Anda di halaman 1dari 26

AMDAL KANAL DAN POLDER

DRAINASE KOTA SANGATTA

BAB
III

METODE STUDI

3.1. METODA PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA.


Metoda pengumpulan data dalam studi ANDAL ini terdiri dari 2 (dua)
jenis yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder, baik itu data-
data dari aspek fisik-kimia, biologi maupun sosial ekonomi, budaya dan
kesehatan.
Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil
pengukuran/pengamatan di lapangan secara langsung termasuk
pekerjaan analisis sampel di laboratorium, survei pengamatan,
pengukuran dan wawancara. Pengumpulan data primer dimaksud
untuk memperoleh data parameter lingkungan secara langsung yang
terdiri atas komponen fisik kimia, biologi dan sosial ekonomi budaya
dan kesehatan.
Lokasi pengambilan sampel ditentukan dengan mempertimbangkan :
 Rencana tahapan pembangunan kanal dan polder yang telah
diidentifikasi secara hipotetik menimbulkan dampak.
 Waktu pelaksanaan rencana pembangunan/selang waktu setelah
berlangsungnya kegiatan dan lokasi/penyebaran.
 Karakteristik lingkungan di wilayah studi.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi literatur, laporan-
laporan hasil penelitian sebelumnya, dokumen atau laporan
dinas/instansi terkait, buku-buku peraturan perundang-undangan dan
informasi yang diperoleh dari pihak lain yang berwenang yang
berhubungan dengan kegiatan penyusunan studi ANDAL.
Data primer dan sekunder yang dikumpulkan dan dianalisis dalam studi
ANDAL ini untuk memperoleh data mengenai rona lingkungan hidup
awal adalah :
a. Komponen Fisik-Kimia.
1. Kualitas Udara Ambien (Gas SO2, NO2, Pb dan CO, serta Debu).

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


III - 1
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Pengumpulan data kualitas udara ambien sebagai data rona


lingkungan hidup awal dengan parameter seperti gas SO 2, NO2,
Pb dan CO, serta Debu akan dilakukan dengan cara
pengambilan sample langsung di lapangan sebagai data primer
oleh pihak laboratorium yang berkompeten.
Peralatan yang digunakan untuk pengambilan sample gas SO 2,
NO2, Pb dan CO adalah dengan alat Gas Sampler, sedangkan
sample debu dengan alat High Volume Air Sampler (Hi-Vol).
Lokasi rencana pengambilan sample kualitas udara ambien akan
dilakukan di 3 (tiga) lokasi, yaitu :
a). Di rencana lokasi polder.
b). Di rencana lokasi antara kanal dan crossing jalan
Pendidikan.
c). Di lokasi pemukiman penduduk terdekat yaitu Desa Teluk
Lingga.
Metode pengumpulan dan analisis data kualitas udara ambien
(gas SO2, NO2 Pb dan CO, serta Debu) beserta peralatan yang
digunakan akan mengacu pada Standar Nasional Indonesia
(SNI). Secara rinci mengenai metode analisis data dan peralatan
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut ini :
Tabel 3.1.
Metode Analisis Data Kualitas Udara Ambien Dan Peralatannya
No Parameter Waktu Baku Mutu Metode Peralatan Analisis

1. SO2 (Sulfur Dioksida) 1 Jam 900 g/Nm3 Paranosanilin Spektrofotometer

2. CO (Carbon Monoksida) 1 Jam 30.000 g/Nm3 NDIR NDIR Analyzer

3. NO2 (Nitrogen Dioksida) 1 Jam 400 g/Nm 3


Saltzman Spektrofotometer

4. Pb (Timah Hitam) 1 Jam 1 g/Nm 3


Gravimetric Hi - Vol

4. TSP (Debu) 24 Jam 230 g/Nm3 Gravimetric Hi - Vol

Sumber : PP 41 Tahun 1999

Data primer hasil pengukuran kualitas udara ambien (gas SO 2,


NO2 Pb dan CO, serta Debu) akan dianalisis dengan cara
membandingkannya dengan standar baku mutu lingkungan
yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor : 41
Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Sesuai dengan hasil pelingkupan di BAB II, bahwa komponen
kualitas udara yang terkena dampak penting hipotetik adalah

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


III - 2
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

parameter Debu, sehingga parameter Debu tersebutlah yang


akan dikaji lebih lanjut dalam ANDAL.
2. Kebisingan.
Pengumpulan kebisingan akan dilakukan dengan cara
pengambilan sample langsung di lapangan sebagai data primer
oleh pihak laboratorium yang terakreditasi (berkompeten).
Pengumpulan kebisingan akan dilakukan dengan metode
pengukuran yang mengacu pada Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor : KEP-48/MENLH/11/1996 yaitu
dengan menggunakan ”Cara Sederhana”, yaitu dengan sebuah
alat ”Sound Level Meter” diukur tingkat tekanan bunyi dB(A)
selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran, dan
pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) detik.
Lokasi rencana pengambilan sample kebisingan dilakukan di 3
(tiga) lokasi, yaitu :
a). Di rencana lokasi polder.
b). Di rencana lokasi antara kanal dan crossing jalan Pendidikan.
c). Di lokasi pemukiman penduduk terdekat yaitu Desa Teluk
Lingga
Data primer hasil pengukuran kebisingan di sekitar pemukiman
akan dibandingkan dengan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor : KEP-48/MENLH/11/1996 Tentang
Baku Tingkat Kebisingan yaitu sebesar 55 dB(A), sedangkan
untuk kebisingan dilingkungan kerja akan dibandingkan dengan
Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999
Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik Ditempat Kerja adalah
85 dB(A).
3. Hidrologi.
Pengumpulan data rona lingkungan hidup awal untuk
komponen kualitas air permukaan dilakukan dengan
pengambilan sample air secara langsung dilapangan sebagai
data primer dengan metoda grab sampling (sesaat) oleh pihak
laboratorium yang berkompeten.
Sample kualitas air tersebut kemudian dianalisis datanya oleh
pihak laboratorium yang berkompeten dengan menggunakan
Standar Nasional Indonesia (SNI), dan parameter-parameter
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
III - 3
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

kualitas airnya mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82


Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Lokasi rencana pengambilan sample kualitas air adalah di 2
(dua) Lokasi, yaitu :
1). Di Sungai Kenyamukan.
2). Di kanal/saluran air sekitar polder.
Hasil analisa kualitas air permukaan tersebut khususnya Sungai
Kedang Kepala akan dibandingkan dengan standar baku mutu
kualitas air (Mutu Air Kelas II) yang telah ditetapkan oleh
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Adapun parameter kualitas air yang akan diambil dan metode
analisisnya secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2. berikut ini :
Tabel 3.2.
Metode Analisis Data Kualitas Air Dan Peralatannya
Baku
Mutu Metode
No Parameter Satuan Peralatan
Kelas Analisis
II
A. Fisik
Temperatur 0
C Deviasi Insitu-Pemuaian Termometer
3
Residu Terlarut mg/L 1.000 Gravimetrik Timbangan Analitik
dan kertas saring
0,45 m
Residu Tersuspensi mg/L 50 Gravimetrik Timbangan Analitik
B. Kimia
pH - 6–9 Insitu- pH Meter
Potensiometrik
BOD mg/L 3 Titrimetrik Buret
COD mg/L 25 Titrimetrik Buret
DO mg/L 4 Insitu- DO Meter
Potensiometrik
Total Fospat mg/L 0,2 Kromatografi Kromatografi Gas
Sebagai P
NO3 sebagai N mg/L 10 Spektrofotometrik Spektrofotometer
NH3-N mg/L - Spektrofotometrik Spektrofotometer
Arsen (As) mg/L 1 Spektrofotometrik Spektrofotometer
Kobalt (Co) mg/L 0,2 Spektrofotometrik Spektrofotometer
Barium (Ba) mg/L - Gravimetrik Timbangan Analitik
Boron (B) mg/L 1 Spektrofotometrik Spektrofotometer
Selenium (Se) mg/L 0,05 Spektrofotometrik Spektrofotometer
Kadmium (Cd) mg/L 0,01 Spektrofotometrik AAS
Serapana Atom
Tembaga (Cu) mg/L 0,02 Spektrofotometrik Spektrofotometer
Besi (Fe) mg/L - Spektrofotometrik Spektrofotometer &
Serapan Atom AAS

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


III - 4
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Timbal (Pb) mg/L 0,03 Spektrofotometrik AAS


Serapan Atom
Mangan (Mn) mg/L - Spektrofotometrik Spektrofotometer
Raksa (Hg) mg/L 0,002 Spektrofotometrik AAS
Serapan Atom

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


III - 5
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Tabel 3.2. Lanjutan


Baku
Mutu Metode
No Parameter Satuan Peralatan
Kelas Analisis
II
Seng (Zn) mg/L 0,05 Spektrofotometrik Spektrofotometer
Sianida mg/L 0,02 Spektrofotometrik Spektrofotometer
Fluorida mg/L 1,5 Spektrofotometrik Spektrofotometer
Nitrit Sebagai N mg/L 0,06 Spektrofotometrik Spektrofotometer
Sulfat mg/L - Spektrofotometrik Spektrofotometer
Khlorida Bebas mg/L 0,03 Titrimetrik Buret
Belerang Sebagai mg/L 0,002 Spektrofotometrik Spektrofotometer
H 2S
Minyak dan lemak g/L 1.000 Gravimetrik Timbangan Analitik
Deterjen sebagai g/L 200 Spektrofotometrik Spektrofotometer
MBAS
Fenol g/L 1 Spektrofotometrik Spektrofotometer
C. Mikrobiologi
Total Coliform MPN/10 5.000 MPN atau Filtrasi Tabel MPN, Filter
0 ml Holder dan corong
E. Coli MPN/10 1.000 MPN atau Filtrasi Tabel MPN, Filter
0 ml Holder dan corong
Sumber : Parameter kualitas air mengacu pada PP No. 82/2001, Sedangkan metoda analisis
dan peralatannya mengacu pada SK. Gubernur Kaltim No. 339/1988.

4. Erosi.
Parameter erosi tanah analisis datanya dilakukan dengan cara
menduga potensi erosi yang akan terjadi pada kawasan proyek
khususnya pada daerah yang akar terkena aktifitas
pembangunan kanal dan polder. Adapun pendugaan erosi
dilakukan dengan menggunakan persamaan matematis seperti
yang dikemukakan oleh Wischmeier dan Smith (1978) dan
dikenal sebagai persamaan (USLE) adalah sebagai berikut :
A = R.K.L.S.C.P
Dimana :
A = Besarnya erosi (ton/ha/tahun)
R = Faktor erosivitas hujan
K = Faktor erodibilitas tanah
L = Indeks panjang lereng
S = Indeks kemiringan lereng
C = Indeks faktor pengelolaan tanaman
P = Indeks faktor teknik konservasi tanah
Faktor erosivitas hujan (R) seperti yang dikemukan Lenvain
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
III - 6
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

dalam DHV (1989) yaitu dengan menggunakan rumus :


R = 2,21 P 1,36
Dimana :
R = indeks erosivitas
P = curah hujan bulanan (cm)
Faktor Erodibilitas (K) tanah (faktor kepekaan erosi tanah)
dihitung dengan menggunakan persamaan Wischmeier dan
Smith (1978) yaitu :
100 K = 2,713 M1.14 (10-4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2.5 (c-3)
Dimana :
K = nilai faktor erodibilitas tanah
M = (% pasir halus + % debu) x (100 % - % Liat)
a = % kadar bahan organik tanah (1,724 x C-Organik)
b = kode struktur tanah
1 = Granular sangat halus
2 = Granular halus
3 = Granular sedang – kasar
4 = Lempung atau massif
c = kode permeabilitas tanah
1 = Cepat
2 = Sedang - cepat
3 = Sedang
4 = Lambat – sedang
5 = Lambat
6 = Sangat lambat
Nilai K yang diperoleh dikalikan dengan 1,292. (faktor konversi).
Faktor topografi (LS) diperoleh dengan persamaan Wischmeier
dan Smith (1978) yaitu :
LS = L1/2 ( 0,00138 S 2 + 0,00965 S + 0,0138)
Dimana :
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
III - 7
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

LS = faktor topografi
L = panjang lereng (m)
S = kecuraman lereng (%)
Selain itu menurut Anonim, 1993. Faktor panjang lereng dan
kemiringan (LS) dapat ditentukan dengan melihat tabel berikut :
Tabel 3.3.
Penilaian Kemiringan Lereng Untuk Penentuan
Indeks Kemiringan Kelas Kelerengan (LS)
Kemiringan Lereng
Deskripsi Kelas Nilai LS
(%)

0–8 Datar I 0,4


8 - 15 Landai II 1,4
15 – 25 Agak Curam III 3,1
25 – 40 Curam IV 6,8
 40 Sangat Curam V 9,5

Menurut Asdak, C. (1995), dalam prakteknya indeks kemiringan


lereng (S) dapat diperoleh dari interpretasi peta topografi.
Faktor pengelolaan tanah dan tanaman penutup tanah (C) dan
faktor teknik konservasi tanah (P) diprediksi berdasarkan hasil
pengamatan lapangan dengan mengacu hasil penelitian
tentang nilai C dan P pada kondisi yang identik. Data hasil
perhitungan erosi ini dianalisis dengan cara
membandingkannya dengan kriteria Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
seperti yang dikemukan oleh Arsyad, S. 1980. Untuk lebih
jelasnya mengenai seperti Tingkat Bahaya Erosi (TBE) dapat
dilihat pada berikut
Tabel 3.4.
Kriteria Tingkat Bahaya Erosi
Kelas Erosi (ton/ha/thn)
Kedalaman Solum
No. I II III IV V
Tanah (cm)
<15 15-60 60-180 180-480 >480
1. > 90 (dalam) SR R S B SB
2. 60 – 90 (sedang) R S B SB SB
3. 30 – 60 (dangkal) S B SB SB SB
4. < 30 (sangat dangkal) B SB SB SB SB
Keterangan SR = Sangat Ringan B = Berat
R = Ringan SB = Sangat Berat
S = Sedang

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


III - 8
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

b. Komponen Biologi.
Komponen biologi yang akan diambil datanya adalah :
1. Flora Darat.
Komponen flora darat yang diamati adalah meliputi tipe dan
jenis vegetasi, komposisi dan struktur komunitas vegetasi dan
ekosistem yang dilindungi.
Pengumpulan data flora darat dilakukan dengan melakukan
pengambilan data primer yaitu dengan cara pengamatan
langsung dilapangan (inventarisasi) dengan menggunakan
metoda kwadrat.
Adapun peralatan-peralatan yang digunakan dalam
pengumpulan data flora darat ini adalah : tali, meteran, kompas,
alat tulis dan buku daftar jenis flora.
Dimana penentuan titik pengambilan sample flora darat ini
didasarkan pada keterwakilan tipe flora darat tersebut yang
terdapat didaerah studi dan letak areal yang prakirakan akan
terkena dampak dari aktifitas pembangunan kanal dan polder,
Pengambilan sampel flora darat ini akan dilakukan di 2 (dua)
lokasi, yaitu :
a). Di lokasi sekitar polder
b). Di lokasi sekitar kanal.
Arahan penempatan plot serta jumlah dan letak plot
pengamatan vegetasi terkait dengan plot pengamatan tanah,
karena kondisi vegetasi sangat erat kaitannya dengan kondisi
tanah. Data-data mengenai flora darat tersebut kemudian
disajikan dalam bentuk tabel dan uraian-uraian (list of species)
2. Fauna Darat.
Pengumpulan data fauna darat dilakukan di wilayah studi secara
purposive dengan cara observasi langsung di lapangan dengan
melihat dan mendengar bunyi atau suaranya untuk jenis
burung, untuk jenis mamalia dengan perjumpaan langsung
maupun melalui pengenalan tanda-tanda yang dijumpai seperti
bunyi, jejak hewan, bekas gigitan atau cakaran pada pohon
serta kotoran yang ditinggalkan.
Selain dengan pengamatan di lapangan, untuk melengkapi

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


III - 9
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

pengumpulan data mengenai jenis fauna darat yang ada di


lokasi studi dilakukan dengan observasi tidak langsung berupa
informasi dari masyarakat setempat.
Penentuan titik sampling didasarkan pada keterwakilan
penyebaran fauna darat termasuk daerah yang akan terkena
dampak dan keterwakilan habitat fauna darat yang terdapat di
daerah studi dan disesuaikan dengan lokasi pengamatan flora
darat karena kehidupannya erat kaitannya dengan tipe vegetasi
setempat.
Jenis-jenis fauna darat yang diamati meliputi :
 Satwa Exotic.
Satwa exotic dicatat jenis (list of species) dan daerah asalnya.
Populasi jenis ini diperhatikan dari statistik data yang
tersedia. Jenis pakan dan daerah asal juga perlu mendapat
perhatian secara ekologis maupun ekonomis.
 Satwa Endemik.
Jenis satwa endemik merupakan asli Indonesia. Data yang
dikumpulkan adalah mendaftar jenis (list of species), populasi,
asal daerah.
 Satwa Liar.
Jenis ini merupakan satwa setempat dari mengembara dan
mungkin singgah atau tertarik. Data yang dikumpulkan
adalah dengan mendaftar jenis (list of species), keadaan
populasi dalam kelompok dan keragaman habitat atau
relung ekologi yang diperlukan.
3. Biota Perairan.
Pengumpulan data biota perairan ini adalah hanya sebagai data
rona lingkungan hidup awal saja yang penentuan lokasi
samplingnya adalah sama dengan lokasi pengambilan sample
kualitas air permukaan. Komponen biota perairan yang akan di
ambil datanya adalah meliputi :
a). Plankton.
Pengumpulan data plankton dilakukan oleh pihak
laboratorium yang berkompeten, yaitu dengan menyaring
air dengan volume  100 liter dengan Plankton Net No. 25.

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


III - 10
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Kemudian contoh plankton tersebut dimasukan kedalam


botol sample dan diawetkan dengan larutan formalin 4 %
dengan maksud untuk menghindari berbagai kerusakan
bentuk plankton. Kemudian sample plankton tersebut
dianalisis oleh pihak laboratorium yang
berkompeten/terakreditasi untuk diidentifikasi jenis-jenis
planktonnya sampai tingkat genus dengan menggunakan
buku acuan Mizuno, T. (1995). Rumus yang digunakan
untuk menghitung kelimpahan plankton oleh pihak
laboratorium yang berkompeten/terakreditasi adalah
memakai rumus konversi Lackey Drop Microtransect
Counting :
1 V T P
N = x x x
W v t p

Dimana :
N = Kelimpahan Plankton (individu/l)
W = Volume Air Yang Disaring (l)
V = Volume Air Yang Tersaring (ml)
v = Volume Preparat (ml)
T = Luas Cover Glass (mm2)
t = Luas Lapang Pandang (mm2)
P = Jumlah Individu Yang Teramati
p = Jumlah Lapang Pandang Yang Diamati
Berdasarkan data kelimpahan individu plankton selanjutnya
dilakukan perhitungan indeks keanekaragaman (H’) Shannon-
Wienner :
H’ = -  (ni/N). Log (ni/N)
Dimana :
H’ = Indeks Diversitas Shannon-Wiener.
Ni = Jumlah Individu Suatu Jenis/Species.
N = Jumlah Total Individu Dalam Sample.
Log = Logaritma Alami.
Kemudian dihitung pula indeks keseragamannya (E) dengan

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


III - 11
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

menggunakan rumus :
I
E =
I maks
Dimana :
E = Indeks Keseragaman/Equitability Index.
I = Indeks Keanekaragaman Aktual.
I maks = Indeks Keanekaragaman Maksimal.
b). Benthos.
Pengumpulan data benthos dilakukan dengan cara
mengambil substrat dasar perairan dengan Eckman Dredge
oleh pihak laboratorium yang berkompeten.
Kemudian contoh substrat tersebut dituangkan kedalam
kantong plastik dan diawetkan dengan larutan formalin 4 %.
Kemudian substrat tersebut disaring dengan
mempergunakan ayakan (seive) dengan ukuran 30 dan 100
mesh perinci untuk memisahkan organisme benthos dari
lumpur.
Kemudian organisme benthos tersebut oleh pihak
laboratorium yang berkompeten/terakreditasi dianalisis
diidentifikasi jenisnya dengan menggunakan buku acuan
Pennak, R. W. (1953).
Rumus yang digunakan oleh pihak laboratorium yang
berkompeten untuk menghitung kelimpahan benthos tersebut
adalah :
ni x K
Xi =
L

Dimana :
Xi = Kelimpahan fauna benthik jenis i (individu/m2)
Ni = Jumlah individu contoh jenis i
K = Faktor konversi alat sampling
L = Luas mulut alat sampling (m2)
Berdasarkan data kelimpahan benthos tersebut selanjutnya
dilakukan pula perhitungan indeks keanekaragaman (H’)
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
III - 12
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Shannon-Wienner :
H’ = -  (ni/N). Log (ni/N)
Dimana :
H’ = Indeks Diversitas Shannon-Wiener.
ni = Jumlah Individu Suatu Jenis/Species.
N = Jumlah Total Individu Dalam Sample.
Log = Logaritma Alami.
Kemudian dihitung pula indeks keseragamannya (E) dengan
menggunakan rumus :
I
E =
I maks
Dimana :
E = Indeks Keseragaman/Equitability Index.
I = Indeks Keanekaragaman Aktual.
I maks = Indeks Keanekaragaman Maksimal.
c). Nekton/Ikan.
Pengumpulan data jenis nekton/ikan yang berada di Sungai
Kenyamukan dan kanal dilakukan dengan pengamatan
langsung di lapangan maupun wawancara dengan
masyarakat yang berada di sekitar kawasan tapak proyek.
Data yang dikumpulkan kemudian disajikan dalam bentuk
uraian-uraian dan tabel daftar jenis (list of species).

c. Komponen Sosial.
Pengumpulan data dan informasi komponen sosekbudkesmas ini
ditujukan untuk memperoleh gambaran tentang kondisi sosial,
ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat di Desa Teluk Lingga
Pengumpulan data ini akan dilakukan dengan metoda gabungan
dari beberapa teknik pengumpulan data baik itu data primer
maupun data sekunder.
Data-data yang diambil/dikumpulkan dalam studi ini adalah yang
berkaitan dengan dampak penting hipotetik yang menjadi klasifikasi
dan prioritas yang merupakan hasil dari pelingkupan (scoping)

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


III - 13
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

yaitu:
1. Demografi (Kependudukan).
Pengumpulan data demografi (kependudukan) ini erat
kaitannya dengan dampak terhadap terbukanya kesempatan
kerja.
Pengumpulan data demografi (kependudukan) yang diambil
meliputi data mengenai struktur penduduk berdasarkan jenis
kelamin dan struktur penduduk berdasarkan usia. Data-data
sekunder tersebut diperoleh dari kantor pemerintah daerah
setempat berupa data monografi desa.
Data-data demografi tersebut kemudian dianalisis secara
deskriptif yaitu dengan cara perhitungan, evaluasi dan
klassifikasi. Kemudian data hasil analisis tersebut disajikan
dalam bentuk tabel dan uraian-uraian.
Rumus-rumus yang digunakan untuk menyederhanakan data
kuantitatif dari berbagai komponen yang telah disebutkan
diatas adalah sebagai berikut :
 Sex Ratio (SR) yaitu :
SR = (Jumlah Laki-Laki : Jumlah Perempuan) x Konstanta
(100).
 Angka Beban Tanggungan/Dependency Ratio (DR) yaitu :
DR = ((P 0-14  P 60) : P 15-59))
Dimana :
DR = Angka Beban Tanggungan (DR)
P 0-14 = Jumlah Penduduk Usia 0 – 14 Tahun.
P 15-59 = Jumlah Penduduk Usia 15–59 Tahun (Angkatan Kerja
Produktif).
P 60+ = Jumlah Penduduk Usia 60 Tahun Ke Atas.
2. Perekonomian.
Pengumpulan data komponen perekonomian seperti prasarana
dan sarana perekonomian (jenis usaha yang berkembang di
masyarakat), status dan penguasaan lahan, serta produktifitas
lahan dan manfaat sumberdaya alam bagi masyarakat akan
dilakukan dengan menghimpun data sekunder yang diperoleh
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
III - 14
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

dari monografi desa, kantor pemerintah daerah setempat, Biro


Pusat Statistik (BPS) dan kantor kecamatan.
Sedangkan untuk parameter tingkat pendapatan masyarakat
pengambilan datanya akan dilakukan secara langsung
dilapangan (data primer) dengan melakukan pencatatan yang
menggunakan alat bantu kuesioner.
Rumus yang digunakan untuk mengetahui pendapatan
perkapita responden adalah :
SM P
SR = Dimana  AK =
 AK  KK
Dimana:
SR = pendapatan perkapita responden
SM = pendapatan keluarga responden
AK = rata-rata jumlah anggota keluarga per KK
P = jumlah penduduk
KK = jumlah keluarga
Data-data tersebut dianalisis secara deskriptif yaitu dengan cara
diklassifikasikan dan disajikan dalam bentuk tabel serta uraian-
uraian.
Pengumpulan data mengenai terbukanya kesempatan kerja
(angka/tingkat pengangguran) diperoleh dengan menghimpun
data sekunder dari data monografi desa yaitu berupa data
jumlah penduduk (KK) yang telah bekerja dan data penduduk
yang masuk dalam angkatan kerja produktif.
Data-data tersebut kemudian dianalisis dengan melihat selisih antara jumlah
penduduk yang masuk dalam angkatan kerja produktif di kurangi dengan jumlah
penduduk (KK) yang telah bekerja (Lihat rumus berikut ini) :

 P 15 – 60 -  P k
P = X 100 %
 P 15 – 60
Dimana:
P = tingkat pengangguran
Pk = jumlah penduduk yang bekerja
P 15-60 = jumlah penduduk usia kerja

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


III - 15
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Kemudian data-data tersebut dianalisis secara deskriptif yaitu


dengan cara perhitungan, evaluasi dan klassifikasi dan disajikan
dalam bentuk tabel dan uraian-uraian.
3. Sosial Budaya.
Pengumpulan data khususnya mengenai sikap dan persepsi
masyarakat terhadap proyek akan dilakukan secara langsung
dilapangan (data primer) dengan melakukan pencatatan yang
menggunakan alat bantu kuesioner.
Pengumpulan data khususnya mengenai terjadinya konflik
sosial adalah dengan analogi dengan kegiatan yang telah
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan lain, dilakukan dengan
melakukan wawancara/pencatatan yang menggunakan alat
bantu kuesioner (data primer).
Data-data tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif yaitu
dengan melakukan penilaian dan interpretasi serta
membandingkan dengan norma-norma yang umum berlaku.
Dan data hasil analisis tersebut akan disajikan dalam bentuk
uraian-uraian
4. Kesehatan.
Informasi yang disajikan mencakup ketersedian air bersih, jenis
penyakit yang diderita oleh masyarakat serta jumlah dan jenis
fasilitas kesehatan, pelayanan tenaga dokter dan paramedis
serta sanitasi lingkungan.
Data-data tersebut diperoleh dengan cara menghimpun data
sekunder dari Puskesmas setempat.
Kemudian data-data tersebut dianalisis secara deskriptif yaitu
dengan cara perhitungan, evaluasi dan klassifikasi dan disajikan
dalam bentuk tabel dan uraian-uraian.
5. Terjadinya Gangguan Lalu Lintas jalan.
Pengumpulan data khususnya mengenai gangguan lalu lintas
jalan adalah analogi dengan kegiatan sejenis yang telah
dilakukan oleh aktivitas lain disekitarnya.
Pengumpulan data tersebut dengan melakukan wawancara atau
menghimpun informasi dari masyarakat khususnya disekitar
lokasi pelabuhan. Data-data yang diperoleh, kemudian dianalisis
secara deskriptif dan akan disajikan dalam bentuk uraian-uraian.
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
III - 16
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

3.2. METODA PRAKIRAAN DAMPAK PENTING.


a. Metode Prakiraan Besaran Dampak.
1. Metoda Formal.
Metoda formal digunakan untuk memprakirakan dampak dari
parameter-parameter yang sifatnya dapat diukur atau diestimasi
menggunakan model matematik atau statistik adalah :
a). Untuk memprakirakan peningkatan debu akibat adanya
aktifitas pengangkutan, dilakukan dengan menggunakan
menggunakan rumus :
eu = 20,77 (s/12) (S/48) (W/3)0,7 (w/4)0,5 (d/365)
Dimana :
eu = Jumlah debu per penjang jalan (kg/km)
s = Silt content (%)
S = Kecepatan kendaraan (km/jam)
W = Berat kendaraan (ton)
w = Jumlah roda kendaraan
d = Jumlah hari tidak hujan
b). Untuk memprakirakan dampak penurunan kualitas air
permukaan akibat adanya erosi tanah dari aktifitas
kontraktor pelaksana adalah dengan menggunakan rumus
mixing zone sebagai berikut :
C = [QS CS + QL CL] : [QS + QL]
Dimana :
C = Kadar zat pencemar dalam sungai disebelah hilir.
QS = Debit air sungai (m3/det).
CS = Kadar zat pencemar dalam air sungai disebelah hulu.
QL = Debit air limbah (m3/det).
CL = Kadar zat pencemar dalam air limbah.
2. Metoda Informal.
Metoda informal didasarkan pada intuisi, analogi dan
pengalaman untuk memprakirakan parameter-parameter

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


III - 17
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

lingkungan yang sangat sulit didekati dengan model matematik.


Pada umumnya metoda informal yang digunakan adalah :
a). Berdasarkan Analogi.
Melalui metoda ini masalah-masalah lingkungan yang
timbul disuatu lokasi sebagai akibat beberapa kegiatan
akan dikaji guna dijadikan dasar dan pertimbangan untuk
memprakirakaan dampak yang akan timbul di lokasi lain
yang mempunyai prilaku ekosistem yang sama. Dengan
cara ini dampak yang telah terjadi di daerah sejenis dikaji
dan digunakan sebagai analogi untuk memprakirakan
dampak pada studi ini.
b). Berdasarkan Baku Mutu Lingkungan.
Prakiraan dampak terhadap suatu komponen kegiatan
dapat diprediksikan melalui penggunaan standar atau
kriteria baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan
berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku baik di
tingkat nasional, sektoral maupun regional, atau
penggunaan suatu kriteria yang telah dibakukan dan
diterima secara luas.
Penggunaan standar atau kriteria dalam prakiraan dampak
umumnya dilakukan dengan cara membandingkan suatu
nilai parameter komponen lingkungan yang telah maupun
diprakirakan akan berubah terhadap nilai ambang batas
yang diperbolehkan atau diijinkan.
c). Berdasarkan Penilaian Para Ahli (Proffesional Judgement).
Prakiraan dampak ditetapkan berdasarkan penilaian para
ahli/pakar (professional judgement). Metoda ini diterapkan
bila data dan informasi yang diperoleh di lapangan sangat
terbatas serta kurang dipahami gejala yang diprakirakan
akan terjadi.
Namun, sebelum menggunakan metoda-metoda tersebut diatas
(formal dan informal), maka terlebih dahulu perlu ditentukan skala
kualitas lingkungan yang akan mengalami perubahan.
Penentuan skala kualitas lingkungan yang akan digunakan
dikelompokan kedalam 5 (lima) katagori seperti Sangat Baik (Skala
5), Baik (Skala 4), Sedang (Skala 3), Buruk (Skala 2) dan Sangat Buruk
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
III - 18
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

(Skala 1).

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


III - 19
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Tabel 3.5.
Tabel Kriteria Penilaian Skala Kualitas Lingkungan
Nilai dan Rentangan Skala Kualitas Lingkungan
Komponen
No. Satuan Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk
Lingkungan
(Skala 5) (Skala 4) (Skala 3) (Skala 2) (Skala 1)
1. Emisi Gas
 Ketebalan % < 12,5 12,5 – < 18,75 18,75 - < 25 25 > 25
Asap/Opasita
s (KepMenLH
Nomor : KEP-
35/MENLH/1
0/1993)
 NO2 mg/m3 < 500 500 - < 750 750 - < 1000 1000 > 1000
(Lampiran V B
- KepMenLH
Nomor : KEP-
13/MENLH/3/
1995) Untuk
Sumber Tidak
Bergerak/
Genset
 SO2 mg/m3 < 400 400 - < 600 600 - < 800 800 > 800
(Lampiran V B
- KepMenLH
Nomor : KEP-
13/MENLH/3/
1995) Untuk
Sumber Tidak
Bergerak/
Genset
 Opa % < 17,5 17,5 - < 26,25 26,25 - < 35 35 > 35
sitas
(Lampiran V B
- KepMenLH
Nomor : KEP-
13/MENLH/3/
1995) Untuk
Sumber Tidak
Bergerak/
Genset
 Parti mg/m3 < 175 175 - < 262,5 262,5 - < 350 350 > 350
kel (Lampiran
VB-
KepMenLH
Nomor : KEP-
13/MENLH/3/
1995) Untuk
Sumber Tidak
Bergerak/
Genset

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


III - 20
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Tabel 3.5. (Lanjutan)


Nilai dan Rentangan Skala Kualitas Lingkungan
Komponen
No. Satuan Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk
Lingkungan
(Skala 5) (Skala 4) (Skala 3) (Skala 2) (Skala 1)
2. Debu di udara g/m3 < 115 115 - < 173 173 - < 230 230 > 230
ambien
(PP. No.41
Tahun 1999)
3. Kebisingan dB(A) < 43 43 - < 64 64 - < 85 85 > 85
untuk di
lingkungan
kerja
(Kep. MENAKER
No : KEP–
51/MEN/1999)
4. Erosi Tanah - Sangat Ringan Ringan Sedang Berat Sangat Berat
(Tingkat (SR) (R) (S) (B) (SB)
Bahaya
Erosi/TBE)
5. Kualitas Air
Permukaan
 pH - 6,0 – 9,0 5,0 - < 6,0 4,0 - < 5,0 3,0 - < 4,0 < 3,0
(Mutu Air atau atau atau atau
Kelas I dan II - > 9,0 – 10,0 > 10,0 – 11,0 > 11,0 – 12,0 > 12,0
PP. No.82
Tahun 2001)
 Besi mg/l < 0,15 0,15 - <0,225 0,225 - < 0,3 0,3 > 0,3
(Fe)
(Mutu Air
Kelas I -
PP. No.82
Tahun 2001)
 Man mg/l < 0,05 0,05 - <0,075 0,075 - < 0,1 0,1 > 0,1
gan (Mn)
(Mutu Air
Kelas I -
PP. No.82
Tahun 2001)
 Miny mg/l < 500 500 - < 750 750 - < 1.000 1.000 > 1.000
ak dan Lemak
(Mutu Air
Kelas I dan II -
PP. No.82
Tahun 2001)
 TSS mg/l < 25 25 - <37,5 37,5 - < 50 50 > 50
(Mutu Air
Kelas I dan II
- PP. No.82
Tahun 2001)
6. Pola Aliran Tidak terjadi Terjadi
Permukaan genangan dan genangan dan
banjir di banjir di
kawasan jalan kawasan jalan
dan pemukiman dan pemukiman

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


III - 21
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Tabel 3.5. (Lanjutan)


Nilai dan Rentangan Skala Kualitas Lingkungan
Komponen
No. Satuan Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk
Lingkungan
(Skala 5) (Skala 4) (Skala 3) (Skala 2) (Skala 1)
7. Kesempatan %  10 > 10 -  30 > 30 -  55 > 55 -  75 > 75
Kerja
(Angka
Pengangguran)
(Fandeli 1995)
8. Pendapatan UMP > UMP Propinsi - = UMP Propinsi - < UMP Propinsi
Karyawan Kaltim Kaltim Kaltim
9. Kesempatan Unit Ada Ada Ada Ada Tidak ada
Berusaha pertambahan pertambahan pertambahan pertambahan pertambahan
(berupa jenis usaha jenis usaha jenis usaha jenis usaha jenis usaha
timbulnya > 3 unit sebanyak 3 sebanyak 2 sebanyak 1 (jenis usaha
usah-usaha unit unit unit yang ada
baru di jumlahnya =
masyarakat) tahun lalu)
10. Pendapatan UMP > UMP Propinsi - = UMP Propinsi - < UMP Propinsi
Masyarakat Kaltim Kaltim Kaltim
11. Persepsi dan % 85 75-84 51-74 50 <50
Sikap Positif
(Setuju)
12. Persepsi dan Demo- Tidak pernah - - - Pernah
Sikap Negatif Demo
(Konflik Sosial)
Komplain Tidak ada surat - - - Ada surat
Masyarakat protes/ protes/
keberatan dari keberatan dari
masyarakat masyarakat
terhadap terhadap
aktifitas aktifitas
kanal dan kanal dan
polder polder
13. Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja (K3)
 Kecel - Tidak pernah - - - Terjadi
akaan Kerja terjadinya kecelakaan
kecelakaan kerja
kerja
 Kese % Tidak Ada - - - Ada Karyawan
hatan Karyawan yang
Karyawan yang kesehatan
kesehatan menurun
menurun karena
karena penyakit
penyakit akibat kerja
akibat kerja
14. Terjadinya - Tidak ada - - - Ada ganguan
Gangguan Lalu ganguan lalu lalu lintas jalan
Lintas Jalani lintas jalan akibat aktifitas
akibat aktifitas kegiatan
kegiatan

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


III - 22
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Selanjutnya setelah menentukan skala-skala kualitas lingkungan


yang akan diprakirakan akan berubah dan akan terkena dampak,
kemudian dilakukan prakiraan dampak apakah suatu dampak
bersifat besar, sedang dan kecil dengan cara menilai berapa besar
terjadinya perubahan skala kualitas lingkungan dari kondisi yang
akan datang tanpa adanya kegiatan pembangunan kanal dan
polder dengan kondisi yang akan datang dengan adanya kegiatan
pembangunan kanal dan polder (EQ Dp).
Jadi besarnya dampak lingkungan (EQ) = EQ Dp – EQ Tp.
Untuk lebih jelasnya mengenai kiteria yang digunakan dalam
penetapan besarnya dampak lingkungan tersebut dapat dilihat
pada berikut ini :
Tabel 3.6.
Besaran Dampak Lingkungan

Besaran Perubahan Kualitas


No. Dampak Lingkungan
Lingkungan

1. 0 Sangat Kecil/Tidak Ada Dampak


2. 1 Kecil
3. 2 Sedang
4. 3 Besar
5. 4 Sangat Besar

b. Metode Prakiraan Tingkat Kepentingan Dampak.


Setelah dilakukan prakiraan besarnya dampak lingkungan,
kemudian akan diprakirakan tingkat kepentingan dampaknya,
apakah suatu dampak lingkungan tersebut bersifat penting atau
tidak penting dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor :
27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (khususnya Pasal 5 Ayat 1) dan Keputusan Kepala Bapedal
Nomor 056 Tahun 1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai
Ukuran Dampak Penting
Dimana suatu dampak dikatakan Penting ditinjau dari :
1. Jumlah Manusia Yang Akan Terkena Dampak.
Bila manusia di wilayah studi ANDAL yang terkena dampak
lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari usaha atau
kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia
yang menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan di wilayah
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
III - 23
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

studi.
2. Luas Wilayah Persebaran Dampak.
Apabila rencana suatu kegiatan mengakibatkan adanya wilayah
yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas
dampak, atau tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif
dampak.
3. Intensitas dan Lamanya Dampak Berlangsung.
Apabila :
a). Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan
perubahan pada sifat-sifat fisik dan atau hayati lingkungan
yang melampaui baku mutu lingkungan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b). Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan
perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang
melampaui kriteria yang diakui, berdasarkan pertimbangan
ilmiah.
c). Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan species-
species yang langka dan atau endemik, dan atau dilindungi
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku
terancam punah, atau habitat alaminya mengalami
kerusakan.
d). Rencana usaha atau kegiatan menimbulkan kerusakan atau
gangguan terhadap kawasan lindung (hutan lindung, cagar
alam, taman nasional, suaka margasatwa, dan sebagainya)
yang telah ditetapkan menurut peraturan perundang-
undangan.
e). Rencana usaha atau kegiatan akan merusak atau
memusnahakan benda-benda bangunan peninggalan
sejarah yang bernilai tinggi.
f). Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan konflik
atau kontroversi dengan masyarakat, pemerintahan daerah
atau pemerintah pusat, dan atau menimbulkan konflik atau
kontroversi di kalangan masyarakat, pemerintah daerah
atau pemerintah pusat.
g). Rencana usaha atau kegiatan akan mengubah atau
memodifikasi areal yang mempunyai nilai keindahan alami
yang tinggi.

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


III - 24
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

h). Rencana suatu kegiatan mengakibatkan timbulnya


perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau tidak
berbaliknya dampak, atau segi kumulatif dampak, yang
berlangsung pada satu atau lebih tahapan kegiatan atau
secara terus menerus.
4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena
dampak.
Apabila rencana usaha atau kegiatan menimbulkan dampak
sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah
komponennya lebih atau sama dengan komponen lingkungan
yang terkena dampak primer.
5. Sifat kumulatif dampak.
Apabila :
a). Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus
menerus sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat
diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang
menerimanya.
b). Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu
ruang tertentu sehingga tidak dapat diasimilasi oleh
lingkungan alam atau sosial yang menerimanya.
c). Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan
menimbulkan efek saling memperkuat (sinergetik).
6. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible)
dampak.
Bila perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen
lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan
interverensi manusia.
Selanjutnya, setelah ditentukan suatu dampak bersifat penting atau
tidak penting, maka kemudian akan dilakukan pembobotan tingkat
kepentingan dampaknya seperti yang terlihat pada Tabel 3.7.
berikut ini :

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


III - 25
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Tabel 3.7.
Pembobotan Tingkat Kepentingan Dampak

No. Bobot Dampak Kriteria

1. Tidak Penting  Jika Ke-6 (enam) kriteria pedoman mengenai


ukuran dampak penting adalah bersifat tidak
penting atau
 Jika hanya 1 (satu) dari 6 (enam) kriteria
pedoman mengenai ukuran dampak penting adalah
bersifat penting.
2. Penting  Jika  2 (dua) dari 6 (enam) kriteria pedoman
mengenai ukuran dampak penting adalah bersifat
penting.

3.3. METODA EVALUASI DAMPAK PENTING.


Dari hasil prakiraan dampak penting di atas, kemudian dilakukan
evaluasi dampak penting secara holistik. Evaluasi dampak penting
secara holistik adalah telaahan secara totalitas terhadap komponen
lingkungan yang terkena dampak penting (dalam hal ini adalah dampak
dengan bobot penting) baik yang bersifat positif maupun negatif, yang
ditelaah sebagai satu kesatuan yang saling pengaruh mempengaruhi
dan terkait sehingga dapat diketahui sejauh mana perimbangan antara
dampak positif dan negatifnya.
Metoda yang digunakan untuk mengevaluasi dampak penting secara
holistik dalam Studi ANDAL kegiatan pembangunan kanal dan polder
ini adalah “Metoda Matriks Fisher dan Davies”.
Dari hasil evaluasi dampak penting tersebut, kemudian dijadikan dasar
untuk merangkum rumusan arahan penanganan dampak penting yang
harus dijabarkan lebih lanjut dalam Dokumen Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup (RKL) dan Dokumen Rencana Pemantauan
Lingkungan Hidup (RPL).

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


III - 26

Anda mungkin juga menyukai