19 37 1 SM PDF
19 37 1 SM PDF
Eliya Isfaatun*)
Abstract
Audit is a systematic process to gather and evaluate evidence objectively
about assertions-assertions about economic actions and events to determine the
level of concordance between the assertion-assertion with predetermined criteria
and submit the results to interested users. In the auditing process requires an
understanding of materiality and risk to facilitate the design of audit programs
and audit procedures.
The concept of materiality relates to how big the misstatements contained in
the assertion can be accepted by the auditor to users of financial reports are not
affected by the magnitude of the misstatement. The concept of audit risk
associated with the risk of failure of auditors in changing opinion on the financial
report actually contains a material misstatement. Determination of the size of
materiality and audit risk will greatly influence the magnitude of the sampling of
evidence to be examined. When determining the value of materiality and audit
risk to be small, the evidence is not sampled as much as when determining the
materiality of small value, big risk.
Keywords: Systematic Process, Auditing Process, Financial Reports and The
Value of Materiality
A. PENDAHULUAN
ISSN-1411 – 3880 66
Hubungan Materialitas dan Risiko Eliya Isfaatun, SE, MMSI
Dengan demikian pemeriksaan tidak dilakukan terhadap 100 % dari bukti yang ada.
Sehingga auditor perlu membuat teknik audit yang dapat melaksanakan pemeriksaan dengan
pemilihan sample yang tepat .
Agar Sampel yang dipilih tepat ( dapat mewakili total populasi bukti ) maka
diperlukan pemahaman struktur pengendalian intern , menetapkan nilai materialitas, dan
menetapkan tingkat risiko audit, sebagai cara untuk menetapkan jumlah bukti yang harus
diambil sebagai sample.
B. LANDASAN TEORI
Defininsi Materialitas
Dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik pada SA Seksi 312 (Risiko Audit
dan Materialitas Audit dalam pelaksanaan Audit) mengharuskan auditor untuk
mempertimbangkan materialitas dalam (1) perencanaan audit, dan (2) Penilaian terhadap
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan sesuai dnegan pinsip akuntansi berterima
umum.
Definisi materialitas :
“ Besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari
keadaan yang melingkupinya, dan dapat mengakibatkan perubahan atau pengaruh terhadap
pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena
adanya penghilangan atau salah saji itu (Mulyadi & Kanaka , 2004, 149)
“ Jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi akuntansi yang dalam
kaitannya dengan kondisi yang bersangkutan, mungkin membuat pertimbangan pengambilan
ISSN-1411 – 3880 67
Hubungan Materialitas dan Risiko Eliya Isfaatun, SE, MMSI
keputusan pihak yang berkepentingan berubah atau terpengaruh oleh salah saji
tersebut.(Amir Abadi Yusuf, 260 )
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa materialitas adalah besarnya tingkat
kesalahan yang dilakukan oleh klien sehingga auditor perlu melakukan perbaikan (jurnal
koreksi) terhadap kesalahan tersebut agar informasi yang dihasilkan tidak berubah.
Untuk itu perlu menetapkan berapa tingkat materialitas yang akan auditor terapkan
dalam pemeriksaan klien sebagai acuan terhadap perlu tidak nya suatu kesalahan klien
dikoreksi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materialitas yaitu :
Sebagai ilustrasi penulis sertakan Laporan keuangan yang akan diaudit pada table 1 dan 2 :
Tabel 1.
PT. AIKO
NERACA
ISSN-1411 – 3880 68
Hubungan Materialitas dan Risiko Eliya Isfaatun, SE, MMSI
31 Desember 2010
Aktiva Pasiva
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
Kas 8.200.000 Utang Dagang 47.200.000
Piutang Dagang (Neto) 198.600.000 Wesel bayar 41.800.000
Piutang Lain-lain 9.400.000 Gaji terutang 13.400.000
Persediaan 298.600.000 Pajak penghasilan pegawai 1.200.000
Beban Uang Muka 4.200.000 Bunga dan deviden 20.400.000
Taksiran pajak penghasilan 7.800.000
Total Aktiva Lancar 510.000.000 Tot. Kewajiban Lancar 131.800.000
Tabel 2
PT. AIKO
LAPORAN LABA – RUGI DAN LABA DITAHAN
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2010
Penjualan 11.443.200.000
Retur dan Pot.harga 12.400.000
Beban administrasi
Gaji eksekutif dan kantor 55.200.000
ISSN-1411 – 3880 69
Hubungan Materialitas dan Risiko Eliya Isfaatun, SE, MMSI
57.000.000
Pajak penghasilan 17.400.000
159.800.000
Dividen (19.000.000)
Dengan melihat Laporan diatas sebagai ilustrasi maka penetapan materialitas awal adalah
sebagai berikut :
ISSN-1411 – 3880 70
Hubungan Materialitas dan Risiko Eliya Isfaatun, SE, MMSI
Minimum Maksimum
% Rp % Rp
Laba sebelum pajak 5 3.800.000 10 7.400.000
Aktiva lancar 5 25.600.000 10 51.000.000
Total aktiva 5 18.400.000 10 36.800.000
Utang lancar 5 8.800.000 10 17.600.000
Dengan asumsi bahwa auditor menganggap pedoman umum diatas adalah memadai,
langkah pertama adalah mengevaluasi adanya faktor-faktor kualitatif yang mempengaruhi
materialitas secara signifikan. Kalau tidak, auditor harus menetapkan bahwa jika kombinasi
salah saji dalam laba sebelum pajak kurang dari Rp. 3.800.000,- , maka Laporan keuangan
tersebut dapat dianggap telah disajikan secara wajar. Dan jika gabungan salah saji tersebut
melebihi Rp. 7.400.000, maka Laporan keuangan dipertimbangkan sebagai tidak disajikan
secara wajar. Dan apabila salah saji berada diantara Rp. 3.800.000 dan Rp. 7.400.000, maka
perlu penelaahan lebih lanjut.
Pendekatan pengalokasian yang dilakukan adalah mengkombinasikan perkiraan-
perkiraan tertentu dan mendapatkan alokasi dari materialitas total sebesar Rp. 74.000.000,-
(10 % dari laba operasi). Pendekatan yang dilakukan menggunakan pertimbangan
professional untuk dua subyek : salah-saji yang dapat ditoleransi untuk semua perkiraan tidak
boleh melebihi 60 % dari pertimbangan awal ( 60% dari Rp. 74.000.000 adalah Rp
148.000.000,- ) dan jumlah dari keseluruhan salah sajiyang dapat ditoleransi tidak boleh
melebihi dua kali jumlah pertimbangan awal ( 2 X Rp. 74.000.000 adalah Rp 148.000.000,-).
Pertimbangan pertama dimaksudkan untuk menghindarkan auditor dari mengalokasikan
seluruh materialitas ke dalam satu perkiraan. Ada dua penyebab diperbolehkannya jumlah
salah saji yang dapat ditoleransi melebihi materialitas keseluruhan.
Pertama , sangat kecil kemungkinan seluruh perkiraan akan salah saji sejumlah seluruh salah
saji yang dapat ditoleransi.
Kedua, ada kemungkinan bahwa sebagian perkiraan terjadi lebih saji dan lainnya kurang saji,
yang mengakibatkan efek nettonya menjadi lebih kecil dari nilai materialitas total.
Dalam contoh table 4 auditor memutuskan untuk tidak mengalokasikan salah saji
yang ditoleransi pada wesel bayar , meskipun dari segi jumlah hampir menyamai persediaan.
Apabila auditor mengalokasikan Rp. 22.000.000,- bagi masing-masing perkiraan, jumlah
bahan Bukti yang harus dikumpulkan untuk persediaan akan semakin besar , sementara
konfirmasi bagi saldo wesel bayar tetap diperlukan. Maka lebih efisien jika auditor seluruh
nilai Rp. 44.000.000,- pada akun persediaan. Dilain pihak auditor mengalokasikan masing-
masing Rp. 10.000.000 untuk aktiva lancar, utang gaji dan utang pajak, dimana jumlah ini
termasuk besar jika dibandingkan saldo perkiraannya. Hal ini karena perkiraan-perkiraan
tersebut dapat diverifikasi dalam jumlah Rp. 10.000.000 dengan menggunakan prosedur
analitis, kalau salah saji yang dapat ditoleransi ditetapkan lebih rendah, maka prosedur audit
yang lebih mahal harus diterapkan, misalnya dokumentasi atau konfirmasi.
ISSN-1411 – 3880 71
Hubungan Materialitas dan Risiko Eliya Isfaatun, SE, MMSI
berdasarkan pada pengujian audit yang sebenarnya. Misalnya dalam audit atas persediaan
ditemukan kekeliruan salah saji sebesar Rp. 7.000.000 dari sample sebesar Rp. 100.000.000
dan populasinya adalah Rp. 900.000.000.
Jumlah kekeliruan
Estimasi kekeliruan = _______________ X Nilai populasi
Jumlah sampel
Rp 7.000.000
= ______________ X Rp. 900.000.000
Rp. 100.000.000
= Rp. 63.000.000,-
ISSN-1411 – 3880 72
Hubungan Materialitas dan Risiko Eliya Isfaatun, SE, MMSI
Risiko Audit
Risiko adalah : suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit. Dan
auditor menyadari bahwa ada ketidakpastian mengenai kompetensi bahan Bukti, efektifitas
struktur pengendalian intern klien, dan ketidakpastian apakah Laporan keuangan memang
telah disajikan secara wajar setelah audit selesai.
Oleh karena itu auditor harus mempertimbangkan risiko dan materialitas baik dalam
merencanakan audit dan merancang prosedur audit, dan mengevaluasi apakah Laporan
keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Auditor juga harus merencanakan auditnya sedemikian rupa, sehingga risiko audit
dapat dibatasi pada tingkat yang rendah, yang menurut pertimbangan profesionalnya,
memadai untuk menyatakan pendapat terhadap Laporan keuangan. Risiko audit dapat
ditentukan dalam ukuran kuantitatif atau kualitatif.
ISSN-1411 – 3880 73
Hubungan Materialitas dan Risiko Eliya Isfaatun, SE, MMSI
yang material, jika salah saji keseluruhan dalam laba bersih sebelum pajak tidak lebih
besar dari Rp. 4.000.000.”
ISSN-1411 – 3880 74
Hubungan Materialitas dan Risiko Eliya Isfaatun, SE, MMSI
Maka : Risiko deteksi 28 % dapat digunakan untuk mumutuskan jumlah Bukti yang
dikumpulkan oleh auditor dalam audit persediaan.
Namun pada kenyataannya perhitungan ini jarang digunakan oleh auditor, karena auditor
lebih menyukai pertimbangan dengan menggunakan kualitatif.
Bukti Audit
Bukti audit adalah dokumen-dokumen , catatan-catatan , informasi , perhitungan,
yang akan dikumpulkan oleh auditor dari Pemeriksaan yang dilakukan yang berasal dari
pihak klien, pihak luar klien maupun hasil analisa auditor.
Contoh Bukti audit adalah seperti hasil penilaian pengendalian intern (hasil kuisioner,
wawancara, pengamatan), Bukti fisik, Bukti dokumenter, catatan akuntansi, perhitungan,
Bukti lisan, perbandingan rasio, Bukti dari spesialis.
Yang mendasari perlunya dikumpulkan Bukti oleh auditor adalah seperti terdapat
dalam Standar Auditing (dalam buku Standar Profesional Publik) yang berbunyi :
“ Bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, Tanya jawab,
dan konfirmasi sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat atas Laporan keuangan
yang diperiksa”.
Permasalahannya adalah Bukti audit dalam perusahaan tentunya berjumlah tidak
sedikit untuk hitungan Laporan keuangan dalam satu periode. Sehingga dibutuhkan teknik
tertentu agar pengumpulan Bukti dapat dilakukan dengan pengambilan sample yang akan
mewakili Pemeriksaan auditor. Dan tentunya dalam pengumpulan Bukti harus
memperhatikan beberapa kriteria agar Bukti dapat digunakan. Criteria tersebut diantaranya
Bukti harus relevan, kompeten (independensi penyedia Bukti, efektifitas struktur
pengendalian intern, pengendalllian yang diperoleh sendiri oleh auditor, Kualifikasi orang
yang menyediakan Bukti, tingkat obyektifitas), kecukupan , ketepatan waktu. Sedangkan
ISSN-1411 – 3880 75
Hubungan Materialitas dan Risiko Eliya Isfaatun, SE, MMSI
banyak tidak nya Bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor sangat ditentukan oleh factor-
faktor yang lainnya seperti : hasil pengendalian intern, materialitas, dan risiko.
Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko ke risiko dan risiko ke bahan Bukti.
• Tingkat ketergantungan
pemakai ekstern Risiko audit
• Kemungkinan akan adanya yg dapat
kesulitan keuangan diterima
Dalam gambar diatas terdapat hubungan lurus antara komponen risiko dengan risiko
penemuan yang direncanakan ataupun dengan pengumpulan bahan Bukti yang direncanakan.
Peningkatan risiko audit yang dapat diterima akan meningkatkan risiko penemuan yang
direncanakan (D), dan penurunan dalam bahan bukti yang direncanakan (I)
ISSN-1411 – 3880 76
Hubungan Materialitas dan Risiko Eliya Isfaatun, SE, MMSI
Dalam table :
• Pada situasi 1, auditor menerima risiko audit yang tinggi untuk suatu perkiraan atau
tujuan. Auditor telah menetapkan bahwa tingkat risiko adanya kekeliruan dalam Laporan
keuangan adalah rendah, dan pengenalian intern cukup efektif. Dengan demikian risiko
penemuan yang tingi dapat diterapkan. Hasilnya diperlukan tingkat bahan Bukti yang
rendah.
• Pada situasi 3 , apabila risiko bawaan dan risiko pengendalian tinggi, sedang auditor
menginginkan risiko audit yang rendah, diperlukan sejumlah besar bahan Bukti.
D. KESIMPULAN
Pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan umum, auditor akan memberikan Laporan
audit dalam bentuk opini/pernyataan pendapat. Atas dasar standar auditing bahwa
Pemeriksaan umum mencakup pada nilai yang material yang harus diperhatikan oleh auditor.
Sehingga berdasarkan pertimbangan biaya-manfaat, auditor tidak mungkin melakukan
Pemeriksaan semua transaksi yang tercermin dalam Laporan keuangan. Oleh karena itu
auditor harus menggunakan konsep materialitas dan konsep risiko audit dalam menyatakan
pendapat atas Laporan keuangan auditan. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa
besar salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh auditor agar pemakai Laporan
keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut. Konsep risiko audit berkaitan
dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas Laporan keuangan
sebenarnya berisi salah saji material.
Penetapan besar kecilnya materialitas dan risiko audit akan sangat mempengaruhi
terhadap besarnya pengambilan sample atas Bukti yang akan diperiksa. Apabila penetapan
nilai materialitas besar , dan risiko audit kecil maka Bukti yang akan dijadikan sample tidak
sebanyak apabila penetapan nilai materialitas kecil, risiko besar.
ISSN-1411 – 3880 77
Hubungan Materialitas dan Risiko Eliya Isfaatun, SE, MMSI
E. DAFTAR PUSTAKA
Amir Abadi Yusuf, Auditing, 2003, Penerbit Salemba Empat ,Jakarta.
Alvin A Arens, Randal J, Elder, Marks S. Beasley, Auditing dan Pelayanan Verifikasi :
Pendekatan Terpadu, 2003 Alih bahasa oleh Team DeJakarta , edisi kesembilan
Jakarta.
Artur W. Holmes, David C Burns, Auditing, 1990, Penerbit Erlangga, Jakarta.
IAI, Standar Profesioanal Akuntan Publik, 2007, Penerbit STIE YKPN
Mulyadi , kanaka puradiredja, Auditing, edisi 5 , 2004 , Penerbit Salemba Empat , Jakarta.
Soekrisno Agoes, Auditing, 2004, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
ISSN-1411 – 3880 78