FAKHRIL HAMDI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis dan Evaluasi
Kekuatan Struktur Atas Gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Terhadap
Faktor Gempa Berdasarkan SNI 1727:2013 adalah benar karya saya dengan arahan
dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Fakhril Hamdi
NIM F44120066
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ii
ABSTRAK
ABSTRACT
FAKHRIL HAMDI. Strength analysis and evaluation of building upper structure
of Economics and Management Faculty IPB againts earthquake based on the SNI
1727:2013. Supervised by ERIZAL.
The evaluation of structure in accordance with the latest regulations need to be done
because the structure had to bear the burden of design safely in compliance with the
applicable standards. If the buildings are not strong enough towards earthquake
load, it can be swayed even collapsed. This research aimed to analyze and evaluate
building strength against earthquake. The main components of structure such as
beams, columns, and floor plate, had been modeled on the program ETABS 2015
in accordance with the as built drawing. The modeling was started with drawing
the element of structure and proceed with defining material structures, wich was
concrete K-300 for structure components. The analysis result using a static
equivalent method showed that all structures components of the columns and beams
on existing conditions were in accordance with evaluation result of reinforecement
number. Number and diameter of column reinforcement on the existing conditions
were the same with the evaluation result. It could be concluded that in overall the
building of Economic and Management Faculty IPB was safe against earthquake
load.
iii
ANALISIS DAN EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR ATAS
GEDUNG FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN IPB
TERHADAP FAKTOR GEMPA BERDASARKAN
SNI 1727:2013
FAKHRIL HAMDI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
iv
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya dengan
karunia dan rahmat-Nya, karya ilmiah yang berjudul “Analisis dan Evaluasi
Kekuatan Struktur Gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Terhadap
Faktor Gempa Berdasarkan SNI 1727:2013” ini dapat diselesaikan. Penyusunan
karya ilmiah ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan.
Terimakasih diucapkan kepada Dr. Ir. Erizal, M.Agr selaku pembimbing atas
dukungan dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian penelitian ini. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada:
1. Dr. Yudi Chadirin, S.TP, M.Agr, serta Dr.Ir Meiske Widyarti, M.Eng.,
selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan arahan dalam
perbaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua yaitu Bapak Adrizal dan Ibu Yenfi yang telah
memberikan kasih sayang dan dukungannya, serta kepada adik-adik yaitu
Robi Maulana Ihsan dan Muhammad Nafis
3. Kepada Indri Anggraini, Almira Pamela Qifta, Asty Damayanti Saparina,
dan Muhammad Nofal serta rekan – rekan SIL 49 angkatan 2012 yang
telah memberikan semangat serta motivasi.
4. Kepada rekan – rekan satu bimbingan yaitu Mardianto Effendi, Melia
Hergiana, Devika Zulfia, dan Angga Wariso atas dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Fakhril Hamdi
vi
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
viii
DAFTAR NOTASI
ix
Vs = kuat geser nominal yang disediakan oleh tulangan
Vu = kuat geser perlu
ɸ = faktor reduksi kekuatan
β = konstanta yang merupakan fungsi dari kelas kuat beton
ρ = rasio tulangan nonprategang dalam suatu penampang
ρb = rasio tulangan tarik yang menghasilkan kondisi regangan seimbang
x
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan ilmu rekayasa struktur di bidang teknik sipil yang begitu
pesat dalam beberapa tahun ini telah memunculkan beberapa standar perencanaan
dengan berbagai revisinya terhadap peraturan-peraturan yang telah ada
sebelumnya. Evaluasi struktur sesuai dengan peraturan terbaru perlu dilakukan
mengingat dalam perencanaan, struktur harus memikul beban rancang secara
aman tanpa kelebihan tegangan pada material dan mempunyai batas deformasi
yang masih dalam daerah yang diizinkan. Kemampuan suatu struktur untuk
memikul beban tanpa mengalami kelebihan tegangan ini diperoleh dengan
menggunakan faktor keamanan dalam mendesain elemen struktur. Selain harus
kuat dalam memikul beban rancang, struktur harus dirancang secara efisien agar
desain struktur yang dirancang relatif lebih ekonomis (Surya 2012).
Indonesia merupakan daerah kategori rawan gempa, karena adanya
pertemuan lempengan bumi di kawasan indonesia, lempeng Indo-Australia dan
Eurasia merupakan lempengan yang melewati Indonesia. Lempeng Indo-
Australia bergerak relative terhadap Lempeng Eurasia dengan kecepatan 65
mm/tahun pada arah sekitar N10°E (Sieh dan Natawidjaja 2000). Terjadinya
gempa menghasilkan energi yang kuat yang menjalar di permukaan bumi dengan
gelombang vertikal dan horizontal. Energi gempa tersebut dapat merobohkan
bangunan struktural seperti gedung. Gedung yang tidak memiliki ketahanan
yang kuat terhadap beban gempa dapat bergoyang bahkan sampai roboh atau
runtuh dan membahayakan nyawa para penggunanya. Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Bangunan Gedung di Indonesia mengacu pada peraturan SNI 03-
1726-2012 (BSN 2012) tentang “Tata Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung dan Non Gedung” sebagai salah satu penerapan dari adanya
Peta Gempa Indonesia 2010.
Gedung ini dibangun berdasarkan adanya kebutuhan ruangan perkuliahan
sehingga program dalam meningkatan mutu pendidikan di Institut Pertanian
Bogor dapat terlaksana dengan baik. Konstruksi gedung ini menggunakan
konstruksi beton bertulang. Penggunaan beton bertulang sebagai bahan
konstruksi bangunan dilakukan mengingat fungsi bangunan yang didesain harus
memiliki kekuatan dan ketahanan yang tinggi terhadap berbagai pengaruh beban
luar yang mungkin terjadi. Pengamatan pada penelitian ini difokuskan pada wing
dekanat, karena pembangunan gedung ini bersifat typical building, yaitu antara
bangunan tengah dan bangunan wing memiliki desain yang sama, begitu pula
dengan node antara bangunan.
Perencanaan tahan gempa berbasis kinerja (performance-based seismic
design) sebagai pengembangan dari konsep PBD merupakan proses yang dapat
digunakan untuk perencanaan bangunan baru maupun perkuatan (retrofit)
bangunan yang sudah ada, dengan pemahaman yang realistik terhadap resiko
keselamatan (life), kesiapan pakai (occupancy) dan kerugian harta benda
(economic loss) yang mungkin terjadi akibat gempa yang akan datang (Pranata
2006). Penelitian ini menggunakan program Extended Three Dimensional
Analysis of Building System (ETABS) versi 9.7.2 dalam menganalisis gaya-gaya
dalam ultimit akibat efek pembebanan yang bekerja pada elemen struktur.
2
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menghitung beban yang bekerja terhadap struktur bangunan
2. Menganalisis kekuatan struktur atas gedung Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB terhadap beban gempa berdasarkan Peta Gempa
Indonesia 2010.
3. Mengetahui penyimpangan yang kemungkinan terjadi dilihat dari jumlah
tulangan struktur.
4. Mengetahui ketahanan struktur gedung Fakultas Ekonomi Manajemen
IPB terhadap beban gempa berdasarkan Peta Gempa Indonesia 2010
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah diketahui ketahanan struktur atas Gedung
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB terhadap beban gempa menggunakan
metode statik ekivalen.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Pembebanan Struktur
Besar dan macam beban yang bekerja pada struktur sangat tergantung dari
jenis struktur. Jenis-jenis beban, data beban serta faktor- faktor dan kombinasi
pembebanan menjadi dasar dalam perhitungan struktur, beban-beban tersebut
berdasarkan pada SNI 03-1727-2013 pasal 7.4 yang diantaranya adalah beban
mati, beban hidup, beban angin, dan beban gempa.
Beban Angin
Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan Gedung (DepPU
1983a), beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan
tekanan negatif yang bekerja tegak lurus terhadap bangunan. Besar tekanan angin
ditentukan sebagai berikut:
1. Tekanan angin minimum 25 kg/m2.
2. Tekanan angin untuk daerah tepi pantai sampai sejauh 5 km dari
pantai nilai minimumnya 40 kg/m2.
Beban Hujan
Beban hujan diperhitungkan dalam perencanaan suatu atap dan setiap
bagian atap harus mampu menahan beban dari semua air hujan yang terkumpul
apabila sistem drainase primer tertutup. Selain itu ditambah pula dengan beban
merata yang disebabkan oleh kenaikan air di atas lubang masuk sistem drainase
sekunder (BSN 2013). Beban hujan (R) tersebut dapat dihitung melalui persamaan
(1).
5
Keterangan:
ds = Kedalaman air pada atap di sistem drainase sekunder apabila sistem drainase
primer tertutup (mm).
dh = Tambahan kedalaman air pada atap di atas lubang masuk sistem
drainase sekunder (mm).
Beban Gempa
Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung
atau bagian gedung yang meneruskan pengaruh dari gerakan tanah akibat
gempa itu. Gerakan yang terjadi yaitu gerakan vertikal dan horizontal akibat
adanya gaya vertikal dan horizontal. Gaya gempa, baik itu dalam arah
vertikal maupun horizontal akan timbul di nod-nod pada massa struktur. Kedua
gaya ini menyebabkan gaya dalam arah vertikal hanya sedikit mengubah gaya
gravitasi yang bekerja pada struktur, sedangkan struktur biasanya dirancang
terhadap gaya vertikal dengan faktor keamanan yang mencukupi. Kondisi tersebut
mengakibatkan struktur umumnya jarang sekali runtuh karena gaya gempa
vertikal (Agus 2002). Gaya gempa horizontal bekerja pada nod-nod lemah
pada struktur yang kekuatannya tidak mencukupi dan akan menyebabkan
keruntuhan (failure). Disebabkan keadaan ini, prinsip utama dalam
perancangan tahan gempa (earthquake resistant design) adalah dengan
meningkatkan kekuatan struktur terhadap gaya horizontal yang umumnya tidak
mencukupi (Wells dan Coppersmith 1994).
Berdasarkan SNI 03-1727-2013 pasal 7.4 (BSN 2013), faktor-faktor dan
kombinasi beban untuk beban mati nominal, beban hidup nominal, dan beban
gempa nominal adalah:
1. 1.4 DL
2. 1.2 DL + 1.6 LL
3. 1.2 DL + 1 LL + 0.3 (ρ QE + 0.2SDS DL) + 1 (ρ QE + 0.2 SDS DL)
4. 1.2 DL + 1 LL - 1 (ρ QE + 0.2SDS DL) - 0.3 (ρ QE + 0.2 SDS DL)
5. 1.2 DL + 1 LL + 0.3 (ρ QE + 0.2SDS DL) - 1 (ρ QE + 0.2 SDS DL)
6. 1.2 DL + 1 LL + 1 (ρ QE + 0.2 SDS DL) -0.3 (ρ QE + 0.2 SDS DL)
7. 0.9 DL + 0.3 (ρ QE – 0.2 SDS DL) + 1 (ρ QE – 0.2 SDS DL)
8. 0.9 DL - 1 (ρ QE – 0.2 SDS DL) - 0.3 (ρ QE – 0.2 SDS DL)
9. 0.9 DL + 0.3 (ρ QE – 0.2 SDS DL) - 1 (ρ QE – 0.2 SDS DL)
10. 0.9 DL +1 (ρ QE – 0.2 SDS DL) - 0.3 (ρ QE – 0.2 SDS DL)
Keterangan:
DL = beban mati. ( N)
LL = beban hidup, (N)
E = beban gempa. (N)
ρ = faktor redudansi
SDS = parameter percepatan respon spektrum desain pada periode pendek (g)
QE = pengaruh gaya seismik horizontal dari V, yaitu gaya geser desain total di
dasar struktur dalam arah yang ditinjau.
6
keterangan :
PGA (Peak Ground Acceleration) = percepatan gempa maksimum. (g)
M = magnitude gempa skala Ritcher
d = jarak hiposentrum . (km)
Analisis Struktur
Struktur Pelat
Pelat lantai selain berfungsi sebagai struktur sekunder juga dapat berfungsi
sebagai diafragma yang membantu menyalurkan gaya-gaya lateral akibat
gempa ke rangka struktur utama (Budiono dan Supriatna 2011). Analisis pelat
sama seperti analisis pada balok. Pembebanan disesuaikan dengan beban
persatuan panjang dari lajur pelat sehingga gaya momen yang timbul adalah
gaya per lebar satuan pelat berdasarkan pola lendutan dan momen tipikal dengan
sistim balok. Pemasangan tulangan lentur akan membentang dari kedua
tumpuannya. Pemasangan tulangan yang tegak lurus terhadap tulangan lentur
diperuntukkan guna mencakup efek struktur beton.
Beban-beban yang umum terjadi biasanya tidak menyebabkan pelat
membutuhkan penulangan geser. Penulangan melintang atau tulangan sekunder
8
(tulangan yang berarah tegak lurus terhadap arah lentur atau tegak lurus tulangan
utama) harus diberikan untuk menahan tegangan susut (shrinkage stress)
dan tegangan-tegangan akibat perubahan temperatur (Fauzan dan Riswan 2002).
Struktur Balok
Balok didefinisikan sebagai salah satu dari elemen struktur portal yang
arahnya horizontal, sedangkan portal merupakan kerangka utama dari struktur
bangunan, khususnya bangunan gedung (Asroni 2010). Balok merupakan
komponen pemikul momen yang akan menyalurkan beban ke kolom. Balok
dimodelkan sebagai frame yang memiliki joint yang kaku sehingga momen-
momen maksimum terjadi di ujung balok. Struktur balok yang diberi beban lentur
akan mengakibatkan terjadinya momen lentur pada balok tersebut, sehingga
akan terjadi deformasi (regangan) lentur dalam balok tersebut. Regangan-
regangan yang terjadi tersebut akan menimbulkan tegangan pada balok
(Setiawan 2014). Sifat utama beton yang kurang mampu menahan tarik,
mengakibatkan perlunya penahan tegangan tarik pada beton dengan cara
memasang baja tulangan pada daerah tarik sehingga terbentuk struktur beton
bertulang yang dapat menahan lenturan. Apabila gaya geser yang bekerja sangat
besar maka perlu dipasang baja tulangan tambahan untuk menahan geser tersebut.
Pada struktur bangunan tingkat tinggi atau struktur dengan bentuk atau
konfigurasi yang tidak teratur. Analisis dinamik dapat dilakukan dengan cara
elastis maupun inelastis. Pada cara inelastics digunakan metode ststik nonlinier
pushover. Pushover analisis adalah suatu analis static nonlinier dimana pengaruh
gempa rancana terhadap struktur bangunan gedung dianggap sebagai beban-
beban statik yang menagkap pada pusat massa masing-masing lantai yang
nilainya ditingkatkan berangsur angsur sampai melampaui pembebanan yang
menyebabkan pelelehan (sendi plastis )pertama di dalam struktur gedung (Pranata
dan Wijaya 2008).
Jenis tulangan geser yang umum digunakan adalah sengkang vertikal
(vertical stirrup), yang dapat berupa baja berdiameter kecil ataupun kawat baja
las yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial penampang, dan
sengkang miring. Sengkang miring dapat juga berasal dari tulangan longitudinal
yang dibengkokkan. Apabila komponen struktur memerlukan penulangan
torsi maka harus dipasang tulangan baja yang merupakan tambahan terhadap
penulangan yang sudah ada yakni penulangan untuk menahan gaya geser, lentur
maupun aksial.
Penulangan balok dilakukan dari perhitungan gaya-gaya dalam yang bekerja
pada balok. Penulangan yang dianalisis meliputi penulangan lentur, penulangan
geser, dan penulangan torsi balok. Besarnya kebutuhan tulangan lentur balok
ditentukan dengan besarnya momen yang menimpa pada suatu struktur. Semakin
besar momen yang menimpa struktur maka kebutuhan tulangan lentur semakin
besar. Tulangan lentur didesain dengan dua kondisi, yaitu kondisi lapangan dan
kondisi tumpuan (Surya 2012).
Struktur Kolom
Definisi kolom menurut SNI–03–2847–2002 (BSN 2002) adalah komponen
struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial desak vertikal
dengan tinggi minimum tiga kali dimensi lateral terkecil. Apabila rasio bagian
9
tinggi dengan dimensi lateral terkecil kurang dari tiga maka disebut pedestal
(Nasution 2009). Perencanaan kolom harus memperhitungkan semua beban
vertikal yang bekerja pada kolom. Pada suatu struktur, kolom menyalurkan
beban yang berasal dari berat struktur sendiri, beban hidup, dan beban SIDL yang
berasal dari gedung baik itu yang berada di atas pelat lantai maupun pada balok
dan kolom ke kolom di bawahnya, kemudian ke pondasi sehingga beban total
yang diterima oleh suatu kolom merupakan beban kumulatif dari beban kolom
diatasnya. Batang beton bertulang yang menerima gaya torsi besar akan runtuh
secara mendadak jika tidak diberikan tulangan torsi. Tulangan torsi yang
digunakan tidak mengubah besar torsi yang akan menyebabkan retak tarik
diagonal, melainkan mencegah batang tersebut terpisah (McCormac 2004).
Pengaruh retak beton akibat beban gempa dapat diperhitungkan dengan
mereduksi momen inersia penampang kolom sehingga momen inersia efektif
yang digunakan hanya 75% dari momen inersia penampang utuh.
SNI 03-2847-2002 (BSN 2002) menyatakan bahwa suatu kolom dapat
dievaluasi berdasarkan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
1. Kekuatan unsur-unsur harus didasarkan pada perhitungan yang memenuhi
syarat keseimbangan dan kompatibilitas regangan.
2. Regangan di dalam beton dan baja tulangan dimisalkan berbanding lurus
dengan jarak terhadap garis netral.
3. Regangan maksimum yang dapat dipakai pada serat tekan ekstrim beton
adalah 0.003.
4. Kekuatan tarik beton diabaikan dalam perhitungan.
Tulangan geser suatu kolom yang ditentukan adalah sebagai berikut (BSN
2002):
1. Untuk tulangan longitudinal yang lebih kecil dari D-32, maka diikat
dengan sengkang paling sedikit dengan ukuran D-10.
2. Spasi vertikal sengkang harus ≤ 16 kali diameter tulangan longitudinal
(Wulandari 2013).
Menurut Zaidir et al. (2012), analisis struktur pada kolom akibat
pembebanan akan menghasilkan gaya dalam yang digunakan untuk melihat
kemampuan penampang beton bertulang dalam menahan kombinasi gaya aksial
dan momen lentur yang digambarkan dalam suatu bentuk kurva interaksi antara
kedua gaya tersebut, disebut dengan diagram interaksi P-M kolom. Diagram
interaksi ini dapat dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah yang ditentukan dari
keruntuhan tarik dan dari keruntuhan tekan, dengan pembatasnya adalah titik
seimbang. Berdasarkan output gaya-gaya dalam kolom yang diperoleh dari hasil
analisis struktur, kemudian diplot dalam diagram interaksi aksial-momen (P-M).
Setiap kombinasi beban P-M kolom yang diperoleh dari hasil analisis sruktur
diplotkan pada diagram interkasi kolom.
Aplikasi ETABS
tepat bagi perencana struktur karena ketepatan dari output yang dihasilkan dan
efektif waktu dalam menganalisisnya. Program ETABS sendiri telah teruji
aplikasinya di lapangan. Konsultan-konsultan perencana struktur ternama di
Indonesia telah menggunakan program ini untuk analisis struktur dan banyak
gedung yang telah dibangun dari hasil perencanaan tersebut.
Nilai distribusi vertikal gaya gempa tersebut tersebut dimasukkan
pada program ETABS sebagai pembebanan gempa statik ekivalen Untuk
mensimulasikan arah pengaruh gempa rencana yang sembarangan terhadap
struktur gedung, pengaruh pembebananan gempa dalam arah utama yang
ditentukan harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan
dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama
pembebanan tadi, tetapi dengan efektivitas 30% (Satyarno et al. 2012).
Aplikasi SAP2000
METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya yaitu data sekunder
berupa as built drawing Gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Peta
Gempa Indonesia 2010, SNI 03-1726-2012 tentang “Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung”, SNI 03-
2847-2002 tentang “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang untuk
Bangunan Gedung”, dan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian antara lain notebook yang
dilengkapi dengan Microsoft Office Excel, program extended three dimensional
analysis of building system (ETABS).
Prosedur Pelaksanaan
Secara umum tahapan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pengumpulan
data, pemodelan struktur, analisa pembebanan, analisa struktur, dan evaluasi
struktur. Detail tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
12
Mulai
Pengumpulan Data
Pemodelan struktur
Analisis pembebanan
Analisis struktur
Evaluasi struktur
Aman Tidak
Ya
Perencanaan struktur
Selesai
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dari perencana meliputi gambar shop drawing. Selain
itujuga pengumpulan peraturan yaitu SNI 03-2847-2002, SNI 03-1726-2012,
SNI 03-1727-2013, Peraturan Pembebanan Indonesia dan Peta Gempa Indonesia
2010.
3. Pemodelan struktur
Pemodelan struktur dibuat dengan menggunakan program ETABS
dengan data utama yang digunakan yaitu shop drawing. Hasil pemodelan yang
didapatkan yaitu bentuk model struktur secara tiga dimensi. Permodelan struktur
dikondisikan dengan keadaan struktur sebenarnya.
4. Analisis pembebanan
Model tiga dimensi yang telah siap di ETABS tersebut kemudian dianalisis
pembebanannya dengan program ETABS. Analisa pembebanan dilakukan
dengan memberikan beban berupa gaya-gaya yang bekerja pada struktur.
Gaya-gaya yang dijadikan beban bagi struktur tersebut diantaranya beban
mati, beban hidup, beban angin, dan beban gempa dari pembuatan spektrum
gempa. Untuk beban gempa, akan dilakukan analisa statik ekivalen sesuai dengan
SNI 03-1726-2012 (BSN2012). Setelah data beban-beban pada struktur
dimasukan dalam analisis pembebanan ketahanan struktur sudah bisa dilihat
namun belum secara rinci, untuk mengetahui kekuatan dan ketahanan struktur
secara rinci dilanjutkan ke tahapan analisis struktur dan evaluasi.
5. Analisis struktur
Hasil running dari pemodelan struktur oleh program ETABS yang berupa
gaya-gaya dalam dianalisis untuk merencanakan tulangan struktur pada balok,
kolom, pelat. Analisis struktur akan memberikan output berupa kekuatan dan
ketahanan struktur gedung Fakutas Ekonomi dan Manajemen IPB terhadap beban
gempa berdasarkan peta gempa Indonesia 2010. Analisis struktur juga akan
mengetahui penyimpangan yang mungkin terjadi pada struktur dengan jumlah
tulangan eksisting setelah dimasukan beban gempa.
6. Evaluasi struktur
Hasil dari perhitungan struktur yang berupa jumlah tulangan dibandingkan
dengan jumlah tulangan struktur yang terpasang di lapangan (kondisi eksisting)
kemudian dievaluasi. Evaluasi dapat memberikan informasi sejauh mana
gempa akan mempengaruhi struktur bangunan gedung. Hal ini penting untuk
evaluasi perilaku seismik struktur gedung pasca leleh. (Pranata, 2008).
7. Perencanaan struktur
Hasil dari program ETABS berupa gaya dalam selanjutnya digunakan untuk
menghitung kebutuhan jumlah tulangan pada balok, kolom, dan pelat.
14
Pemodelan Struktur
Komponen utama struktur atas sebuah gedung terdiri balok, kolom, dan pelat
lantai. Ketiga komponen tersebut dimodelkan pada program ETABS 2015 sesuai
dengan data as built drawing yang telah ada. Pemodelan diawali dengan
menggambarkan elemen struktur pada grid-grid arah tiga dimensi, sumbu x y, dan
z. Pemodelan dilanjutkan dengan menginput material struktur. Material yang
diinput kedalam program ETABS adalah beton dengan mutu K-300 untuk
komponen struktur balok, pelat lantai, dan struktur kolom, untuk kontruksi atap
merupakan rangka baja yang didesain dengan menggunakan aplikator. Setelah
struktur gedung dimodelkan dalam program ETABS, model struktur tersebut
diberikan beban yang mengacu pada SNI-1727-1013 (BSN 2013).
Pemodelan pada rangka atap dengan bahan baja ringan dilakukan pada
program SAP2000, pemodelan dilakukan pada bidang 2D dengan memodelkan
rangka kuda-kuda atap, profil dari baja ringan yang dimodelkan adala profil H,
dengan type ST-37 (ASTM A-36), angkur baut ST-41, dan bahan las yaitu AWS
E-70XX. Setelah pemodelan rangka atap, dilakukan analisis pebebanan dengan
menghitung beban yang bekerja pada rangka atap meliputi beban mati, beban
hidup, angin, dan hujan. Pembebanan Rincian pembebanan pada rangka atap
dapat dilihat pada Tabel 2
Pada analisis pembebanan pada rangka kuda-kuda atap terdiri atass beban
mati beban hidup, beban angin yang dihitung secara otomatis oleh ETABS, dan
beban hujan. Beban mati yang bekerja pada rangka atap adalah gording sebesar
24,75 kg, dan penutup atap dengan beban 23 kg, sehingga total beban mati yang
bekerja adalah 47,25 kg. Beban hidup mengacu pada Peraturan Pembebanan
16
Indonesia untuk Gedung (DepPU 1983) yaitu sebesar 100 kg untuk beban hidup.
Beban angin dihitung berdasarkan SNI 1727-2013 (BSN 2013) didapatkan
sebesar 28,125 kg, dan beban hujan sebesar 0,98 kN/m2. Setelah beban yang
bekerja diinput pada setiap joint maka analisis pembebanan dapat dikerjakan, dan
menghasilkan beban pada 2 titik rangka kuda-kuda yaitu sebesar 24,69 kN dan
25,55 kN. Beban pada 2 titik ini akan dimasukkan pada perhitungan ETABS
sebagi beban terhadap struktur. Beban beban yang bekerja pada elemen struktur
gedung adalah beban mati, beban hidup, beban gempa, beban angin, dan beban
superdead, beban angin dan beban hujan. Beban mati yang bekerja pada balok
dihitung secara manual dan disesuaikan dengan spesifikasi bahan yang digunakan,
beban mati bekerja pada elemen struktur adalah sebesar 2,05 kN/m2. Beban hidup
yang bekerja mengacu pada SNI yang disesuaikan dengan peruntukan dan
penggunaan gedung seperti yang terlampir pada Tabel 3.
ketinggian dan jenis rangka bahan pada struktur bangunan. Struktur Gedung
dekanat Fakulkas Ekomomi dan Manajemen IPB dengan tinggi 17,5 m dan
berjenis konstruksi penahan beton memiliki perioda utama struktur yang
diizinkan berdasarkan SNI 1727-2013 (BSN 2013). Nilai periode minimum yang
dihasilkan yaitu sebesar 0.40 detik dan periode maksimum sebesar 0.56 detik.
Gaya geser dasar horizontal akibat gempa (V) dapat dihitung dengan
ketentuan: nilai parameter respon spektra percepatan desain pada periode pendek
(SDS) sebesar 0.659. Struktur Gedung Dekanat Fakulkas Ekonomi dan
Manajemen IPB termasuk ke dalam kategori gedung fasilitas pendidikan dengan
kategori resiko IV (I = 1.5), dirancang dengan Sistem Rangka Pemikul Momen
Menengah Beton (R = 5). Gaya geser disebar per masing-masing lantai bangunan
yang disesuaikan dengan berat struktur dan ketinggian lantai. Adapun besarnya
nilai distribusi vertikal gaya gempa pada tinjauan arah x (Fx), dan arah y (Fy)
yang disebar tiap lantai dapat dilihat pada Tabel 4.
Bogor
Peta Skala 1 : 1000000
Bogor
Peta Skala 1 : 1000000
Hasil dari spektrum gempa pada lokasi gedung dekanat Fakultas Ekonomi
dan Manajemen dengan kelas situs tanah sedang dapat dilihat pada Gambar 7.
0.8
0.6
Sa
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5
Periode, T (detik)
Gambar 7 Spektrum gempa rencana
19
Dari hasil pembuatan spektrum gempa tersebut didapatkan nilai parameter respon
spektra percepatan desain pada periode pendek (S DS) sebesar 0.667g. Nilai
parameter respon spektra percepatan desain pada periode 1 detik (SD1) sebesar
0.399 g.
Tabel 5 Perbandingan jumlah dan diameter tulangan lentur dan geser pada kolom
Tulangan
Kolom Ukuran Kondisi Tulangan Geser Ket
Lentur
Evaluasi 20D25 D10-10/15
K1W2 D60 Aman
Eksisting 20D25 D10-10/15
Evaluasi 16D25 D10-10/20
K2W2 D60 Aman
Eksisting 16D25 D10-10/20
Evaluasi 20D25 D10-10/15
K1N2 D60 Aman
Eksisting 20D25 D10-10/15
Evaluasi 16D25 D10-15/20
K2N2 D60 Aman
Eksisting 16D25 D10-15/20
Evaluasi 16D19 D10-10/15
K1W2E D60 Aman
Eksisting 16D19 D10-10/15
Tabel 6 Perbandingan jumlah dan diameter tulangan lentur dan geser pada kolom
Lentur Geser
Dimensi Tumpuan
Balok Kondisi Lapangan Ket
(mm) Tumpuan Lapang
Atas Bawah Atas Bawah
Evaluasi 5D25 5D25 3D25 5D25 D10-100 D10-200
B1 400X750 Aman
Eksisting 5D25 5D25 3D25 5D25 D10-100 D10-200
Evaluasi 4D19 2D19 2D19 2D19 D10-150 D10-200
B2 350X550 Aman
Eksisting 4D19 2D19 2D19 2D19 D10-150 D10-200
Evaluasi 3D19 3D19 3D19 3D19 D10-150 D10-200
B3 250X650 Aman
Eksisting 3D19 3D19 3D19 3D19 D10-150 D10-200
Evaluasi 3D19 3D19 3D19 3D19 D10-100 D10-200
B4 300X450 Aman
Eksisting 3D19 3D19 3D19 3D19 D10-100 D10-200
Evaluasi 3D25 2D25 2D25 3D25 D10-100 D10-200
B5 350X650 Aman
Eksisting 3D25 2D25 2D25 3D25 D10-100 D10-200
Evaluasi 3D19 3D19 3D19 3D19 D10-150 D10-200
B6 350X400 Aman
Eksisting 3D19 3D19 3D19 3D19 D10-150 D10-200
Evaluasi 5D25 3D25 5D25 3D25 D10-150 D10-200
B1K 400X750 Aman
Eksisting 5D25 3D25 5D25 3D25 D10-150 D10-200
Evaluasi 5D19 3D19 5D19 3D19 D10-100 D10-200
B2K 350X750 Aman
Eksisting 5D19 3D19 5D19 3D19 D10-100 D10-200
Evaluasi 3D19 3D19 3D19 3D19 D10-150 D10-200
BL1 250X550 Aman
Eksisting 3D19 3D19 3D19 3D19 D10-150 D10-200
dan tebal selimut balok (cover). Hasil analisis pada ETABS menunjukan elemen
struktur balok secara keseluruhan aman dan tidak terjadi overstress. Elemen balok
dengan type BL1 walaupun secara umum aman namun pada lantai 2 dan lantai 3
type balok ini berada dalam kategori kritis dalam artian aman namun tidak tahan
untuk umur penggunaan gedung dalam jangka waktu panjang terhadap beban
gempa nominal (berkala)
Beban gempa nominal merupakan beban gempa yang nilainya ditentukan
oleh 3 hal, yaitu oleh besarnya probabilitas beban itu dilampaui dalam kurun
waktu tertentu, oleh tingkat daktilitas struktur yang mengalaminya dan oleh
kekuatan lebih yang terkandung di dalam struktur tersebut. Menurut Standar ini,
peluang dilampauinya beban tersebut dalam kurun waktu umur gedung 50 tahun
adalah 10% dan gempa yang menyebabkannya disebut Gempa Rencana (dengan
perioda ulang 500 tahun), tingkat daktilitas struktur gedung dapat ditetapkan
sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, beban gempa nominal adalah beban
akibat pengaruh Gempa Rencana yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama
di dalam struktur gedung, kemudian direduksi dengan faktor kuat lebih.
Struktur gedung termasuk elemen kolom dan balok mampu menahan atau
menerima beban gempa, begitu pula dengan elemen balok BL1 secara khusus
mampu menahan beban gempa rencana yang dimasukan dalam pemodelan pada
ETABS, namun untuk jangka waktu panjang elemen balok BL1 perlu diberikan
treatment atau perawatan tersendiri karena untuk mendesain ulang balok sudah
tidak memungkinkan karena keadaan balok yang sudah eksisting. Kondisi balok
yang mengalami overstress atau tidak mampu menahan beban yang bekerja pada
struktur bangunan dapat ditanggulangi dengan beberapa cara diantaranya dengan
mengubah dimensi, mengatur ulang beban yang diberikan sesuai dengan
peruntukan, memberikan lapisan untuk menambah dimensi, dan mengatur ulang
penulangan.
Balok BL1 dapat ditambah perkuatannya dengan mengatur jumlah tulangan
yaitu dengan menambah jumlah tulangan. Pada pemodelan dalam aplikasi ETABS
awalnya balok BL1 memiliki 3 buah tulangan dengan dimensi 19 mm (3D19),
dengan jumlah demikian dapat diketahui jumlah luas tulangan untuk balok adalah
sebesar 850,19 mm2 penambahan dilakukan berdasarkan hasil analisis pada
program ETABS yang menunjukan luasan tulangan (rebar) yang dibutuhkan
adalah sebesar 1375 mm2.
Luas tiap tulangan adalah sebesar 283,38 mm2 sehingga dapat diberikan
penambahan 2 buah tulangan pada desain balok BL1 dengan jumlahan luas
tulangan baru adalah sebesar 1416,77 mm2 sehingga memenuhi jumlah luasan
tulangan yang dibutuhkan agar balok BL1 dapat menahan beban yang bekerja
pada struktur. Cara lain adalah dengan menganti diameter tulangan yang
digunakan menjadi tulangan yang lebih besar, kolom BL1 menggunakan tulangan
awal sebesar 19 mm sehingga luasan untuk 1 buah tulangan adalah 283,38 mm2,
jika tetap menggunakan 3 buah tulangan makadiperlukan tulangan dengan
diameter 25 mm, tulangan 25 mm memiliki luas tulangan 490,62 mm2 sehingga
dengan tulangan 3D25 (3 buah tulangan dengan diameter 25 mm) luas tulangan
keseluruhan adalah sebesar 1471,87 mm dan telah memenuhi rebar area yang
dibutuhkan agar kekuatan balok dapat menahan beban pada struktur.
Rekomendasi ini dapat digunakan apabila dilakukan renovasi pada bagian balok
22
BL1 dan pada saat mendesain bangunan dengan jenis yang sama dan model
bangunan berupa typical building.
Hasil output program ETABS 2015 menampilkan informasi detail hasil
evaluasi pada pemodelan. Informasi yang ditampilkan merupakan nilai standar
aman yang seharusnya diterapkan pada kondisi eksisting struktur. Hasil output
yang ditampilkan ETABS 2015 pada pemodelan gedung FEM IPB adalah nilai
modulus elestisitas (Ec) sebesar 24855,58 MPa, nilai kuat tekan beton (fc’)
sebesar 27,58 MPa, dan nilai tegangan leleh (fy) sebesar 413,69 MPa.
Berdasarkan nilai tersebut maka ETABS 2015 mengeluarkan nilai standar untuk
penulangan pada elemen struktur (longitudinal reinforcement) sebesar 1375 mm2,
yang berarti luasan tulangan (rebar area) minimal pada elemen struktur adalah
1375 mm2. Kondisi standar yang keluarkan ETABS dapat diterapkan pada balok
yang akan dipasang agar kekuatan struktur sanggup menanggung beban yang
bekerja.
23
Simpulan
2. Struktur gedung yang mengacu pada peta gempa 2010 menunjukan bahwa
perencaan gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB memiliki kekuatan
yang cukup untuk menahan beban yang bekerja termasuk beban gempa itu
sendiri.
Saran
Evaluasi dapat juga dilakukan dengan berbagai metode yang berbeda
berdasarkan peraturan-peraturan terbaru untuk mendapatkan perbandingan nilai
kinerja struktur gedung terhadap beban gempa.
24
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2002. Rekayasa Gempa Untuk Teknik Sipil. Padang (ID): Institut Teknologi
Padang Pr.
Asroni A. 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Yogyakarta: Graha Ilmu.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton Bertulang untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002. Jakarta (ID):
BSN
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 03-1726-2012.
Jakarta(ID):BSN
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2013a. Beban Minimum Untuk
Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain. SNI 1727-2013. Jakarta
(ID): BSN
Boore DM, Joyner WB. 1982. The empirical prediction of ground motion. Bull.
Seism. Soc. Am. 72:269–268.
Budiono B, Supriatna L. 2011. Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan
Gempa dengan Menggunakan SNI 03-1726-2002 dan RSNI 03-
1726-201X. Bandung (ID): ITB Press.
[DepPU]. 1983a. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
(SKBI–1.3.53.1983), Yayasan Badan Penerbit PU
[DepPU]. 1983b. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Bangunan Gedung
1983 (PPIUG 1983). Bandung:Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan
Dewobroto W. 2013. Komputer Rekayasa Struktur dengan SAP2000. Jakarta (ID):
LUMINA Press
Fauzan M, Riswan D. 2002. Analisa dan Perhitungan Konstruksi Gedung
Perkantoran Bidakara Pancoran [skripsi]. Padang (ID): Universitas Andalas.
Fauzan SA. 2016. Evaluasi Struktur Gedung X di Jakarta Berdasarkan SNI 03-
1726-2012 Ketahanan Gempa Untuk Struktur Gedung [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Febrianti NIC. 2014. Analisis Peak Ground Acceleration (PGA) di Sumatra Barat
akibat gempa bumi Tektonik tahun 2000-2012 dengan maagnitudo lebih
dari 7.0 SR. Jurnal Fisika. 3(2):80-83.
Kanamori H. 1993. Locating Earthquakes with Amplitudes. Buletin of
Seismological Society of America. 83(1):264-268.
McCormac JC. 2004. Desain Beton Bertulang. Jilid ke-1. Sumargo, penerjemah;
Simarmata L, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari:
Design of Reinforced Concrete Fifth Edition.
Nasution A. 2009. Analisis dan Desain Struktur Beton Bertulang. Bandung: ITB.
Pamungkas A. 2009. Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya (ID):
ITS Press
Pranata YA . 2006. “Evaluasi Kinerja Beton Bertulang Tahan Gempa dengan
Pushover Analysis (Sesuai ATC-40, FEMA 356 dan FEMA 440). Jurnal
Teknik Sipil Universitas Kristen Maranatha.13(15):12-18
25
Pranata YA, Wijaya PK. 2008. Kajian Daktilitas Struktur Gedung Beton
Bertulang dengan Analisis Riwayat Waktu dan Analisis Beban Dorong.
Jurnal Teknik Sipil. 8(3):250 – 263.
Pratama F, Agus SB, Wibowo. 2014. Evaluasi Kinerja Struktur Gedung 10 Lantai
Dengan Analisis Time History Pada Tinjauan Drift dan Displacement
Menggunakan Software Etabs. Matriks Teknik Sipil. 2014.; 4(1):377-384
Sari I. 2013. Analisis Struktur Portal 3D Simetris dan Tidak Simetris terhadap
Beban Gempa Kuat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Satyarno I, Nawangalam P, Pratomo I. 2012. Belajar SAP2000. Jilid ke 2.
Yogyakarta (ID): Zamil Publishing
Setiawan I. 2014. Analisis Dan Evaluasi Struktur Atas Gedung Pusat Informasi
Kehutanan IPB Terhadap Ketahanan Gempa Berdasarkan Peta Gempa
2010. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Sieh K, Natawidjaja D. 2000. Notectonic of the Sumatran Fault, Indonesia,
Journal of Geophysical Research, Vol. 105, No. B12, pp.28295-28326.
Surya M. 2012. Analisis dan Evaluasi Struktur Wing Fahutan IPB,Bogor
Terhadap Ketahanan Gempa Berdasarkan Peta Gempa 2010 [skripsi].Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor
Wells DL, Coppersmith KJ. 1994. New Empirical Relationships among
Magnitude, Rupture Length, Rupture Width, Rupture Area, and Surface
Displacement, Bulletin of the Seismological Society of America, Vol. 84,
No.4, pp. 974-1002.
Wulandari S. 2013. Analisis dan Evaluasi Struktur Atas Tower C Grand Center
Point Apartement Terhadap Beban Gempa Berdasarkan Peta Gempa
2010[skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Zaidir, Nofitra M, Putir LM. 2012. Evalusi kelayakan bangunan bertingkat pasca
gempa 30 september 2009 Sumatra Barat. Studi Kasus: Kantor Dinas
Perhubungan, Komunikasi dan informatika provinsi Sumatra Barat. Jurnal
Rekayasa Sipil. 8(1):61-73.
26
Sumber : SNI-1726:2012
Sumber : SNI-1726:2012
Sumber : SNI-1726:2012
Sumber : SNI-1726:2012
27
Sumber : SNI-1726:2012
Sumber : SNI-1726:2012
Sumber : SNI-1726:2012
28
PEMERIKSAAN KONSOLIDASI
(Consolidation Test)
Lampiran 14 Hasil check design pada balok BL1 pada lantai 2 dan 3
34
RIWAYAT HIDUP