Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

1. PARTISIPASI
a) Pengertian partisipasi

Pemakaian kata “partisipasi” diambil dai bahasa inggris yakni“participation”, yang berarti
mengikut sertakan pihak lain. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan amat
penting karena masyarakat akan terlibat, turut berpartisipasi apabila telah mencoba, dan jika
berhasil menerima hal-hal yang baru yang dikomunikasikan kepada mereka dan kemudian
melaksanakan pesan-pesan yang terkandung di dalam komunikasi itu, keterlibatan itu lebih
mendalam jika dilakukan atas inisiatif sendiri.Pembangunan nasional sebagai proses peningkatan
kemampuan manusia untuk menentukan masa depannya, mengandung arti bahwa masyarakat
perlu dilibatkan dalam proses tersebut. Ini berarti bahwa masyarakat perlu berperan serta
berpartisipasi dalam proses pembangunan itu sendiri.

Partisipasi sesungguhnya merupakan sikap keterbukaan terhadap persepsi dan prasana


pihak lain, juga merupakan suatu perhatian mendalam mengenai perubahan yang akan dihasilkan
oleh suatu kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan masyarakat. partisipasi juga merupakan
kesadaran mengenai kontribusi yang diberikan oleh pihak lain untuk suatu kegiatan.Partisipasi
juga merupakan masukan dalam proses pembangunan dan sekaligus menjadi keluaran atau
sasaran dari pelaksanaan pembangunan. Partisipasi dalam konteks pembangunan desa mencakup
keikutsertaan atau keterlibatan warga dalam proses pengambilan keputusan, dan dalam
penerapan program yaitu adanya pembagian keuntungan atau manfaat dari hasil pelaksanaan
kegiatan seta keterlibatan warga dalam mengevaluasi kegiatan tersebut.

Konsep partisipasi dimaksud menggambarkan tahapan partisipasi dalam proses


pembangunan, yang mencakup :

1. partisipasi pada tahap perencanaan,


2. partisipasi pada tahap pelaksanaan,
3. partisipasi pada tahap pemanfaatan dan
4. partisipasi pada tahap penilaian hasil pembangunan.
1
Menurut Ndraha (1990), partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan dapat dipilah
sebagai berikut:

1. partisipasi dalam/melalui kontak dengan pihak lain sebagai awal perubahan sosial.
2. partisipasi dalam memperhatikan/menyerap dan member tanggapan terhadap informasi,
baik dalam arti menerima, menerima dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya.
3. partisipasi dalam perencanaan termasuk pengambilan keputusan.
4. partisipasi dalam pelaksanaan operasional.
5. partisipasi dalam menerima, memelihara, dan mengembangkan hasil pembangunan, yaitu
keterlibatan masyarakat dalam menilai tingkat pelaksanaan pembangunan sesuai dengan
rencana dan tingkatan hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan, tidak
terlepas dari hubungan dengan pihak lain dan penguasaan informasi, sehingga penting
artinya proses sosialisasi dalam program yang berasal dari luar masyarakat.

Melalui pendekatan partisipatif mengasumsikan bahwa partisipasi masyarakat merupakan


kunci berhasilnya pembangunan. Moeljarto (1987) mengemukakan beberapa alasan pembenaran
bagi partisipasi masyarakat dalam pembangunan:

1. Rakyat adalah fokus sentral dan tujuan terakhir pembangunan, partisipasi merupakan
akibat logis dari dalil tersebut.
2. Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan kemampuan pribadi untuk dapat turut serta
dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat.
3. Partisipasi menciptakan suatu lingkaran umpan balik arus informasi tentang sikap,
aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa keberadaannya akan tidak terungkap.
Arus informasi ini tidak dapat dihindari untuk berhasilnya pembangunan.
4. Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimulai dari mana rakyat berada dan dari
apa yang mereka miliki.
5. Partisipasi memperluas zone (kawasan) penerimaan proyek pembangunan;
6. Ia akan memperluas jangkauan pelayanan pemerintahan kepada seluruh masyarakat.
7. Partisipasi menopang pembangunan.

2
8. Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif bagi baik aktualisasi potensi manusia
maupun pertumbuhan manusia.
9. Partisipasi merupakan cara yang efektif membangun kemampuan masyarakat untuk
pengelolaan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan khas daerah.
10. Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak demokratis individu untuk dilibatkan
dalam pembangunan mereka sendiri.

Akan merupakan kebalikan jika dalam suatu pembangunan tidak melibatkan partisipasi
masyarakat, maka dapat muncul beberapa kemungkinan yang terjadi sebagai berikut (Hetifah,
2003) :

1. Pemerintah kekurangan petunjuk mengenai kebutuhan dan keinginan warganya.


2. Investasi yang ditanamkan, tidak mengungkapkan prioritas kebutuhan masyarakat
setempat.
3. Sumber-sumber daya publik yang langka tidak digunakan secara optimal;
4. Sumber-sumber daya masyarakat yang potensial untuk memperbaiki kualitas hidup
masyarakat, tidak tertangkap.
5. Standar-standar dalam merancang pelayanan dan prasarana, tidak tepat.
6. Fasilitas-fasilitas yang ada digunakan di bawah kemampuan dan ditempatkan pada
tempat-tempat yang salah.

b) Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan akan terwujud sebagai suatu kegiatan
nyata apabila terpenuhi adanya tiga faktor utama yang mendukungnya, yaitu:

a) kemauan,
b) kemampuan, dan
c) kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi (Slamet, 1992 dalam Sumardjo dan
Saharudin, 2003).

Ketiga faktor tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor di seputar kehidupan
manusia yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, seperti psikologis individu (needs,

3
harapan, motif, reward), pendidikan, adanya informasi, keterampilan, teknologi, kelembagaan
yang mendukung, structural dan stratifikasi sosial, budaya lokal serta peraturan dan pelayanan
pemerintah. Menurut Oppenheim (1973) dalam Sumardjo dan Saharudin (2003) ada unsur yang
mendukung untuk berperilaku tertentu pada diri seseorang (Person inner determinants) dan
terdapat iklan atau lingkungan (Environmental factors) yang memungkinkan terjadinya perilaku
tersebut.

Menurut Sahidu (1998) bahwa faktor-faktor yang mampengaruhi tingkat kemauan


masyarakat untuk berpartisipasi adalah motif, harapan, needs, rewards dan penguasaan
informasi. Faktor yang memberikan kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi adalah
pengaturan dan pelayanan, kelembagaan, struktur dan stratifikasi sosial, budaya lokal,
kepemimpinan, sarana dan prasarana. Sedangkan faktor yang mendorong adalah pendidikan,
modal dan pengalaman yang dimiliki.

Tiga prinsip dasar dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat desa agar ikut serta dalam
pembangunan dapat dilakukan dengan cara:
1. Learning process (learning by doing); Proses kegiatan dengan melakukan aktivitas
proyek dan sekaligus mengamati, menganalisa kebutuhan dan keinginan masyarakat.
2. Institusional development; Melakukan kegiatan melalui pengembangan pranata sosial
yang sudah ada dalam masyarakat. Karena institusi atau pranata sosial masyarakat
merupakan daya tamping dan daya dukung sosial.
3. Participatory; Cara ini merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan untuk dapat
menggali need yang ada dalam masyarakat (Marzali, 2003 dalam Sahidu, 1998).

Selain itu ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi partisipasi masyarakat dalam
suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program namun
ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia,
terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Angell (dalam Ross, 1967: 130)
mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:

4
1. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-
kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan
keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih
banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

2. Jenis kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada
dasarnya tempatperempuan[ adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak
masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi
semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan
emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

3. Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap
dapat memengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang
diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

4. Pekerjaan dan penghasilan


Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan
berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan
mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu
kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

5. Lamanya tinggal
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi
dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia
tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung
lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

2. Pembangunan

Menurut Bintoro Tjokromidjojo, dkk. Teori strategi Pembangunan Nasional (1983:1),


mengungkapkan bahwa proses pembangunan sebenarnya adalah :

5
“Merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan supaya menjadi suatu proses
yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri (self sustraining proses) tergantung kepada
manusia dan struktur sosialnya”.

Apabila konsep pembangunan desa diarahkan untuk upaya pengembangan masyarakat,


maka setidaknya terdapat beberapa prinsip pokok pengembangan masyarakat yang perlu
diperhatikan. Menurut Dharmawan (2002) prinsip pokok pengembangan masyarakat dimaksud
meliputi:

1. Amelioration, adalah semangat untuk memperbaiki keadaan komunitas sehingga hari


esok lebih baik dari pada hari ini dan kemarin.
2. Voluntarism, adalah prinsip kesukarelaan dan keswadayaan, artinya inisiatif-inisiatif
pengembangan komunitas harus menghargai motivasi dari bawah. Mengabaikan prinsip
ini maka perencana pembangunan akan terjebak kembali pada prinsip pemaksaan.
3. Working with, prinsip ini menghargai anggota komunitas lokal sebagai pihak yang
memiliki status sejajar dengan pihak siapapun juga.
4. Translation of commitment to community in the form of community service. Pihak luar
menempatkan diri sebagai pelayan dengan semangat pengorbanan demi kemajuan
komunitas lokal.
5. Sustainability, prinsip ini diturunkan dari ideologi sustainabilitas dalam pembangunan
berkelanjutan.

c) Perencanaan Partisipasi

Perencanaan dengan pendekatan partisipasitif merupakan sebagai strategi pembangunan


dan proses penentuan keputusan publik, hal ini sangat bergantung pada kesadaran masyarakat
untuk mau melibatkan diri dalam proses pembangunan. Alexander Abe (2005: 71) suatu
perencanaan yang berbasis prakarsa masyarakat dimana perencanaan yang sepenuhnya
mencerminkan kebutuhan kongkrit masyarakat dan dalam proses penyusunannya benar-benar
melibatkan aspirasi masyarakat setempat dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat dan
mencapai kehidupan baru yang lebih baik dan bermakna melalui langkah-langkah pembangunan.

6
Untuk menampung keinginan masyarakat dalam pembangunan ditempuh dengan sistem
perencanaan dari bawah ke atas (bottom up). Inilah yang sebenarnya merupakan perencanaan
partisipatif.Tahap-tahap yang paling bawah dalam rapat koordinasi pembangunan daerah yang
akan diusulkan pada tingkat yang lebih tinggi dan seterusnya, lebih jelasnya dalam uraian
berikut ini:

1. Musyawarah Pembangunan (musbang ) Tingkat Desa/Kelurahan


Musbang desa dipimpin oleh Kepala Desa atau Lurah yang dibimbing oleh Camat dan dibantu
oleh Kepala urusan Pembangunan Desa. Musyawarah desa ini menginventarisasi potensi desa,
permasalahan-permasalahan desa serta menyusun usulan program dan proyek yang dibiayai
dari swadaya desa, bantuan pembangunan desa, APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN.

2. Temu Karya Pembangunan Tingkat Kecamatan


Temu karya dipimpin oleh Camat dan dibimbing oleh Bappeda Kabupaten/Kota dan dibantu
oleh Kepala Kantor Pembangunan Desa Kabupaten/Kota yang bersangkutan.Tujuannya
membahas kembali rencana program yang telah dihasilkan Musbang Desa.

3. Rapat Koordinasi Pembangunan (Rekorbang) Kabupaten


Rapat ini membahas hasil Temu Karya Pembangunan Tingkat kecamatan yang dipimpin oleh
Ketua Bappeda Kabupaten. Dalam rapat ini usulan-usulan program dan proyek dilengkapi
dengan sumber-sumber dana yang berasal dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, Program
Bantuan Pembangunan, maupun Bantuan Luar Negeri dan sumber dana dari Perbankan.
Usulan dari Bappeda Kabupaten kota disampaikan kepda Gubernur, Ketua Bappenas dan
Mendagri .

4. Rapat Koordinasi Pembangunan (Rekorbang) Provinsi


Hasil rumusan dari Rakorbang Kabupaten/Kota dan usulan-usulan proyek-proyek
pembangunan dibahas bersama-sama dengan Biro Pembangunan dan Biro Dana Keuangan,
Sekretaris Wilayah dan Provinsi serta Direktorat pembangunan Desa Provinsi. Ketua Bappeda
Provinsi mengkoordinasikan usulan rencana program dan proyek untuk dibahas dalam
Rekorbang Provinsi yang dihadiri oleh lembaga vertikal dan Bappeda Kabupaten/Kota.

7
5. Konsultasi Nasional Pembangunan
Hasil Rekorbang Provinsi diusulkan ke pemerintah pusat melalui Forum Konsultasi Nasional.
Forum ini dipimpin oleh Bappenas dan dihadiri oleh wakil Provinsi serta Wakil Depdagri dan
depertemen teknis tertentu. Hasil dari forum ini dibahasBappenas sebagai masukan untuk
menyusun proyek-proyek yang dibiayai oleh APBN. Daftar proyek yang telah dipadukan
antara kebijakan sektoral dan keinginan daerah disusun dalam buku Satuan Tiga untuk
disampaikan kepada DPR sebagai lampiran nota keuangan.

2. ANALISIS SOSIAL
a) pengertian
Analisa Sosial adalah suatu usaha untuk mempelajari struktur sosial yang ada,
mendalamiinstitusi ekonomi, politik, agama, budaya, dan keluarga, sehingga kita tahu sejauh
mana dan bagaimana institusi – institusi itu menyebabkan ketidakadilan sosial.
Jadi analisa sosial adalah satu usaha nyata yang merupakan bagian penting menegakkan
keadilan sosial.

b) Tujuan Analisa Sosial


a) Dengan mempelajari institusi – institusi itu, kita akan mampu melihat masalah sosial
yang ada dalam konteksnya yang lebih luas.
b) Dan kalau kita berhasil melihat suatu masalah sosial yang hendak kita pecahkan dalam
konteksnya yang lebih luas, maka kita pun dapat menentukan aksi yang lebih tepat
yangdiharapkan dapat menyembuhkan sebab terdalam dari masalah tersebut.

c) Ruang Lingkup Analisa Sosial

Ruang lingkup analisa sosial meliputi:


 Birokrasi
Birokrasi yang secara etimologis berarti 'kekuasaan di belakang meja' atau meminjam
definisi Lance Castle adalah "orang-orang digaji yang berfungsi dalam pemerintahan".
Dalam kacamata awam birokrasi adalah aparat pemerintah (pegawai negeri), yang dalam

8
jargon Korpri sebagai abdi negara (yang melayani negara) bukan sebagai abdi rakyat
(civil servant) yang melayani masyarakat.

Dalam melakukan analisa sosial, birokrasi menjadi ruang dimana kebijakan – kebijakan
yang diputuskan harus di control. Karena birokrasi memiliki hubungan dengan kepentingan
orang banyak (masyarakat) sehingga perlu adanya sebuah pengawasan agar ttidak terjadi
penyalagunaan kebijakan
 Institusi
Institusi adalah suatu alat yang digunakan manusia sebagai batasan dalam berinteraksi
antar sesama manusia. Batasan ini bisa berupa aturan formal (sistem kontrak, undang
undang, hukum, regulasi) dan aturan informal (konvensi, kepercayaan dan norma sosial
dan budaya) beserta aturan penegakan (enforcement) yang memfasilitasi atau membentuk
perilaku (behaviour) individu atau organisasi di masyarakat
 Sistem
 Publik

d) pendekatan dalam analisa social

1. pendekatan Akademis yaitu mempelajari atau mengkaji situasi sosial khusus dengan cara-cara
yang benar-benar abstrak dan objektif dan memerinci semua elemennya agar dapat
dimengerti dengan jelas
2. Pendekatan Pastoral memandang realitas dalam keterlibatan historis, mempertimbangkan
situasi untuk bertindak

e) Prinsip Analisa Sosial

Dalam melakukan analisa sosial, maka harus memperhatikan prinsip-prinsip seperti


dibawah ini. Ada 5 prinsip yang pokok tapi tidak ada yang terpokok sehingga bisa dibolak-balik.

9
a) Meskipun sebagai alat, ia tidak bebas nilai tapi harus memiliki keberpihakan. Analisa sosial
selalu berpihak kepada “korban” atau yang tertindas, terutama perempuan dan anak.
b) Bagaimana ketika analisa sosial dilakukan bisa mendorong kebersamaan diantara para
korban untuk bangkit dan melawan, terutama bagi perempuan dan anak.
c) Analisa sosial yang dilakukan harus mampu mendorong kesadaran kritis korban akan
masalah dan struktur sosial yang berhubungan dan mau melakukan perubahan, terutama
perempuan dan anak.
d) Kesadaran bahwa terjadi relasi sosial yang tidak adil sehingga berdampak pada korban,
seharusnya analisa sosial juga membongkar relasi sosial yang tidak adil dan dialami,
terutama perempuan dan anak.
e) Analisa sosial, sebagai prinsip terakhir, bagaimana bisa mendorong atau menciptakan
keterlibatan korban dalam menyelesaikan malasalh yang dihadapi, terutama perempuan dan
anak.

3. ANALISIS SITUASI

Analisis situasi adalah tahap pengumpulan yg ditempuh sebelum merancang dan


merencanakan program.bertujuan untuk mengumpulkan informasi mencakup jenis dan bentuk
kegiatan ,pihak tau public yg terlibat ,tindakan dan strategi yg diambil ,taktik,serta anggaran biaya
yang di perlukan dalam melaksanakan program.

tujuan analisis situasi adalah:

 Mendeskripsikan kebijakan potensial yang sedang terjadi dan standar program untuk
mendorong kualitas pelayanan kepada klien.
 Mendeskripsikan dan membandingkan kesiapan staf pelayanan jasa dan
 fasilitas untuk memenuhi jumlah dan fasilitas untuk menyediakan kualitas
 pelayanan kepada klien dengan kebijakan saat ini dan standar program
 Mendeskripsikan kualitas perhatian yang diterima klien sesungguhnya
 Mengevaluasi dampak kualitas pelayanan yang diterima klien Analisis situasi juga dapat
digunakan dalam bidang kesehatan.

10
Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang kondisi
kesehatan yang akan berguna untuk menentukan permasalahan dari daerah atau kelompok
tersebut, sehungga dapat digunakan untuk merencanakan sebuah program. Dapat dijelaskan
bahwa tujuan dari analisis situasi adalah:
 Memahami masalah kesehatan secara jelas dan spesifik
 Mempermudah penentuan prioritas Analisis situasi memiliki manfaat yang dapat
mempermudah sebuah perencanaan yang akan dibuat antara lain , dapat memberikan
sebuah cara untuk membantu manajemen sebuah program untuk memilih sebuah posisi
atau sebuah keputusan didalam lingkungannya berdasarkan fakta yang telah
diketahui.Dapat juga membantu proses perencanaan kesehatan dalam memecahkan suatu
masalah dan aspek-aspek apa saja yang termasuk dalam proses analisis situasi.Jadi
secara keseluruhan bisa dikatakan analisis situasi ini dapat mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan sendiri karena terkait peluang dan ancaman eksternal.

Aspek Analisis Situasi

Menurut HL. Blum terdapat lima aspek penting dalam analisis situasi, yaitu:

1) Analisis Derajat (Masalah Kesehatan)


Analisa derajat kesehatan akan menjelaskan masalah kesehatan apa yang dihadapi .
Analisis ini akan menghasilkan ukuran-ukuran derajat kesehatan secara kuantitatif,
penyebaran masalah menurut kelompok umur penduduk, menurut tempat dan waktu .
Untuk menilai suatu kondisi kesehatan digunakan indikator-indikator yang merupakan
kesepakatan mengenai kuantifikasi fenomena kesehatan yang terjadi di masyarakat.
Indikator keadaan kesehatan dapat dibandingkan dengan standar pelayanan kesehatan,
cakupan, target program kesehatan di daerahnya (puskesmas, kabupaten, propinsi,
nasional) atau dibandingkan dengan daerah lain serta dapat dianalisa kejadian dari waktu
ke waktu (trend / kecenderungan). Dalam menganalisis masalah kesehatan diperlukan
kemampuan untuk mengaplikasikan metode dan konsep epidemiologi, sebab pada
dasarnya ukuran-ukuran yang digunakan dalam menggambarkan masalah atau derajat
kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti morbiditas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian).
11
2) Analisis Perilaku Kesehatan
Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan paradigma sehat.
Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah sakit adalah
tempatnya orang sakit. Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke rumah sakit. Ini
adalah paradigma yang salah yang menitikberatkan kepada aspek kuratif dan rehabilitatif.
Sedangkan paradigma sehat menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif,
berpandangan bahwa tindakan pencegahan itu lebih baik dan lebih murah dibandingkan
pengobatan. Sumber data dan informasi tentang analisis perilaku kesehatan ini ada yang
dapat dicari dai susenas, SKRT, dan lain-lain. Dab ada pula yang dapat dicari secara
kualitatif dari sumber data yang lansung dimsyarakat seperti tokoh masyarakat, bidan,
dukun dan lain-lain. Secara teknis tidak semua indikator perilaku kesehatan in dapat
didapat. Analisis ini memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat sehubungan dengan kesehatan maupun upaya kesehatan Dapat menggunakan
teori pengetahuan, sikap praktek, atau health belief model atau teori lainnya

3) Analisis Lingkungan Kesehatan


Aspek lingkungan adalah faktor yang memiliki pengaruh yang paling besar terhadap
derajat kesehatan. Secara spesifik aspek lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan
dapat digolongkan menjadi 3 yaitu aspek lingkungan fisik, biologis, dan lingkungan
sosial.
 Lingkungan fisik Kinerja manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah
satunya adalah faktor lingkungan fisik. Lingkungan fisik bisa berupa suhu, cuaca,
manusia lain, pemandangan, suara, bau, dan lain-lain. Yang semua aspek tersebut
besar kecilnya dapat mempengaruhi terjadinya penyakit dan tingkat kesehatan
masyarakat. Analisis lingkungan fisik ini dapat dilakukan dengan
mempergunakan data yang diperoleh dari sumber-sumber data yang ada seperti
Badan Meteorologi dan Geofisika, BPS, dan lain-lain
 Lingkungan biologis Komponen yang termasuk dalam lingkungan biologis adalah
sanitasi, kuman penyakit, vektor, binatang tenak, dan lain-lain. Ada berbagai
jenis indikator dalam menganalisis lingkungan bilogis seperti akses terhadap air

12
bersih, jumlah jamban dan pembuangan sampah, keberadaan vektor penyakit.
Tergantung dari jenis datanya.
 Lingkungan sosial-ekonomi Informasi mengenai keadaan sosial ekonomi
masyarakat juga sangat bermanfaat dalam menganalisis faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap derajat kesehatan.Tingkat ekonomi masyarakat juga juga
dapat menjadi indikator dari kemampuan masyarakat untuk ikut menikmati
pelayanan kesehatan. Adanya akses ke pelayanan kesehatan saja belum dapat
dijadikan jaminan bahwa mereka akan dapat pelayanan kesehatan secara
optimal.Data yang diperlukan untuk menganalisis lingkungan kesehatan
diantaranya adalah indikator ekonomi daerah seperti produk domestik bruto per
kapita, perkembangan pendapatan asli daerah, dan lain-lain. Sedangkan untuk
data lingkungan sosial diperoleh dari lembaga-lembaga yang ada dalam
masyarakat seperti organisasi sosial kemasyarakatan.

4) Analisis Faktor Hereditas dan Kependudukan
Derajat kesehatan tidak ditentukan oleh hanya satu faktor juga, sehingga dalam
menganalisis suatu masalah kesehatan sebagai proses dalam analisis situasi perlu
dilakukan analisis masalah kesehatan muktifaktoran. Analisis hereditas Digunakan data
ukuran demografis untuk menganalisis faktor kependudukan. Manfaat analisis dari data
demografis tersebut adalah:
 Dapat digunakan sebagai denominator masalah kesehatan
 Sebagai prediksi beban upaya atau program kesehatan
 Sebagai prediksi masalah kesehatan yang akan dihadapi

5) Analisis Program dan Pelayanan Kesehatan


Pelayanan atau upaya kesehatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif . Analisis ini menghasilkan data tau informasi tentang input , proses, out put
dan dampak dari pelayanan kesehatan. Sumber-sumber data yang ada untuk analisis ini
adalah sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP), sistem pencatatan
dan pelaporan rumah sakit (SP2RS), survey sosial ekonomi nasional (SUSENAS), survey
kesehatan rumah tangga (SKRT) dan lain-lain. Analisis program dan pelayanan

13
kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem, yaitu dengan
memperhatikan komponen input -proses-output .
Namun karenaaspek proses dalam program dan pelayanan kesehatan sangat banyak dan
berbeda-beda antar program maka analisis lebih ditekankan pada komponen input dan
output

14
BAB III
PENUTUP
a.Kesimpulan
a) Partisipasi sesungguhnya merupakan sikap keterbukaan terhadap persepsi dan prasana
pihak lain, juga merupakan suatu perhatian mendalam mengenai perubahan yang akan
dihasilkan oleh suatu kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan masyarakat. partisipasi
juga merupakan kesadaran mengenai kontribusi yang diberikan oleh pihak lain untuk
suatu kegiatan
b) Analisa Sosial adalah suatu usaha untuk mempelajari struktur sosial yang ada,
mendalamiinstitusi ekonomi, politik, agama, budaya, dan keluarga, sehingga kita tahu
sejauh mana dan bagaimana institusi – institusi itu menyebabkan ketidakadilan sosial.
c) Analisis situasi adalah tahap pengumpulan yg ditempuh sebelum merancang dan
merencanakan program.bertujuan untuk mengumpulkan informasi mencakup jenis dan
bentuk kegiatan ,pihak tau public yg terlibat ,tindakan dan strategi yg diambil ,taktik,serta
anggaran biaya yang di perlukan dalam melaksanakan program.

15

Anda mungkin juga menyukai