BAB
III
METODE STUDI
4. Erosi.
Parameter erosi tanah analisis datanya dilakukan dengan cara
menduga potensi erosi yang akan terjadi pada kawasan proyek
khususnya pada daerah yang akar terkena aktifitas
pembangunan kanal dan polder. Adapun pendugaan erosi
dilakukan dengan menggunakan persamaan matematis seperti
yang dikemukakan oleh Wischmeier dan Smith (1978) dan
dikenal sebagai persamaan (USLE) adalah sebagai berikut :
A = R.K.L.S.C.P
Dimana :
A = Besarnya erosi (ton/ha/tahun)
R = Faktor erosivitas hujan
K = Faktor erodibilitas tanah
L = Indeks panjang lereng
S = Indeks kemiringan lereng
C = Indeks faktor pengelolaan tanaman
P = Indeks faktor teknik konservasi tanah
Faktor erosivitas hujan (R) seperti yang dikemukan Lenvain
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
III - 6
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA
LS = faktor topografi
L = panjang lereng (m)
S = kecuraman lereng (%)
Selain itu menurut Anonim, 1993. Faktor panjang lereng dan
kemiringan (LS) dapat ditentukan dengan melihat tabel berikut :
Tabel 3.3.
Penilaian Kemiringan Lereng Untuk Penentuan
Indeks Kemiringan Kelas Kelerengan (LS)
Kemiringan Lereng
Deskripsi Kelas Nilai LS
(%)
b. Komponen Biologi.
Komponen biologi yang akan diambil datanya adalah :
1. Flora Darat.
Komponen flora darat yang diamati adalah meliputi tipe dan
jenis vegetasi, komposisi dan struktur komunitas vegetasi dan
ekosistem yang dilindungi.
Pengumpulan data flora darat dilakukan dengan melakukan
pengambilan data primer yaitu dengan cara pengamatan
langsung dilapangan (inventarisasi) dengan menggunakan
metoda kwadrat.
Adapun peralatan-peralatan yang digunakan dalam
pengumpulan data flora darat ini adalah : tali, meteran, kompas,
alat tulis dan buku daftar jenis flora.
Dimana penentuan titik pengambilan sample flora darat ini
didasarkan pada keterwakilan tipe flora darat tersebut yang
terdapat didaerah studi dan letak areal yang prakirakan akan
terkena dampak dari aktifitas pembangunan kanal dan polder,
Pengambilan sampel flora darat ini akan dilakukan di 2 (dua)
lokasi, yaitu :
a). Di lokasi sekitar polder
b). Di lokasi sekitar kanal.
Arahan penempatan plot serta jumlah dan letak plot
pengamatan vegetasi terkait dengan plot pengamatan tanah,
karena kondisi vegetasi sangat erat kaitannya dengan kondisi
tanah. Data-data mengenai flora darat tersebut kemudian
disajikan dalam bentuk tabel dan uraian-uraian (list of species)
2. Fauna Darat.
Pengumpulan data fauna darat dilakukan di wilayah studi secara
purposive dengan cara observasi langsung di lapangan dengan
melihat dan mendengar bunyi atau suaranya untuk jenis
burung, untuk jenis mamalia dengan perjumpaan langsung
maupun melalui pengenalan tanda-tanda yang dijumpai seperti
bunyi, jejak hewan, bekas gigitan atau cakaran pada pohon
serta kotoran yang ditinggalkan.
Selain dengan pengamatan di lapangan, untuk melengkapi
Dimana :
N = Kelimpahan Plankton (individu/l)
W = Volume Air Yang Disaring (l)
V = Volume Air Yang Tersaring (ml)
v = Volume Preparat (ml)
T = Luas Cover Glass (mm2)
t = Luas Lapang Pandang (mm2)
P = Jumlah Individu Yang Teramati
p = Jumlah Lapang Pandang Yang Diamati
Berdasarkan data kelimpahan individu plankton selanjutnya
dilakukan perhitungan indeks keanekaragaman (H’) Shannon-
Wienner :
H’ = - (ni/N). Log (ni/N)
Dimana :
H’ = Indeks Diversitas Shannon-Wiener.
Ni = Jumlah Individu Suatu Jenis/Species.
N = Jumlah Total Individu Dalam Sample.
Log = Logaritma Alami.
Kemudian dihitung pula indeks keseragamannya (E) dengan
menggunakan rumus :
I
E =
I maks
Dimana :
E = Indeks Keseragaman/Equitability Index.
I = Indeks Keanekaragaman Aktual.
I maks = Indeks Keanekaragaman Maksimal.
b). Benthos.
Pengumpulan data benthos dilakukan dengan cara
mengambil substrat dasar perairan dengan Eckman Dredge
oleh pihak laboratorium yang berkompeten.
Kemudian contoh substrat tersebut dituangkan kedalam
kantong plastik dan diawetkan dengan larutan formalin 4 %.
Kemudian substrat tersebut disaring dengan
mempergunakan ayakan (seive) dengan ukuran 30 dan 100
mesh perinci untuk memisahkan organisme benthos dari
lumpur.
Kemudian organisme benthos tersebut oleh pihak
laboratorium yang berkompeten/terakreditasi dianalisis
diidentifikasi jenisnya dengan menggunakan buku acuan
Pennak, R. W. (1953).
Rumus yang digunakan oleh pihak laboratorium yang
berkompeten untuk menghitung kelimpahan benthos tersebut
adalah :
ni x K
Xi =
L
Dimana :
Xi = Kelimpahan fauna benthik jenis i (individu/m2)
Ni = Jumlah individu contoh jenis i
K = Faktor konversi alat sampling
L = Luas mulut alat sampling (m2)
Berdasarkan data kelimpahan benthos tersebut selanjutnya
dilakukan pula perhitungan indeks keanekaragaman (H’)
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
III - 12
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA
Shannon-Wienner :
H’ = - (ni/N). Log (ni/N)
Dimana :
H’ = Indeks Diversitas Shannon-Wiener.
ni = Jumlah Individu Suatu Jenis/Species.
N = Jumlah Total Individu Dalam Sample.
Log = Logaritma Alami.
Kemudian dihitung pula indeks keseragamannya (E) dengan
menggunakan rumus :
I
E =
I maks
Dimana :
E = Indeks Keseragaman/Equitability Index.
I = Indeks Keanekaragaman Aktual.
I maks = Indeks Keanekaragaman Maksimal.
c). Nekton/Ikan.
Pengumpulan data jenis nekton/ikan yang berada di Sungai
Kenyamukan dan kanal dilakukan dengan pengamatan
langsung di lapangan maupun wawancara dengan
masyarakat yang berada di sekitar kawasan tapak proyek.
Data yang dikumpulkan kemudian disajikan dalam bentuk
uraian-uraian dan tabel daftar jenis (list of species).
c. Komponen Sosial.
Pengumpulan data dan informasi komponen sosekbudkesmas ini
ditujukan untuk memperoleh gambaran tentang kondisi sosial,
ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat di Desa Teluk Lingga
Pengumpulan data ini akan dilakukan dengan metoda gabungan
dari beberapa teknik pengumpulan data baik itu data primer
maupun data sekunder.
Data-data yang diambil/dikumpulkan dalam studi ini adalah yang
berkaitan dengan dampak penting hipotetik yang menjadi klasifikasi
dan prioritas yang merupakan hasil dari pelingkupan (scoping)
yaitu:
1. Demografi (Kependudukan).
Pengumpulan data demografi (kependudukan) ini erat
kaitannya dengan dampak terhadap terbukanya kesempatan
kerja.
Pengumpulan data demografi (kependudukan) yang diambil
meliputi data mengenai struktur penduduk berdasarkan jenis
kelamin dan struktur penduduk berdasarkan usia. Data-data
sekunder tersebut diperoleh dari kantor pemerintah daerah
setempat berupa data monografi desa.
Data-data demografi tersebut kemudian dianalisis secara
deskriptif yaitu dengan cara perhitungan, evaluasi dan
klassifikasi. Kemudian data hasil analisis tersebut disajikan
dalam bentuk tabel dan uraian-uraian.
Rumus-rumus yang digunakan untuk menyederhanakan data
kuantitatif dari berbagai komponen yang telah disebutkan
diatas adalah sebagai berikut :
Sex Ratio (SR) yaitu :
SR = (Jumlah Laki-Laki : Jumlah Perempuan) x Konstanta
(100).
Angka Beban Tanggungan/Dependency Ratio (DR) yaitu :
DR = ((P 0-14 P 60) : P 15-59))
Dimana :
DR = Angka Beban Tanggungan (DR)
P 0-14 = Jumlah Penduduk Usia 0 – 14 Tahun.
P 15-59 = Jumlah Penduduk Usia 15–59 Tahun (Angkatan Kerja
Produktif).
P 60+ = Jumlah Penduduk Usia 60 Tahun Ke Atas.
2. Perekonomian.
Pengumpulan data komponen perekonomian seperti prasarana
dan sarana perekonomian (jenis usaha yang berkembang di
masyarakat), status dan penguasaan lahan, serta produktifitas
lahan dan manfaat sumberdaya alam bagi masyarakat akan
dilakukan dengan menghimpun data sekunder yang diperoleh
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
III - 14
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA
P 15 – 60 - P k
P = X 100 %
P 15 – 60
Dimana:
P = tingkat pengangguran
Pk = jumlah penduduk yang bekerja
P 15-60 = jumlah penduduk usia kerja
(Skala 1).
Tabel 3.5.
Tabel Kriteria Penilaian Skala Kualitas Lingkungan
Nilai dan Rentangan Skala Kualitas Lingkungan
Komponen
No. Satuan Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk
Lingkungan
(Skala 5) (Skala 4) (Skala 3) (Skala 2) (Skala 1)
1. Emisi Gas
Ketebalan % < 12,5 12,5 – < 18,75 18,75 - < 25 25 > 25
Asap/Opasita
s (KepMenLH
Nomor : KEP-
35/MENLH/1
0/1993)
NO2 mg/m3 < 500 500 - < 750 750 - < 1000 1000 > 1000
(Lampiran V B
- KepMenLH
Nomor : KEP-
13/MENLH/3/
1995) Untuk
Sumber Tidak
Bergerak/
Genset
SO2 mg/m3 < 400 400 - < 600 600 - < 800 800 > 800
(Lampiran V B
- KepMenLH
Nomor : KEP-
13/MENLH/3/
1995) Untuk
Sumber Tidak
Bergerak/
Genset
Opa % < 17,5 17,5 - < 26,25 26,25 - < 35 35 > 35
sitas
(Lampiran V B
- KepMenLH
Nomor : KEP-
13/MENLH/3/
1995) Untuk
Sumber Tidak
Bergerak/
Genset
Parti mg/m3 < 175 175 - < 262,5 262,5 - < 350 350 > 350
kel (Lampiran
VB-
KepMenLH
Nomor : KEP-
13/MENLH/3/
1995) Untuk
Sumber Tidak
Bergerak/
Genset
studi.
2. Luas Wilayah Persebaran Dampak.
Apabila rencana suatu kegiatan mengakibatkan adanya wilayah
yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas
dampak, atau tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif
dampak.
3. Intensitas dan Lamanya Dampak Berlangsung.
Apabila :
a). Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan
perubahan pada sifat-sifat fisik dan atau hayati lingkungan
yang melampaui baku mutu lingkungan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b). Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan
perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang
melampaui kriteria yang diakui, berdasarkan pertimbangan
ilmiah.
c). Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan species-
species yang langka dan atau endemik, dan atau dilindungi
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku
terancam punah, atau habitat alaminya mengalami
kerusakan.
d). Rencana usaha atau kegiatan menimbulkan kerusakan atau
gangguan terhadap kawasan lindung (hutan lindung, cagar
alam, taman nasional, suaka margasatwa, dan sebagainya)
yang telah ditetapkan menurut peraturan perundang-
undangan.
e). Rencana usaha atau kegiatan akan merusak atau
memusnahakan benda-benda bangunan peninggalan
sejarah yang bernilai tinggi.
f). Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan konflik
atau kontroversi dengan masyarakat, pemerintahan daerah
atau pemerintah pusat, dan atau menimbulkan konflik atau
kontroversi di kalangan masyarakat, pemerintah daerah
atau pemerintah pusat.
g). Rencana usaha atau kegiatan akan mengubah atau
memodifikasi areal yang mempunyai nilai keindahan alami
yang tinggi.
Tabel 3.7.
Pembobotan Tingkat Kepentingan Dampak