TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Apendisitis akut adalah peradangan pada apendiks vermiformis
(Grace, & Borley, 2006, h. 107). Apendisitis adalah inflamasi pada apendiks
yang dapat terjadi karena obstruksi apendiks oleh feses atau akibat
terpuntirnya apendiks dan pembuluh darahnya (Corwin, 2009, h. 607).
Apendisitis adalah meruapakan infeksi bakteri pada apendiks. Apendisitis
biasanya disebabkab karena sumbatan lumen apendiks,hiperplasia jaringan
limfa, fekalit, dan cacing askaris yang menyebabkan sumbatan.
Sesuai ketiga di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa apendisitis
merupakan peradangan pada apendiks yang disebabkan karena penyumbatan
pada apendiks. Sedangkan apendiktomi merupakan pengangkatan apendiks
yang mengalami peradangan.
B. Etiologi
Menurut Irga (2007) dalam Jitowiyono (2010, h. 03) Terjadinya
apendisitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun banyak sekali
faktor pencetus penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen
apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena
adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid,
penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur.
Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen apendiks adalah
fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid.
Penyebab lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis yaitu erosi
mukosa karena parasit seperti E. Histolitica, zat kebiasaan makanan rendah
serat dan pengaruh kontipasi
6
7
D. Manifestasi klinis
Sjamsuhidajat ( 2006, h. 641 ) mengatakan manifestasi klinis dari
apendisitis adalah:
1. Tanda awal
Nyeri mulai di epigastrium atau regio umbilikus disertai mual dan
anoreksia.
2. Nyeri pindah ke kanan bawah dan menunjukan tanda rangsangan
peritoneum lokal dititik Mc Burney
a. Nyeri tekan
b. Nyeri lepas
c. Defans muskuler
3. Nyeri rangsangan peritonium tidak langsung
a. Nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (Rovsing)
b. Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan
(Blumberg)
c. Nyeri kanan bawah bila peritonium bergerak seperti nafas
dalam,berjalan, batuk, mengedan.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan apendiksitis menurut Mansjoer , 2000, h. 208-209,
yaitu:
1. Tindakan sebelum operasi
a. Observasi
b. Intubasi bila perlu
c. Antibiotik
2. Tindakan operasi : Apendiktomi
3. Tindakan pasca operasi
Observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya pendarahan
didalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernapasan. Angkat sonde
lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat
dicegah. Baringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien dipuasakan bila
8
tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis
umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Kemudian
berikan minum mulai 15 ml per jam selama 4-5 jam, lalu naikkan
menjadi 30 ml per jam. Keesokan harinya diberikan makanan lunak. Satu
hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur
selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk
diluar kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien
diperbolehkan pulang.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Diagnosis berdasarkan klinis, namun sel darah putih (hampir selalu
leukositosis) dan CRP (biasanya meningkat) sangat membantu
2. Ultrasonografi untuk massa apendiks dan jika masuh ada keraguan untuk
menyingkirkan kelainan pelvis lainnya (misalnya kista ovarium)
3. Laparoskopi biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainan ovarium
sebelum dilakukan apendisektomi pada wanita muda
4. CT scan (heliks) pada pasien usia lanjut atau di mana penyebab lain
masih mungkin (Grace, & Borley, 2006, h. 107).
9
rumah sakit, obat-obatan yang pernah digunakan apakah mempunyai
riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah didapatkan.
d. Riwayat keperawatan keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus,
hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya upaya yang
dilakukan dan bagaimana genogramnya.
e. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol
dan kebiasaan olahraga (lama frekuensinya), bagaimana status
ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi
penyembuhan luka.
2) Pola tidur dan istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat
sehingga dapat menggganggu kenyamanan pola tidur klien.
3) Pola aktivitas
Aktivitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena
rasa nyeri luka operasi, aktivitas biasanya terbatas karena harus
badrest berapa waktu lama seterlah pembedahan.
4) Pola hubungan dan peran.
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam
masyarakat. Penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
5) Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, peran serta
pendengaran, kemampuan, berfikir, mengingat masa lalu,
orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6) Pola penanggulangan stres
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
7) Pola tata nilai dan kepercayaan
10
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara
klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
f. Pemerikasan fisik.
1) Status kesehatan umum.
Kesadaran biasanya compos mentis, ekspresi wajah menahan
sakit ada tidaknya kelemahan.
2) Integumen
Ada tidaknya oedema, sianosis, pucat, pemerahan luka
pembedahan pada abdomen sebelah kanan bawah.
3) Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan, pada konjungtiva apakah ada warna
pucat.
4) Thorak dan paru
Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas,
gerakan cuping hidung maupun alat bantu nafas, frekwensi
pernafasan biasanya normal ( 16-20 kali permenit). Apakah ada
ronchi , whezing, stidor.
5) Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik
pada usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan
mual, apakah bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi
supra pubis, periksa apakah menglir lancar, tidak ada
pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.
6) Ekstermitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri
yang hebat dan apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
11
Intervensi
1. Kaji nyeri, catat lokasi nyeri, karakteristik , beratnya (skala 0
12
Rasional : mencegah obstruksi jalan nafas.
2. Observasi frekuensi dan kedalaman pernafasan.
13
tanda- tanda infeksi.
` 2. Lakukan prinsip steril dalam perawatan luka.
Rasional : untuk mencegah kontaminasi kuman masuk ke
luka insisi sehingga menurunkan resiko terjadinya infeksi.
3.Pantau hasil laboratorium pada pemeriksaan leukosit.
14
BAB 3
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Data
I. Biodata
a. Identitas Pasien
1. Nama : TN “E”
2. Umur : 40 tahun
3. Agama : Islam
4. Suku/Bangsa : Batak/Indonesia
5. Pendidikan : SMP
6. Pekerjaan : IRT
7. Status : Kawin
8. Alamat : kalangan
9. Pendapatan : Tidak tentu
10. Jenis Kelamin : perempuan
b. Nama Penanggung
1. Nama : Ny “W”
2. Umur : 42 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : IRT
5. Hubungan dengan klien : kakak ipar
15
1.1 KELUHAN UTAMA
Nyeri pada daerah epigastrium/ulu hati disertai mual dan muntah,
anorexsia, sesak, kepala pusing.
3.3RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
1. Provacative/palliative
a. Penyebabnya
Klien merasa nyeri pada abdomen.
b. Hal yang memperbaiki keadaan
Istirahat, dan minum obat-obat dari lapo kecil.
2. Quantitiy/Quality
a. Klien merasakan nyeri pada abdomen dengan skala 4.
b. Bagaimana dilihat
Klien kelihatan lemah, meringis kesakitan,lemah tak berdaya.
3. Region
a. Dimana lokasinya : Di abdomen kuadran kanan bawah
b. Penyebaran : Tidak menyebar
4. Severity (mengganggu aktivitas) : Ya
5. Time (kapan mulai timbul dan bagi mana terjadinya)
Klien mengatakan sejak 3 tahun yang lalu.
Kurang lebih 3 tahun yang lalu klien sering sakit perut disebelah kanan
awalnya telat makan karna aktivitas yang banyak.
2. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Setiap rasa sakit pada perut sebelah kanan kambuh, klien selalu
mengonsumsi obat ranitidine.
3. Pernah dirawat
Klien pernah dirawat di RSU Fransiskus dan RSUP pandan.
4. Lamanya dirawaat
3 hari
16
5. Alergi
Tidak ada
6. Imunisasi
Klien mendapat imunisasi penuh/lengkap.
1.5 RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Penyakit yang diderita anggota keluarga
Hipertensi
2. Anggota keluarga yang meninggal
Tidak ada
3. Lingkungan rumah dan komunitas
Klien memiliki hubungan yang baik pada lingkungan sekitar rumahnya
dan memiliki lingkungan yang kurang bersih bersih.
4. Perilaku yang mengurangi kesehatan
Merokok : tidak ada
17
5. Genogram
Keterangan :
: Pria meninggal
: Wanita meninggal
: Pria
: Wanita
: Klien
------------------- : Tinggal serumah
: Garis Keseluruhan
18
3.6 RIWAYAT/KEADAAN PSIKOSOSIAL
1. Bahasa yang digunakan bahasa : Indonesia.
2. Persepsi pasien tentang penyakitnya :
Klien mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya adalah cobaan dari
Tuhan untuk lebih dekat lagi dengan Tuhan.
3. Konsep diri
a. Gambaran diri (body image)
Tanggapan tentang tubuhnya : Klien menganggap bagian
tubuh lengkap dan hanya bias mensyukurinya.
Bagian tubuh yang disukai : Seluruh anggota tubuh pasien
disukai, karena masing-masing organ memiliki fungsi.
Bagian tubuh yang tidak disukai : Tidak ada
Persepsi tentang kehilangan bagian tubuh : Tidak ada
b. Identitas (personal identiti)
Status dalam keluarga :Sebagai istri dan ibu bagi anak-
anaknya.
Kepuasan terhadap statusnya : Cukup puas dapat
memberikan kebutuhan jasmani dan rohani bagi anak-
anaknya.
Kepuasan terhadap jenis kelaminya: Klien puas dengan jenis
kelamin sebagai perempuan.
c. Peran
Tanggapan tentang dirinya : Sebagai ibu dan istri
Kemampuan melakukan perannya : Semenjak sakit klien
tidak dapat beraktivitas.
Kepuasan melaksanakan perannya : Kurang puas
berhubung karena tidak dapat melakukan perannya.
19
d. Ideal diri
1. Harapan pasien terhadap
Tubuhnya : Cepat sembuh dan ingin berkumpul lagi
dengan keluarganya dan anak- anaknya.
Posisi ( Pekerjaan ) : Ibu rumah tangga
Status ( keluarga ) : Sebagai istri dan ibu bagi anak-
anaknya.
Tugas / pekerjaan : Memberikan kebutuhan jasmani,
rohani,dan pendidikan
20
5. Spritual
a. Konsep tentang penguasa kehidupan : klien yakin bahwa
segalasesuatu yang terjadi adalah kehendak TuhanYang Maha
Esa.
b. Sumber kekuatan/harapan saat sakit : Doa dan keluarga
yang selalu memberi semangat.
c. Ritual agama yang dilakukan : Beribadah
d. Keyakinan terhadap kesembuah penyakit : Klien yakin bahwa
dia sembuh.
e. Persepsi terhadap penyakit : Sebagai cobaan dalam
dirinya
21
c. Wajah
- Warna kulit : Sawo matang
- Struktur wajah : Oval
d. Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap dan simetris.
- Pupil : Isokor kiri/kanan
- Refleks cahaya : Positif
- Konjungtiva : Merah muda
- Sklera : Putih
- Palpebra : Tidak ada terdapat edema.
- Pergerakan bola mata : Normal
- Strabismus : Tidak ada terdapat strabismus.
- Tekanan bola mata : Pengkajian tekanan bola mata
belum di lakukan.
- Ketajaman penglihatan : Klien mampu membaca
e. Hidung
- Tulang hidung dan posisi septumnasi : Simetris dan tidak
ada kelainan atau pun fraktur.
- Mukosa : Ada (+) lembab.
- Sekret : Jernih.
- Pernapasan cuping hidung : Ada, saat sesak.
f. Telinga
- Bentuk telinga : Normal, Simetris kanan dan kiri
- Lubang telinga : Normal, Simetris kanan dan kiri
tidak dijumpai adanya peradangan
- Ketajaman pendengaran : Klien tidak dapat mendengar suara
perawat dengan jelas butuh beberapa kali pengulangan kata atau
kalimat dan klien tidak mendengarkan detik jarum jam pada
jarak 30 cm.
- Alat bantu : Tidakmenggunakan alat bantu
g. Mulut dan faring
22
- Mulut : Kotor
- Mukosa : Lembab
- Bibir : Normal
- Lidah : Kotor
- Gigi : Adanya karies.
- Kebiasaan gosok gigi : Tidak teratur
- Tenggorokan : Klien mengatakan tidak mampu
menelan makanan dengan baik.
h. Leher
- Pembesaran kelenjar thyroid : Tidak di temukan
pembesaran pada leher.
- Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada
- Peningkatan Vena jugularis : Tidak ada peningkatan pada
vena jugularis.
- Denyut nadi karotis : Teraba.
4. Integumen
a. Kebersihan : bersih
b. Kehangatan : kulit tetap terjaga kehangatannya.
c. Warna : Warna kulit sawo matang, tidak
dijumpai adanya sianosis, iskemik, dan anemi.
d. Turgor : Turgor kulit elastis
e. Kelembaban : Kering
f. Edema : Ada edema
5. Payudara dan ketiak
a. Ukuran dan bentuk payudara : tidak dikaji
b. Warna payudara dan areola : tidak dikaji
c. Kelainan payudara dan putting : tidak dikaji
d. Aksila dan klavikula : tidak dikaji
6. Toraks/dada
a. Bentuk toraks :Tid tidak dikaji
b. Pemeriksaan paru
23
- Pola napas : normal
- Jenis : Dispnea
- Reaksi otot bantu nafas : tidak ada
- Perkusi toraks : Normal
- Suara pernapasan : Normal
- Tactil fremitus : Normal
- Keluhan : sak adatid
- Alat bantu nafas : tidak ada
c. Pemeriksaan jantung
Nyeri dada : Tidak ada
Irama jantung : Teratur
Palpasi : Kuat
Bunyi jantung : Lup dup
7. Abdomen
Bentuk abdomen : Asimetris kiri dan kanan
Benjolan/massa : Tidak ditemukan
Spider nevi : Tidak ditemukan
24
Kelainan pada anus : Tidak di kaji
Perineum : Tidak di kaji
9. Muskululokeletal/ Ekstremitas
a. Kesimetrisan otot : Tidak simetris
b. Kemampuan bergerak sendi dan tungkai : Terbatas
c. Kekuatan otot 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 51 2 3 4 5
d. Fraktur : Tidak ada
e. Dislokasi : Tidak ada
f. Edema : tidak ada
g. Capillary Refill Time : tidak ada
h. Sianosis : Tidak ada
i. Clubbing Finger : Tidak ada
10. Neurologi
a. Kesadaran : Compos mentis
GCS : 15
E :4 V :5 M :6
b. Maningeal sign
Kaku duduk : Negatif
Brudzinski I : Negatif
Kerning : Negatif
c. Status mental
Kondisi mental / perasaan: stabil
Orientasi :Pasien dapat mengenal perawat mengenali tempat
dan waktu tidak terjadi disorientasi.
25
Proses pikir : Pasien masih mengingat kapan dia masuk Rumah
Sakit.
Motivasi : Keluarga sebagai motivasi dalam
kesembuhan penyakitnya.
Persepsi : klien mengatakan penyakit\ yang di
alaminya cepat sembuh.
Bahasa : Indonesia.
d. Nervus kranialis : tidak dikaji karena klien masih lemah.
3.8 POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI
1. Pola tidur
a. Waktu tidur : siang: jam/hari malam : 6 jam/hari
b. Gangguan tidur : ada, jenis : cemas yaitu memikirkan keadaan anak-
anaknya.
c. Kebiasaan tidur : tidak ada
2. Pola eliminasi
a. BAK
- Frenkuensi : tidak teratur 7x/hari warna kuning
- Jumlah 1500 cc, bau : amis,
- Alat bantu : tidak ada
- Masalah : tidak ada
- Penggunaan diuretic : tidak
b. BAB
- Pola BAB :tidak teratur 1 x/hari
- Penggunaan laksative : tidak ada
- Karakter feses : warna kuning, bau khas, konsistem lembek
- BAB terakhir : tidak dikaji
- Riwayat perdarahan : tidak ada
- Diare : tidak
3. Pola makan dan minum
a. Gejala ( subjektif )
Diet ( tipe ) : cair
26
Pola diet : 3x/hari
Kehilangan selera makan: ya,karena memakai selang NG jadi
terasa tidak nyaman.
Nyeri ulu hati : Ada
Yang berhubungan dengan : tidak ada selera makan
Di sembuhkan dengan : tidak mengkonsumsi makanan yang
meningkatkan asam lambung seperti minuman yang bersoda
Alergi / intoleransi makanan : tidak ada alergi
Berat badan biasa : 60 kg
b. Tanda ( objektif )
Berat badan sekarang : 56 kg, tinggi badan :160 cm
Bentuk tubuh : kurus
c. Waktu pemberian makan : pagi jam 08 00, siang jam 13 00, sore
jam 17.00 wib
d. Waktu pemberian cairan : parenteral jam 08 00, jam 16 00, jam
24.00 jam
e. Masalah makan dan minum : Dilarang makan makanan yang
asam,dan pedas
f. Kesulitan menelan : tidak
Tidak dapat makan sendiri : Ya,harus menggunakan selang NG.
g. Upaya mengatasi masalah : Dibantu oleh keluarga
4. Kebersihan diri
Mandi/membersihkan tubuh : 1 x/hari, dibantu
Pemeliharaan gigi dan mulut : 2 x/hari, dibantu
Pemeliharaan kuku : Kurang
5. Pola kegiatan aktivias : Tidak ada aktifitas klien karena dalam keadaan
sakit.
27
3.9 HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG/ DIAGNOSTIK
a. Diagnose medis : Apendisitis
1. Laboratorium
No Tanggal Pemeriksaan Hasil Rujukan
1 21 URINALISIS
November Urine Lengkap
2016 1. Warna Kuning keruh Kurang jernih
2. Glukosa Negative negatif
3. Bilirubin Negative negative
4. Urobilinoge Negative negative
n
5. Darah positih negative
6. Keton negatif negative
7. Protein positif negative
8. pH 6,5 5-8
9. Nitrit Negative Negative
Sedimen Urine
1. Erytrosit 4-5 1-3
2. Leukosit >100 0-3
3. Epitel 6-8 1-3
4. Kristal
Faces Rutin
Makroskopik
1. Warna
2. Konsisten
3. Darah Negative
4. Lender Negative
Mikroskopis
28
1. Telur Negative
cacing Negative
2. Erytrosit Negative
3. Leukosit Negative
4. Bakteri Negative
5. amuba Negative
4. Inj.omz 4 mg/12jam
29
ANALISA DATA
Resiko infeksi
DIAGNOSA KASUS
30
INTERVENSI KEPERAWATAN
31
indikasi dengan posisi
terlentang
-menghilangkan
nyeri mempermudah
kerja sama dengan
intervesi lain
Contoh : batuk.
2 Risiko tinggi Tidak terjadi -awasi ttv -dugaan adanya
infeksi infeksi -lakukan infeksi
berhubungan dengan pencucian tangan -menurunkan risiko
dengan port de criteria hasil yang baik dan penurunan bakteri
entrée pasca : perawatan luka -memberikan deteksi
bedah - yang aseptic dini terjadinya
Do : tampak ada meningkatka -observasi proses infeksi dan
luka insisi di n keadaan luka dan pengawasan
perut kuadran penyembuha insisi penyembuhan
kanan bawah n luka peritonitis yang
dengan benar tidak ada
-bebas dari sebelumnya.
tanda-tanda
infeksi
32
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO DX HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI
1. selasa : 22 november 2016
pukul : 14:30 wib -klien mengatakan
mengkaji tingkat nyerinya sudah
nyeri,lokasi dan berkurang
karakteristik -wajah tampak
hasilnya : meringis
nyeri sedang(6) -vital sign
lokasi pada perut t: 37 o c
kuadran kanan td : 100/70 mmhg
bawah rr : 20 x/menit
hr : 84x/menit
masalah belum
teratasi
pukul 14 : 50 wib memberikan
lingkungan yang pertahankan
tenang dan intervensi
mengurangi
rangsangan stress
hasilnya :
klien berbaring
dengan posisi
semi fowler
mengajarkan
teknik nafas dalam
bila rasa nyeri
pukul : 15 :00 wib datang
hasilnya :
33
klien nampak tarik
nafas melalui
hidung dan
mengeluarkannya
dari mulut
kolaborasi
pukul : 16:00 wib pemberian
analgetik sesuai
dengan indikasi :
inj.cefotaxime
1gr/12 jam
2 pukul 16:15 wib mengawasi ttv tidak tampak
hasilnya ; adanya tanda-
t: 37 o c tanda infeksi
td : 100/60 mmhg
rr : 20 x/menit masalah teratasi
hr : 80x/menit
pertahankan
mengobservasi intervensi
keadaan luka
balutan
hasilnya :
tampak luka insisi
dibalut dengan
verban,balutan
tampak kering
mengkaji ttv
hasilnya :
udema : (-)
pus (-)
34
eritema (-)
35
hasilnya luka insisi tampak
perawat sedikit lebih
mengganti balutan kering
ganti verban
masalah belum
teratasi
pertahankan
intervensi
pasien
dipindahkan
keruang teratai
36
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis melakukan anamnese terhadap pasien dan
keluarga yang meliputi riwayat kesehatan klien di masa lalu, di masa sekarang
serta keadaan fisiko sosial pasien. Pada tahap ini penulis juga melakukan
pemeriksaan fisik mulai dari vitalsign, anamnese serta pola kebiasaan sehari-hari
meliputi pola tidur, eliminasi, makan/minum, personal hyegine dan pola kegiatan/
aktivitas. Pada tahap pengkajian ini pula, penulis menyertakan pemeriksaan
penunjang atau diagnostik serta penatalaksanaan dan terapi.
Setelah mendapatkan data-data dari pengkajian diatas, maka penulis
menggolongkan data tersebut kedalam data subjektif dan objektif, selanjutnya
penulis menganalisa data tersebut dan kemudian menegakkan diagnosa
keperawatan pada kasus Ny.E
Dalam hal ini penulis sangat berterima kasih kepada klien dan keluarga yang
banyak membantu dalam proses pengkajian tersebut.
Pada landasan teoritis diperoleh data sebagai berikut:
1. Aktivitas/ istirahat
Klien lemah, tidak mampu beraktivitas atau bekerja
2. Sirkulasi
Klien tidakmengalamihipertensi
3. Integritas ego
Klien tampak stress, ansietas
4. Eliminasi
37
Klien tidak mengalami diare
5. Makanan/ cairan
Klien mengalami kehilangan nafsu makan, sesak serta penurunan berat
badan.
6. Neurosensori
Klien pusing, kelemahan dan kecemasan
7. Penyuluhan dan pembelajaran
Berdasarkan pengkajian tersebut diatas penulis tidakmenemukan adanya
faktor resiko terjadinya Dispepsia
4.Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang terdapat pada teori yatu :
a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan bedah (Muttaqin, 2011).
38
4.3 Intervensi Keperawatan
Dari 2 masalah keperawatan yang muncul pada kasus, selanjutnya dibuat
rencana keperawatan sebagai tindakan pencegah masalah keperawatan yang
ada, kemudian menentukan tindakan yang tepat.
Rencana telah dilakukan sesuai dengan kondisi klien dan ternyata ada
kesenjangan yang terjadi antara teori dengan kenyataan yang ada.Dimana
semua rencana yang tertera dalam teori hanya sebagian yang tidak dilakukan
pada kasus.
4.4 Implementasi Keperawatan
Pada tahap implementasi ini, semua intervensi keperawatan yang ada pada
kasus dapat di implementasikan dengan baik dan sesuai dengan intervensi
yang ada
4.5 Evaluasi
Hasil evaluasi keperawatan terhadap Ny.E yang dilakukan di Ruang ICU
dengan semua intervensi yang ada pada kasus dan di implementasikan dengan
baik tetapi diagnose 2 masih belum teratasi dikarenakan pasien dipindahkan
keruangan TERATAI pada hari ke 2 dikarenakan kondisi klien sedikit
membaik.
39
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis melakukan anamnese terhadap pasien dan
keluarga yang meliputi riwayat kesehatan klien di masa lalu, di masa sekarang
serta keadaan fisiko sosial pasien. Pada tahap ini penulis juga melakukan
pemeriksaan fisik mulai dari vitalsign, anamnese serta pola kebiasaan sehari-hari
meliputi pola tidur, eliminasi, makan/minum, personal hyegine dan pola kegiatan/
aktivitas. Pada tahap pengkajian ini pula, penulis menyertakan pemeriksaan
penunjang atau diagnostik serta penatalaksanaan dan terapi.
Setelah mendapatkan data-data dari pengkajian diatas, maka penulis
menggolongkan data tersebut kedalam data subjektif dan objektif, selanjutnya
penulis menganalisa data tersebut dan kemudian menegakkan diagnosa
keperawatan pada kasus Ny.E
Dalam hal ini penulis sangat berterima kasih kepada klien dan keluarga yang
banyak membantu dalam proses pengkajian tersebut.
Pada landasan teoritis diperoleh data sebagai berikut:
1. Aktivitas/ istirahat
Klien lemah, tidak mampu beraktivitas atau bekerja
2. Sirkulasi
Klien tidakmengalamihipertensi
8. Integritas ego
Klien tampak stress, ansietas
9. Eliminasi
Klien tidak mengalami diare
10. Makanan/ cairan
40
Klien mengalami kehilangan nafsu makan, sesak serta penurunan berat
badan.
11. Neurosensori
Klien pusing, kelemahan dan kecemasan
12. Penyuluhan dan pembelajaran
Berdasarkan pengkajian tersebut diatas penulis tidakmenemukan adanya
faktor resiko terjadinya Dispepsia
Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang terdapat pada teori yatu :
a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan bedah (Muttaqin, 2011).
Intervensi Keperawatan
Dari 2 masalah keperawatan yang muncul pada kasus, selanjutnya dibuat
rencana keperawatan sebagai tindakan pencegah masalah keperawatan yang
ada, kemudian menentukan tindakan yang tepat.
Rencana telah dilakukan sesuai dengan kondisi klien dan ternyata ada
kesenjangan yang terjadi antara teori dengan kenyataan yang ada.Dimana
41
semua rencana yang tertera dalam teori hanya sebagian yang tidak dilakukan
pada kasus.
Implementasi Keperawatan
Pada tahap implementasi ini, semua intervensi keperawatan yang ada pada
kasus dapat di implementasikan dengan baik dan sesuai dengan intervensi
yang ada
Evaluasi
Hasil evaluasi keperawatan terhadap Ny.E yang dilakukan di Ruang ICU
dengan semua intervensi yang ada pada kasus dan di implementasikan dengan
baik tetapi diagnose 2 masih belum teratasi dikarenakan pasien dipindahkan
keruangan TERATAI pada hari ke 2 dikarenakan kondisi klien sedikit
membaik.
5.2 Saran
5.2.1Bagi keluarga
Tetap memberi dukungan/ dorongan dan semangat pada pasien dalam
menghadapi penyakitnya.
5.2.2 Bagi perawat
Diharapkan meningkatkan kemampuan dalam mengimplementasikan
asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis “apendisitis”.
5.2.3 Bagi institusi pendidikan
Menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan khususnya pada
penerapan asuhan keperawatan klien dengan diagnosa medis
“apendisitis”.
42