Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH TINGKAT KECEMASAN PRE OPERASI

TERHADAP DERAJAT NYERI PASIEN POST


OPERASI KATARAK di RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH dr. ZAINOEL
ABIDIN BANDA ACEH

Fakhrian1, Kulsum2, Firdalena Meutia3


1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, 2) Bagian Anestesi Universitas Syiah Kuala/
RSUDZA Banda Aceh, 3) Bagian Ilmu Penyakit Mata Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA Banda Aceh

ABSTRAK

Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia maupun di


dunia. Pengobatan katarak adalah pembedahan. Pembedahan merupakan terapi yang dapat
menimbulkan ancaman bagi integritas seseorang. Kecemasan dapat meningkatkan persepsi
pasien terhadap nyeri post operasi. Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh tingkat kecemasan pre operasi terhadap derajat nyeri pasien post operasi katarak di
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dan tujuan khususnya untuk mengetahui derajat nyeri
pasien katarak yang menjalani operasi di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Metode
penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan rancangan cross-sectional.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu accidental sampling. Tingkat kecemasan
diukur dengan menggunakan kuesioner HARS dan derajat nyeri diukur dengan menggunakan
Numeric Rating Scale (NRS). Total pasien pada penelitian ini berjumlah 32 orang. Hasil uji
Spearman (p value = 0,01 dan alfa = 0,05). Terdapat 20 orang (62,5%) pada tingkat tidak
cemas. Pasien yang merasakan cemas 12 orang (37,5%), dari 12 orang tersebut 9 orang
(28,1%) pada tingkat cemas ringan dan 3 orang (9,4%) cemas sedang. Pasien yang tidak
merasakan nyeri 14 orang (43,8%). Pasien yang merasakan nyeri 18 orang (56,2%), dari 18
orang tersebut 13 orang (40,6%) merasakan nyeri ringan dan 5 orang (15,6%) nyeri sedang.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh tingkat kecemasan pre operasi
terhadap derajat nyeri pasien post operasi katarak di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Kata Kunci : Tingkat kecemasan, Derajat nyeri, Operasi katarak

1
ABSTRACT

Cataract is one of the most causes blindness in Indonesia and the world. The only
treatment to cure cataract is surgery. Surgery is a therapy that threaten a person’s intergrity
who can generate anxiety. Pre operative anxiety can increase post operative pain perception.
The general aims of this study is to determine the influence of pre operative anxiety level with
degree of pain in post cataract surgery patient and the specific objective is to determine the
degree of pain cataract surgery patients in RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. This study
was an analytic observational study with cross-sectional design. The sampling technique is
accidental sampling. The anxiety level was measured by using HARS Questionnaire and the
degree of pain was measured by using Numeric Rating Scale (NRS). Total number of patients
were 32 people. The test result of Spearman (p value = 0,010 dan alfa = 0,05) . There were
20 people with no anxiety before surgery, patients who feel anxiety were 12 people (37,5%),
these included 9 people (28,1%) at mild anxiety level and 3 people (9,4%) moderate anxiety.
Patients that have no pain were 14 people (43,8%). Patients that feel pain were 18 people
(56,2%), these included 13 people (40,6%) with mild pain and 5 people (15,6%) moderate
pain. It can be concluded that there are an influence between the pre operative anxiety level
with the degree of pain in post cataract surgerypatients in RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh

Keywords : Anxiety level, Degree of pain, Cataract surgery

2
PENDAHULUAN relevan atau berhubungan dengan nyeri,
sehingga kecemasan dapat meningkatkan
Latar Belakang
persepsi pasien terhadap rasa nyeri.(6)
Katarak merupakan salah satu
Nyeri merupakan pengalaman
penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia
sensoris dan emosional tidak
maupun di dunia. Insiden katarak adalah
menyenangkan yang disertai oleh
0,1% per tahun atau setiap tahun di antara
kerusakan jaringan secara potensial dan
1.000 orang terdapat seorang penderita
aktual, atau menggambarkan kondisi
baru katarak.(1) Prevalensi katarak di Aceh
terjadinya kerusakan. Menurut The
adalah 2,8%.(2) Pengobatan untuk katarak
International Association for the Study of
adalah pembedahan yang dilakukan jika
Pain (IASP), nyeri merupakan suatu
penderita tidak dapat melihat dengan baik
gabungan dari komponen objektif (aspek
dengan bantuan kacamata.(3)
sensorik nyeri) dan komponen subjektif
Menurut Depkes, pembedahan
(aspek emosional dan psikologis.(7,8)
ialah salah satu bentuk upaya terapi yang
Faktor yang mempengaruhi nyeri
dapat mendatangkan ancaman integritas
salah satunya adalah kecemasan. Nyeri
tubuh dan jiwa seseorang. Pembedahan
dan kecemasan bersifat kompleks,
yang direncanakan dapat menimbulkan
sehingga keberadaannya tidak terpisahkan.
respon fisiologis maupun psikologi pada
Kecemasan meningkatkan persepsi nyeri,
pasien. Biasanya respon psikologis yang
tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu
terjadi pada pasien pre operasi adalah
perasaan cemas. Apabila rasa cemas tidak
kecemasan. Kecemasan adalah reaksi
mendapatkan perhatian, maka rasa cemas
emosional terhadap penilaian individu
tersebut akan menimbulkan suatu masalah
yang subyektif, yang dipengaruhi oleh
serius dalam penatalaksanaan nyeri.(9)
alam bawah sadar dan tidak diketahui
Berdasarkan hasil penelitian oleh
secara khusus penyebabnya.(4)
Hannu Kokki di Finlandia tentang nyeri
Kecemasan merupakan suatu
post operasi katarak yang melibatkan 196
kekhawatiran yang tidak jelas menyebar di
pasien didapatkan 67 pasien (34%)
alam pikiran dan terkait dengan perasaan
diantaranya merasakan nyeri selama satu
ketidakpastian dan ketidakberdayaan, tidak
jam pertama setelah operasi. Setelah
ada objek pasti yang dapat diidentifikasi
keluar rumah sakit, prevalensinya turun
sebagai suatu stimulus kecemasan.(5)
pada 24 jam 18 pasien (10%), satu minggu
Umumnya diyakini bahwa kecemasan

3
15 pasien (9%) dan enam minggu 12 mencari pengaruh dari tingkat kecemasan
pasien (7%).(10) pre operasi terhadap derajat nyeri pasien
Apabila kecemasan ditinjau dari post operasi katarak di Rumah Sakit
aspek fisiologis, ini dapat meningkatkan Umum Daerah (RSUD) dr. Zainoel Abidin
persepsi pasien terhadap nyeri.(11) Secara Banda Aceh, dengan suatu metode
klinik, kecemasan pasien menyebabkan pendekatan observasi atau pengumpulan
menurunnya kadar serotonin. Serotonin data sekaligus pada suatu waktu.(15)
merupakan neurotransmitter yang Tempat dan Waktu Penelitian
memiliki andil dalam memodulasi nyeri Penelitian ini dilakukan di kamar
pada susunan saraf pusat (SSP). Hal operasi Rumah Sakit Umum Daerah dr.
tersebut mengakibatkan peningkatan Zainoel Abidin Banda Aceh selama
sensasi nyeri.(12,13) Hal ini sesuai dengan periode 21 November sampai 24
penelitian yang dilakukan oleh Desember 2016.
Montgomery et al di New York mengenai Populasi dan Sampel Penelitian
faktor-faktor psikologis pre operasi Populasi dalam penelitian ini adalah
terhadap efek samping post operasi, seluruh pasien yang menjalani operasi
menunjukkan bahwa stres pre operasi katarak di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
sangat berkontribusi pada keparahan nyeri Zainoel Abidin Banda Aceh.
pasien post operasi.(14) Sampel dalam penelitian ini adalah
Berdasarkan latar belakang di atas pasien yang menjalani operasi katarak di
dan dari beberapa hasil penelitian tersebut Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
maka peneliti tertarik untuk melakukan Abidin Banda Aceh, yang telah memenuhi
penelitian mengenai pengaruh tingkat syarat berdasarkan kriteria inklusi dan
kecemasan pre operasi terhadap derajat ekslusi. Pengambilan sampel dilakukan
nyeri pasien post operasi katarak di Rumah dengan menggunakan metode accidental
Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin sampling.
Banda Aceh. Kriteria inklusi dalam pemilihan sampel
penelitian adalah sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
a. Pasien yang menjalani
Jenis dan Rancangan Penelitian operasi katarak yang berusia >50
Penelitian ini merupakan penelitian tahun
observational analitik dengan rancangan b. Pasien yang telah
cross sectional, yaitu penelitian untuk terjadwal operasi katarak dan
menjalani operasi katarak sinilis
4
dengan metode small incision melalui wawancara langsung dan penilaian
cataract surgery menggunakan Numeric Rating Scale dan
c. Pasien yang menggunakan anestesi Hamilton Rating Scale for Anxiety kepada
lokal pasien yang menjalani operasi mata di
Kriteria eksklusi dalam pemilihan sampel Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.
penelitian adalah sebagai berikut: Zainoel Abidin Banda Aceh.
a. Pasien yang menjalani
HASIL DAN PEMBAHASAN
operasi katarakpada kedua mata
b. Pasien yang menjalani Hasil Penelitian
operasi katarak disertai operasi Berdasarkan penelitian yang telah
mata lainnya dilakukan di kamar operasi Rumah Sakit
c. Pasien yang tidak dr. Zainoel Abidin Banda Aceh periode
kooperatif November - Desember 2016 didapatkan 32
d. Pasien yang memiliki sampel pasien operasi katarak yang
riwayat dan telah berobat untuk memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
gangguan kecemasan dari seluruh pasien yang menjalani operasi
e. Pasien yang katarak RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
menggunakan obat analgesik Aceh. Pengambilan data penelitian ini
f. Pasien yang tidak dilakukan dengan metode wawancara
bersedia menjadi responden dengan menggunakan kuesioner Numeric
penelitian Rating Scale dan Hamilton Rating Scale
for Anxiety.
Alat/Instrumen Penelitian
Karakteristik Responden Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam Karakteristik responden penelitian
penelitian ini berupa beberapa pertanyaan berupa distribusi subjek penelitian
untuk wawancara secara langsung terkait berdasarkan jenis kelamin, umur,
tingkat kecemasan dan alat bantu berupa pendidikan dan pengalaman operasi pada
Numeric Rating Scale dan Hamilton pasien katarak yang menjalani operasi di
Rating Scale for Anxiety (HRS-A). kamar operasi RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh disajikan pada tabel berikut.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data
primer. Data primer merupakan data yang
dikumpulkan langsung oleh peneliti

5
Tabel 1 Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 14 43,8
Perempuan 18 56,2
Total 32 100

Tabel 2 Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Umur


Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%)

50-59 7 21,9
60-69 16 50,0
70-79 7 21,9
80-89 2 6,2
Total 32 100

Tabel 3 Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Pendidikan


Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SD 10 31,2
SMP 9 28,1
SMA 6 18,8
Perguruan Tinggi 7 21,9
Total 32 100

Tabel 4 Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Pengalaman Operasi


Pengalaman Operasi Frekuensi Persentase (%)
Ada 14 43,8
Tidak ada 18 56,2
Total 32 100

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pasien operasi katarak paling


bahwa responden penelitian yang banyak pada pendidikan SD sebanyak 10
diperoleh lebih banyak pada perempuan pasien (31,2%). Berdasarkan pengalaman
sebanyak 18 pasien (56,2%). Berdasarkan operasi, lebih banyak pasien yang belum
umur, paling banyak pada kelompok umur pernah menjalani operasi sebelumnya
60-69 sebanyak 16 pasien (50%). sebanyak 18 orang (56,2%).
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil

6
Tingkat kecemasan pada pasien operasi
katarak
Berdasarkan hasil wawancara
pasien yang akan menjalani operasi
katarak dengan menggunakan kuesioner
Tabel 6 Distribusi Derajat Nyeri pada
Hamilton Rating Scale for Anxiety
Pasien Operasi Katarak
didapatkan hasil seperti yang terlihat pada
tabel 5. Derajat Nyeri Frekuensi Persentase (%)
Tidak Nyeri 14 43,8
Tabel 5 Distribusi Tingkat Kecemasan
Ringan 13 40,6
pada Pasien Operasi Katarak Sedang 5 15,6
Tingkat Frekuensi Persentase Total 32 100
Kecemasan (%)
Tidak Cemas 20 62,5
Cemas ringan 9 28,1
Cemas sedang 3 9,4 Tabel 6 menunjukkan bahwa
Total 32 100 sebanyak 14 pasien (43,8%) tidak nyeri,
13 pasien (40,6%) nyeri ringan dan 5
Tabel 5 menunjukkan bahwa pasien (15,6%) nyeri sedang.
sebanyak 20 pasien (62,5%) tidak cemas, 9
pasien (28,1%) cemas ringan dan 3 pasien
(9,4%) cemas sedang. Tingkat kecemasan pada pasien operasi
katarak terhadap jenis kelamin

Derajat nyeri pada pasien operasi Berdasarkan hasil wawancara


katarak pasien yang akan menjalani operasi

Berdasarkan hasil penilaian nyeri katarak dengan menggunakan kuesioner


Hamilton Rating Scale for Anxiety
pasien yang telah menjalani operasi
katarak dengan menggunakan Numeric didapatkan hasil seperti yang terlihat pada
tabel 7.
Rating Scale didapatkan hasil seperti yang
terlihat pada tabel 6.

7
Tabel 7 Tingkat Kecemasan pada Pasien
Operasi Katarak terhadap Jenis Kelamin
Tingkat Kecemasan
Jenis
Tidak Ringan Sedang Total
Kelamin
Cemas
Laki-laki 13 1 - 14
(40,6%) (3,1%) (43,8%
Tabel 8 Derajat Nyeri pada Pasien
)
Operasi Katarak terhadap Jenis
Perempuan 7 8 3 18 Kelamin
(21,9%) (25,0%) (9,4%) (56,3%
Derajat Nyeri
Total 20 9 3 ) Jenis
(62,5%) (28,1%) (9,4%) 32
Tidak Ringan Sedang Total
Kelamin
(100%) Nyeri
Laki-laki 6 7 1 14
Tabel 7 menunjukkan bahwa
(18,8%) (21,9%) (3,1%) (43,8%)
tingkat tidak cemas paling banyak pada
Perempuan 8 6 4 18
laki-laki sebesar 40,6%, tingkat cemas
(25,0%) (18,8%) (12,5%) (56,3%)
ringan paling banyak terdapat pada
Total 14 13 5 32
perempuan sebesar 25% dan tingkat cemas (100%)
(43,8%) (40,6%) (15,6%)
sedang hanya ada pada perempuan
sebanyak 3 orang (9,4%).
Tabel 8 menunjukkan bahwa
derajat tidak nyeri paling banyak terdapat
Derajat nyeri pada pasien operasi
pada perempuan sebesar 25%, derajat
katarak terhadap jenis kelamin
nyeri ringan paling banyak terdapat pada
Berdasarkan hasil penilaian nyeri laki-laki sebesar 21,9% dan derajat nyeri
pasien yang telah menjalani operasi sedang paling banyak terdapat pada
katarak dengan menggunakan Numeric perempuan sebesar 12,5%.
Rating Scale didapatkan hasil seperti yang
Pengaruh Tingkat Kecemasan terhadap
terlihat pada tabel 8.
Derajat Nyeri

8
Untuk menilai pengaruh tingkat merasakan nyeri pada derajat sedang. Dari
kecemasan pre operasi terhadap derajat hasil uji spearman didapatkan p-value
nyeri post operasi di RSUD dr. Zainoel 0,010 dengan confidence interval 95% dan
Abidin Banda Aceh, maka peneliti α = 0,05.
melakukan analisis data dengan
menggunakan uji statistik yang berupa uji
Spearman. Data pengaruh tingkat
kecemasan pre operasi terhadap derajat Pembahasan
nyeri post operasi disajikan dalam tabel 9. Pengaruh Tingkat Kecemasan Pre
Operasi terhadap Derajat Nyeri Post
Tabel 9 Pengaruh Tingkat Kecemasan
Operasi
terhadap Derajat Nyeri
Berdasarkan penelitian di atas,
Derajat Nyeri
Tingkat P-
menunjukkan bahwa pasien katarak yang
Tidak Ringan Sedang Total
Kecemasan value
yang menjalani operasi di kamar operasi
Nyeri
RSUD dr. Zainoel Abidin didapatkan lebih
Tidak 11 8 1 20
cemas (34,4%) (25,0%) (3,1%) banyak perempuan dibandingkan laki-laki,
(62,5%)
yaitu 18 pasien perempuan (56,3%) dan 14
Cemas 3 5 1 9
ringan (9,4%) (15,6%) (3,1%) pasien laki-laki (43,8%). Hal ini hampir
(28,1%)
0,010
sama juga didapatkan pada penelitian oleh
Cemas - - 3 3
Sedang (9,4%)
Paul terhadap 36 pasien operasi katarak di
(9,4%)
London, di mana 20 pasien perempuan
Total 14 13 5 32
(55,56%) dan 16 pasien laki-laki
(43,8%) (40,6%) (15,6%) (100%)
(44,44%).(16) Di Indonesia, pada tahun
2014 jumlah pasien perempuan melebihi
Berdasarkan tabel 9 diatas pada
pasien laki-laki dengan persentase
pasien yang berada pada tingkat tidak
perempuan 54,8% sedangkan laki-laki
cemas saat pre operasi, pada saat post
45,2%.(17)
operasi kebanyakan juga tidak merasakan
nyeri yaitu sebesar 34,4%. Pada pasien Studi prevalensi yang telah
yang berada pada tingkat cemas ringan, dilakukan mendukung adanya persamaan
pada saat post operasi terbanyak persentase jenis kelamin dengan terjadinya
merasakan nyeri pada derajat ringan katarak. Hal ini kemungkinan disebabkan
sebesar 15,6%. Pada pasien yang berada oleh perbedaan paparan terhadap faktor
pada tingkat cemas sedang semuanya risiko antara jenis kelamin laki-laki dan

9
perempuan serta adanya pengaruh faktor serabut lensa yang terus-menerus juga
hormonal. Pengaruh faktor hormonal ini akan menyebabkan kompresi dan
masih menjadi kontroversi terhadap lebih pengerasan nucleus. Proses tersebut dapat
tingginya kejadian katarak pada menyebabkan penurunan kejernihan lensa,
perempuan, karena menurut Nirmalan et penurunan kekuatan akomodasi,
al., faktor reproduktif perempuan tidak perubahan indeks bias dan juga
mempengaruhi terjadinya katarak terkait penyebaran sinar yang masuk ke mata.
usia pada perempuan.(18,19) Perubahan pada lensa yang terkait usia
lainnya adalah penurunan konsentrasi
Berdasarkan penelitian di atas pula,
natrium dan kalsium, serta peningkatan
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien
hidrasi.(21,22)
katarakyang menjalani operasi berada pada
Penelitian ini melibatkan 32 pasien
kategori umur 60-69 tahun yaitu sebanyak
yang akan menjalani operasi katarak,
16 pasien (50%). Penelitian sebelumnya
didapatkan persentase terbesar pada
juga pernah dilakukan oleh Harahap di
tingkat tidak cemas yaitu 20 pasien
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
(62,5%) dan paling sedikit pada tingkat
menunjukkan prevalensi pasien katarak
cemas sedang yaitu 3 (9.4%). Namun,
yang menjalani operasi paling banyak
pada penelitian yang dilakukan oleh Rolly
berada di kategori umur di atas 60 tahun
didapatkan hasil yang berbeda, yaitu
sebanyak 53,8%.(20) Hal ini disebabkan
pasien yang tidak cemas sebanyak 2 pasien
usia merupakan faktor risiko terbesar dari
(4,8%), cemas ringan sebanyak 16 pasien
timbulnya kekeruhan pada lensa. Semakin
(38,1%), cemas sedang sebanyak 14 pasien
bertambahnya usia akan terjadi akumulasi
(33,3%) dan cemas berat sebanyak 10
dari berbagai macam faktor yang dapat
pasien (23,8%).(17) Berdasarkan data yang
mempermudah pembentukan kekeruhan
didapatkan peneliti selama periode
pada lensa akibat katarak. Katarak sinilis
penelitian dengan menggunakan numeric
umumnya dapat disebabkan oleh
rating scale didapatkan bahwa sebanyak
akumulasi cairan berlebih, denaturasi
18 pasien (56,2%) post operasi katarak
protein lensa, atau oleh kedua-duanya.
merasakan nyeri dan 14 pasien (43,8%)
Jumlah protein kristalin yang larut dalam
tidak merasakan nyeri. Pasien operasi
air akan semakin berkurang seiring dengan
katarak yang merasakan nyeri post operasi
maturasi dari lensa. Selain itu seiring
di ruang OK RSUD dr. Zainoel Abidin
dengan bertambahnya usia, lensa akan
Banda Aceh prevalensi terbanyak
menjadi lebih tebal dan berat. Produksi
termasuk dalam derajat tidak nyeri
10
sebanyak 14 pasien (43,8%), derajat nyeri faktor perancu, ternyata tidak berpengaruh
ringan sebanyak 13 pasien (40,6%) dan secara statistik pada penelitian ini.
derajat nyeri sedang sebanyak 5 pasien
Berdasarkan penelitian oleh Potter
(15,6%). Hasil yang sama juga didapatkan
dan Perry menunjukkan bahwa hubungan
pada penelitian yang dilakukan oleh
antara kecemasan terhadap nyeri bersifat
Hannu Kokki pada pasien operasi katarak
kompleks. Kecemasan diketahui sering
Finlandia, terdapat 129 pasien (66%) yang
kali akan meningkatkan persepsi nyeri,
tidak merasakan nyeri dan sebanyak 67
tetapi nyeri juga dapat menimbulkan satu
pasien (34%) merasakan nyeri post operasi
perasaan kecemasan. Stimulus nyeri
katarak. Dari 67 pasien yang merasakan
diketahui mengaktifkan bagian sistem
nyeri 49 pasien (73,13%) merasakan nyeri
limbik yang diyakini mengendalikan
ringan dan 18 pasien (26,87%) merasakan
emosi seseorang khususnya perasaan
nyeri sedang-berat.(10)
ansietas. Sistem limbik dapat memproses
Hasil uji statistik berupa uji
reaksi emosi terhadap nyeri, yakni
spearman menunjukkan adanya
memperburuk atau menghilangkan nyeri.
pengaruhtingkat kecemasan pre operasi
Menurut Smeltzer dan Bare, nyeri yang
terhadap derajat nyeri pasien post operasi
dirasakan seseorang bukan hanya
katarak di RSUD dr. Zainoel Abidin
mempengaruhi kondisi fisiknya, tetapi
Banda Aceh (p-value 0,010 dan ≤ 0,05).
juga mempengaruhi kondisi
Hal ini dapat dilihat dari hasil yang
psikologisnya.(23,24,25)
didapatkan bahwa sebanyak 20 pasien
(62,5%) yang tidak merasakan cemas pada Nyeri diketahui mempengaruhi
saat pre operasi, 11 pasien (34%) komponen emosional pasien dan seringkali
diantaranya tidak merasakan nyeri post disertai dengan rasa kecemasan. Nyeri
operasi, 8 pasien (25%) nyeri ringan dan 1 seringkali dijelaskan dalam istilah proses
pasien (3,1%) nyeri sedang. destrukif jaringan, seperti tertusuk, panas
terbakar, melilit, dirobek-robek, diremas-
Hasil uji spearman yang telah
remas dan atau suatu reaksi badan atau
dilakukan semakin diperkuat dengan uji
emosi, misalnya perasaan takut, mual,
regresi logistik yang menunjukkan bahwa
mabuk. Telebih lagi, perasaan nyeri
jenis kelamin memiliki p-value 0,173 dan
dengan intensitas sedang sampai kuat
>0,05, dari hasil uji ini didapatkan bahwa
disertai oleh rasa kecemasan dan keinginan
jenis kelamin yang dianggap sebagai
kuat untuk melepaskan diri dari dan atau
meniadakan perasaan itu.(12,13,26) Hal ini

11
sesuai dengan penelitian yang dilakukan 43,8%, nyeri ringan 40,6% dan
oleh Dedi, dimana didapatkan hasil bahwa nyeri sedang 15,6%.
cemas meningkatkan persepsi terhadap
nyeri dan nyeri dapat menyebabkan cemas
(p = 0.02).(27) Kecemasan diketahui hampir
selalu ada ketika nyeri dialami secara
langsung dan cenderung meningkatkan
intensitas nyeri yang dialami. Dari hasil
Saran
tersebut mengindikasikan bahwa pasien
Berdasarkan hasil penelitian ini,
yang diberi pendidikan pre operasi tentang
dapat disarankan beberapa hal sebagai
hasil-hasil yang akan dirasakan pasca
berikut:
operasi tidak menerima banyak obat-
1. Perlu dilakukan penelitian lebih
obatan untuk nyeri dibandingkan orang
lanjut tentang pengaruh tingkat
yang mengalami prosedur operasi yang
kecemasan pre operasi terhadap
sama tetapi tidak diberi pendidikan pre
derajat nyeri pasien post operasi
operasi sebelumnya. Nyeri menjadi lebih
katarak dengan mengendalikan
buruk ketika rasa kecemasan, ketegangan
faktor-faktor luar seperti operator
dan kelemahan muncul.(12,13,26)
yang melakukan tindakan dan
KESIMPULAN DAN SARAN penggunaan obat analgesik.
2. Perlu dilakukan penelitian tentang
Kesimpulan
pengaruh tingkat kecemasan pre
Berdasarkan hasil penelitian dan
operasi terhadap derajat nyeri
analisis data dari penelitian ini maka dapat
pasien post operasi katarak
disimpulkan bahwa:
dengan metode yang dapat
1. Terdapat pengaruh tingkat
mengamati perubahan derajat
kecemasan pre operasi terhadap
nyeri pasien post operasi.
derajat nyeri pasien post operasi
3. Penting bagi instansi kesehatan
katarak di Rumah Sakit Umum
yaitu pihak rumah sakit untuk
Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
mengantisipasi dan menurunkan
Aceh.
tingkat kecemasan pada pasien
2. Berdasarkan hasil penilaian derajat
pre operasi sehingga dapat
nyeri yang telah dilakukan
mengurangi dampak nyeri yang
didapatkan pasien tidak nyeri

12
akan dirasakan pasien post 9. Apriansyah A. Hubungan antara
Tingkat Kecemasan Pre Operasi
operasi.
dengan Derajat Nyeri Post Sectio
Cesaerea. 2014;54–5.

10. Hannu Kokki. A Prospective Study


on Postoperative Pain after Cataract
Surgery. Clin Opthalmology.
2013;(7):1429–35.

11. Notoatmodjo S. Pendidikan dan


Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta; 2003. 24-49 p.

DAFTAR PUSTAKA
12. Ludwick R NR. Stress Management
1. Kementerian Kesehatan Republik During Noxious Medical
Indonesia. Situasi Gangguan Procedures Psychological Bull.
Penglihatan dan Kebutaan. 2014; 1998;326–43.

2. Riset Kesehatan Dasar. Hasil Riset 13. Carr, E. C.,Thomas V. Patient


Kesehatan Dasar. 2013; Experiences of Anxiety, Depression
and Acute Pain After Surgery : A
3. Diah Mutiarasari FH. Katarak Longitudinal Perspective. Int J Nurs
Juvenil. 2011;No.XIV. Stud. 2005;(42(5)):521–30.

4. Aprianto D. Efektifitas Teknik 14. Montgomery,G.H.,Schnur,


Relaksasi Imajinasi Terbimbing dan J.B.,Erblich,J.,Diefenbach, M.A
Nafas dalam terhadap Penurunan Bovbjerg DH. Pre-Surgery
Kecemasan pada Pasien Pre Psychological Factors Predict Pain,
Operasi. Jakarta; 2013. 24-26 p. Nausea and Fatigue One Week
Following Breast Cancer S. Dep
5. Stuart Laraia. Prinsip dan Praktek Oncol Sci Mt Sinai Sch Med
Keperawatan Psikiatri. 8th ed. Madison Ave. 2010;234–7.
Jakarta: St. Louis Mosby Book
INC; 2005. 13-25 p. 15. Notoatmodjo S. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
6. Maramis WF. Catatan Ilmu Rineka Cipta; 2010. 67-69 p.
Kedokteran Jiwa. Airlangga Univ
Press. 2004;18–32. 16. Foggit PS. Anxiety in cataract
surgery : Pilot study. Elsevier Sci
7. Tamsuri A. Konsep dan Inc. 2001;27:1651–5.
Penatalaksaan Nyeri. Jakarta: EGC;
2007. 18-23 p. 17. Rolly Rondonuwu. Hubungan
Pengetahuan dengan Tingkat
8. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kecemasan pada Klien Pre Operasi
Kedokteran : Fisiologi Saraf dan Sel Katarak di Balai Kesehatan Mata
Otot Dalam. 20th ed. Jakarta: EGC; Masyarakat Manado. JUIPERDO.
2003. 49-56 p. 2014;3:27–31.

13
18. Mukesh B., Dimitrov A, Taylor S, Consent pada Tindakan General
Carty M. Development of Cataract Anestesi dan Regional Anestesi di
and Associated Risk Factors. Arch RSUP dr. Moh. Hoesin Palembang.
Ophtalmol. 2006;124:79–85. Dep Kesehat Republik Indones
Politek Kesehat Yogyakarta.
19. Nirmalan P., Katz J, Robin A., 2010;41.
Ramakhrisnan R, Khrisnadas R,
Thulasiraj R., et al. Female 27. Dedi A. Faktor-faktor yang
Reproductive Factors and Eye Berhubungan dengan Respon
Disease in a Rural South Indian terhadap Nyeri Pasien Post Operasi
Population. IOVS. 2004;45:4237– Mayor di IRNA Bedah RSUP dr.
76. Djamil Padang. Fak Kedokt Univ
Andalas. 2014;6–28.
20. Harahap RA. Hubungan Usia
dengan Tingkat Kecemasan pada
Pasien Pre Operasi Katarak di
BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin.
Univ Syiah Kuala. 2012;

21. Vaugan GD, asbury T ER.


Oftalmologi Umum. 17th ed.
Jakarta: Widya Medika; 2010. 382-
389 p.

22. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed.


Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia;
2007. 200-212 p.

23. Villanueva MR, Smith TL, Erickson


JS, Lee AC SC. Pain Assesment for
The Dementing Elderly (PADE) :
Reability and Validity of a New
Measure. J Am Med Dir Assoc.
2003;50–1.

24. Smeltzer S.C BBG. Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah. 8th
ed. Monica E E, editor. Jakarta:
EGC; 2002. 24-38 p.

25. Novita D. Pengaruh Terapi Musik


terhadap Nyeri Post Operasi Open
Reduction and Internal Fixation
(ORIF) di RSUD dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung. Univ
Indones. 2012;15–6.

26. Baladewa P. Perbedaan Tingkat


Kecemasan Pasien Pre Operasi
Hernia setelah pemberian Informed

14

Anda mungkin juga menyukai