Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat dan hidayah-
Nya yang diberikan kepada penulis atas kesehatan, kekuatan dan kesempatan
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini. KIA ini
bertujuan untuk mendeskripsikan pengalaman praktik residensi serta penerapan
Model Konservasi Energi dari Myra E. Levine dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien anak dengan masalah pernapasan di ruang Infeksi Anak
Gedung A lantai I RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo.
Banyak bimbingan, arahan serta dukungan dari berbagai pihak dalam proses
penyusunan KIA ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Nani Nurhaeni, S.Kp., M.N., selaku Supervisor Utama dan selaku
Koordinator Karya Ilmiah Akhir Program Ners Spesialis Keperawatan Anak
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang telah banyak
memberikan waktu, dukungan, bimbingan dan pemahaman dalam penyusunan
KIA ini.
2. Ibu Elfi Syahreni, Ns., Sp.Kep.An., selaku Supervisor yang telah memberikan
waktu, masukan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan KIA ini.
3. Ibu Dessie Wanda, S.Kp.MN, selaku penguji yang telah memberikan banyak
masukan yang bermanfaat untuk melengkapi karya tulis ilmiah ini.
4. Dr. Darmawan, B.S. SpA (K) selaku penguji yang telah memberikan banyak
masukan yang bermanfaat untuk melengkapi karya tulis ilmiah ini
5. Ibu Ns.Susi Hartati, M.Kep., Sp.Kep.An. selaku penguji yang telah
memberikan banyak masukan yang bermanfaat untuk melengkapi karya tulis
ilmiah ini
6. Ibu Dra. Junaiti Sahar, M.App., Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
7. Ibu Astuti Yuni Nursasi, MN. sebagai Ketua Program Studi Pasca Sarjana
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
v Universitas Indonesia
Penulis
vi Universitas Indonesia
Karya ilmiah akhir ini membahas tentang penerapan model Konservasi Levine
dalam pemberian asuhan keperawatan pada pada anak dengan gangguan
pernapasan. Infeksi saluran pernapasan akut merupakan suatu gangguan pulmonal
yang memiliki efek samping hipoksemia dan kegagalan pernapasan melalui
pemberian asuhan keperawatan dengan menerapkan prinsip konservasi untuk
mempertahankan keseimbangan energi, konservasi integritas struktural, personal
dan sosial. Beberapa masalah keperawatan yang ditemukan antara lain gangguan
pertukaran gas, ketidakefektifan pola napas dan ketidakefektifan bersihan jalan
napas. Model Konservasi diharapkan menjadi acuan praktik keperawatan pada
pada anak dengan gangguan pernapasan.
ABSTRACT
The end scientific work is about the application of the Levine’s Conservation
model in the provision of nursing care to children with respiratory disorders.
Respiratory infection acute is a pulmonary disorder that has a side effect of
hypoxemia and respiratory failure. The side effects of hypoxemia and respiratory
failure can be minimized through the provision of nursing care by applying the
principle of conservation of energy to maintain balance, conservation of structural
integrity, personal and social. Some nursing problems were found among other
disorders of gas exchange, breathing pattern ineffective airway clearance and
ineffectiveness. This Conservation model is expected to be a reference of nursing
practice in children with respiratory disorders.
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUAN ORISINALITAS …………………………… ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN………………………… iii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………. v
LEMBAR PERSETUJUAN PULIKASI KARYA ILMIAH vii
ABSTRAK……………………………………………………………..…. . viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………… . v
DAFTAR SKEMA……………………………………………………….. . vi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… . vi
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………….. .. 1
1.2 Tujuan Penulisan………………………………………………... .. 6
1.3 Sistematika Penulisan…………………………………………… .. 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….. .. 8
2.1 Gambaran Kasus………………………………………………….. 8
2.2 Tinjauan Teoritis Infeksi Salluran Pernapasan Akut……………. .. 18
2.3 Pengkajian pada Gangguan Pernapasan………………………… .. 32
2.4 Integrasi Teori dan Konsep dalam Proses Keperawatan………... .. 35
2.5 Aplikasi Teori Keperawatan pada Kasus Terpilih……………… .. 40
BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI………………………………….... 63
3.1 Pencapaian Kompetensi sesuai Area Peminatan…………………. 64
3.2 Peran Ners Spesilis Keperawatan Anak………………………… .. 65
BAB 4 PEMBAHASAN…………………………………………………… 71
4.1 Penerapan Model Konservasi pada Asuhan Keperawatan Anak
dengan Gangguan Pernapasan……………………………………. 71
4.2 Praktik Ners Spesialis Keperawatan Anak dan Pencapaian
Kompetensi……………………………………………………….. 79
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN………………………………………… 80
5.1 Simpulan………………………………………………………….. 80
5.2 Saran……………………………………………………………… 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
yang sering ditemukan pada kelopmpok usis tersebut adalah Infeksi Saluran
Pernapasan Akut atau ISPA (WHO. 2007).
Penyebab ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan rikcetsia, penularannya
melalui kontak langsung dengan penderita atau melalui udara pernapasan.
Gejala umumnya adalah batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek,
sakit telinga dan demam . Sedangkan faktor risiko yang dapat menyebabkan
kejadian ISPA adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari
umur < 2 bulan, BBLR, laki-laki, status gizi, defisiensi vitamin A,
membedong anak (menyelimuti berlebihan), pemberian makanan tambahan
terlalu dini, sedangkan faktor eksternalnya yaitu ASI eksklusif, imunisasi,
polusi udara (kebiasaan merokok anggota keluarga di lingkungan balita
tinggal) (Depkes RI, 2007).
ISPA di negara berkembang 2-10 kali lebih banyak daripada negara maju.
Perbedaan tersebut berhubungan dengan etiologi dan faktor resiko penyakit
diatas. Di negara maju, infeksi pernapasan akut didominasi oleh virus,
sedangkan di negara berkembang oleh bakteri, seperti Streptococcus
pneumoniae dan Haemophilus influenza. Di negara berkembang infeksi
pernapasan akut dapat menyebabkan 10-25% kematian, dan bertanggung
Universitas Indonesia
jawab terhadap 1/3-1/2 kematian pada balita. Pada bayi, angka kematiannya
dapat mencapai 45 per 1000 kelahiran hidup (Dirjen P2P dan PL, 2011).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Konservasi yang harus dicapai oleh pasien terdiri dari konservasi energi,
konservasi integritas struktur, konservasi integritas personal dan konservasi
integritas sosial. Adanya hambatan pada salah satu konservassi dapat
mempengaruhi proses adaptasi pasien untuk mencapai wholeness. Peran
perawat terkait penerapan teori ini yaitu melakukan pengkajian pada keempat
konservasi yang ada, dan menemukan masalah (trophicognosis) yang sedang
atau akan dihadapi oleh pasien. Kemudian perawat harus merencanakan
tindakan-tindakan (hypothesis) yang dibutuhkan oleh pasien agar dapat
beradaptasi dengan kondisinya saat ini, mengimplementasikan tindakan
keperawatan sesuai rencana (intervention) dan melakukan evaluasi
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai praktek residensi
Ners Spesialis Keperawatan Anak dengan mengaplikasikan Model
Konservasi Myra E. Levine dalam memberikan asuhan keperawatan pada
anak dengan gangguan pernapasan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini menguraikan tentang gambaran kasus kelolaan dan tinjauan teori
mengenai gangguan saluran pernapasan akut (ISPA) serta aplikasi teori dalam
melakukan asuhan keperawatan. Konsep model yang mendasari pemberian
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan dipilih
Model Konservasi Myra E. Levine.
8 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
mengalami sesak dan banyak dahak, suara napas seperti ngorok, menurut
ibu sesak berkurang jika tidur dimiringkan dan bunyi berkurang, oleh
keluarga anak N jika sesak dibawa berobat ke puskesmas hanya diberi
obat batuk tetapi sesak tidak berkurang.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
tidak ada lendir, anak NF demam tinggi dan mengalami kejang 1 kali,
kejang kurang lebih 5 menit. Menurut ibu anak NF merupakan anak ke 4
dari 4 bersaudara, saat hamil trimester pertama ibu mengalami campak,
anak NF dilahirkan spontan, cukup bulan, melahirkan di klinik bidan,
anak NF saat dilahirkan tidak langsung menangis, kepala kecil
(mikrocephali), berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 49 cm, oleh
bidan anak dianjurkan di rawat di rumah sakit karena mengalami kelainan
(mikrocephali).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.1.2 Etiologi
Infeksi saluran pernapasan akut dapat disebabkan oleh virus golongan
Mikovirus, Adenovirus, Koronovirus, Pikonavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus, dan lain-lain. Sedangkan bakteri penyebab infeksi saluran
pernapasan adalah Streptococcus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus,
Bordetella, dan Corinebacterium.
Etiologi infeksi saluran pernapasan akut bawah jarang diketahui pada anak
usia sekolah, disebabkan sulitnya mendapatkan spesimen atau sputum
secara langsung dari saluran napas bawah pada anak usia prasekolah
(Behrman & Kliegman, 2010).
Universitas Indonesia
Sejak awal perlu dinilai status hidrasi anak karena demam dapat
meningkatkan interstitial water loss (IWL) dan hiperventilasi, bersama
dengan anoreksia dapat menyebabkan defisit cairan yang bermakna
(McIntosh, 2002; Klein, 2004).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Mekanisme paparan asap rokok dapat menjadi faktor risiko ISPA bawah
masih belum jelas diketahui. Nikotin yang terkandung dalam asap rokok
dapat menekan kemampuan fagositosis dari neutrofil dan
makrofag/monosit melalui mekanisme inhibisi anion superoksida,
peroksida dan produksi radikal bebas (Victoria, Kikwood, Asworth, Black,
Rogers, Sazawal, et al., 1999).
Penyapihan dini sebelum usia 6 bulan berkaitan dengan ISPA. Anak yang
tidak mendapatkan ASI mempunyai risiko mortalitas akibat ISPA 3,6 kali
lebih daripada anak yang mendapat ASI. Pemberian ASI dapat
menurunkan berat derajat penyakit hingga 50%. ASI memiliki mekanisme
anti infeksi melalui roteksi terhadap bakteri dan anti viral seperti
immunoglobulin A, laktoferin, limfosit, dan neutrofil (Victoria, Kikwood,
Asworth, Black, Rogers, Sazawal, et al., 1999).
Universitas Indonesia
Malnutrisi juga menjadi faktor risiko ISPA bawah. Anak dengan Z-score
dibawah -2 SD lima kali lebih besar kemungkinan anak untuk menderita
pneumonia daripada anak dengan skor Z-score diatas -2 SD. Anak yang
mengalami anemia 5,75 kali lebih rentan terhadap ISPA bawah
(Soewignyo, Gessner, Sutanto, Stenhoff, Prijanto, Nelson, et al. 2001;
Cardoso, Cousens, Siqueira, Alvess, Angelo, 2004; Victoria, Kikwood,
Asworth, Black, Rogers, Sazawal, et al. 1999). Anak dengan malnutrisi
mengalami gangguan sistem imun yang mengakibatkan anak lebih mudah
terkena infeksi. Kurang energi dan protein berdampak pada mekanisme
pertahanan tubuh baik sistem imun non spesifik maupun spesifik.
Gangguan sistem imun yang terjadi yaitu respon imun T cell-mediated,
perubahan bahkan atropi timus dan jaringan linfosit lainnya, gangguan
produksi dan fungsi linfosit T, dan gangguan resksi hiperensitifitas.
Respon imun tidak banyak terpengaruh, meskipun konsentrasi
immunoglobulin A pada beberapa organ termasuk saluran napas menurun.
Makanisme lain yaitu gangguan sistem komponen dan fagositosis
(Victoria, Kikwood, Asworth, Black, Rogers, Sazawal, et al. 1999;
Rahajoe, Supriyatno & Setyanto, 2013).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.2 Bronkiolitis
Bronkhiolitis adalah penyakit infeksi saluran pernapasan akut bawah yang
ditandai dengan adanya inflamasi pada bronkiolus, ditandai dengan
pernapasan cepat, retraksi dinding dada dan whezing (Mark, 2007).
Bronkiolitis sering mengenai anak usia dibawah satu tahun dengan insiden
tertinggi usia 6 bulan. Penyakit ini menimbulkan morbiditas infeksi
saluran pernapasan bawah terbanyak pada anak (Fizgerlad & Kilham,
2004). Pada daerah yang penduduknya padat insiden bronkioitis oler RSV
terbanyak pada usia 2 bulan (Steiner, 2004).
Gejala awal anak mengalami gejala ISPA atas ringan berupa pilek dan
bersin. Gejala berlangsung beberapa hari, kadang-kadang disertai demam
dan nafsu makan berkurang. Kemudian timbul distres napas yang ditandai
oleh batuk paroksismal, wheezing, sesak napas pada anak. Anak menjadi
rewel, muntah serta sulit makan dan minum. Anak mengalami demam
Universitas Indonesia
ringan atau tidak demam sama sekali dan bahkan ada yang mengalami
hipotermi. Setelah itu distres napas juga teridentifikasi pada anak yang
ditandai dengan frekuensi napas lebih dari 60 kali per menit, kadang-
kadang disertai sianosis, peningkatan denyut nadi. Gejala lain adalah
napas cuping hidung, penggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi.
Retraksi biasanya tidak dalam karena adanya hiperinflamasi paru
(terperangkapnya udara dalam paru). Ekspansi yang memanjang,
wheezing yang dapat terdengar dangan ataupun tanpa stetoskop, serta
terdapat crackles, ronkhi nyaring halus kadang-kadang terdengar pada
akhir inspirasi atau pada permulaan ekspirasi juga ditemukan pada anak.
Pada keadaan yang berat sekali suara pernapasan hampir tidak terdengar
karena kemungkinan obstruksi hampir total. Ekspirasi memanjang dan
mengi kadang-kadang terdengar dengan jelas (Mark, 2007; Roth,
Caulfiels, Ezzati & Black 2008; Mizgerd, 2008).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Sumber : Lauden (2009) Pediatric Bronchiolithis, McCloskey (2006). Nursing Intervention Clasification; Rahajoe, Supriyanto & Setyanto (2013)
Universitas Indonesia
2.2.3 Pneumonia
Pneumonia merupakan suatu penyakit infeksi parenkim paru, yang
merupakan penyakit infeksi saluran napas akut bawah. Pneumonia
mencakup setiap keadaan radang paru dengan beberapa atau seluruh
alveoli terisi cairan dan sel-sel darah. Jenis pneumonia yang umum adalah
pneumonia bakterial (Guyton & Hall, 2008).
Penyakit ini dimulai dari proses infeksi di dalam alveoli, membran paru
mengalami peradangan yang menyebabkan paru berlobang-lobang
sehingga cairan dan bahkan sel darah merah dan sel darah putih keluar dan
masuk ke dalam alveoli. Dengan demikian, alveoli yang terinfeksi secara
progresif terisi dengan cairan dan sel-sel, selanjutnya infeksi menyebar
melalui perluasan bakteri atau virus dari alveolus ke alveolus. Akhirnya
seluruh lobus atau seluruh paru-paru, terisi cairan dan sisa sel.
Universitas Indonesia
rawat inap di rumah sakit, atau secara prosedur dimulai pada minimal
72 jam setelah masuk rumah sakit.
3. Tipe lain radang paru-paru
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), merupakan jenis
pneumonia yang sangat menular dan mematikan. Bronchiolitis
Obliterans Organizing Pneumonia (BOOP), disebabkan oleh
peradangan pada saluran udara kecil di paru-paru dikenal dengan
Cryptogenic Organizing Pneumonitis (COP).
nyeri tekan lokal serta pembesaran kelenjar getah bening aksila, fosa
subklavikularis. Fremitus vokal merupakan salah satu pemeriksaan dengan
merasakan sensasi getaran pada seluruh dinding dada. Normalnya akan
teraba getaran yang sama pada kedua telapak tangan yang diletakkan pada
kedua sisi dada dan punggung. Penurunan fremitus dapat menandakan
adanya obtruksi saluran napas, hidrototaks, efusi pleura, atelektasis, dan
tumor. Fremitus vokal dapat meninggi pada keadaan konsolidasi seperti
pneumonia.
2.3.2.3 Perkusi
Tujuan perkusi adalah untuk mengetahui perbedaan suara ketukkan,
sehingga dapat ditentukan batas-batas suatu organ paru, jantung, dan hati.
Perkusi pada anak tidak boleh dilakukan terlalu keras karena anak-anak
memiliki dinding dada yang lebih tipis serta otot yang masih kecil bila
dibandingkan dengan orang dewasa sehingga menghasilkan udara perkusi
yang resonan. Suara perkusi normal adalah sonor. Suara perkusi yang
abnormal data berupa: redup atau pekak dan hipersonor atau timpani.
Suara perkusi redup atau pekak dapat dijumpai pada keadaan normal
(misalnya daearah scapula, diafragma, hati dan jantung) dan abnormal
(konsolidasi jaringan paru pada pneumonia lobaris, atelektasis, tumor, dan
cairan rongga pleura).
2.3.2.4 Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop. Dengan
cara auskultasi dapat didengarkan susra pernapasan, aliran darah dalam
pembuluh darah serta bunyi dan bising jantung. Auskultasi paru-paru
dilakukan diseluruh dada dan punggung. Suara napas pada anak terkesan
lebih keras dibandingkan orang dewasa dikarenakan tipisnya dinding dada
pada anak. Penurunan suara napas anak mengindikasikan adanya
penurunan aktifitas pernapasan yang dapat terjadi pada keadaan
pneumonia, atelektasis, efusi pleura dan pneumototaks. Peningkatan suara
napas dapat dijumpai pada pneumonia lobaris, asma dan emfisema.
Universitas Indonesia
Hypothesis/Rencana Keperawatan
Evaluasi Keperawatan/respon
Organanismik
Wholeness
Konservasi Konservasi Integritas Konservasi Konservasi
Energi : Struktur : Integritas Integritas
- suhu stabil Personal : Sosial :
- Pola napas normal
- nutrisi dan - tidak ada sekret - Anak aktif - Interaksi
cairan - kebutuhan O2 - Kebutuhan orang tua
terpenuhi terpenuhi tidur dan anak
- berat badan meningkat terpenuhi
- infeksi tidak terjadi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
No Trophicognosis Hipotesis
Intervensi :
Konservasi energi
- Auskultasi bagian dada anterior dan
posterior untuk mengetahui penurunan
atau ketidaan ventilasi dan adanya
napas tambahan.
- Lakukan fisioterapi dada.
- Lakukan penghisapan nasofaring dan
orofaring untuk mengeluarkan sekret.
- Pantau status Oksigen pasien (SaO2)
segera sebelum, selama, dan setelah
penghisapan.
- Atur posisi pasien yang menungkinkan
pengembangan maksimal rongga dada
(kepala ditingikan 450 kecuali ada
kontraindikasi).
Konservasi integritas struktural
- Kolaborasi pemberian bronkodilator
dan nebulasi
- Pertahankan keadekuatan hidrasi
untuk mengencerkan sekret.
- Catat jenis dan jumlah sekret yang
dikumpulkan.
- Perhatikan tehnik aseptik, gunakan
sarung tangan, kateter penghisap steril
dan sesuai dengan usia anak.
Konservasi integritas personal
- Ajak anak berbicara selama mengatur
posisi, menghisap lendir, fisioterapi
dada, auskultasi paru-paru
Konservasi integritas sosial
- Mengajarkan keluarga cara melakukan
fisioterapi dada
- Berikan penjelasan pada keluarga
pasien tentang bahaya asap rokok pada
anak dan pentingnya berhienti
merokok.
Universitas Indonesia
No Trophicognosis Hipotesis
2. Ketidakefektifan pola Tujuan :
napas berhubungan Setelah diberikan tindakan keperawan,
dengan keletihan otot anak menunjukan pola napas yang
pernapasan efektif
Kriteria Hasil :
- Jalan nafas paten, frekuensi pernafasan
40-60 kali/menit
- Saturasi O2 88-92%
Tidak ada retraksi dada, nafas cuping
hidung, sianosis
Intervensi :
Konservasi energi
- Monitor kecepatan, irama, kedalaman,
dan upaya pernapasan.
- Monitor pola pernapasan : bradipnea,
takipnea, hiperventilasi, penapasan
Kussmaul, pernapasan Cheyne-Stokes,
dan pernapasan apneastik, pernapasan
Biot, dan pola ataksik
- Auskultasi suara napas, perhatikan
area penurunan atau tidak adanya
ventilasi dan adanya suara tambahan.
- Monitor perubahan SaO2 dan nilai
analisa gas darah
Konservasi integritas struktural
- Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan otot bantu,
serta retraksi otot supraklavikular, dan
interkosta
3. Ketidakseimbangan Tujuan :
nutrisi kurang dari Setelah diberikan tindakan keperawan,
kebutuhan tubuh anak menunjukan keseibangan nutrisi
berhubungan dengan Kriteria Hasil :
muntah - Menunjukkan peningkatan berat badan
- Dapat mentolelir program pemberian
makanan
Universitas Indonesia
No Trophicognosis Hipotesis
Intervensi :
Konservasi energi
- Penatalaksanaan nutrisi perenteral N5
+ KCL (10) 25 ml/jam dan
Aminofusin 5 ml/jam
- Monitor berat badan dan tinggi badan
setiap hari.
- Kaji adanya intoleransi minum; residu,
perut kembung, muntah.
- Bersihkan mukosa mulut
- Kolaborasi pemberian nutrisi
perenteral
- Monitoring nilai laboratorium,
khusunya albumin dan elektrolit
Konservasi integritas struktural
- Catat warna, jumlah, dan frekuensi
muntah.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan kebutuhan nutrisi yang
adekuat.
Konservasi integritas personal
- Ajak anak berbicara selama
mengukuran berat badan,
membersihkan mukosa mulut
4. Hipertermia Tujuan :
berhubungan dengan Setelah diberikan perawatan suhu tubuh
infeksi dalam rentang normal
Kriteria Hasil :
- Suhu dalam rentang 36,5-37,5oC
- Tanda vital dalam batas normal
- Warna kulit merah muda, tidak teraba
hangat
Intervensi :
Konservasi energi
- Kaji regulasi suhu; pantau perubahan
suhu tiap jam, patau warna kulit dan
suhu.
- Kaji hemodinamik dan tanda-tanda
vital.
Universitas Indonesia
No Trophicognosis Hipotesis
- Gunakan pakaian yang mudah
menyerap keringat dan tipis.
- Monitoring hidrasi : turgor kulit,
kelembaban membrane mukosa
- Monitor warna kulit dan suhu
Konservasi integritas struktural
- Melakukan water tepid sponging
- Kolaborasi pemberian terapi
antipiretik
Konservasi integritas personal
- Ajak anak berbicara selama
melakukan water tepid sponging
- Memperhatikan kenyamanan anak
Integritas sosial
- Ajarkan keluarga melakukan water
tepid sponging
- Ajarkan keluarga dalam mengukur
suhu untuk mencegah dan mengenali
secara dini hipertermia.
5. Kerusakan integritas Tujuan :
kulit berhubungan Setelah dilakukan tidakan keperawatan
dengan penuruanan intergritas kulit dapat reratasi
imunolois Kriteria Hasil :
- Kulit elastik, utuh
- Perfusi jaringan baik
Intervensi :
Konservasi energi
- Inspeksi iritasi luka: luas, lokasi,
adanya eksudat, granulasi jaringan,
jaringan nekrotik, tanda infeksi daerah
luka.
- Hindari penggunaan antiseptik saat
membersihkan kulit area eritema.
- Ubah posisi tidur secara teratur, untuk
mengurangi penekanan pada area
tertentu.
- Pertahankan lingkungan yang aseptik
selama perawatan kulit.
- Minimalkan penggunaan plester jika di
perlukan.
Universitas Indonesia
No Trophicognosis Hipotesis
Konservasi integritas struktural
- Bersihkan kulit dengan air hangat,
gunakan sabun lembut, non-alkali jika
perlu
- Lakukan perawatan kulit secara
teratur, awasi tanda-tand perdarahan
- Kolaborasi pemberian obat topical
pada kulit yang iritasi
Konservasi integritas personal
- Ajak anak berbicara dan
memperhatikan kenyamanan saat
membersihkan kulit dan mempebrikan
terapi topikal.
Konservasi intergritas sosial
- Ajarkan keluarga cara perawatan kulit
seperti membersihkan kulit sebelum
mengoleskan salf.
7. Risiko kekurangan Tujuan :
volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan,
berhubungan dengan anak menunjukkan status hidrasi yang
asupan cairan yang adekuat
tidak adekuat Kriteria Hasil :
- Turgor kulit baik, pengisian kapiler
(CRT) < 2 detik
- Membran mukosa lembab, urine tidak
pekat
Intervensi :
Konservasi energi
- Monitor berat badan setiap hari
(kencenderungan naik atau turun).
- Monitor staus hemodinamik dan tanda
vital
- Monitor dan menghitung keluaran
cairan dari penggunaan pempers,
NGT, dan muntah.
Universitas Indonesia
No Trophicognosis Hipotesis
- Monitor status hidrasi; kelembaban
membrane mukosa, keadekuatan nadi,
dan tekanan darah.
- Memantau tanda dan gejala adanya
retensi urine
Konservasi integritas struktural
- Menjaga keseimbangan intake dan
output urine.
- Monitor nilai laboratorium;
hematokrit, albumin, protein total,
osmolalitas serum, dan berat jenis
urine.
8. Risiko penyebaran Tujuan :
infeksi berhubungan Setelah dikalakukan perawatan infeksi
dengan penurunan tidak terjadi
imunosupresi Kriteria Hasil :
- Tanda-tanda Infeksi tidak ada
- Higene personal baik
- Imun dalam batas normal
Intervensi :
Konservasi energi
- Pantau gejala infeksi
- Kaji faktor yang meningkatkan
kerentanan infeksi
- Pantau hasil laboratorium (hitung
darah lengkap, hitung jenis,
prokalsitonin)
Konservasi intergritas struktural
- Pastikan bahwa setiap petugas
kesehatan mencuci tangannya sebelum
dan sesudah memegang anak..
- Pastikan bahwa seluruh alat yang
kontak dengan anak adalah bersih atau
steril.
- Lakukan teknik asepsis ketat atau
steril pada pelaksanaan prosedur
invasif
Universitas Indonesia
No Trophicognosis Hipotesis
9. Perubahan proses Tujuan :
keluarga berhubungan Setelah diberikan tidakan keperawatan
dengan hospitalisasi kelarga mengalami penurunan kecemasan
dan pengingkatan kemampuan koping
Kriteria Hasil :
- Keluarga menerima kondisi sakit anak
Intervensi :
Konservasi integritas sosial
- Kenali kekhawatiran dan kebutuhan
keluarga terhadap informasi dan
dukungan
- Ekspolorasi perasaan danmasalah
keluarga mengenai hospitalisasi dan
penyakit anak
- Jelakan terapi dan perilakuk anak
- Beri dukungan sesuai dengan
kebutuhan
- Anjurkan asuhan berpusat pada
keluarga dan anjurkan keluarga terlibat
dalam perawatan anak.
Universitas Indonesia
No Konservasi Implementasi
- Menjaga suhu tubuh antara 36,5-37,5oC
- Memonitor tingkat kesadaran
- Melakukan fisioterapi dada
- Melakukan penghisapan lendir
- Mengatur posisi tidur semifowler
- Kolaborasi pemberian nutrisi perenteral
- Kolaborasi pemberian bronkodilator dan
nebulasi
2. Konservasi integritas - Mengkaji toleransi minum: tidak ada
struktural muntah, tidak ada kembung, produksi
NGT jernih
- Menimbang berat badan
- Memonitor berat badan
- Memonitor saturasi oksigen
- Mengonservasi usaha napas
- Memonior intake output
- Memantau status oksigenasi anak
- Mencatat jenis dan jumlah sekret yang
keluar saat tondakan suction.
- Kolaborai pemberian nutrisi perenteral
- Mencatat warna, jumlah dan frekuensi
muntah
- Melakukan perawatan kulit dan mulut
- Mengajarkan keluarga cara perawatan
kulit seperti membersihkan kulit
sebelum mengoleskan salf
- Melakukan personal higiene,
- Mengubah posisi tiap 2-3 jam,
- Monitor warna kulit dan suhu
- Memonitor eritema meliputi luas,
lokasi, pertambahan lokasi dan adanya
eksudat
- Mengkaji tanda-tanda infeksi, cuci
tangan sebelum dan setelah kontak
dengan anak.
Mmelakukan water tepid sponging
- Mengkaji kondisi kulit, kelembaban dan
membran mukosa
- Melakukan perawatan kulit secara
teratur 2 kali sehari (pagi dan sore)
Universitas Indonesia
No Konservasi Implementasi
- Memperhatikan tehnik aseptik, dengan
menggunakan sarung tangan, dan
menggunakan kateter perhisap steril.
- Memantau kadar bilirubin total, DPL,
AGD, hasil septic screening dan hasil
kultur darah
- Penatalaksanaan pemberian antibiotik
gansiklovir 2x70 mg iv, Ceftrizin 1x1,25
mg 6 mg/48 jam iv.
- Pemberian inhalasi NaCl 0,9% ditambah
combiven
3. Konservasi - Melakukan komunikasi dengan anak
intergritas personal ketika melakukan intervensi
keperawatan
- Memanggil nama anak sebelum
melakukan tindakan
4. Konservasi Sosial - Menjelaskan pada keluarga tentang
bahaya asap rokok bagi kesehatan anak
- Memotivasi keluarga untuk sering
mengunjungi anak
- Memotivasi keluarga dalam merawat
anak
- Memberikan informasi tentang kondisi
anak
- Mendampingi orang tua saat melakukan
perawatan ada anaknya
2.1.2 Evaluasi
Evaluasi merupakan observasi respon pasien terhadap intervensi yang
telah diberikan pada anak DH. Evaluasi keperawatan dapat dilihat pada
tabel 2.3 berikut:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Program Pendidikan Ners Spesialis yang ditempuh oleh residen keperawatan anak
merupakan upaya mencapai kompetensi sebagai Ners Spesialis Keperawatan
Anak sehingga memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien anak dan keluarga secara mandiri.
Sebagaimana definisi Ners Spesialis menurut International Council of Nurses
63 Universitas Indonesia
(ICN) bahwa Ners Spesialis merupakan seorang perawat yang memiliki tingkat
pendidikan dan keterampilan yang melebihi perawat generalis dan bertanggung
jawab dalam praktiknya sebagai seorang spesialis dengan keahlian yang lebih
maju di bidang keperawatan (Tim Program Ners Spesialis Keperawatan Anak,
2012; Affara, 2009).
Universitas Indonesia
untuk pengobatan yang dibutuhkan, serta kolaborasi dengan ahli gizi terkait
pemberian nutrisi pasien yang adekuat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini berisi tenang pembahasan penerapan teori keperawatan pada asuhan
keperawatan anak dengan masalah ganguan sistem pernapasan, serta pembahasan
tentang praktek spesialis anak dalam pencapaian target kompetensi.
Riwayat kelahiran pada pasien kelolan rata-rata memiliki berat badan yang
sesuai dengan usia gestasi, 4 pasien kelolan memiliki berat badan lahir
sesuai dengan usia gestasi rata-rata 3000 gram, 1 pasien kelolan memiliki
riwayat kelahiran dengan berat badan randah yaitu 2400 gram. Penelitian
Victoria, et al (1999) menyebutkan berat badan lahir rendah merupakan
faktir risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan. Hal ini disebabkan pada
bayi dengan berat badan lahir rendah meminiki masalah gangguan sistem
imun dan gangguan fungsi paru (Behrman & Kliegman, 2010).
Universitas Indonesia
Aspek pengkajian istirahat dan aktifitas pada kelima pasien kelolaan dikaji
berdasarkan tingkat aktivitas mereka selama menjalani perawatan di ruang
infeksi anak. Lima pasien anak yang dikelola umumnya memiliki tingkat
aktivitas yang minimal. Mereka harus menjalani bedrest akibat kondisi
penyakit yang mereka alami, Perhitungan kebutuhan energi total pada
pasien dengan kondisi sakit dan dengan tingkat aktifitas yang minimal
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada pasien kelolaan kelima (An. DH), tampak tidak tenang, adanya
peningkatan frekuensi pernapasan dan frekuensi denyut jantung,
berkeringat banyak, dan penurunan saturasi oksigen sampai dengan 85%.
Dari hasil pengamatan, pada pasien ditemukan adanya suara penumpukan
sekret pada jalan napas pasien dan ada batuk. Untuk itu perawat dan
dokter memberikan tindakan segera dengan memberikan terapi inhalasi,
penghisapan lendir, melakukan fisioterapi dada dan pemberian posisi
pronasi pada An. DH. setelah tindakan tersebut diberikan, kondisi pasien
perlahan membaik, pasien tidur tenang dalam posisi pronasi, saturasi
oksigen meningkat, frekuensi pernapasan dan frekuensi denyut jantung
secara perlahan kembali normal.
Pengkajian konservasi integritas sosial pada anak sakit dan umur antara 1-
2 tahun, sehingga hubungan sosial belum dapat dinilai. Pengkajian
konservasi integritas sosial ini dapat dilakukan dengan baik jika anak
sudah membaik dan iteraksi yng terus menerus dengan perawat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Simpulan
Pemberian asuhan keperawatan pada lima pasien kelolaan dengan masalah
gangguan sistem pernapasan berdasarkan model Konservasi Myra E. Levine
secara umum dapat diterapkan dengan baik. Tahapan asuhan keperawatan
menurut model konservasi ini diawali dengan tahap pengkajian (assessment),
penentuan masalah yang muncul (trophicognosis), penentuan rencana
tindakan (hypotheses), intervensi (test hypotheses), dan evaluasi.
80 Universitas Indonesia
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Leyanan Kesehatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, perawat
memiliki peran penting sebagai pengelola pasien selama 24 jam.
Melalui pengembangan model konservasi Myra E. Levine yang telah
diterapkan oleh mahasiswa residensi keperawatan anak, dapat menjadi
masukan bagi layanan keperawatan untuk mengelola pasien
berdasarkan pendekatan teori-teori keperawatan yang sama ataupun
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Alligood, M.R., & Tomey, A.M. (2010). Nursing theorists and their work.
(7thEdition). Mosby: Elsevier.
Alligood, M.R., & Tomey, A.M. (2006). Nursing theorists: Utilation and
application. Mosby: Elsevier.
Almirall, J., Bolibar, I., Serra-Prat, M., Roig, J., Hospital, I., Caradell, E. et al.
(2008). New evidence of risk factor community acquired pneumonia: a
population-based study. Eur Respir Journal. 31, 1274-1284.
Bals, R & Hiemstra, P.S. (2002). Innate immunity in the lung: how epithelial cells
fight against respiratory pathogens. Eur Respir J. 23.327-333.
Behrman, R.F., & Kliegman, R.M (2010). Nelson esensi pediatri. Edisi ke-4.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Caesar, J.A., Victoria, G., & Barros, F.C (1999). Impact of breast-feeding on
admission for pneumonia during postneonatal period in Brazil; nested
case-control study. BMJ. 20. 138-1316.
Cardoso, M.R.A., Cousens, S.N., Siqueira, I., Alvess, F.M., Angelo, L.A. (2004).
Crowding: risk faktor protective factor lower respiratory diseads in young
children. BMC Publist Health, 4-19.
Dye, J.A. & Aler, K.B. (2000). Effect of cigarette smoke on epihithelial cells of
the respiratory tract. Thorax. 49, 825-34.
Fizgeralnd, D.A. & Kilham, H.A. (2004). Bronchiolitis: assessment and evidence-
based management, MJA. 180.399-404.
Fogelmark, B., Rylander, R., Sjostrad, M. & Reininghaus, W. (2000). Free lung
cell phagocytosisi and the of cigarette smoke exposure. Exp Lung Res. 1,
131-8.
1 Universitas Indonesia
Goell, K., Ahmad, S., Agarwal, G., Goel, P. & Kumar, V. (2012). A Cross
Sectional Study on Prevalence of Acute Respiratory Infections (ARI) in
Under-Five Children of Meerut District, India. J. Community Med Health
Educ. 2, 9, 2161-0711.
Herry, G., & Heda, M.D, (2005). Bronkhiolitis dalam Pedoman Diagnosis dan
Terapi, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke-3, Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, RS. Dr. Hasan Sadikin
Bandung.
Jeena. P.M. (2008). An approach to the child in respiratory distress. South African
Family Juornal, 50. 32-37.
Jackson, S., Mathew, K.H., Pulanić, D., Falconer, R., Rudan, I., Campbell, H. &
Nair, H. (2013). Risk factors for severe acute respiratory infections in
children–a systematic review and meta-analysis. Croat Med Journal.
2013;54:110-21.
KemenKes., Dirjen P2P dan PL. (2011). Pedoman pengendalian infeksi saluran
pernapsan akut. Jakarta.
2 Universitas Indonesia
Klein, J.O. (2004). Bacerial pneumonia. In. Feignin, R.D., Cherry, J.M.,
Demmler, G.J., Kaplan, S.L., penyunting. Texbook of pediatric infectious
disease. 5th ed. Philadelpia: Sunders.
Lavi, N.G., Fraser, D., Porat, N. & Dagan, R. (2002). Spread of Streptococcus
pneumoniae and antibiotic-resistant S. penumoniae from day car center
attendees ti their younger siblings. Pediatr Infect Dis J. 186. 1608-14.
Mark, L.E. (2007). Acute bronchiolitis and pneumonia in infancy resulting from
the respiratory syncytial virus. In ; Textbook of pediatric infectious
desease, 3nd Philadelphia Saunders company.
Michelow, I.C., Olsen, K., Lazano, J., Rollins, N.K., Duffy, L.B., Ziegler, T. et al.
(2004). Epidemiology and clinical characteristic of community-aquired
pneumonia in hospital children. Pediatrics. 133.701-707.
Mizgerd, J.P. (2008). Acute lower respiratory tract infection. N Eng J Med. 358,
1716-27.
Mefford, L.C. (2004). A Theory health promotion for preterm infants based on
Levine’s cocervation model of nursing. Nurs Sci Q, 17, 260-266.
3 Universitas Indonesia
Parker, M.E. & Smith, M.C. (2010). Nursing theoris and nursing practice. 3rd ed.
Philadelphia.
Pereira, J.C & Escuder, M.M. (1998). The importance of clinical symptoms and
sign in the diagnosis of community-aquired pneumonia. Journal Trop
Pediatrics. 44.18-24.
Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB.(2013). Buku ajar respirologi anak. Edisi
pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI
Rudan, I., Boschi-Pinto, C., Biloglav, G., Mulholland, K & Campbell,. H. (2008).
Epidemiology and etiology of childhood pneumonia. Bulletin of the World
Health Organization, 86: 408–416.
Roth, D.E., Caulfiels, L.E., Ezzati, M. & Black, R.E. (2008). Acute lower
respiratory infections in childhood: opportunities for reducing the global
burden through nutrional intervention. Bulletin of the World Health
Organization. 86. 356-364.
4 Universitas Indonesia
Supriyanto, B. (2006). Infeksi respiratori bawah akut pada anak. Sari Pediatri.
8,2, 100-6.
Sutmoller, F. & Maia, P.R. (1995). Acute respiratory infections in children living
in teo low income communities of Rio de Janeiro. Brazil Men Inst
Oswaldo Cruz. 90. 6.665-674.
Tupasi, T.E., Velmonte, M.A., Elinor, M.G., Sanvictores, G., Abraham, L., Lilian
E. et al (2008). Determinants of morbidity and mortality due to acute
respiratory infections: implications of intervention. The Journal of Infectious
Diseases. 158. 4. 615-623.
Wantania, J.M., Naning, R. & Wahani, A. (2013). Infeksi respiratori. In. Rahajoe,
N.N., Supriyatno, B. & Setyanto, D.B. Buku ajar respirologi anak. 4th ed.
IDAI.
Wilkinson, J.W., & Ahern, N.R. (2012). Buku saku diagnosis keperawatan:
Diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC (Esty
Wahyuningsih, alih bahasa). Jakarta: EGC.
Wong, D. I., Hockenberry, M., Wilson, D., & Schwart. P. (2009). Buku ajar
keperawatan pediatrik (edisi 6). Jakarta: EGC.
Zain, M.S. (2013). Bronkhiolitis. In. Rahajoe, N.N., Supriyatno, B. & Setyanto,
D.B. Buku ajar respirologi anak. 4th ed. IDAI.
Zhang, S. & Petro, T.M. (2001). The effect of nicotine on murine CD 4 T cell
responses. Int J Immunopharmacol. 18, 467-78.
5 Universitas Indonesia