Laporan Kasus Afriadi Word 2010
Laporan Kasus Afriadi Word 2010
Disusun oleh:
Afriadi
090611054
Pembimbing:
2017
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis haturkan kepada Allah
SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas segala rahmat dan
jantung akut”. Penyusunan laporan kasus ini sebagai salah satu tugas dalam
Kedokteran Vaskular Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Fouzal Aswad Sp. JP-
FIHA atas waktu dan tenaga yang telah diluangkan untuk memberikan
bimbingan, saran, arahan, masukan, semangat, dan motivasi bagi penulis sehingga
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan
di masa yang akan datang. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
starling. Dengan demikian, manifestasi klinis gagal jantung terdiri dari berbagai
meliputi regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel dan beban akhir meningkat
Data dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) tahun
2012, di Amerika Serikat terdapat sekitar 5,7 juta penduduk yang menderita gagal
jantung.4 Dimana 55.000 kematian tiap tahunnya disebabkan oleh gagal jantung.5
3
Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 2006 di ruang rawat jalan dan
inap didapatkan 3,23% kasus gagal jantung dari total 11.711 pasien.3 Pasien gagal
penurunan fraksi ejeksi (dikenal sebagai gagal sistolik) atau (2) gagal jantung
dengan fraksi ejeksi tetap (dikenal sebagai gagal jantung diastolik ).2
4
BAB II
STATUS PASIEN
Nama : Tn. I
Umur : 51 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Suku : Aceh
No. CM : 1-11-48-84
2.2 ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : Sesak nafas
Pasien datang ke poli klinik jantung RSUZA dengan keluhan sesak napas
sejak 2 hari yang lalu. Sesak napas timbul saat pasien melakukan aktivitas berat,
seperti mengangkat benda berat dan berkurang apabila pasien duduk. Pasien
mengaku merasa cepat lelah saat berjalan namun keluhan berkurang apabila
pasien istirahat sejenak. Sesak tidak berhubungan dengan perubahan cuaca atau
paparan debu.
5
Nyeri pada dada terasa seperti di remas – remas, tidak hilang pada saat
istirahat, menjalar hingga ke bagian punggung tubuh. Nyeri dada juga disertai
dengan pusing,lemas, dan berkeringat dingin. Pasien juga mengeluhkan mual dan
Pasien mengalami penyakit ini sudah sejak bulan 8 tahun 2016 dan
keluhan ini memberat dalam 2 bulan ini. Pasien juga rutin berobat dan di rawat di
rumah sakit.
Riwayat DM disangkal
spironolacton
- Jenis kelamin
- Olah raga
6
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present
Temperatur : 36,70C
Status General
Kulit
Ikterus : (-)
Anemia : (-)
Sianosis : (-)
Edema : (-)
Kepala
7
Mulut
Leher
Thorax
Thorax depan
1. Inspeksi
Retraksi : (-)
2. Palpasi
Stem Fremitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap. Paru bawah Normal Normal
8
3. Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Thoraks Belakang
1. Inspeksi
Retraksi : (-)
2. Palpasi
Stem Fremitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap. Paru bawah Normal Nomal
9
3. Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap. Paru bawah Sonor Sonor
4. Auskultasi
Suara pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru bawah vesikuler vesikuler
Suara tambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru tengah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru bawah Rh basah basal(-), Rh basah basal(-),
Wh (-) Wh (-)
Jantung
(-),gallop S3(-).
Abdomen
Inspeksi : Siktrik (-), massa (-)
Palpasi : Distensi (-), Undulasi (-)
Perkusi : Tympani, Shifting Dullnes (-)
10
Auskultasi : Peristaltik usus (N)
Ekstremitas
Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianotik - - - -
Edema - - + +
Ikterik - - - -
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Tonus otot Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
Sensibilitas N N N N
Atrofi otot - - - -
11
Ureum 26 13-43 mg/dl
Kreatinin 0,77 0,67-1,17 mg/dl
Asam urat 11,6 3,5-7,2 mg/dl
Natrium 135 132-146 mmol/L
Kalium 2,7 3,7-5,4 mmol/L
Klorida 102 98-106 mmol/L
B. Elektrokardiografi
Tanggal 23 Maret 2017
Interpretasi EKG:
Regularitas : reguler
12
Tanggal 26 Maret 2017
Regularitas : reguler
C. ECHOCARDIOGRAPHY
13
Temuan :
Kontraktilitas RV baik
RESUME
Pasien datang ke poli klinik jantung RSUZA dengan keluhan sesak napas
sejak 2 hari yang lalu. Sesak napas timbul saat pasien melakukan aktivitas berat,
seperti mengangkat benda berat dan berkurang apabila pasien duduk. Pasien
mengaku merasa cepat lelah saat berjalan namun keluhan berkurang apabila
pasien istirahat sejenak. Sesak tidak berhubungan dengan perubahan cuaca atau
paparan debu.
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi dan DM, namun pasien mengaku
mmHg, HR: 88x/i, regular, RR: 24x/i, dispneu (+), Temperatur: 36,70C.
14
Pemeriksaan fisik didapatkan TVJ R+3 cmH2O, Rh basah basal kiri (+), WH basal
paru kiri (+), gallop S3 (-). Kardiomegali (+). EKG : sinus rhytme, 93x/menit,
2.CPC
3.Kardiomiopati
VIII. PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis
1. Bed rest
2. O2 2-4 L/i
3. Posisi semifowler
Farmakologis
RL 10gtt/i
Furosemid 2 ampul / 6 jam
Digoxin 1 x 0,25 mg
Spironolacton 1 x 2,5 mg
Laxadyn syr 1 x CI
15
Allopurinol 1 x 300 mg
Simarc 1 x 2 mg
X. PROGNOSIS
16
Follow up
Tanggal S O A P
24 maret Sesak TD:90/60 ADHF ec O2 2-4 ltr/i
2016 Nyeri mmhg coronary RL 10gtt /i
dada HR/RR: arteri disease Furosemid 2
Pusing 88/24 ampul / 6 jam
Udem (+) T: 36,7 OC Lovenox 0,4 cc
Tidak bisa / jam
BAB 7 hari Digoxin 1 x
0,25 mg
Spironolacton
1 x 2,5 mg
KSR(potassium
chloride)
2 x 1 tab
Laxadyn syr 1
x CI
Allopurinol 1 x
300 mg
Simarc 1 x 2 mg
17
25 maret Sesak TD: 100/70 ADHF ec O2 2-4 ltr/I
2016 Nyeri mmhg coronary RL 10gtt/i
dada HR/RR: arteri disease Furosemid
Pusing 80/22 (aff)
Udem T : 36,8 OC Lovenox 0,4 cc
(berkurang) EKG:T / jam
inverted Digoxin 1 x
antero,lateral 0,25 mg
Spironolacton
1 x 2,5 mg
KSR
(potassium
chloride) 2 x 1
tab
Laxadyn syr 1
x CI
Allopurinol 1 x
300 mg
Simarc 1 x 2 mg
18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Gagal jantung adalah sindroma klinis (sekumpulan tanda dan gejala) yang
ditandai oleh sesak nafas dan fatique (saat istirahat atau saat aktifitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Pada gagal jantung terjadi
keadaan yang mana jantung tidak dapat menghantarkan curah jantung yang cukup
Perbedaan gagal jantung akut dengan gagal jantung kronik terdapat pada onset
waktu, Gagal Jantung Akut (GJA) didefinisikan sebagai serangan cepat/rapid onset
(<24 jam) dari gagal jantung dapat berupa serangan pertama (de novo) ataupun
3.2 Klasifikasi
Gagal jantung juga dibagi berdasarkan gejala klinis yang disebut Forrester
Haemodynamic Subset.
Subsets Deskripsi
I : Warm and Dry (normal) PCWP 15-18 mmHg dan Cl >
2,2L/menit/m3
II : Warm and Wet (Kongesti) PCWP 1>18 mmHg dan Cl >
2,2L/menit/m3
19
III : Cold and Dry (Hipoperfusi) PCWP 15-18 mmHg dan Cl <
2,2L/menit/m3
IV : Cold and Wet (kongesti dan PCWP >18 mmHg dan Cl <
hipoperfusi) 2,2L/menit/m3
Klasifikasi Killip
3.3 Etiologi
Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal. Secara epidemiologi penting
untuk mengetahui penyebab gagal jantung, di Negara maju penyakit arteri koroner
yang menjadi penyebab terbanyak adalah penyakit katup jantung dan penyakit
jantung akibat malnutrisi. Secara garis besar penyebab terbanyak gagal jantung
hipertensi 75%, penyakit katup (10%) serta kardiomiopati dan sebab lain
20
(10%).7
dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolic, meningkatkan risiko terjadinya
jantung. Adanya krisis hipertensi dapat menyebabkan timbulnya gagal jantung akut.7
Aritmia sering ditemukan pada pasien dengan gagal jantung dan dihubungkan
dengan kelainan struktural termasuk hipertropi ventrikel kiri. Atrial fibrilasi dan gagal
jantung akut maupun gagal jantung akibat aritmia. Konsumsi alkohol yang berlebihan
menyebabkan gagal jantung 2-3% dari kasus. Alkohol juga dapat menyebabkan
doksorubisin dan obat antivirus seperti zidofudin juga dapat menyebabkan gagal
3.4 Patofisiologi
1. Gangguan mekanik
21
Beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal atau bersamaaan
yaitu :
Beban tekanan
Beban volume
Aneurisma ventrikel
Disinergi ventrikel
Mekanisme Kompensasi
tekanan darah agar cukup untuk perfusi organ-organ vital. Kompensasi ini termasuk
22
Gambar 3.1
Kedua mekanisme Frank-Starling (yang dipicu oleh kenaikan EDV) dan hipertrofi
oleh kekakuan ventrikel lalu meningkatkan tekanan atrium, yang pada gilirannya
mengakibatkan manifestasi klinis gagal jantung (misalnya, kongesti paru dalam kasus
Mekanisme Frank-Starling
lengkap, sehingga volume darah yang terakumulasi dalam ventrikel selama diastol
lebih tinggi dari normal. Hal ini meningkatkan peregangan pada myofibers, lalu
23
pada kontraksi berikutnya, yang membantu untuk mengosongkan ventrikel kiri yang
namun, dalam kasus gagal jantung berat dengan depresi kontraktilitas, kurva mungkin
hampir datar pada volume diastolik yang lebih tinggi, mengurangi pembesaran dari
cardiac output yang dicapai melalui penigkatan pengisian ruang jantung. Bersamaan
dalam keadaan tersebut, ditandai peningkatan EDV dan EDP (yang disalurkan
retrograde ke atrium kiri, vena paru, dan kapiler) dapat mengakibatkan kongesti paru
dan edema.6
Perubahan Neurohormonal
jantung dalam mengkompensasi curah jantung yang menurun. Tiga kompensasi yang
dan (3) peningkatan hormon antidiuretik (ADH). Mekanisme ini berfungsi untuk
mempertahankan perfusi arteri ke organ vital, bahkan dalam keadaan output jantung
berkurang.
24
Gambar 3.2
output jantung yang berkurang dan tekanan darah pada gagal jantung. Peningkatan
antidiuretik berfungsi untuk mendukung curah jantung dan tekanan darah (kotak).
menghambat cardiac output) dan retensi cairan yang berlebihan, yang menyebabkan
25
Meskipun efek akut dari stimulasi neurohormonal menguntungkan, efek
kronis dari mekanisme ini seringkali pada akhirnya terbukti merusak jantung secara
progresif.6
Banyak pasien dengan gagal jantung tetap asimtomatik untuk waktu yang
lama baik karena penurunan yang ringan atau karena disfungsi jantung yang
Peningkatan preload
Peningkatan afterload
berlebihan
Makan obat gagal jantung tidak teratur, bradikardia yang terlalu pelan
26
3.6 Gejala Klinis
Gejala utama ADHF antara lain sesak napas, konngesti, dan kelelahan yang
sering tidak spesifik untuk gagal jantung dan sirkulasi. Gejala – gejala ini juga dapat
disebabkan oleh kondisi lain yang mirip dengan gejala gagal jantung, komplikasi
yang diidentifikasikan pada pasien dengan gejala ini. Variasi bentuk penyakit
pulmonal termasuk pneumonia, penyakit paru reaktif dan emboli pulmonal, mungkin
27
kongesti usus.
3.7 Diagnosis
dengan manifestasi klinis volume overload atau hipoperfusi atau keduanya (tabel 2).
Pasien yang datang dengan keluhan volume overload relatif mudah untuk
didiagnosis. Mereka umunya memiliki tanda dan gejala kongesti paru (dispneu saat
28
Sedangkan manifestasi cepat kenyang, mual dan muntah merupakan akibat dari
edema traktus gastrointestinal (GI). Kongesti pada hepar dan spleen atau keduanya
menunjukan adanya peningkatan tekanan vena jugular dengan atau tanpa peningkatan
reflex hepatojugular. Asites dan edema perifer juga muncul akibat akumulasi cairan
gejala dan tanda tidak spesifik (tabel 3). Hipotensi dan perburukan fungsi ginjal
Catheter yang merupakan gold standart untuk pengukuran tekanan intrakardiak dan
prediksi terhadap keparahan dan mortalitas yang dikaitkan dengan gagal jantung.
Jantung selain berfungsi sebagai pompa juga berfungsi sebagai organ endokrin yang
berfunsi bersama dengan sistem fisiologi lainnya untuk mengatur volume cairan.
29
Miokardium dalam hal ini menghasilkan natriuretic peptide, salah satunya B – Type
30
3.8 Penatalaksanaan
gagal jantung, perkembangan gagal jantung masih membawa prognosis buruk. Studi
menunjukkan 30-40% dari pasien meninggal dalam waktu 1 tahun sejak diagnosis
dan 60-70% mati dalam waktu 5 tahun, terutama karena perburukan gejala atau
gagal jantung akut pada sindroma koroner akut dapat menggunakan klasifikasi Killip.
31
Persentase kematian pada kilip I sebanyak 6% , kilip II sebanyak 17%, Kilip III
32
BAB 4
PEMBAHASAN
atau tanda-tanda akibat fungsi jantung yang abnormal hal ini dapat terjadi dengan
atau tanpa adanya riwayat penyakit jantung sebelumnya. Keadaan gagal jantung akut
dekompensasi, dapat berupa keadaan dekompensasi yang baru pertama kali (de novo)
dan dapat juga merupakan perburukan dari gagal jantung yang kronis (acute on
chronic). Pada pasien Tn. I serangan yang dirasakan baru terjadi pertama kali,
sebelumny pasien memang pernah merasakan sesak napas sesekali, tetapi pasien
menghiraukannya. Serangan yang terjadi kali ini, dirasakan sangat berat, sesak napas
berat hingga pasien sulit beraktivitas, tiba-tiba terbangun tengah malam karena sesak
napas, nyeri dada. Hal ini seperti yang terdapat dalam tabel
33
Tekanan darah tinggi Sesak napas Biasanya terjadi
(gagal jantung peningkatan tekanan
hipertensif) darah, hipertrofi
ventrikel kiri
Gagal jantung kanan Sesak napas, Bukti disfungsi
kelelahan ventrikel kanan,
peningkatan JVP,
edema perifer,
hepatomegaly,
kongesti usus.
Gejala- gejala gagal jantung yang terjadi pada Tn. I dapat diakibatkan oleh
Dalam pemeriksaan fisik ditemukan batas jantung kiri melebar ke arah lateral, yaitu
pada ICS V 2 jari lateral LMCS, kemungkinan hal ini terjadi karena kompensasi
jantung itu sendiri untuk tetap melakukan fungsinya dalam kontraksi serta relaksasi.
Oedem pada kaki juga merupakan salah satu kegagalan jantung kanan dalam
darah secara normal kembali ke sirkulasi vena, sehingga terkumpul di daerah vena
atau kapiler dan nantinya jaringan akan melepaskan cairan ke intersisial. Rhonki
basah basal di bagian kiri paru juga didapatkan, hal ini juga menunjukkan telah
terdapatnya kongesti pada paru yang diakibatkan oleh kegagalan jantung kanan.
Terapi yang diberikan pada Tn. I berujuan untuk memperbaiki keluhan dan
Prognosis dari Tn. I jika dimasukkan ke dalam kriteria Killip termasuk ke dalam
34
BAB 5
KESIMPULAN
mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara berkembang,
termasuk Indonesia. Gagal jantung akut dapat berupa serangan pertama gagal
jantung, atau perburukan dari gagal jantung kronik sebelumnya Pasien yang
emergency) seperti edema paru akut (acute pulmonary oedema). Disfungsi jantung
Pada Tn. I telah terjadi gagal jantung yang kemudian termasuk ke dalam
ADHF oleh karena kegagalan ventrikel. Hal ini diperkuat dengan gejala-gejala yang
terdapat pada Tn. I. Terapi dilakukan untuk memperbaiki keluhan dan menstabilkan
hemodinamik.
jantung akut pada sindroma koroner akut dapat menggunakan klasifikasi Killip.
Persentase kematian pada kilip I sebanyak 6% , kilip II sebanyak 17%, Kilip III
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing
2. Rilantono, Lily. 2012. Penyakit Kardiovaskular (PKV). FKUI: Jakarta
3. Aaronsom, Philip I. 2010. At a Glance Sistem Kardiovaskuler. Edisi 3.
Erlangga : Jakarta.
4. Hsich EM, Pina IL. Heart failure in women. J Am Coll Cardiol. 2009;54:491–
498.
5. Maeder MT, Kaye DM. Heart failure with normal left ventricular ejection
fraction. J Am Coll Cardiol. 2009;53:905–918.
6. Ramani GV, Uber PA, Mehra MR. Chronic heart fail-ure: contemporary
diagnosis and management. Mayo Clin. Proc. 2010;85:180–195.
7. Dickstein K, Cohen-Solal A, Filippatos G, et al. ESC Guidelines for the
diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2008: the Task
Force for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart Failure
2008 of the European Society of Cardiology. Eur Heart J. 2008;29:2388–
2442.
36