LP Kasus Intrakranial
LP Kasus Intrakranial
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PERDARAHAN INTRAKRANIAL
1. Definisi
Perdarahan intrakranial adalah perdarahan di dalam tulang tengkorak
yang bisa terjadi di dalam atau di sekeliling otak.
Perdarahan intrakranial adalah perdarahan yang tiba-tiba dalam jaringan
otak merupakan bentuk yang menghancurkan pada stroke hemoragik dan
dapat terjadi pada semua umur dan juga akibat trauma kepala seperti
kapitis,tumor otak dan lain-lain. (Suzanne C Smeltzer,, 2002)
Perdarahan intrakranial neonatus adalah perdarahan patologis dalam
rongga kranium dan isinya pada bayi sejak lahir sampai umur 4 minggu.
(Wiknjosastro H, 2010)
2. Klasifikasi berdasarkan lokasi perdarahan
Perdarahan yang paling bermakna terjadi setelah lahir pada bayi
kurang bulan, namun demikian perdarahan intrakranial pada bayi cukup
bulan juga mungkin terjadi. Perdarahan intrakranial tersebut antara lain:
a. Perdarahan Subdural
Gejala klinis
Diagnosis
Gejala klinis
Diagnosis
c. Perdarahan intraserebelar
Diagnosis
Faktor resiko
Gejala klinis
Diagnosis
3. Etiologi
a. Trauma kelahiran
1. partus biasa
pemutaran/penarikan kepala yang berlebihan serta disproporsi
antara kepala anak dan jalan lahir sehingga terjadi molase yang
dapat memicu terjadinya perdarahan.
2. partus buatan (ekstraksi vakum, forsep, cunam)
Pada penggunaan ekstraksi vakum, terjadi kompresi negatif pada
kepala bayi di daerah fronto oksipital dan mengakibatkan
pemanjangan diameter fronto oksipital dari kepala bayi.
Akibatnya, terjadi renggangan yang berlebihan dengan tendensi
laserasi tentorium atau falks serebri, rupturnya vena Galen, sinus
strait, sinus sagitalis inferior, sobeknya ateri - vena meningia
media dan vena superfisial serebri serta rupturnya bridging veins
di subaraknoid. Ruptur pada salah satu pembuluh darah ini akan
mengakibatkan perdarahan intrakranial. Perdarahan intrakranial
sering terjadi apabila lamanya teraksi lebih dari 10 menit 12 dan
frekuensi lepasnya cup ekstraktor sebanyak lima kali atau lebih.
b. Bukan trauma kelahiran
Pada umumnya ditemukan pada bayi kurang bulan. Faktor dasar
ialah prematuritas dan yang lain merupakan faktor pencetus
perdarahan intrakranial seperti hipoksia dan iskemia otak yang dapat
timbul pada syok, infeksi intrauterin, asfiksia, kejang-kejang,
kelainan jantung bawaan, hipotermin serta
hiperosmolalitas/hipernatremia. Ada pula perdarahan intrakranial
yang disebabkan oleh penyakit perdarahan/gangguan pembekuan
darah.
4. Manifestasi klinik
Berikut ini adalah tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada
neonatus yang mengalami perdarahan intrakranial.
a. Muntah
b. Sakit kepala
c. Diplopia
d. Papil edema
e. Pembesaran lingkar kepala
f. Ubun ubun besar membonjol
g. Trias Cushing :bradikardi, hipertensi, pernafasan ireguler.
h. Herniasi otak
5. Insidensi dan prognosis
Dilaporkan angka berbeda-beda tentang insidensi perdarahan
intrakranial neonatus. Bayi yang premature dan persalinan lama
menunjukan insiden perdarahan intracranial lebih sering terjadi. Angka
kematian perdarahan intrakranial pada bayi prematur 5 kali lebih tinggi
daripada bayi cukup bulan. Prognosis perdarahan intrakranial neonatus
bergantung pada lokasi dan luasnya perdarahan, cepatnya penegakan
diagnosa yang tepat dan penanganan medis. perdarahan intrakranial dapat
meningkatkan tekanan intrakranial dan kompresi batang otak jika tidak
segera mendapat pertolongan hingga neonatus dapat meninggal hanya
dalam beberapa jam. Pada neonatus yang bertahan hidup beberapa
dijumpai dengan, palpsi serebral spastik, retardasi mental, spastik
hemiplegia, atau hidrosefalus.
6. Patofisiologi
Pada trauma kelahiran, perdarahan terjadi oleh kerusakan/
robekan pembuluh - pembuluh darah intrakranial secara langsung. Pada
perdarahan yang bukan karena trauma kelahiran, faktor penyebabnya
ialah prematuritas pada bayi-bayi tersebut, pembuluh darah otak masih
embrional dengan dinding tipis, jaringan penunjang sangat kurang dan
pada beberapa tempat tertentu jalannya berkelok kelok, kadang - kadang
membentuk huruf U sehingga mudah sekali terjadi kerusakan bila ada
faktor - faktor pencetus (hipoksia/iskemia). Keadaan ini terutama terjadi
pada perdarahan intraventrikuler/periventrikuler.
Perdarahan epidural/ ekstradural terjadi oleh robekan arteri atau
vena meningika media antara tulang tengkorak dan duramater. Keadaan
ini jarang ditemukan pada neonatus. Tetapi perdarahan subdural
merupakan jenis perdarahan intrakranial yang banyak dijumpai pada bayi
cukup bulan. Di sini perdarahan terjadi akibat pecahnya vena-vena
kortikal yang menghubungkan rongga subdural dengan sinus-sinus pada
duramater. Perdarahan subdural lebih sering pada bayi cukup bulan
daripada bayi kurang bulan sebab pada bayi kurang bulan vena-vena
superfisial belum berkembang baik dan mulase tulang tengkorak sangat
jarang terjadi. Perdarahan dapat berlangsung perlahan-lahan dan
membentuk hematoma subdural. Pada robekan tentorium serebeli atau
vena galena dapat terjadi hematoma retroserebeler. Gejala-gejala dapat
timbul segera dapat sampai berminggu-minggu, memberikan gejala -
gejala kenaikan tekanan intrakranial. Dengan kemajuan dalam bidang
obstetri, insidensi perdarahan subdural sudah sangat menurun.
Pada perdarahan subaraknoid, perdarahan terjadi di rongga
subaraknoid yang biasanya ditemukan pada persalinan sulit. Adanya
perdarahan subaraknoid dapat dibuktikan dengan fungsi likuor.
Pada perdarahan intraserebral/intraserebeler, perdarahan terjadi
dalam parenkim otak, jarang pada neonatus karena hanya terdapat pada
trauma kepala yang sangat hebat (kecelakaan).
Dari semua jenis perdarahan intrakranial, perdarahan
periventrikuler memegang peranan penting, karena frekuensi dan
mortalitasnya tinggi pada bayi prematur. Sekitar 75-90% perdarahan
periventrikuler berasal dari jaringan subependimal germinal
matriks/jaringan embrional di sekitar ventrikel lateral. Pada perdarahan
intraventrikuler, yang berperanan penting ialah hipoksia yang
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak dan kongesti vena.
Bertambahnya aliran darah ini, meninggikan tekanan pembuluh darah
otak yang diteruskan ke daerah anyaman kapiler sehingga mudah ruptur.
Selain hipoksia, hiperosmolaritas pula dapat menyebabkan perdarahan
intraventrikuler. Hiperosmolaritas antara lain terjadi karena
hipernatremia akibat pemberian natrium bikarbonat yang
berlebihan/plasma ekspander. Keadaan ini dapat meninggikan tekanan
darah otak yang diteruskan ke kapiler sehingga dapat pecah.
Perdarahan ini berhubungan dengan luasnya kerusakan jaringan
otak. Massa perdarahan menyebabkan destruksi dan kompresi langsung
terhadap jaringan otak sekitarnya.Volume perdarahan menyebabkan
tekanan dalam otak meninggi dan mempunyai efek terhadap perfusi
jaringan otak serta drainage pembuluh darah. Perubahan pembuluh darah
ini lebih nyata/berat pada daerah perdarahan karena efek mekanik
langsung, menyebabkan iskhemik dan jeleknya perfusi sehingga terjadi
kerusakan sel-sel otak. Volume perdarahan merupakan hal yang paling
menentukan dari hasil. Akhirnya hal lain yang paling menentukan yaitu
status neurologis dan volume darah didalam ventrikel.
B. PATHWAY
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan likuor terutama untuk perdarahan subaraknoid dan
intraventrikuler/periventrikuler. Pada pemeriksaan likuor dapat
dijumpai tekanan yang meninggi, warna merah/santokrom, kadar
protein meninggi, kadar glukosa menurun. Bila cairan likuor berwarna
merah/santokrom berarti terdapat beberapa ribu sel darah merah/mm3
maka dianjurkan CT scan untuk mengetahui lokasi dan luasnya
perdarahan.
2. Pemeriksaan darah dapat ditemukan tanda-tanda anemi
posthemoragik, analisa gas darah, gangguan pembekuan darah karena
rendahnya fibrinogen, trombosit, atau antitrombin terutama pada
perdarahan intrakranial neonatus non traumatik. Namun faktor-faktor
ini akan menjadi normal bila keadaan bayi membaik.
3. Foto kepala tidak dapat menunjukkan adanya perdarahan, hanya
fraktur yang sukar dibedakan dengan sutura, lipatan-lipatan kulit
kepala dan molase.
4. Pemeriksaan ultrasonograf (USG) kerap kali digunakan untuk
menentukan derajat perdarahan intraventrikuler sebagai berikut:
- Derajat 0 : tidak ada perdarahan intrakranial
- Derajat I : perdarahan hanya terbatas pada daerah sub ependimal
- Derajat II : perdarahan intraventrikuler
- Derajat III: perdarahan intraventikuler hingga terjadi dilatasi
ventrikel
- Derajat IV: perdarahan intraventrikuler hingga terjadi dilatasi
ventrikel dengan perluasan ke parenkim otak
5. Pemeriksaan computerized tomography (CT scan) dapat digunakan
untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan intrakranial pada
semua jenis perdarahan intrakranial neonatus. Pada CT Scan
tampak daerah hipodensity disekitar hematome, ini disebabkan karena
extravasasi serum dari hematome tersebut. Sementara itu MRI dapat
digunakan untuk menentukan umur perdarahan dan akhibat
perdarahan terhadap proses melinisasi otak.
D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
maupun penunjang untuk mendapatkan data secara lengkap atas keadaan
klien.
1. Identitas
Identitas sangat diperlukan dalam dokumentasi, karena sebelum
melakukan segala bentuk tindakan medis termasuk tindakan
keperawatan perlu dipastikan kembali identitas klien agar tidak terjadi
kesalahan. Karena klien adalah neonatus maka identitas orang tua atau
penanggungjawab juga perlu dicantumkan.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama.
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat persalinan sekarang.
riwayat penyakit menular seksual, riwayat perawatan antenatal,
riwayat persalinan seperti ada/tidaknya ketuban pecah dini, partus
lama atau sangat cepat (partus presipitatus).
d. Riwayat persalinan dahulu.
e. Riwayat kesehatan keluarga.
f. Riwayat kesehatan lingkungan.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h. Imunisasi.
3. Pengkajian fisik
a. Kesadaran dan keadaan umum
Adanya gangguan kesadaran antara lain apati, somnolen, sopor
atau bahkan koma. Biasanya neonatus tidak mau minum,
menangis lemah dan merintih (cephalic cry).
Nilai tertinggi dari pemeriksaan GCS adalah 15 dan terendah
adalah 3. Berdasarkan nilai GCS, cedera kepala dapat dibagi atas:
- Cedera kepala ringan (mild head injury) GCS 14-15
- Cedera kepala sedang (moderate head injury) GCS 9-13
- Cedera kepala berat (severe head injury) GCS ≤ 8
Respons Mata ≥ 1 tahun 0-1 tahun
4 Membuka mata dengan spontan Membuka mata dengan spontan
3 Membuka mata oleh perintah Membuka mata oleh perintah
2 Membuka mata oleh nyeri Membuka mata oleh nyeri
1 Tidak membuka mata Tidak membuka mata
Respons Motorik ≥ 1 tahun 0-1 tahun
6 Mengikuti perintah Belum dapat dinilai
5 Melokalisasi nyeri Melokalisasi nyeri
4 Menghindari nyeri Menghindari nyeri
3 Fleksi abnormal (decortikasi) Fleksi abnormal (decortikasi)
2 Ekstensi abnormal (deserebrasi) Ekstensi abnormal (deserebrasi)
1 Tidak ada respons Tidak ada respons
Respons Verbal 2-5 tahun 0-2 tahun
5 Menyebutkan kata-kata yang sesuai Menangis kuat
b. Tanda-tanda vital
Nadi fluktuatif dapat teraba lambat maupun cepat, serta kadang
disertai dengan hipotermi.
c. Head to toes
- Kulit
Turgor elastis, hiper/hipopigmentasi tidak ada, kulit pucat,
ikterus, tumor dan oedema tidak ditemukan.
- Kepala
Bentuk kepala relatif simertis, sutura belum menutup. Bentuk
tulang kepala cenderung melebar pipih pada tulng parietal (ship
shape). Teraba cephalhematoma dan atau caput succadeum,
moulage relatif. Fontanel tegang dan menonjol karena
peningkatan tekanan intrakranial
- Mata
Mata terbuka dan hanya memandang ke satu arah tanpa reaksi.
Pupil melebar, refleks cahaya lambat sampai negatif. Kadang-
kadang ditemukan perdarahan pada retina, nistagmus, dan
eksoftalmus.
- Hidung
Simetris, bersih, mungkin terlihat ada pernafasan cuping hidung.
- Telinga :
Simetris, bersih, tidak ada tanda radang telinga/mastoid.
Membrana timphani utuh.
- Mulut :
Bibir tidak cyanosis, mukosa mulut lembab, bibir tremor tidak
ditemukan, tonsil tidak membesar. Suara tangisan lemah namun
melengking. Gejala gerakan lidah menjulur keluar di sekitar
bibir biasanya menunjukkan perdarahan yang luas dengan
kerusakan pada korteks.
- Leher :
Tidak terdapat pembesaran kelenjar thiroid dan kelenjar
submandibular. Tidak ditemukan distensi vena jugularis.
- Thorax :
Inspeksi : Lingkar dada tidak membesar, bentuk simetris
Palpasi : Gerak dada simetris, taktil fremitus simetris.
Perkusi : Tidak ditemukan pekak abnormal
Auskultasi : Suara napas lapang paru vesikuler tanpa wheezing
dan ronchii. Suara jantung S1S2 tanpa split/ suara
jantung tambahan.
- Abdomen :
Inspeksi : tidak ada lesi, massa dan distensi vena abdominal
Auskultasi : bising usus terdengar
Palpasi : teraba supel
Perkusi : terdengar timpani, tidak ditemukan pekak
abnormal
- Ekstremitas
Bentuk simetris tanpa ada lesi/bekas lesi, tidak ditemukan
deformitas, krepitasi. Akral mungkin teraba dingin namun tidak
ada oedema pada ektremitas.
- Genital
Labia mayora sudah menutupi labia minora, simetris, tidak
terdapat pembesaran abnormal, tidak terdapat fimosis.
- Anus
Lubang anus ada, posisi simetris
- Refleks :
Reflek Moro: Reflek memeluk saat bayi dikejutkan dengan tangan
Sucking reflek: Reflek menghisap pada bayi
trauma
kepala
Tekanan
cairan
intrakranial
intrakranial
Sirkulasi
serebral
Gangguan
perfusi jaringan
serebral
Merangsang Hipoksia
hipotalamus jaringan
Produksi
ADH Pemberian
terapi oksigen
Retensi Na
A. ANALISA