melihat kearah pasien mengancam akan menikam pasien.
e. Gangguan persepsi
Halusinasi auditorik :
Halusinasi visual :
Pasien juga sering melihat istri dan anak nya bermain di taman dharmawangsa
f. Sensorium
ii. Orientasi
a. Waktu : Baik (pasien mengetahui hari, tanggal, bulan, tahun, dan jam)
Baik. Pasien dapat konsentrasi dan memusatkan perhatian saat wawancara. Pasien
dapat menghitung mundur mulai dari angka 100 dikurangi dengan 7 sebanyak 5 kali,
pasien bisa mengeja kata dunia secara terbalik. Kemampuan pengalihan, pemusatan, dan
pertahanan perhatian baik.
b. Jangka pendek
Baik. Pasien mengetahui menu sarapan pagi yang disantapnya tadi pagi,
mengingat apa yang dilakukannya sebelum bertemu dengan pewawancara, dan
pasien dapat mengingat 3 benda yang disebutkan terbukti dari pasien dapat
mengulanginya beberapa menit kemudian.
c. Jangka sedang :
d. Jangka panjang :
Pasien dapat membaca tulisan di koran dan televisi, menuliskan namanya dan
saudara-saudara kandungnya, serta menghitung dengan benar. Pasien juga dapat
menghitung uang kembalian saat diilustrasikan pasien membeli minuman seharga 3 ribu
rupiah dan pasien memberikan uang sebanyak 10 ribu rupiah.
Baik. Pasien dapat mengerti dan berkomunikasi dengan baik dalam berbagai topik
pembicaraan. Pasien juga mengetahui berita-berita terbaru saat berdiskusi dengan
pewawancara. Pasien mengetahui nama Presiden Indonesia sekarang.
Pasien mengetahui arti peribahasa nasi sudah menjadi bubur dan beberapa
peribahasa lain serta memberi contohnya dalam kehidupan nyata.
g. Pengendalian impuls
Selama wawancara pasien dapat mengendalikan emosinya dengan baik. Pasien terlihat
tenang, sopan, dan tidak agresif.
h. RTA
ii. Daya nilai sosial : tidak terganggu, pasien tidak mengambil makanan
dan minuman pasien lain secara sembarangan.
j. Realibilitas
Dari hasil wawancara, pasien cukup konsisten dalam menjawab pertanyaan dan jawabannya
sama dengan aloanamnesa yang dilakukan terhadap perawat. Kesan pasien dapat dipercaya.
a. Pemeriksaan Fisik
Nadi : 84 x/menit
RR : 16 x/menit
Suhu : afebris
iv. Antropometri :
Berat badan : 65 kg
Hidung : bentuk hidung normal, simetris, sekret -/-, nafas cuping hidung (-),
deviasi septum (-).
Thoraks :
Jantung :
Paru :
o Inspeksi: dinding dada simetris saat diam maupun bergerak, retraksi (-)
Abdomen :
o Palpasi: supel, nyeri tekan (-), tidak teraba pembesaran hepar maupun lien,
ballotement (-)
o Perkusi : timpani
viii. Kesan
Tidak ada kelainan yang bermakna pada pemeriksaan fisik dan neurologis.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Darah lengkap
Hemoglobin 14.6 g/dL 13-16
Leukosit 5.4 ribu/uL 5-10
Hitung jenis
Basofil 0 % <1
Eusinofil 3 % 1-3
Batang 2 % 2-6
Segmen 58 % 50-70
Limfosit 33 % 20-40
Monosit 4 % 2-8
Laju Endap Darah 9 mm/jam < 15
Jumlah eritrosit 4.9 juta/uL 4.5-5.5
Jumlah hematokrit 42 % 40-48
Jumlah trombosit 350 ribu/uL 150-400
MCV 86 fl 80-96
MCH 30 pg 27-31
MCHC 35 g/dL 32-36
Lemak
Trigliserida 169 mg/dL < 200
Cholesterol total 157 mg/dL < 200
HDL-cholesterol 39 mg/dL 35-55
LDL-cholesterol 84 mg/dL < 130
Karbohidrat
Glukosa puasa 96 mg/dL 70-110
Fungsi Ginjal
Ureum 26 mg/dL 10-50
BUN 12 mg/dL 7-22
Creatinine 0.79 mg/dL 0.5-1.4
Lain-lain
Asam urat 4.3 mg/dL 3.4-7
Kesan : Dari hasil pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan yang bermakna. Dari pemeriksaan
laboratorium ditemukan kenaikan SGOT dan SGPT.
Pasien adalah seorang laki-laki, 48 tahun, lahir di Jambi, suku bangsa Tionghoa, warga negara
Indonesia, beragama Budha. Pendidikan terakhir pasien adalah SMA (kuliat tidak tamat) dan pasien
tidak bekerja. Pasien sudah bercerai dengan istrinya dan memiliki seorang anak perempuan yang
sangat ia sayangi.
Pasien mulai dirawat untuk yang kedua kalinya di Sanatorium Dharmawangsa tahun 2010.
Sebelumnya pasien pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Grogol (1999-2001), Sanatorium
Dharmawangsa (2001), dan Rumah Sakit Jiwa Jambi (2003-2010). Pasien dirawat di kelas III. Pasien
memiliki riwayat sering tidak mau minum obat dan riwayat mencoba kabur saat dirawat di Rumah
Sakit Jiwa Jambi.
Pasien dibawa ke Sanatorium Dharmawangsa oleh keluarganya karena pasien sering mengamuk
dan marah-marah tidak terkontrol terutama jika tidak memiliki uang untuk berjudi. Pasien mengaku
mendengar suara – suara yaitu suara anak dan istrinya memanggil nya papa dan mengajak nya
bermain kejar – kejaran. Pasien juga sering melihat istri dan anak nya bermain di taman
dharmawangsa, pasien mengerti bahwa yang didengar dan dirasakan adalah halusinasi. Sehingga jika
halusinasi itu muncul, pasien lebih memlih untuk tidur dikamar dan menyendiri. Pasien juga mengaku
bahwa pasien di dharmawangsa bernama Tn. M sering menguntil dia dan pernah coba ingin
membunuh pasien dengan menggunakan shampoo. Pasien merasa takut, cemas, dan kesal. Untuk
mengatasi nya pasien memilih tidur walaupun tidak nyenyak. Pasien juga tidak selera makan dan takut
untuk mandi dikarenakan takut di bunuh oleh pasien dharmawangsa yang bernama Tn. M.
Pasien mengaku kangen sekali dengan anak dan istrinya, pasien stress dan sedih karena
memikirkan anak nya, pasien berharap ingin cepat sembuh dan pulang menemui anak dan istrinya.
Pasien mulai mengalami gangguan sekitar kurang lebih 25 tahun yang lalu. Pasien sering
mengamuk dan marah-marah tidak terkontrol, senyum-senyum sendiri, bicara kecil sendiri, tertawa-
tawa sendiri, dan berlari-lari sambil telanjang. Pasien juga pernah melarikan diri dari rumah dan
tinggal di jalanan tanpa makan dan mandi selama beberapa hari. Pasien pernah jatuh saat bermain
basket dan terkena pinggul, lalu dirawat di RS Sumber Waras. Mobil yang dikendarai pasien juga
pernah jatuh ke jurang. Namun pasien menyangkal adanya riwayat trauma kepala. Pasien pernah
Beberapa hari yang lalu, laki-laki agak tua dan berbadan cukup besar kembali datang. Ia tidur
sekamar dengan pasien. Laki-laki tersebut kembali memerintahkannya untuk mencuri rokok dan
memberikan rokok tersebut kepadanya. Karena pasien tidak mau mencuri, pasien menolak
perintahnya. Pasien pun dimarahi dan diancam untuk dibunuh.
Semenjak pasien dirawat di Sanatorium Dharmawangsa, pasien merasa lebih nyaman. Pasien
dapat mengisi waktu dengan aktif membantu pekerjaan di Sanatorium Dharmawangsa. Pasien
membantu menaruh laundry setiap pagi, membantu mengganti galon air minum, membantu
mencatat tekanan darah, merapikan kamar, menata kursi jika ada acara, dan pekerjaan-pekerjaan
lainnnya. Pasien juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di Sanatorium Dharmawangsa seperti karaoke,
olah raga pagi, maupun kegiatan jalan-jalan. Pasien juga hidup lebih teratur dan rutin minum obat.
Akan tetapi, gangguan yang mengganggu pasien kadang-kadang masih muncul kira-kira sekitar 2 kali
dalam sebulan. Pasien pun kembali merasa takut, cemas, kesal, dan memilih menyendiri di kamar jika
gangguan tersebut menghampirinya.
Pasien merupakan anak ketujuh dari sepuluh bersaudara. Pasien mengaku memiliki keluarga yang
harmonis dan dimanja oleh orang tuanya. Ayah pasien meninggal tahun 1992 dan pasien sangat
kehilangan. Semenjak ayahnya meninggal pasien mengalami kesulitan ekonomi dan berhenti kuliah
lalu kembali ke kampong untuk membantu meneruskan usaha ayahnya. Dalam keluarga pasien,
pasien memiliki seorang kakak laki-laki yang juga mengalami gangguan jiwa dan saat ini dirawat di
Sanatorium Dharmawangsa bersama pasien. Terdapat juga 2 paman pasien dari ayahnya yang juga
menderita gangguan jiwa.
Pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan memiliki gangguan kejiwaan. Pasien merasa perlu untuk
patuh minum obat teratur agar cepat sembuh dan dapat pulang bertemu anak, istri, dan keluarganya.
Pasien tampak memiliki kebersihan diri yang terjaga dan memiliki kesadaran yang baik. Pasien
kooperatif dan memiliki perilaku yang baik saat wawancara. Pasien juga menunjukkan konsentrasi dan
perhatian saat berkomunikasi sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar.
DIAGNOSIS
Berdasarkan definisi gangguan jiwa menurut PPDGJ III dan DSM-5 yang berbunyi “Mental
disorder is conceptualized as clinically significant behavioural or psychological syndrome or pattern
that occurs in an individual and that is associated with present distress (eg., a painful symptom) or
disability (ie., impairment in one or more important areas of functioning) or with a significant increased
risk of suffering areas of functioning) or with a gisnificant increased risk of suffering death, pain,
disability, or an important loss of freedom”, maka dapat disumpulkan bahwa pasien ini mengalami
gangguan giwa.
Berdasarkan hasil wawancara, pemeriksaan fisik, dan laboratorium, dan mengacu pada PPDGJ
III, maka dapat disumpulkan sebagai berikut :
A. Aksis I
a. Berdasarkan karakteristik :
b. Berdasarkan :
v. Tidak terdapat kelainan organik yang dapat dikaitkan dengan gangguan jiwa atas
dasar riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan laboratorium.
2. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alcohol dan zat psikoaktif lainnya.
i. Halusinasi auditorik
d. Berdasarkan :
iv. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara
relatif tidak nyata/menonjol
B. Aksis II
C. Aksis III
D. Aksis IV
Pasien merasa kesepian tidak bertemu anak dan istri serta kurang nya dukungan dari keluarga.
E. Aksis V
100-91 Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak tertanggulangi.
90-81 Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari amsalah harian yang biasa.
80-71 Gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll.
Beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih
70-61
baik.
Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi, disabilitas berat dalam
40-31
beberapa fungsi.
Disabilitas berat dalam komunikasi & daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua
30-21
bidang.
F.
Berdasarkan skala Global Assessment of Functioning (GAF) pada kasus ini pada saat dievaluasi
mempunyai taraf penyesuaian tertinggi dalam satu tahun terakhir (Highest Level Past Year atau
HLPY) berada dalam rentang 70-61, yaitu beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik.
Sedangkan GAF saat ini (current) berada dalam rentang 80-71, yaitu gejala sementara dan
dapat diatasi, disabilitas ringan dalam pekerjaan, sosial, sekolah, dll. Saat ini pasien dalam keadaan
terkontrol, namun halusinasi dan waham masih muncul sekitar 2 kali dalam sebulan namun dapat
diatasi. Pasien dapat melakukan aktivitas dengan baik saat gejala tidak muncul, namun jika gejala
sedang muncul pasien tidak mau beraktivitas walaupun berlangsung tidak terlalu lama karena
dapat segera diatasi.
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis V :
- Current : 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam
pekerjaan, sosial, sekolah, dll.)
- HLPY : 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,
secara umum masih baik)
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sanatorium Dharmawangsa
Periode 28 Maret – 30 April 2016 30
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sanatorium Dharmawangsa
Periode 28 Maret – 30 April 2016 31
BAB VII
FORMULASI TERAPI
a. Non Psikofarmakologi
i. Psikoterapi
b. Pengawasan minum obat rutin, supaya gejala dan keluhan menjadi lebih ringan.
b. Kegiatan menggambar
ii. PO Aripiprazol tab 1 x 15 mg (Abilify Discmelt) p AP II dan mood stabilizer anti manic
PROGNOSIS
iii. Selama perawatan pasien minum obat secara rutin dan teratur.
iv. Gejala gangguan kejiwaan dapat diminimalisasi dengan obat yang diberikan.
v. Perjalanan penyakit telah berlangsung kronis dan banyak relaps serta riwayat
penyerangan..
Ad sanationam : ad malam
BAB IX
WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara 1
(Pewawancara sedang duduk-duduk di bangku di taman depan kamar pasien untuk mengamati
aktivitas pasien-pasien. Tidak lama kemudian tampak Tn. J datang dari arah ruang nonton TV ke arah
dispenser dekat bangku tempat duduk pewawancara untuk mengambil air minum.)
B : Baik juga.
A : Mungkin Bapak ada mau cerita sesuatu sama saya. Mungkin bapak ada keluhan yang mau
disampaikan. Saya lihat Bapak beberapa hari ini agak murung dan diam saja. Terakhir kemarin ketemu
saya juga ga seperti biasa. Biasa Bapak ceria nyapa saya. Kemarin Bapak bengong-bengong ke arah
pintu terus. Keringetan banyak banget juga Pak. Padahal kemarin kan lumayan adem. Ada apa Pak?
B : Oleh pak M. dia ngikutin saya terus, terus saya dipelototin kayak nya dia mau tikam saya.
A : Emang Bapak kenal pak m dimana pak? Sebelum masuk SDW bapak sudah mengenal pak M?
B : dia tunggu saya didepan kamar. Terus melototin saya lewat jendela.
B : Tuh lagi diujung pelototin saya. ( Tn. M sedang asik dengan dunia nya sendiri)
(Tiba-tiba ada pasien lain yang sedang manik menghampiri dan berbicara pada saya dan Tn. J. Tn. J
terlihat agak terganggu, senyum dengan saya, lalu pergi mengarah ke kamarnya. Karena kamarnya
sedang dikunci, Tn. J langsung berbaring di lantai depan kamarnya dan tertidur seketika itu juga.)
Mood : eutimik
Afek : luas
Wawancara 2
A : Bapak rajin sekali suka bantu-bantu. Saya sering lihat Bapak bantu ganti galon, rapiin bangku,
beres-beres. Dipertahankan ya Pak. Itu kebiasaan bagus.
A : Coba anter saya liat dapur Pak. Saya belum pernah melihat dapur.
B : Ayo. (beranjak ke arah dapur lalu setelah selesai kembali duduk lagi di tempat semula)
*kemampuan visiospasial baik
B : Jam 6 ada sarapan pagi, jam 10 snack, jam 12 makan siang, jam 3 snack, jam 6 makan malem.
B : (melihat jam) Oh iya yah. Sudah jam 9.15. 45 menit lagi artinya. *orientasi waktu baik
B : Sekolah di X.
B : Di Trisakti ambil arsitektur. Cuma 4 semester. Terus pindah ke Binus ambil teknik informatika.
Itu juga cuma 2 semester.
B : Iya, saya ga gitu enjoy sama kuliahnya. Suka stress saya. Terus diganggu-ganggu suara. Nilai
saya juga jelek. Males belajar saya.
A : Stress kenapa?
B : Saya sebenernya tadinya pengen jadi dokter. Tapi daftar tes di UI ga diterima. Jadi saya kuliah
itu.
B : Kuliah, terus suka ikut temen-temen ke diskotik, kadang ikut tawuran sama demo.
B : Minum alkohol, jogged-joged, sama… pernah coba valium sih. (pasien tersenyum malu-
malu). Sekitar 2 tahun lah saya begitu. Abis tidurnya jadi nyenyak. Stress ilang.
B : orang jambi
B : waktu itu papa meninggal. Lalu saya balik jambi untuk bantu usaha nya. Dia tinggal disebrang
rumah saya
B : Bengkel sama handphone. Kalau ibu salon. Tapi taon 1986 temenin saya ke Jakarta kuliah.
Udah ga salon lagi. Makanya pas papa meninggal kesusahan duit.
B : Sakit ginjal. Saya deket sama papa mama padahal. Dimanjain banget. Tapi sekarang mama
ga kasih saya pulang. (tampak sedih)
B : Ada 10 bersaudara. Saya ke 7. (pasien lalu mulai menyebut dan menuliskan nama, umur, dan
pekerjaan saudara-saudaranya). Itu Jh, kakak saya. Dia juga dirawat disini.
A : Oh itu saudara Bapak. Selain Pak Jh, ada keluarga Bapak yang lain yang pernah disini juga?
B : Engga. Dia duluan. Saya kesini udah 2 kali. Pertama tahun 2001. Terus yang sekarang taon
2010. Udah 5 tahun saya disini.
B : Saya pertama kali di Grogol. Terus pernah di Rumah Sakit Jiwa Jambi juga.
B : Dulu saya pertama di Grogol tahun 1999. Katanya saya sering marah-marah. Terus abis itu
saya dibawa pulang ke Jambi. Terus katanya kambuh lagi. Akhirnya dibawa lagi deh kesini. Saya juga
ga tau kenapa saya jadi gini.
B : Iya. Saya tahu. Walaupun saya ga tau kenapa bisa gini. Makanya sekarang saya mau minum
obat, mau cepat sembuh biar cepet ketemu istri sama anak. Saya kangen banget sama mereka.
Sekarang saya ga punya cita-cita apa-apa. Saya Cuma pengen cepet sembuh biar bisa ketemu keluarga
saya. *tilikan derajat IV
A : Iya, Bapak semangat ya. Bedoa juga biar cepet sembuh. Bapak agama apa ngomong-
ngomong?
B : Saya Budha konghutchu. Ke klenteng. Tapi sekarang udah ga pernah lagi. Pengen kesana lagi
padahal berdoa. Dulu sering sama keluarga. Pernah diangkat anak juga sama Dewi Kuan Im.
A : Sedengernya saya diangkat anak itu kalau suka sakit. Dulu Bapak pernah riwayat sakit apa
ga?
A : Dulu Bapak waktu sekolah banyak temen? Suka main bareng gitu Pak?
B : Iya. Saya banyak temen. Sampe kuliah juga saya banyak temen. Apalagi sama tetangga sering
main bareng.
B : Bagus. Dulu saya sekolah lancar-lancar terus. Cuma pas kuliah aja jadi berantakan.
B : Cuma bantu usaha papa aja pas papa meninggal. Udah ga pernah kerja dimana lagi.
A : Ngomong-ngomong Bapak kan udah lama disini. Bapak tahu ga ini namanya apa?
B : Pernah. Dulu saya di Jambi pernah coba kabur tapi ga berhasil. Waktu saya di rumah juga
saya pernah kabur.
B : Saya pergi dari rumah. Bosen. Kesel dibilang suka marah-marah terus.
B : Di jalanan.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sanatorium Dharmawangsa
Periode 28 Maret – 30 April 2016 42
A : Terus makan mandi gimana Pak?
B : Saya ga makan dan ga mandi juga beberapa hari. Tapi cuma sekali. Udah ga pernah lagi kok
saya.
A : Iya Pak. Jangan lagi ya. Isi waktu dengan aktivitas berguna biar Bapak ga bosen.
B : Iya.
A : Ya sudah Pak. Sudah jam 10, sudah waktunya Bapak untuk snack. Lain kali kita ngobrol lagi
ya.
Mood : eutimik
Afek : luas
RTA : terganggu
Wawancara 3
A : Pagi Pak.
B : Boleh silakan.
A : Baik juga Pak. Masih ada yang sering ganggu Bapak ga?
A : Bagus Pak kalau begitu. Ngomong-ngomong hari ini tanggal berapa ya Pak? Saya lupa.
A : Gapapa Pak. Temen saya ada yang sudah mau ulang tahun. Ngomong-ngomong Bapak kapan
tanggal lahirnya?
A : Saya 21 juli Pak, sudah lewat. Ngomong-ngomong yang barusan lewat namanya siapa Pak?
Saya lupa namanya.
B : Oh itu si Pak Z. Suka ngobrol saya sama dia. Yang itu Pak MU. saya juga suka ngobrol sama
dia. *orientasi orang baik
A : Wah iya Pak. Kapan-kapan ajak mereka main di Jambi nanti. Ajak kulineran.
A : Iya Pak. Nanti tunjukin saya makanan enak ya. Ngomong-ngomong waktu kecil Bapak tinggal
dimana alamatnya?
A : Iya Pak. Saya pernah ke Jambi. Saya pernah makan kwetiau disana.
A : Iya Pak. Eh ngomong-ngomong saya baru inget. Tadi saya beli minuman harga 3000. Saya
kasih 10.000. Kembalinya 3 lembar 2.000. Itu bener ga ya Pak? Aduh udah lama ga ngitung itungan
saya jadi payah.
B : Mm. Kalau harga 3.000 berarti kembalinya harusnya 7.000. Itu Cuma 3 lembar berarti Cuma
6.000. Kurang seribu artinya. *kemampuan berhitung baik
A : Yah. Iya yah Pak. Ya sudah lah. Nasi udah jadi bubur.
B : Yah. Iya yah. Sudah terlanjur ga bisa diapa-apain lagi. *pikiran abstrak baik
A : Iya. Akibat saya udah lama ga ngitung. Ayuk kita latihan hitung yuk Pak biar ga pikun.
B : Boleh.
B : 25 kali 4 berapa?
B : Wah susah amat bud. 93, lalu 86, lalu 79, lalu 72, lalu 65. Betul kan? *konsentrasi baik
A : Iya betul Pak. Sekarang gantian saya duluan. Bapak ingetin angka yang saya sebut ya 1, 4, 9,
2, 5. Nah, sekarang sebutin ulang.
B : Iya Betul.
A : Wah Bapak hebat. Ya sudah. Lain kali kita main lagi ya Pak. Sekarang Bapak waktunya snack
lagi.
Mood : eutimik
Afek : luas
Konsentrasi : baik
Berhitung : baik
Intelegensi : baik