Anda di halaman 1dari 32

proses terbentuknya biji benih

A. Proses Tebentuknya Biji


Buah adalah pertumbuhan sempurna dari bakal buah (ovarium). Setiap bakal buah
berisi satu atau lebih bakal biji (ovulum), yang masing-masing mengandung sel telur. Bakal
biji itu dibuahi melalui suatu proses yang diawali oleh peristiwa penyerbukan, yakni
berpindahnya serbuk sari dari kepala sari ke kepala putik. Setelah serbuk sari melekat di
kepala putik, serbuk sari berkecambah dan isinya tumbuh menjadi buluh serbuk sari yang
berisi sperma. Buluh ini terus tumbuh menembus tangkai putik menuju bakal biji, di mana
terjadi persatuan antara sperma yang berasal dari serbuk sari dengan sel telur yang berdiam
dalam bakal biji, membentuk zigot yang bersifat diploid. Pembuahan pada tumbuhan
berbunga ini melibatkan baik plasmogami, yakni persatuan protoplasma sel telur dan sperma,
dan kariogami, yakni persatuan inti sel keduanya.
Setelah itu, zigot yang terbentuk mulai bertumbuh menjadi embrio (lembaga), bakal
biji tumbuh menjadi biji, dan dinding bakal buah, yang disebut perikarp, tumbuh menjadi
berdaging (pada buah batu atau drupa) atau membentuk lapisan pelindung yang kering dan
keras (pada buah geluk atau nux). Sementara itu, kelopak bunga (sepal), mahkota (petal),
benangsari (stamen) dan putik (pistil) akan gugur atau bisa jadi bertahan sebagian hingga
buah menjadi. Pembentukan buah ini terus berlangsung hingga biji menjadi masak. Pada
sebagian buah berbiji banyak, pertumbuhan daging buahnya umumnya sebanding dengan
jumlah bakal biji yang terbuahi.
Pada sejumlah spesies, keadaan tak berbiji merupakan hasil dari partenokarpi, yakni
proses pembentukan buah tanpa terjadinya pembuahan sebelumnya. Buah partenokarpi bisa
terbentuk dengan atau tanpa peristiwa penyerbukan. Kebanyakan kultivar jeruk sukun
memerlukan penyerbukan untuk proses pembentukannya; namun pisang dan nanas tidak
memerlukannya. Sementara itu, keadaan tak berbiji pada anggur sebetulnya terjadi karena
matinya atau tidak tumbuhnya embrio (dan biji) yang dihasilkan oleh pembuahan, keadaan
yang dikenal sebagai stenospermokarpi, yang memerlukan proses penyerbukan dan
pembuahan secara normal.

Proses perkembangan dari penyerbukan, pembuahan sampai pada pembentukan ovum


dan ovule hingga menjadi tanaman kembali.
B

A. Megasporogenesis (pembentukan sel gamet jantan)


Pembentukan megaspora (ovul)
• Sel-sel sporogenus di dalam nuselus membentuk 1 sel induk megaspora
• Sel induk megaspora (2 N) akan membelah 2 kali secara meiosis menghasilkan 4
megaspora (1N), umumnya 3 megaspora degenerasi dan hanya 1 megaspora yang berfungsi
dan berkembang.

B. Megagametogenesis (pembentukan sel gamet betina)

Proses perkembangan sel megaspora fungsional menjadi kantong embrio


Sel megaspora yang fungsional (1N) mengalami pembelahan secara mitosis 3 kali sehingga
menghasilkan 8 inti haploid.
• Delapan inti ini mengalami polarisasi dalam kantong embrio
3 inti menuju kalaza, membentuk 3 sel antipodal
3 inti menuju mikropil, membentuk 2 sel sinergid dan 1 sel telur
2 inti tetap di tengah disebut inti polar

B. Proses Perkembangan Benih

1. Histodiferensiasi : 1 sel zigot membelah secara mitotik dan berdiferensiasi


menjadi embrio
2. Pemasakan : tidak ada pembelahan selTerjadi pembesaran sel dan
akumulasi cadangan makanan (biasanya protein, diikuti oleh lemak dan KH)
3. Desikasi : terjadi penurunan metabolisme karena penurunan KA yang
menyebabkan Embrio tidak aktif
4. Kering panen : indikasi masak fisiologis mencakup Metabolisme rendah,
embrio tidak aktif (dorman)
5. Perkecambahan : Tumbuhan kecil yang baru keluar dari biji yang masih tergantung
pada persediaan makanan pada biji.
Kecambah dibedakan menjadi :
1. Perkecambahan di atas tanah (epigaeis)
Terjadi pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga, sehingga lembaganya terangkat
ke atas, muncul di atas tanah.
contoh : kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)
2. Perkecambahan di bawah tanah (hypogaeis)
Bila daun lembaga tetap tinggal di dalam kulit biji dan tetap di dalam tanah
contoh : kacang kapri (Pisum sativum L.)

C. Bagian-Bagian Benih

1. Kulit Biji (Spermodermis)

Lapisan Kulit Luar(Testa)


- Umumnya tipis, dan ada yang tebal seperti tempurung(pada kelapa)
- Warna kulit luar bermacam-macam, kadang-kadang terdapat sayap(pada gambir),
bulu(pada kapas)
Lapisan Kulit Dalam(Tegmen)
- Umumnya tipis, sering disebut kulit ari, bagian-bagian yang dapat terlihat pada kulit biji
antara lain: pusat biji(hilus), liang(Micropyle) dan berkas pembuluh(Chalaza)

2. Tali Pusat (Funiculus)

Berdaging, Misalnya :

 Biji durian (Durio zebethinus)


 Biji duku ( Lansium domesticum)

Berupa kulit, Misalnya :

 Biji pala ( Myristica fragrans)

3. Inti Biji (nukleus)

Lembaga
- Yaitu bakal tanaman yang akan tumbuh menjadi tanaman baru.
- Terdiri dari akar lembaga, keping biji dan pucuk lembaga, misalnya : Biji kacang dan Biji
jeruk
Putih Lembaga
- Yaitu jaringan yang berisi cadangan makanan bagi lembaga.

 Terdiri dari endosperm dan perisperm, misalnya : Biji kelapa.

4. Lembaga (Embryo)

 Akar lembaga (radicula): Akar yang muncul pada keping biji, yang nantinya akan
tmbuh menjadi akar tunggang (dikotil) maupun serabut(monokotil).
 Keping biji (cotyledone) : biji berkeping tunggal (monokotil), berkeping ganda/
dua (dikotil), biji berkeping banyak/ lebih dari dua (gymnospermae).
 Pucuk lembaga (plumula) : Bakal batang dengan satu atau dua daun yang muncul
pada cotyledone.

Bakal biji
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bakal biji (panah) pada bunga Helleborus.

Bakal biji adalah struktur pada tumbuhan berbiji yang melindungi dan menjadi tempat
bersemayamnya sel telur (ovum). Bakal biji ini akan berkembang menjadi biji setelah dibuahi.
Bakal biji akan terlihat langsung ("telanjang") pada kelompok tumbuhan berbiji terbuka
(Gymnospermae/Pinophyta) dan terbungkus oleh bakal buah (ovarium) pada kelompok
tumbuhan berbunga (Anthophyta).
Anatomi

Skema bagian-bagian bakal biji.

Terdapat tiga bagian pokok yang dimiliki bakal biji yang telah selesai berkembang
(dewasa/masak), yaitu selubung (integumentum), nuselus' (nucellus) atau megasporangium,
dan megagametofit. Megagametofit adalah perkembangan lanjutan dari megaspora. Pada
tumbuhan berbunga (tumbuhan berbiji tertutup), megagametofit membentuk struktur yang
dikenal sebagai kantung embrio (Ing. embryo sac).

Artikel bertopik botani ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia
dengan mengembangkannya.

perkembangan embrio tumbuhan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemampuan reproduksi (perkembangbiakan) merupakan salah satu ciri yang melekat

dalam diri organisme yang hidup. Pada dasarnya dalam reproduksi terkandung prinsip
“pertambahan jumlah”. Dimana reproduksi berperan besar dalam mempertahankan suatu

spesies agar tetap ada di permukaan bumi dan tidak punah. Sebaliknya, adanya kesulitan atau

hambatan dalam hal reproduksi akan menyebabkan “penyusutan jumlah” organisme dan

dalam jangka panjang akan menimbulkan kepunahan. Tumbuhan dan hewan yang punah saat

ini, sebagian besar mengalami masalah dalam reproduksi atau hambatan dalam

mempertahankan diri mereka dari faktor-faktor ekstrinsik yang kurang menguntungkan.

Makalah ini akan menjabarkan mengenai reproduksi seksual (secara kawin) pada tumbuhan.

Pembahasan akan ditekankan pada reproduksi seksual tumbuhan yang tentu berkaitan dengan

organ reproduksi tumbuhan, perkembangan gametofit, fertilisasi dan sekilas tentang biji

sebagai embrio tumbuhan

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini akan dibahas berbagai permasalahan terkait reproduksi seksual pada

tumbuhan, sebagai berikut:

1. Bagaimanakah siklus hidup tumbuhan?

2. Bagaimanakah proses perkembangan organ reproduksi pada tumbuhan?

3. Bagaimanakah proses perkembangan gametofit pada tumbuhan?

4. Bagaimanakah proses fertilisasi (penyerbukan) pada tumbuhan?

5. Bagaimanakah perkembangan bakal biji menjadi biji yang mengandung embrio dan cadangan

makanan?

C. TUJUAN

Makalah ini bertujuan agar :

1. Mahasiswa memahami tentang siklus hidup tumbuhan.


2. Mahasiswa memahami tentang proses perkembangan organ reproduksi pada tumbuhan.

3. Mahasiswa mengetahui tentang perkembangan gametofit pada tumbuhan.

4. Mahasiswa mengerti tentang proses fertilisasi (penyerbukan) pada tumbuhan.

5. Mahasiswa memahami dengan baik mengenai perkembanan bakal biji menjadi biji yang

mengandung embrio dan cadangan makanana pada tumbuhan.

B A B II

P E M B A H A S AN

A. Siklus hidup tumbuhan

Pada perkembangbiakan seksual diperlukan dua sel kelamin (gamet) yang berbeda

jenisnya dimana terdapat perbedaan morfologi seperti sel telur (ovum) dan sel kelamin jantan

(sperma). Perbedaan morfologi ini juga mencakup perbedaan jumlah dan ukuran, seperti pada

spermatozoa, jumlah lebih banyak dan ukurannya lebih kecil di bandingkan dengan sel telur

(ovum). Pada tumbuhan biji (spermatophyta), perkembangbiakan seksual dilakukan dengan

biji sebagai hasil pembuahan sel telur oleh sperma. Peristiwa pembuahan ini sebelumnya

didahului oleh peristiwa penyerbukan dimana jatuhnya/ melekatnya serbuk sari pada kepala

putik. Berikut ini pembahasan pada reproduksi dan perkembangan pada tumbuhan berbunga.

Siklus hidup angiospermae dan tumbuhan lain ditandai oleh pergiliran generasi

(alternation of generations), dimana generasi haploid (n) dan diploid (2n) bergiliran saling

menghasilkan satu sama lain. Tumbuhan diploid disebut juga sebagai sporofit, menghasilkan

spora haploid melalui meiosis. Spora membelah melalui mitosis sehingga menjadi gametofit
jantan dan betina, yang merupakan generasi haploid. Mitosis dalam gametofit menghasilkan

gamet—sel sperma dan sel telur. Fertilisasi menghasilkan zigot diploid, yang membelah

melalui mitosis dan membentuk sporofit baru. Pada angiosperma, sporofit adalah tumbuhan

yang paling dominan dalam artinya bahwa angiosperma adalah yang paling telihat jelas oleh

mata kita. Gametofit menjadi tereduksi selama evolusi menjadi struktur-struktur kecil yang

secara keseluruhan terkandung di dalam dan bergantung pada induk sporofitnya. Prosesnya

sebagai berikut: Didalam ovarium bunga, sel telur pada suatu bakal biji dibuahi oleh sebuah

sel sperma yang dibebaskan dari suatu tabung serbuk sari. Sel telur tersebut merupakan

bagian dari kandtung embrio yang merupakan gametofit betina, dan serbuk sari yang

mengandung sel sperma adalah gamerofit jantan. Setelah fertilisasi, bakal biji yang dewasa

menjadi biji yang mengandung embrio, dan ovarium berkembang menjadi buah, yang

membantu penyebaran biji. Dalam habitat yang cocok biji itu akan berkecambah, embrionya

berkembang menjadi benih.

B. Perkembangan Organ Reproduksi

Seperti halnya pada manusia dan hewan yang masing-masing memiliki organ

reproduksi, bungan juga memiliki organ reproduksi. Organ reproduksi betina berupa ovarium

terdapat dalam pangkal putik sedangkan organ reproduksi jantan berupa temapt pembentukan

sperma terdapat di dalam kantung serbuk sari (sporangium). Namun sebelumnya perlu

diketahui apa saja bagian-bagian pada bunga. Organ bunga berurutan dari bagian luar ke

bagian dalam bunga, adalah kelopak bunga (sepal), mahkota bunga (petal), benang sari

(stamen), dan putik (carpel). Benang sari dan putik bunga mengandung sporangia yang secara

berturut-turut adalah ruangan tempat berkembangnya gametofit jantan dan betina. Gametofit

jantan adalah serbuk sari yang mengandung sel sperma, yang terbentuk di dalam ruang kepala

sari (anther) pada ujung serbuk sari. Gametofit betina adlah struktur mengandung sel telur

yang diosebut kantung embrio. Kantung embrio berkembang didalam struktur yang disebut
bakal biji (ovule), yang terbungkus oleh ovarium (bagian pangkal putik).. Selanjutnya

peristiwa penyerbukan (polinasi) terjadi ketika serbuk sari yang lepas dari kepala sari dan

dibawa angin atau hewan, mendarat di kepala putik yang lengket yang terletak di ujung

kepala putik (meskipun tidak selalu pada tumbuhan yang sama). Tabung serbuk sari tumbuh

ke bagian bawah karpel dan menuangkan sel-sel sperma ke dalam kantung embrio sehingga

menyebabkan terjadinya pembuahan sel. Masing-masing zigot akan menjadi embrio, dan saat

embrio tumbuh, bakal biji berkembang menjadi biji. Ovarium seluruhnya akan berkembang

menjadi buah yang mengandung satu atau lebih biji, hal ini tergantung spesiesnya. Buah yang

terbawa angin atau hewan akan membantu tersebarnya biji ini ke tempat-tempat yang

jaraknya jauh dari tempat asalnya. Jika biji ini jatuh pada tempat yang cukup lembab, bji

tersebut akan berkecambah: artinya embrio-embrio benih mulai tumbuh menjadi benih-benih,

suatu generasi baru sporofit-berbunga.

C. Perkembangan Gametofit Tumbuhan

1. Perkembangan Gametofit Jantan (Polen atau Serbuk Sari)

Di dalam sporangia (kantung polen) kepala sari, sel-sel diploid yang disebut mikroporosit

mengalami meiosis, yang masing-masing membentuk empat mikrospora haploid . Masing-

masing mikrospora akhirnya membelah sekali lagi melalui mitosis dan menghasilkan dua sel,

yakni sel generatif dan sel tabung. Struktur bersel dua ini terbungkus dalam dinding tebal dan

resisten yang terpahat pola rumit yang unik bagi spesies tumbuhan tertentu. Bersama-sama,
kedua sel itu dan dindingnya membentuk sebuah butiran serbuk sari, atau gametofit jantan

yang belum dewasa.

2. Perkembangan Gametofit Betina (Kantung Embrio)

Bakal biji, yang masing-masing mengandung sebuah sporangium, terbentuk di dalam

ruangan ovarium. Satu sel di dalam sprorangium masing-masing bakal biji, megasporosit,

tumbuh dan kemudian mengalami meiosis, menghasilkan empat megaspora haploid . Pada

banyak angiosperma, hanya satu megaspora yang mampu bertahan hidup. Megaspora ini

terus tumbuh, dan nukleusnya membelah mealui mitosis sebanyak tiga kali, menghasilkan

satu sel besar dengan delapan nukleus haploid. Membran kemudian membagi massa ini

menjadi struktur multiseluler yang disebut kantung embrio (embryo sac), yang tak lain adalah

gametofit betina. Pada salah satu ujung kantung embrio itu terdapat tiga sel: sel telur, atau

gamet betina, dan dua sel yang disebut sinergid yang mengapit telur. Pada ujung yang

berlawanan terdapat tiga sel antipodal. Kedua nukleus lainnya disebut nukleus polar, tidak

dibagi ke dalam sel-sel terpisah akan tetapi berbagi sitoplasma sel pusat yang besar pada

kantung embrio tersebut. Bakal biji sekarang terdiri dari kantung embrio (gametofit betina)

dan integumen, lapisan pelindung jaringan sporofit yang terletak di sekitar kantung embrio.

D. Penyerbukan: Penyatuan Gametofit Jantan dan Betina

Supaya sel telur dapat dibuahi, gametofit jantan dan betina harus bertemu dan

menyatukan gametnya yaitu melalui polinasi (polination atau penyerbukan), penempatan

serbuk sari ke atas kepala putik. Beberapa tumbuhan, termasuk rumput dan banyak pohon,

menggunakan angin sebagai alat penyerbuk atau polinator, dengan cara membebaskan serbuk

sari yang sangat kecil dalam jumlah yang sangat banyak. Namun demikian, banyak

angiosperma tidak mengandalkan tiupan angin yang tidak mempunyai tujuan untuk
membawa serbuk sarinya melainkan berinteraksi dengan hewan yang memindahkan serbuk

sari secara langsung dari bunga ke bunga.

Beberapa bunga melakukan penyerbukan sendiri, tetapi sebagian besar angiosperma

memiliki mekanisme yang membuat sulit atau tidak mungkin bagi suatu bunga untuk

menyerbuki dirinya sendiri. Berbagai rintangan yang menghalangi penyerbukan sendiri

memberikan sumbangan terhadap keragaman genetik dengan cara menjamin sel telur dan sel

sperma berasal dari induk yang berbeda-beda. Tumbuhan-tumbuhan berumah dua, tentunya,

tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri karena mereka adalah bunga uniseksual, hanya

staminat atau karpelat. Pada beberapa bunga sempurna. benang sari dan putik akan mencapai

kedewasaan pada waktu yang berbeda. Banyak bunga dipolinasi oleh hewan secara struktural

tersusun sedemikian rupa sehingga tidak mungkin polinator atau penyerbuk dapat

memindahkan serbuk sari dari kepala sari ke kepala putik pada bunga yang sama. Bunga lain

adalah bunga yang self-incompatible¸ jika butiran sebuk sri berasal dari kepala sari ternyata

mendarat pada kepala putik bunga pada tumbuhan yang sama, suatu hambatan biokimiawi

akan menghalangi serbuk sari itu untuk menyelesaikan perkembangannya dan membuahi

sebuah sel telur.

1. Mekanisme Molekuler Inkompabilitas-sendiri (self-incompatibility)

Inkompabilitas-sendiri (self-incompatibility) adalah kemampuan yang dimiliki oleh

bunga dari beberapa spesies untuk menolak serbuk sarinya sendiri

dan serbuk sari dari individu kerabat dekatnya. Respon tumbuhan ini analog dengan respon

kekebalan hewan, dalam pengertian bahwa keduanya didasarkan pada kemampuan organisme

tersebut untuk membedakan sel “diri sendiri” dari sel yang “bukan diri sendiri”. Perbedaan

pokoknya adalah bahwa sistem kekebalan hewan menolak yang bukan berasal dari dirinya

sendiri, seperti ketika system itu bertahan terhadap patogen atau berupaya menolak organ
yang dicangkokkan. Self-incompability pada tumbuhan, sebaliknya, yaitu penolakan sel diri

sendiri.

Pengenalan serbuk sari “sendiri” didasarkan pada apa yang disebut gen S, untuk self-

incompability. Pada suatu populasi tumbuhan tertentu, sebanyak 50 alel yang berbeda bisa

ditemukan pada lokus S. Jika suatu butiran serbuk sari dan kepala putik di mana sebuk sari

tersebut akan mendarat memiliki alel yang sesuai dengan lokus S, serbuk sari itu akan gagal

memulai atau menyelesaikan pembentukan suatu tabung serbuk sari, dengan demikian tidak

ada pembuhan yang terjadi. Sebuk sari adalah haploid, dan serbuk sari akan dikenali sebagai

“self atau diri sendiri” pada satu alel S-nya sesuai dengan salah satu dari dua alel S kepala

putik tersebut, yang diploid .

Pada beberapa kasus penghambatan terjadi pada serbuk sari itu sendiri; inilah yang

disebut inkompabilitas sendiri gametofitik, karena serbuk sari adalah suatu gametofit.

Contohnya pada beberapa anggota famili tembakau, mawar dan polong-polongan (legum),

pengenalan diri sendiri akan mengakibatkan kerusakan RNA secara enzimatik di dalam

tabung serbuk sari yang belum sempurna. Enzim penghidrolisis RNA, atau RNAase, ada

dalam tangkai putik, akan tetapi nyatanya RNA dapat memasuki tabung serbuk sari itu dan

menghidrolisis RNA-nya hanya jika serbuk sari itu dari jenis “diri” sendiri. Pada kasus lain,

hambatan itu merupakan suatu respon yang diberikan oleh sel-sel dari kepala putik; inilah

yang disebut inkompabilitas sendiri sporofitik, karena putik adalah bagian dari sporofit. Pada

anggota famili kubis-kubisan, misalnya pengenalan diri-sendiri mengaktifkan suatu jalur

transduksi sinyal pada sel-sel epidermal dari kepala putik yang mencegah perkecambahan

serbuk sari.

Namun banyak tumbuhan yang penting dalam pertanian adalah tumbuhan yang self-

compatible sehingga para pemulia tanaman saat ini harus mencegah pembuahan sendiri
dengan cara membuang kepala sari dari tumbuhan induk yang menghasilkan biji. Hal ini

bertujuan agar hibridisasi antara varietas tanaman yang berbeda dapat digabungkan sifat-sifat

terbaik dari varietas-varietas tersebut dan melawan hilangnya daya tahan tumbuhan yang

dapat disebabkan oleh inbreeding (perkawinan kerabat dekat) yang berlebihan.

2. Fertilisasi Ganda Menghasilkan Zigot dan Endosperm

Suatu serbuk sari menghasilkan suatu saluran yang memanjang terus ke bawah di antara

sel-sel tangkai putik menuju ovarium. Sel yang generatif ini membelah diri melalui mitosis

dan membentuk dua sel sperma, gamet jantan. Butiran serbuk sari, sekatang dengan sebuah

tabung yang mengandung dua sperma, adalah gametofit jantan dewasa. Dengan diatur oleh

suatu atraktan kimia, yang kemungkinan adalah kalsium, ujung tabung serbuk sari itu

memasuki ovarium, terus menerus melalui mikropil (suatu celah dalam integumen), dan

membebaskan kedua sel spermanya di dalam kantung embrio. Satu sel sperma membuahi

telur untuk membentuk zigot, yang lainnya menyatu dengan kedua nukleus polar untuk

membentuk suatu nukleus triploid (3n) pada pertengahan sel pusat yang besar pada kantung

embrio. Sel besar ini menghasilkan endosperma, suatu jaringan penyimpan-makanan.

Penyatuan dua sel sperma dengan sel-sel berbeda dalam kantung embrio disebut dengan

pembuahan ganda (double fertilization). Pembuahan ganda menjamin endosperm hanya akan

berkembang pada bakal biji dimana sel telur telah dibuahi, dengan demikian mencegah

angiospermae menghamburkan makanannya. Setelah fertilisasi ganda, bakal biji tersebut

akan berkembang menjadi biji, dan ovarium akan berkembang menjadi buah yang

membungkus biji tersebut (atau beberapa biji, bergantung pada spesies).

Perkembangan Bakal Biji Menjadi Biji yang Mengandung Embrio dan Cadangan Makanan

1. Perkembangan Endosperma
Perkembangan endosperma umumnya dimulai sebelum perkembangan embrio. Setelah

pembuahan ganda, nukleus triploid dari sel-tengah bakal biji tersebut akan membelah diri,

membentuk suatu “supersel” berinti majemuk yang memiliki kekentalan seperti susu. Massa

ini, endosperma, akan menjadi multiseluler dan lebih padat ketika sitokinesis membentuk

membran dan dinding di antara nukleus-nukleus tersebut.

Endosperma tersebut kaya akan zat-zat makanan, yang disediakan oleh endosperma

bagi embrio yang sedang berkembang. Pada sebagian besar monokotil, endosperma juga

menumpuk zat-zat makanan yang dapat digunakan oleh biji setelah perkecambahan. Pada

banyak dikotil, cadangan makanan endosperm diangkut ke kotiledon (keping biji) sebelum

biji itu menyelesaikan perkembangannya, dan sebagai akibatnya biji dewasa itu tidak

mengandung endosperma.

2. Perkembangan Embrio

Pembelahan embrio pertama yang dilakukan oleh zigot adalah transversal, yang

membagi sel telur yang telah dibuahi itu menjadi sebuah sel basal dan sebuah sel terminal Sel

terminal akhirnya akan membentuk sebagian besar embrio itu. Sel basal akan terus membelah

diri secara transversal, menghasilkan suatu benang sel-sel yang disebut suspensor

(penggantung), yang akan menjaga agar embrio tetap berada di integumen bakal-biji dan

memindahkan zat-zat makanan ke embrio tersebut dari tumbuhan induk dan, pada beberapa

tumbuhan, dari endospermanya. Sementara itu, sel terminal akan membelah diri beberapa kali

dan membentuk suatu proembrio yang berbantuk bola yang bertaut dengan suspensor tadi.

Kotiledon, atau keping biji, mulai terbentuk sebagai benjolan pada proembrio tersebut.

Dikotil, dengan kedua kotiledonnya, berbentuk seperti jantung pada tahap ini. Hanya satu

kotiledon saja yang berkembang pada monokotil.


Segera setelah kotiledon-kotiledon yang belum sempurna ini muncul, embrio akan

memanjang. Di antara kotiledon terdapat meristem apikal dari tunas embrionik. Ada ujung

berlawanan dari sumbu embrio tersebut, di mana suspensor akan bertaut, terdapat ujung dari

akar embrionik, juga dengan sebuah meristem. Setelah biji berkecambah, meristem apikal

yang terletak pada ujung tunas dan akar akan menyokong pertumbuhan primer selama

tumbuhan itu hidup. Ketiga meristem primer—protoderm, meristem dasar, dan

prokambium—juga ada pada embrio. Dengan demikian, perkembangan embrio menghasilkan

dua ciri bentuk tumbuhan; sumbu akar-tunas, dengan meristem pada ujung yang berlawanan;

dan pola radial protoderm, meristem dasar, dan prokambium, kumpulan yang akan

menyebabkan munculnya ketiga sistem jaringan (jaringan dermal, jaringan dasar, dan

jaringan pembuluh). Sementara embrio berkembang, biji akan menumpuk protein, minyak,

pati dan menahan zat-zat makanan ini dalam tempat penyimpanan sampai biji tersebut

berkecambah.

3. Struktur Biji Dewasa

Dalam tahap pematangannya, biji akan mengalami dehidrasi samapi kandungan airnya

hanya sekitar 5% hingga 15% dari bobotnya. Embrio tersebut akan berhenti bertumbuh

kembang sampai biji berkecambah. Embrio dikelilingi oleh kotiledonnya yang sudah

membesar, oleh endosperma, atau oleh keduanya. Embrio dan persediaan makanannya

terbungkus oleh suatu selaput biji (seed coat) yang terbentuk dari integumen bakal-biji, nenek

moyang biji. Dengan membuka biji kacang, akan terlihat lebih jelas jenis biji-dikotil. Pada

tahapan ini, embrio merupakan suatu struktur memanjang, sumbu embrioniknya, bertaut pada

kotiledon berdaging. Di bawah titik di mana kotiledon bertaut, sumbu embrionik itu disebut

hipokotil. Hipokotil berakhir pada radikula (radicle) atau akar embrionik. Bagian sumbu
embrionik di atas kotiledon adalah epikotil. Pada ujungnya terdapat plumula, yang terdiri dari

ujung tunas dengan sepasang daun miniatur. Kotiledon kacang berdaging sebelum biji itu

berkecambah karena kotiledon menyerap makanan dari endosperma ketika biji berkembang.

Namun demikian, biji beberapa dikotil, seprti biji jarak, memeprtahankan persediaan

makanannya dalam endosperma dan memiliki kotiledon yang sangat tipis. Kotiledon itu akan

menyerap zat-zat makanan dari endosperma dan memindahkannya ke embrio ketika biji itu

mulai berkecambah. Biji monokotil memiliki sebuah kotiledon. Anggota famili rumput-

rumputan, yang meliputi jagung dan gandum, memiliki jenis kotiledon khusus yang disebut

skuletum. Skuletum itu sangat tipis, dengan luas permukaan yang sangat besar yang

ditekankan ke arah endosperma, di mana dari endosperma ini skuletum akan menyerap zat-

zat makanan selama perkecambahan. Embrio dari suatu biji rumpur-rumputan erbunkgus oleh

lapisan pembungkus yang terdiri dari koleorhiza, yang menutupi akar, dan koleoptil, yang

menyelubungi tunas embrionik.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Reproduksi merupakan langkah perkembangan penting dalam siklus hidup tanaman

yang lebih tinggi, untuk memungkinkan gen induk akan diturunkan kegenerasi berikutnya.

Generasi sporofit dan gametofit bergiliran dalam siklus hidup tumbuhan. Gametofit jantan

berkembang dalam kepala sari dan gametofit betina didalam ovarium.

Perkembangan gamet tumbuhan terjadi pada gamet jantan dan gamet betina.
Proses penyerbukan ialah penyatuan gamet jantan dan betina. Pada fertilisasi ganda

menyatukan gametofit jantan dan betina.

Bakal biji berkembang menjadi biji yang mengandung embrio dan persediaan makanan.

Proses Penyerbukan Dan Fertilisasi Pada Tanaman


Penyerbukan adalah pemindahan serbuk sari dari antera ke stigma, yang merupakan
interaksi antara organ jantan dengan betina yang pertama dalam proses reproduksi.
Berdasarkan sumber serbuk sari, penyerbukan dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Penyerbukan sendiri, apabila serbuk sari berasal dari bunga yang sama atau dari
bunga lain pada tanaman yang sama. Penyerbukan sendiri dapat terjadi apabila bunga
tidak mekar atau meskipun mekar tetap tertutup oleh bagian bunga yang lain
(misalnya Adenium, Ficus), atau antera pecah sebelum bunga mekar (misalnya
Caesalpinia pulcherima atau bunga merak), dan terjadi pada tanaman yang
mempunyai bunga hermaprodit dan self-compatible. Tanaman yang menyerbuk
sendiri menghasilkan benih dengan kemurnian yang tinggi.
2. Penyerbukan silang, apabila serbuk sari berasal dari tanaman yang berbeda.

Beberapa mekanisme yang digunakan tanaman untuk mencegah terjadinya penyerbukan


sendiri dan mendorong penyerbukan silang, di antaranya adalah :

1. Steril jantan, serbuk sari yang dihasilkan tidak viabel (steril)


2. Monoesi dan dioesi, organ reproduksi jantan dan betina terbentuk pada struktur yang
berbeda dalam satu tanaman atau pada tanaman yang berbeda (pemisahan spatial)
3. Struktur bunga yang heteromorfik (pistil lebih panjang daripada stamen atau stamen
lebih panjang daripada petil)
4. Dikogami, stigma dan serbuk sari masak pada saat yang tidak bersamaan (pemisahan
temporal), sehingga penyerbukan sendiri tidak terjadi. Protandrus, jika serbuk sari
masak lebih dulu daripada stigma, dan protoginus, jika stigma masak lebih dulu
daripada serbuk sari.
5. Self-Incompatibility, penghambatan pertumbuhan tabung serbuk sari sehingga tidak
dapat mencapai sel telur dan tidak terjadi fertilisasi.

Penyerbukan silang dapat mempertahankan keragaman genetik tanaman, suatu kondisi


yang umumnya dikehendaki dalam produksi benih tanaman kehutanan, karena dengan
keragaman genetik yang tinggi diharapkan dapat lebih beradaptasi dengan lingkungan selama
pertumbuhan yang panjang. Sebaliknya penyerbukan silang dapat menurunkan kemurnian
benih, misalnya bila terjadi antar varietas yang berbeda, suatu kondisi yang tidak dikehendaki
dalam produksi benih tanaman semusim karena akan menghasilkan benih dengan kemurnian
genetik rendah dan tanaman yang dihasilkan beragam.
Penyerbukan yang memadai dan terjadi saat serbuk sari viabel serta stigma mencapai
masa reseptif akan menghasilkan buah atau benih dalam jumlah yang cukup dan kualitas
yang tinggi. Oleh karena itu, vektor yang membantu pemindahan serbuk sari dari antera ke
permukaan stigma mempunyai peran penting dalam prduksi benih. Vektor serbuk sari dapat
dibagi menjadi dua, abiotik (angin, air) dan biotik (serangga, burung, kelelawar, marsupial,
semut, mamalia,dsb). Struktur permukaan serbuk sari dapat digunakan untuk idenrifikasi
vektor serbuk sari. Tanaman yang penyerbukannya dibantu oleh serangga umumnya
mempunyai serbuk sari yang lengket sehingga mempermudah serbuk sari menempel pada
bagian tubuh serangga. Sebaliknya tanaman yang diserbuk oleh angin mempunyai serbuk sari
yang ringan, sehingga mudah terbawa oleh angin.

Ciri-ciri tanaman yang diserbuki Angin :

1. Biasanya monosius atau diosius


2. Kelopak dan mahkota kecil dan atau tidak menarik
3. Bunga memproduksi sedikit atau bahkan tidak sama sekali pemikat (imbalan), yaitu
nektar dan aroma
4. Memproduksi serbuk sari dalam jumlah yang besar
5. Serbuk sari kecil dan kering, dapat disebarkan sebagai serbuk sari tunggal atau
kelompok/gumpalan kecil, kadang-kadang mempunyai struktur tambahan yang
mempermudah dibawa angin (kantong udara).
6. Struktur tanaman (bunga jantan menjulur keluar, misalnya jagung) dan struktur bunga
jantan (berbentuk untaian yang mudah digerakkan angin) memungkinkan serbuk sari
dibawa angin dengan mudah
7. Stigma besar sehingga memungkinkan pengumpulan serbuk sari secara maksimal
(berbulu atau berambut).

Ciri-ciri tanaman yang disebuki oleh vektor biotik :

1. Tanaman menyediakan imbalan (reward), umumnya adalah makanan (nektar, serbuk


sari, lemak), perlindungan, atau tempat berkembang biak.
2. Warna bunga (kelopak dan mahkota) menarik, bunga mengeluarkan aroma.
3. Produksi serbuk sari relatif sedikit, struktur serbuk sari lengket dan tidak rata
sehingga mudah menempel pada tubuh vektor.
4. Antesis bersamaan dengan produksi nektar dan atau serbuk sari.

Fertilisasi adalah penyatuan (fusi) sperma dan sel telur yang menghasilkan zigot dan
merupakan proses yang paling penting dalam siklus reproduksi tanaman. Pada angiosperma
terjadi fertilisasi ganda, dimana satu sperma membuahi sel telur membentuk zigot yang
kemudian berkembang menjadi embrio, dan satu sperma yang lain membuahi inti sekunder
(fusi dua intipolar) membentuk endosperma yang berfungsi untuk menyediakan makanan
bagi perkembangan embrio. Oleh karena itu, hampir semua angiosperma yang mengalami
fertilisasi mempunyai endosperma untuk perkembangan embrio.
Fertilisasi Ganda :

1 sel sperma (gamet jantan) + sel telur => Zigot (2N)

1 sel sperma (gamet jantan )+2 inti polar => inti endosperma (cikal bakal endosperma - 3N
atau lebih).

Proses fertilisasi dimulai ketika tabung sari mencapai mikropil dan menembus salah satu
sinergid dan menumpahkan seluruh cairan sel ke dalamnya, sehingga dalam sel sinergid
tersebut terdapat 1 inti sel sinergid, 1 inti sel vegetatif, 2 inti sel sperma, gabungan sitoplasma
sel sinergid (tetua betina), dan sitoplasma serbuk sari. Selanjutnya satu inti sperma
menembus membran sel sentral membuahi inti sekunder (dua inti polar yang mengalami fusi)
membentuk endosperma, sedangkan satu inti sperma yang lain menembus membran sel telur
dan membuahi sel telur.

Setelah terjadi fertilisasi, tiga sel antipodal pada kalaza mengalami degenerasi atau
proliferasi. Jika terjadi proliferasi, sel-sel tersebut dapat berfungsi sebagai jaringan transfer
nutrisi dari tanaman induk (melalui funikulus) ke kantong embrio.

Umumnya inti endosperma segera membelah untuk menyediakan nutrisi bagi


perkembangan embrio, sedangkan zigot mengalami dormansi beberapa saat yang diduga
untuk menunggu perkembangan endosperma. Endosperma pada umumnya triploid (3N),
tetapi ada beberapa yang diploid, pentaploid, atau poliploid tergantung inti polar yang
terbentuk.

Kantung embrio merupakan mametoft betina yang berkembang dalam struktur bakal biji
(ovele) yang terbungkus oleh ovarium atau bagian pangkal putik. Elrod, S., dan Stansfeld, W.
2 !. S"haum#s $enetika edisi %. &enerbit Erlangga. 'akarta.
Tahapan dari perkembangan kantung embrio atau gametofit betina diawali dengan
adanya bakal biji mengandung sporangium yang terbentuk di dalam ovarium. Satu sel yang
ada dalam sporangium mengalami proses megasporosit yang tumbuh dan mengalami meiosis.
Setelah mengalami meiosis, dihasilkan empat megaspora haploid. Pada angiosperma, hanya
satu diantara megaspora tersebut yang akan bertahan hidup. Megaspora ini akan terus
tumbuhdan nukleusnya membelah melalui mitosis yang berlangsung selama tiga kali dan
menghasilkan satu sel besar dengan delapan nukleus haploid. Struktur membran inilah yang
disebut dengan kantung embrio atau gametofit betina. Pada salah satu ujung kantong embrio
terdapat tiga sel, sel telur dan gamet betina, dan dua sel sinergit yang menggapit telur. Pada
ujung yang berlawanan terdapat tiga sel antipodal. Kedua nukleus lainya disebut dengan
nukleus polar tidak dibagi kedalam sel-sel yang terpisah akan tetapi berbagi sitoplasma
sel pusat yang besar pada kantung embrio tersebut. akal biji sekarang terdiri dari kantung
embrio dan intergumen !lapisan pelindung jaringan sporofit yang terletak di sekitar kantung
embrio !
ampbell, . *., dan 'ane +. . 2 -. +iologi 2 Edisi . Erlangga. 'akarta./enurut *ri0ona
(2 ) dalam Septina (2 %) serbuk sari atau polen adalah alat reproduksi jantan yang
terdapat pada tumbuhan dan mempunyai 1ungsi yang sama dengan sperma sebagai alat
reproduksi jantan pada he an. Serbuk sari terletak pada kepala sari (antera), tepatnya dalam
kantung yang disebut ruang serbuk sari (the"a) (Septina, 2 %).
-jaringan stilus (Septina, 2004).M
104G
A
K
C
()fM
ygsvjP
w
.L
etlahbrdpkui,oncm
S egpolubhjyvs
anftdrikm

Reproduksi generatif adalah terjadinya individu baru yang didahului dengan peleburan dua
sel gamet. Peristiwa ini disebut pembuahan. Pembuahan (fertilisasi) pada tumbuhan berbiji
akan terjadi kalau didahului adanya proses penyerbukan (persarian/polenasi).

Penyerbukan

Struktur bunga

Penyerbukan adalah sampainya serbuk sari pada tempat tujuan. Pada tumbuhan
Gymnospermae, tujuan serbuk sari adalah tetes penyerbukan, sedangkan pada tumbuhan
Angiospermae, tujuan serbuk sari adalah kepala putik.

Macam-macam penyerbukan
a. Berdasarkan penyebab sampainya serbuk sari pada tujuan

1. Anemogami: penyerbukan yang disebabkan oleh angin.

Ciri-ciri tumbuhan yang penyerbukannya dibantu oleh angin ialah:

 bunganya tidak bermahkota


 serbuk sarinya bergantungan kedudukannya
 serbuk sarinya banyak dan ringan
 kepala putiknya besar.

Contohnya: rumput, tebu, dan alang-alang.

2. Zoidiogami: penyerbukan yang dibantu oleh hewan.

Berdasarkan jenis hewannya dapat dibedakan lagi menjadi:

 Entomogami:penyebabnya adalahserangga.Tumbuhan yang penyerbukannya


memerlukan bantuan serangga umumnya mempunyai ciri-ciri:
o mahkota bunga berwarna mencolok
o mengeluarkan bau yang khas
o mempunyai kelenjar madu
 Ornitogami: penyerbukan karena bantuan burung, terjadi pada tumbuhan yang
bunganya mengandung madu atau air.
 Kiropterogami: penyerbukan karena bantuan kelelawar, terjadi pada tumbuhan yang
bunganya mekar pada malam hari.
 Malakogami: penyerbukan karena bantuan siput, terjadi pada tumbuhan yang banyak
dilekati siput.

3. Hidrogami: penyerbukan karena bantuan air. Ini pada umumnya terjadi pada tumbuhan
yang hidup di dalam air, misalnya Hydrilla.

4. Antropogami: disebut juga penyerbukan buatan atau sengaja, yaitu penyerbukan karena
bantuan manusia. Hal ini dilakukan oleh manusia karena tidak terdapatnya vektor yang dapat
membantu penyerbukan. Contohnya, tumbuhan vanili.

kebanyakan bunga diserbuki oleh


serangga
pada kelompok padi, jagung, alang2
dsb penyerbukannya dibantu angin

Burung Kolibri, salah satu hewan Bunga Vanili, salah satu contoh
penyerbuk tumbuhan yang penyerbukannya
dibantu manusia

b. Berdasarkan asal serbuk sari

1. Autogami atau penyerbukan sendiri. Autogami dapat terjadi bila serbuk sari berasal
dari bunga yang sama. Autogami sering terjadi pada saat bunga belum mekar disebut
kleistogami.
2. Geitonogami atau penyerbukan tetangga, yaitu penyerbukan di mana serbuk sari
berasal dari bunga yang berlainan tetapi masih dalam satu individu.
3. Alogami atau penyerbukan silang, yaitu penyerbukan di mana serbuk sari berasal dari
bunga individu lain tetapi masih dalam satu species/jenis.
4. Bastar yaitu penyerbukan di mana serbuk sari dan putik berasal dari spesies lain.

Terjadinya penyerbukan belum memberi jaminan akan terjadinya pembuahan, karena buluh
serbuk sari yang berasal dari serbuk sari dalam perkembangan selanjutnya belum tentu dapat
mencapai sel telur, yang letaknya di dalam bakal buah jauh dari kepala putik.

Pada beberapa jenis tumbuhan penyerbukannya tidak mungkin terjadi secara autogami
(penyerbukan mandiri). Hal ini antara lain disebabkan oleh:

1. Dioseus (berumah dua), artinya alat kelamin jantan dan alat kelamin betina terdapat pada
individu yang berbeda. Misalnya: melinjo dan salak.

2. Dikogami, bila putik dan serbuk sari suatu bunga masaknya tidak bersamaan. Dikogami
dapat dibedakan atas:

 Protandri, bila serbuk sari suatu bunga masak lebih dulu dari pada putiknya.
Contohnya: bunga jagung, seledri, dan bawang Bombay.
 Protogini, bila putik suatu bunga masak lebih dulu dari serbuk sarinya. Contohnya:
bunga kubis, bunga coklat, dan alpukat.

3. Herkogami, ialah bentuk bunga yang sedemikian rupa, sehingga serbuk sari dari bunga
tersebut tidak dapat jatuh pada kepala putiknya, kecuali dengan bantuan manusia atau hewan.
Contoh: Anggrek, Vanili, dan lain sebagainya.
4. Heterostili, ialah bunga yang mempunyai benang sari dan tangkai putik tidak sama panjang.
Contoh: tumbuhan familia Rubiaceae (kopi, kina, kaca piring, dan lain sebagainya).

Pembuahan

Penyerbukan akan menghasilkan individu baru apabila diikuti oleh pembuahan, yaitu
peleburan antara sel kelamin jantan dengan sel kelamin betina. Pada tumbuhan berbiji dikenal
ada dua macam pembuahan, yaitu pembuahan tunggal pada Gymnospermae, dan pembuahan
ganda pada Angiospermae.

a. Pembuahan tunggal

Proses pembuahan
tunggal pada Pinus (Gymnospermae)

Terjadi pada tumbuhan Gymnospermae atau tumbuhan berbiji terbuka. Serbuk sari akan
sampai pada tetes penyerbukan, kemudian dengan mengeringnya tetes penyerbukan, serbuk
sari yang telah jatuh di dalamnya akan diserap masuk ke ruang serbuk sari melalui mikrofil.
Serbuk sari ini sesungguhnya terdiri atas dua sel, yaitu sel generatif atau yang kecil dan sel
vegetatif yang besar, hampir menyelubungi sel generatif. Serbuk sari ini kemudian tumbuh
membentuk buluh serbuk sari, yang kemudian bergerak ke ruang arkegonium. Karena
pembentukan buluh serbuk sari maka sel-sel yang terdapat di antara ruang serbuk sari dan
ruang arkegonium terdesak ke samping akan terlarut. Sementara itu di dalam buluh ini sel
generatif membelah menjadi dua dan menghasilkan sel dinding atau sel dislokator, dan sel
spermatogen atau calon spermatozoid. Sel spermatogen kemudian membelah menjadi dua sel
permatozoid. Setelah sampai di ruang arkegonium, sel vegetatif lenyap, dan kedua sel
spermatozoid lepas ke dalam ruang arkegonium yang berisi cairan, sehingga spermatozoid
dapat berenang di dalamnya. Pada ruang arkegonium terdapat sejumlah sel telur yang besar.
Tiap sel telur bersatu dengan satu spermatozoid, sehingga pembuahan pada Gymnospermae
selalu mengasilkan zigot yang kemudian tumbuh dan berkembang menjadi embrio.
Pembuahan tunggal seperti ini misalnya terjadi pada pohon Pinus.

b. Pembuahan ganda

Proses pembuahan
ganda pada Angiospermae

http://biologimediacentre.com/reproduksi-generatif-pada-tumbuhan/

Terjadi pada tumbuhan Angiospermae atau tumbuhan berbiji tertutup.

1. Perkembangan serbuk sari

Serbuk sari yang jatuh di kepala putih terdiri atas satu sel dengan dua dinding pembungkus,
yaitu: eksin (selaput luar) dan intin (selaput dalam). Eksin pecah, kemudian intin tumbuh
memanjang membuat buluh serbuk sari. Buluh serbuk sari ini akan tumbuh menuju ke ruang
bakal biji. Bersamaan dengan ini inti sel serbuk sari membelah menjadi 2, yang besar didepan
adalah inti vegetatif sebagai penunjuk jalan, dan yang kecil di belakang adalah inti generatif.
Inti generatif membelah lagi menjadi dua inti generatif atau spermatozoid, yaitu inti
generatif 1 dan inti generatif 2.

2. Pembentukan sel telur

Bersamaan dengan perkembangan serbuk sari dalam buluh serbuk sari, di dalam ruang bakal
biji sel induk megaspora (megasporosit/makrosporosit) membelah secara meiosis menjadi
4 sel. Tiga di antaranya mati dan yang satu tumbuh menjadi sel megaspora/makrospora
(inti kandung lembaga primer). Inti sel megaspora ini selanjutnya membelah mitosis 3x,
sehingga terbentuklah 8 inti. Ke-8 inti tersebut kemudian masing-masing akan terbungkus
membran sehingga menjadi sel yang terpisah. Karena itu sel-sel di dalam bakal biji sering
disebut multigamet.

Langkah berikutnya, 8 sel tersebut membentuk formasi di dalam bakal biji. Tiga sel
menempatkan diri di bagian atas bakal biji disebut antipoda. Yang di bagian bawah dekat
mikrofil, 3 sel menempatkan diri berdekatan. Yang tengah adalah ovum, sedang mengapitnya
sebelah kanan dan kiri adalah sinergid. Dua sel yang tersisa bergerak ke tengah bakal biji dan
bersatu melebur membentuk inti kandung lembaga sekunder sehingga menjadi sel yang
diploid (2n).

Jika terjadi pembuahan inti generatif 1 membuahi ovum membentuk zigot, sedang inti
generatif 2 membuahi inti kandung lembaga sekunder menghasilkan endosperm (3n) sebagai
cadangan makanan untuk zigot. Inilah yang dinamakan pembuahan ganda. Sementara itu inti
vegetatif akan mati setelah sampai di bakal biji.

 inti generatif 1 (n) + ovum (n) —–> zigot (2n)


 inti generatif 2 (n) + inti kandung lembaga sekunder (2n) —–> endosperm (3n)

Masuknya inti generatif ke dalam ruang bakal biji ada beberapa cara, yaitu:

 Porogami : bila dalam pembuahan masuknya spermatozoid melalui mikrofil.


 Aporogami : bila masuknya spermatozoid tidak melalui mikrofil. Bila masuknya
spermatozoid melalui kalaza, maka disebut kalazogami.

Embrio pada tumbuhan berbiji dapat terjadi karena:

a) Amfiksis (amfmiksis), yaitu terjadinya embrio melalui peleburan antara ovum dan sel
spermatozoid.

b) Apomiksis,embrio terjadi bukan dari peleburan sel telur dengan sel spermatozoid.
Apomiksis dapat terjadi karena:

 Partenogenesis, yaitu pembentukan embrio dari sel telur tanpa adanya pembuahan.
 Apogami, yaitu embrio yang terjadi dari bagian lain dari kandung lembaga tanpa
adanya pembuahan, misalnya dari sinergid atau antipoda.
 Embrioni adventif, yaitu embrio yang terjadi dari selain kandung lembaga. Misalnya,
dari sel nuselus.
Terjadinya amfimiksis dan apomiksis secara bersama-sama menyebabkan terdapatnya lebih
dari satu embrio dalam satu biji. Peristiwa ini disebut poliembrioni. Poliembrioni sering
dijumpai pada jeruk, mangga, nangka, dan sebagainya.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Embrio Tumbuhan adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet-gamet
jantan dan betina pada suatu proses pembuahan. Embrio yang berkembangnya sempurna
terdiri dari struktur-struktur sebagai berikut : epikotil (calon pucuk), hipokotil (calon batang),
kotiledon (calon daun) dan radikula (calon akar). Tanaman di dalam kelas Angiospermae
diklasifikasikan oleh banyaknya jumlah kotiledon. Tanaman monokotiledon mempunyai satu
kotiledon misalnya : rerumputan dan bawang. Tanaman dikotiledon mempunyai dua
kotiledon misalnya kacang-kacangan sedangakan pada kelas Gymnospermae pada umumnya
mempunyai lebih dari 2 kotiledon misalnya pinus, yang mempunyai sampai sebanyak 15
kotiledon. Pada rerumputan (grasses) kotiledon yang seperti ini disebut scutellum, kuncup
embrioniknya disebut plumulle yang ditutupi oleh upih pelindung yang disebut koleoptil,
sedangkan pada bagian bawah terdapat akar embrionik yang disebut ridicule yang ditutupi
oleh upih pelindung yang disebut coleorhiza.

Sedangkan Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,


khususnya tanaman berbiji. Tahap perkembangan ini disebut perkecambahan.
Perkecambahan biji monokotil dan dikotil memiliki perbedaan. Baik dari segi struktur
maupun pertumbuhannya.

Pertumbuhan dan perkembangan pada pertumbuhan biji dimulai dengan perkecambahan.


Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil dari biji). Embrio yang
merupakan calon individu baru terdapat di dalam biji. Jika suatu biji tanaman ditempatkan
pada lingkungan yang menunjang dan memadai, biji tersebut akan berkecambah.

B. Rumusan Masalah
Ada beberapa masalah yang dapat penulis rumuskan dalam makalah ini adalah:

1. Mengapa kacang tanah termasuk biji dikotil?

2. Mengapa jagung termasuk biji monokotil?

3. Apa perbedaan biji dikotil dan biji monokotil?

4. Apa perbedaan perkecambahan biji monokotil dan dikotil?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan laporan ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Mengetahui struktur biji monokotil dan dikotil

2. Mengetahui perkecambahan pada biji monokotil dan dikotil.

BAB II

PEMBAHASAN

A. STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN EMBRIO MONOKOTIL DAN DIKOTIL

1. Struktur Embrio monokotil dan dikotil

Pada tumbuhan, istilah embrio hanya dipakai untuk tumbuhan kecil yang terbentuk dalam biji
yang berada dalam keadaan dormansi, menunggu kondisi lingkungan yang tepat untuk
berkecambah. Struktur umum tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Biji berisi embrio yang
dilindungi oleh kulit biji, dibekali dengan sumber makanan cadangan yang disimpan dalam
keping biji (kotiledon) atau jaringan khusus (endosperm). Embrio mengandung sumbu
halus/pendek dengan dua kutub yaitu titik tumbuh akar dan titik tumbuh tunas. Pada sumbu
tersebut ke arah lateral terbentuk kotiledon atau daun lembaga.
Pada kondisi yang sesuai biji berkecambah dan tanaman muda (seedling) akan muncul.
Tanaman muda yang tumbuh menampakkan akar yang biasanya di dalam tanah, serta pucuk
yang menampakkan batang dan daun biasanya di atas tanah. Pertumbuhan pucuk dan akar
melalui pembentukan sel-sel baru oleh jaringan meristem dari titik tumbuh dan diikuti oleh
pertumbuhan serta diferensiasi sel-sel. Meristem tersebut membentuk bakal daun, dan di
ujung sumbu batang bakal daun bersama meristem apeks membentuk tunas terminal.

Pada ketiak daun dibentuk tunas ketiak. Pada akar primer dibentuk akar lateral. Bila tanaman
menjadi dewasa, dibentuk bunga kemudian terjadi penyerbukan dan pembuahan. Buah yang
berisi biji akan berkembang dan melangkapi daur hidup.

2. Perbedaan antara embrio dikotil dan embrio monokotil adalah sebagai berikut:

a. Embrio Dikotil

· > Kotiledon berbentuk seperti daun

· > Di bagian bawah kotiledon terdapat sumbu mirip batang, yaitu Hipokotil

· > Di ujung atas hipokotil terdapat calon tunas pucuk, sedang di ujung bawah hipokotil
terdapat calon akar

· >Terdapat Prokambium yang merupakan meristem primer, nantinya akan menjalani


diferensiasi membentuk jaringan pembuluh primer

b. Embrio Monokotil

· >Terdapat tonjolan jaringan pembuluh, yaitu epiblas

· >Ujung pucuk terbungkus dalam daun berbentuk pipih yang berfungsi analog dengan
tudung akar yang disebut koleoptil

· >Terdapat akar lembaga (radikula) dan tudung akar di bagian bawah sumbu

· >Terdapat jaringan bentuk seludang (koleoriza) yang berfungsi untuk melindungi


embrio atau mengelilingi akar yang berkembang

Gambar2: diagram Embrio tumbuhan dikotil (a) dan tumbuhan monokotil (b)

3. Perkembangan Embrio monokotil dan dikotil

Pembelahan sel mengubah zigot bersel satu menjadi tumbuhan bersel banyak. Sejak stadium
awal perkembangan terjadi pola penyebaran sel di keseluruhan embrio, sehingga dihasilkan
bentuk-bentuk yang dapat dilihat (kotiledon, hipokotil, radikula, epikotil/plumula).
Pembelahan sel dalam embrio diiringi dengan pertumbuhan dan vakuolasi (dibentuknya
vakuola yang membesar) dari sel-sel yang terjadi untuk memulai organisasi jaringan berikut:

· =>bakal epidermis oleh lapisan permukaan yang meristematik yaitu protoderm.

· => meristem dasar untuk bakal korteks yang bervakuolasi melebihi sel jaringan di
sebelahnya.

· =>jaringan tengah yang kurang tervakuolasi dan memanjang di sepanjang sumbu


hipokotil-akar (prokambium) membentuk meristem bakal jaringan pembuluh.

Setelah zigot berkembang menjadi embrio dalam biji yang berkecambah, meristem apeks
pucuk membentuk daun, buku dan ruas. Di ketiak daun meristem kuncup tumbuh menjadi
cabang. Meristem apeks akar menghasilkan akar primer.

Tumbuhan memiliki pertumbuhan terbuka karena adanya daerah jaringan yang tetap bersifat
embrional, yakni meristem. Pada meristem terjadi penambahan sel baru, sementara sel lama
terdiferensiasi menjadi bagian baru pada akar maupun batang. Pertumbuhan itu dinamakan
pertumbuhan primer, dan tubuh tumbuhan yang dihasilkan disebut tubuh primer. Banyak
tumbuhan menebalkan akar dan batangnya dengan menambah jaringan pembuluh di dalam
tubuhnya. Penebalan itu dihasilkan oleh kambium pembuluh dan disebut pertumbuhan
sekunder.

Pertumbuhan sekunder pada tumbuhan berbiji disebabkan oleh aktivitas meristem lateral
yaitu kambium pembuluh. Kambium berasal dari prokambium yang terdapat di dalam berkas
pembuluh dan sebagian dari parenkim interfaskuler. Bagian dari kambium terdapat di dalam
berkas pembuluh dan di antara berkas pembuluh, merupakan suatu lingkaran tertutup. Pada
pertumbuhan sekunder, kambium membentuk xilem sekunder ke arah dalam (ke tengah-
tengah batang) dan floem sekunder ke arah luar. Sehingga xilem sekunder tersebut
mengelilingi xilem primer, floem sekunder mengelilingi kambium. Xilem sekunder dan
floem sekunder terdapat di antara xilem dan floem primer.

Alat pembentuk tubuh tumbuhan, yaitu: akar, batang, daun, bunga buah dan biji dibangun
oleh sel yang menyusun berbagai jaringan. Sel tumbuhan adalah satuan terkecil dalam
tumbuhan yang berisi subtansi hidup (protoplasma) dan diselubungi oleh dinding sel.
Sekelompok sel yang berbeda struktur dan fungsi atau keduanya dari kelompokan selain
disebut jaringan.
Sachs (1875) membagi jaringan menjadi 3 sistem berdasarkan kesinambungan topografisnya,
yaitu:

· = > sistem derminal, meliputi: epidermis (pelindung pertama/primer di bagian luar tubuh),
dan periderm (pengganti epidermis pada pertumbuhan sekunder).

· => Sistem jaringan pembuluh, meliputi: xilem (pengangkut air dan garam mineral), dan
floem (pengangkut hasil fotosintesis).

· => Sistem jaringan dasar, meliputi parenkim (jaringan sinambung pada korteks akar,
batang, mesofil daun, dan jari-jari empulur), kolenkim (jaringan berdinding tebal yang terdiri
dari sel-sel hidup), serta sklerenkim (jaringan berdinding tebal, berkayu dan terdiri dari sel-
sel mati).

Dalam tubuh tumbuhan, jaringan tersebar dalam pola yang khas bagi kelompok tumbuhan
bersangkutan, misalnya:

· =>Pada batang dikotil, jaringan pembuluh membentuk silinder berongga berisi


jaringan dasar yaitu empulur dan ada di antara jaringan pembuluh dan jaringan dermai
terdapat korteks.

· =>Pada daun dikotil, jaringan pembuluh membentuk sistem yang beranastomosis


dalam jaringan dasar yang terdiferensiasi menjadi mesofil.

· =>Pada akar dikotil, silinder jaringan pembuluh sering tidak mengelilingi empulur
namun ada korteks.

GAMBAR TAHAP PERKEMBANGAN EMBRIO DIKOTIL PADA CASPELLA


BURSA- PASTORIS

GAMBAR TAHAP PERKEMBANGAN EMBRIO MONOKOTIL

B. PENGERTIAN PERKECAMBAHAN

Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang


memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji
tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula.
(Bagod Sudjadi, 2006)

Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil


perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses perubahan
embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, dan
radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar. (Istamar Syamsuri, 2004)

Perkecambahan merupakan sustu proses dimana radikula (akar embrionik) memanjang ke


luar menembus kulit biji. Di balik gejala morfologi dengan pemunculan radikula tersebut,
terjadi proses fisiologi-biokemis yang kompleks, dikenal sebagai proses perkecambahan
fisiologis. (Salisbury, 1985)

1. Tipe Perkecambahan Biji Monokotil


Tipe perkecambahan biji mononkotil adalah hypogeal, yaitu tumbuhnya epikotil yang
memanjang sehingga plumula keluar menembus kulit biji dan muncul diatas permukaan
tanah, sedangkan kotiledon tertinggal dalam tanah contoh perkecambahan biji jagung.

2. Tipe Perkecambahan Biji Dikotil


Tipe perkecambahan biji dikotil adalah epigeal, yaitu tumbuhnya hipokotil yang memanjang
sehingga plumula dan kotiledon terangkat kepermukaan tanah. Kotiledon tersebut dapat
melakukan fotosisntesis selama daun belum terbentuk contoh perkecambahan kacang tanah.

3. Struktur Biji Monokotil Dan Dikotil


Dari hasil penelitian anatomi tanaman dikotil dan monokotil diperoleh bahwa biji tanaman
dikotil dan monokotil mempunyai bagian-bagian biji yaitu cadangan makanan, kulit biji,
epikotil, kotiledon, hipokotil dan radikula.

Pada biji ada beberapa struktur , yaitu :

1. Kotiledon, cadangan makanan embrio


2. Plumula, berdeferensiasi menjadi bakal daun
3. Radikula, bakal calon akar
4. Epikotil, bakal batang yang berada di atas kotiledon
5. Hipokoti, bakal batang yang berada di bawah kotledon
6. Skutelum, permukaan keras
7. Testa, pelindung biji
Dalam proses perkecambahan ini organ pertama yang muncul dari biji yang berkecambah
adalah radikula, berikutnya ujung radikula harus menembus permukaan tanah.Pada banyak
tumbuhan dikotil dengan rangsangan oleh cahaya, ruas batang dibawah daun lembaga
(hipokotil) akan tumbuh lurus mengangkat kotiledon dan epikotil. Dengan demikian epikotil
dan kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah. Epikotil memunculkan helai daun
pertamanya mengembang dan menjadi hijau, serta mulai membuat makanan melalui
fotosintesis. kotiledon akan layu dan rontok dari benih karena cadangan makanannya telah
habis oleh embrio yang berkecambah.

Makanan untuk pertumbuhan embrio diperoleh daricadangan makanan karena belum


terbentuknya klorofil yang diperlukan dalam fotosintesis. Pada tumbuhan dikotil makana
diperoleh dari kotiledon, sedangkan pada tumbuhan monokotil diperoleh dari endosperm.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkecambahan


Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya:

a. Air
b. Cahaya
c. Suhu
d. Kelembaban

Anda mungkin juga menyukai