LAPKAS IKA - Infark Kardioemboli
LAPKAS IKA - Infark Kardioemboli
Oleh:
16174119
Pembimbing:
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-nya serta
salawat dan salam penulis junjung tinggi keharibaan Nabi Besar Muhammad SWT
sehingga Laporan kasus yang berjudul Stroke Infark Kaerdioemboli ini dapat
diselesaikan.
Laporan kasus ini merupakan salah satu pemenuhan syarat Kepaniteraan Klinik
Senior Program Studi Profesi Dokter bagian Saraf Fakultas Kedokteran Universitas
Abulyatama Aceh.
membantu dalam penulisan laporan kasus ini, khususnya kepada dr. Nursanty, Sp.S
sebagai pembimbing yang telah memberikan saran bimbingan, dukungan moral dan
materi dalam menyusun refarat ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
rekan-rekan dokter muda dan semua pihak yang banyak membantu dalam menyusun
refarat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa refarat ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, penulis mengharap kritik dan saran sebagai masukan untuk perbaikan demi
Penulis,
1
DAFTAR ISI
2
3.2.1 Pembentukan emboli dari jantung ................................... .
3
3.3.12. Atrial Fibrilasi ......................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
nomor tiga di dunia. Dua pertiga stroke terjadi di negara berkembang. Pada masyarakat
barat, 80% penderita mengalami strok iskemik dan 20% ,mengalami stroke hemoragik.
Insiden stroke meningkat seiring pertambahan usia.1 20-30% penyebab stroke adalah
emboli, emboli dapat berasal dari jantung, arteri besar dan pembuluh darah vena.
Frekuensi terjadinya tipe emboli yang berbeda bervariasi, tergantung dari umur
penderita, emboli yang berasal dari penyakit katup jantung rematik terdapat pada usia
muda, emboli yang berasal dari atherosklerosis lebih banyak ditemukan pada usia yang
lebih tua. Hal ini perlu diketahui bahwa penyakit jantung dan atherosklerosis dapat
mengalami peningkatan. Proporsi angka kematian akibat PTM meningkat dari 41,7%
teratas penyebab kematian pada semua kelompok umur, dengan stroke yang merupakan
Stroke adalah istilah umum yang digunakan untuk satu sekelompok gangguan
cerebro vascular, termasuk infark cerebral, perdarahan intra cerebral dan perdarahan
subarachnoid.4
5
Mekanisme terjadinya infark serebri adalah melalui pembentukan trombus,
emboli, atau gangguan hemodinamik. Dalam kategori klinis stroke infark dapat
oleh gangguan pembuluh darah, dimana secara mendadak atau cepat timbul gejala dan
tanda yang sesuai dengan daerah, fokal diotak, akibat suatu emboli yang berasal dari
jantung.5
6
BAB II
KASUS
Umur : 56 tahun
No RM : 03 08 83
2.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien datang ke poli saraf RSU Meuraxa untuk kontrol dengan keluhan
anggota gerak atas dan bawah sebelah kanan sulit di gerakan, anak pasien megatakan
bahwa pasien berbicara tidak nyambung dan lemah, tidak mau makan dan minum.
7
Riwayat penggunaan obat
- Amblodipine
Disangkal
Riwayat alergi
- GCS : E3 M5 V3 = 11 Dellirium
- Tanda Vital :
8
o Nadi : 116x/menit pengisian reguler
o Suhu : 36,4° c
o Pernafasan :18x/i
- Paru (pulmo) :
kelainan bentuk, tidak ada ketinggalan pergerakan, tidak ada nyeri tekan
Suara dasar vesikuler : +/+ (pada lapangan paru kanan dan kiri)
9
- Abdomen :
- Ekstremitas :
- GCS : E3 M5 V3 = 11 Dellirium
- Sistem Motorik :
Kekuatan motorik :
Kanan Kiri
5555 1111
5555 1111
10
- Gerakan Involunter :
Tremor : (-)
Chorea : (-)
Atetosis : (-)
Mioklonik : (-)
Tics : (-)
Clonus : (-)
- Trofik : Normotrofik
- Fungsi Otonom
Miksi : baik
Defekasi : baik
- Refleks Fisiologis
D S
11
Triceps : (++) (++)
- Refleks Patologis
D S
- Rangsangan Meningeal
Laseque : (-/-)
Bruzenski I : (-/-)
Bruzenski I : (-/-)
12
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Hematologi
2. Kimia Klinik
Ureum 42 10 - 50
13
3. Elektrolit
HASIL :
KESAN :
14
( CT-Scan dilakukan pada tanggal 12 Januaru 2017 )
15
2.5 TERAPI
Aspilet 80 mg 1x1
Amlodipin 10 mg 1x1
Neurodex 1x1
2.6 DIAGNOSA
2. Hemiparese Sinistra
2. Hemiparese Sinistra
3. Hipertensi
4. KAD
2.7 PROGNOSIS
16
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.1 Otak
Otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat badan orang dewasa atau
5
sekitar 3 pon. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar),
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks serebri.
Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan area
sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik
untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater
yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian
posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi
dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas adalah medula oblongata, pons
dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang
pengeluaran air liur dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang
17
penting pada jaras kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum.
Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi aquedikus
sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat stimulus saraf
penting. Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada
subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau
tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan pada beberapa
dari sistem susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi.5
Otak menerima sekitar 20% curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian
oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya.5 Otak diperdarahi oleh
dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dari dalam rongga
kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis,
18
Sirkulasi Willisi adalah area dimana percabangan arteri basilar dan karotis
internal bersatu. Sirkulus Willisi terdiri atas dua arteri serebral, arteri komunikans
anterior, kedua arteri serebral posterior dan kedua arteri komunikans anterior. Jaringan
sirkulasi ini memungkinkan darah bersirkulasi dari satu hemisfer ke hemisfer yang lain
dan dari bagian anterior ke posterior otak. Ini merupakan sistem yang memungkinkan
Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem: kelompok vena interna yang
mengumpulkan darah ke vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna
yang terletak di permukaan hemisfer otak yang mencurahkan darah ke sinus sagitalis
19
3.1.3 STROKE
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24
jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma maupun
infeksi.4
Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh
iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh
darah otak yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak
yang mengalami oklusi. Munculnya tanda dan gejala fokal atau global pada stroke
disebabkan oleh penurunan aliran darah otak. Oklusi dapat berupa trombus (bekuan
darah di dalam pembuluh darah otak atau leher, contohnya arterisklerosis), embolus
(bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain,
pada salah satu daerah percabangan pembuluh darah di otak tersebut. Stroke hemoragik
Stroke infarct terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak. Aliran darah ke otak
normalnya adalah 58 mL/100 gram jaringan otak per menit, jika turun hingga 18
mL/100 gram jaringan otak per menit, aktivitas listrik neuron akan terhenti meskipun
struktur sel masih baik, sehingga gejala klinis masih reversibel. Jika aliran darah ke
otak turun sampai <10 mL/100 gram jaringan otak per menit, akan terjadi rangkaian
perubahan biokimiawi sel dan membran yang ireversibel membentuk daerah infark.
20
a. Perdarahan intraserebral (PIS)
amiloid.
tanpa midriasis
status mental
21
Kemungkinan adanya defisit saraf kranialis
Ada juga skala baru telah disusun dan diakui oleh World Federation of
Beban akibat stroke mencapai 40 miliar dollar setahun, selain untuk pengobatan
dan perawatan, juga akibat hilangnya pekerjaan serta turunnya kualitas hidup. Kerugian
ini akan berkurang jika pengendalian faktor risiko dilaksanakan dengan ketat.
Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi sebagai penyebab
berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti oleh penipisan di tempat lain.
perdarahan.
22
3. Kelainan jantung / penyakit jantung : Paling banyak dijumpai pada pasien post
itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan
pembuluh darah.
berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah serebral.
5. Usia lanjut : Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah,
9. Perokok : Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin
10. Kurang aktivitas fisik. Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan
fisik termasuk kelenturan pembuluh darah (embuluh darah menjadi kaku), salah
23
Serangan stroke jenis apa pun akan menimbulkan defisit neurologis yang bersifat akut.
24
3.1.4 STROKE KARDIOEMBOLI
menempati posisi keenam tertinggi di dunia pada tahun 2020 cenderung meningkatkan
risiko terjadinya penyakit vaskuler. Salah satu penyakit vaskuler berbahaya adalah
stroke. Stroke merupakan gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat gangguan
aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak. Stroke adalah
penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit jantung koroner dan kanker, selain
itu stroke juga merupakan penyebab kecacatan tertinggi pada dewasa di dunia. Stroke
non hemoragik merupakan jenis tersering yaitu sebesar 80% hingga 90% dari total
kasus stroke.5,8 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 melaporkan angka
Klasifikasi stroke dibagi ke dalam stroke hemoragik dan stroke iskemik. Stroke
hemoragik memiliki angka kejadian sebanyak 15% dari seluruh stroke, terbagi merata
antara jenis stroke perdarahan intraserebral dan stroke perdarahan subaraknoid. Stroke
iskemik memiliki angka kejadian 85% terhadap seluruh stroke dan terdiri dari 80%
embolinya. Dimana stroke aterotrombotik memiliki sumber aterogenik emboli dari plak
karotis. Selain itu aterotrombotik juga dapat dihasilkan dari suatu stenosis carotis yang
intrakranial dan arteri penetran juga merupakan penyebab dari stroke jenis ini. Stroke
kardioemboli diakibatkan dari emboli yang berasal dari jantung. Sebab tersering
timbulnya emboli ini adalah fibrilasi atrium (AF; Atrial Fibrillation) atau terdapat
25
Kejadian penyakit stroke yang dapat dimodifikasi salah satunya yaitu penyakit
jantung. Penyakit jantung yang dapat menjadi faktor risiko tinggi stroke diantaranya
fibrilasi atrium. Penyakit jantung yang dapat menyebabkan stroke terdapat sekitar 15%
atau satu dari enam kasus stroke non hemoragik yang biasanya merupakan emboli
jantung. Fibrilasi atrium merupakan penyakit jantung yang paling sering ditemukan
dalam praktik klinik sehari-hari dan merupakan aritmia menetap paling sering
dibandingkan tipe aritmia lainnya. Fibrilasi atrium dialami sekitar 1-2% populasi dan
26
Data yang diperoleh dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta
yaitu 7,1% pada tahun 2010; 9,0% pada tahun 2011; 9,3% pada tahun 2012 dan
meningkat menjadi 9,8% pada tahun 201310. Fibrilasi atrium adalah penyakit jantung
yang paling sering berkaitan dengan emboli serebral.2 Di Amerika Serikat hampir
setengah dari emboli kardiogenik terjadi pada pasien dengan fibrilasi atrium. Menurut
Framingham, insidensi stroke non hemoragik ditemukan lima kali lebih tinggi pada
pasien fibrilasi atrium dibandingkan pasien non fibrilasi atrium. Pembentukan trombus
atau emboli dari jantung sepenuhnya belum diketahui, terdapat beberapa faktor
prediktif pada kelainan jantung yang berperan dalam proses emboli, yaitu faktor
mekanik, stasis aliran darah di atrium, dan proses trombolisis di endokardium. Upaya
pencegahan terhadap penyakit stroke perlu dilakukan sedini mungkin. Hal ini dapat
27
dilakukan dengan memodifikasi faktor risiko yang dapat dimodifikasi salah satunya
yaitu fibrilasi atrium.9 Stroke kardioemboli adalah suatu gangguan neurologis akut
yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah, dimana secara mendadak atau cepat
timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah, fokal di otak, akibat suatu emboli
yang berasal dari jantung. Stroke kardioemboli awitannya dimulai dengan defisit
neurologik fokal yang dapat menjadi lebih berat, dasar diagnosa klinik dibuktikan
dengan adanya sumber emboli dari jantung dan tidak ditemukannya penyebab lain dari
strokenya4.
Prevalensi stroke kardioemboli lebih tinggi pada usia dibawah 45 tahun, antara
lebih banyak pada usia yang lebih tua. Kardioemboli merupakan salah satu dari 3
Penyakit jantung sering menjadi sumber emboli tergantung dari suatu daerah,
misalnya untuk negara berkembang penyakit jantung rematik merupakan yang paling
sering menajdi sumber emboli sedangkan untuk negara Eropa dam Amerika Utara
Frekuensi terjadinya tipe emboli yang berbeda bervariasi, tergantung dari umur
penderita, emboli yang berasal dari penyakit katup jantung rematik terdapat pada usia
muda, emboli yang berasal dari atherosklerosis lebih banyak ditemukan pada usia yang
lebih tua. Hal ini perlu diketahui karena penyakit jantung dan atherosklerotik dapat
kardioemboli ada, tidak berarti penyebab infark serebri adalah kardioemboli. Diagnosa
kardioemboli adalah sangat penting untuk ditegakkan sebab evaluasi dan terapinya
28
Pembentukan emboli yang menoklusi arteri di otak bisa bersumber dari jantung
sendiri atau berasal dari luar jantung, tetapi pada perjalanannya melalui jatung,
misalnya sel tumor, udara dan lemak pada trauma, parasit dan telurnya. Yang sering
terjadi adalah emboli dari bekuan daran (clots) karena penyakit jantungnya sendiri
menyebabkan emboli otak melalui septal defek di jantung. Trombus di ventrikel kiri
dapat pula terjadi karena proses koagulopati trombosik tanpa disertai kelainan jantung.7
Caplan LR (1991) membagi berbagai tipe dari bahan emboli yang berasal dari
jantung, yaitu :
3.2 PATOGENESIS
Pembentukan trombus atau emboli dari jantung belum sepenuhnya diketahui, tetapi ada
beberapa faktor prediktif pada kelainan jantung yang berperan dalam proses
29
1) Faktor mekanis
rusak (oleh sebab apapun), akan menyebabkan reaksi inotropik lokal pada
dinding jantung yang tidak merata, sehingga akan melepaskan material emboli.
emboli.
Pada aliran laminer dengan shear rate yang tinggi akan terbentuk
trombus yang terutama mengandung trombosit, karena pada shear rate yang
30
tergantung pada fibrinogen, pada shear rate yang tinggi terjadi penurunan
rate yang rendah seperti pada stasis aliran darah atau resirkulasi akan terbentuk
trombus yang terutama mengandung fibrin, karena pada shear rate yang rendah
fibrilasi atrium, fraksi ejeksi yang rendah, gagal jantung, infark miokardium,
kardiomiopati dilatasi.
menimbulkan emboli secara klinik. Hal ini telah dibuktikan bahwa bekuan
(clot) setelah Infark miocard, menghilang dari ventrikel kiri tanpa gejala emboli
endotelium yang merusak proses litik, kedua hal ini akan menyebabkan trombus
Emboli yang keluar dari ventrikel kiri, akan mengikuti aliran darah dan masuk
ke arkus aorta, 90% akan menuju ke otak, melalui a.karotis komunis (90%) dan
a.veterbalis (10%). Emboli melalui a.karotis jauh lebih banyak dibandingkan dengan
a.veterbalis karena penampang a.karotis lebih besar dan perjalanannya lebih lurus, tidak
31
berkelok-kelok, sehingga jumlah darah yang melalui a.karotis jauh lebih banyak (300
dibagian distal bifurkasio lebih kecil dibandingkan bagian proksitelnya, terutama pada
kebanyakan terdapat di a.serebri media, bahkan emboli ulang pun memilih arteri ini
juga, hal ini disebabkan a.serebri media merupakan percabangan langsung dari a.
karotis interna, dan akan menerima darah 80% darah yang masuk a.karotis interna.
pembuluh darah intrakranial, karena ukurannya lebih besar dari diameter pembuluh
darah ditempat itu. Berdasarkan ukuran emboli, penyumbatan bisa terjadi di a.karotis
interna, terutama di karotis sipon. Emboli mungkin meyumbat satu atau lebih cabang
arteri.5,6
Selain keadaan diatas, emboli juga menyebabkan obstrupsi aliran darah, yang
dapat menimbulkan hipoksia jaringan dibagian distalnya dan statis aliran darah,
sehingga dapat membentuk formasi rouleaux, yang akan membentuk klot pada daerah
32
stagnasi baik distal maupun proksimal. Gangguan fungsi neuron akan terjadi dalam
beberapa menit kemudian, jika kolateral tidak segera berfungsi dan sumbatan menetap.
Bagian distal dari obstrupsi akan terjadi hipoksia atau anoksia, sedangkan
metabolisme jaringan tetap berlangsung, hal ini akan menyebabkan akumulasi dari
karbondiaksida (CO2) yang akan mengakibatkan dilatasi maksimal dari arteri, kapiler
dan vena regional. Akibat proses diatas dan tekananaliran darah dibagian proksimal
1. faktor vaskuler, yaitu proses fibrinolisis endotel lokal, yang memegang peran
2. komposisi emboli, emboli yang mengandung banyak trombosit dan sudah lama
terbentuk lebih sukar lisis, sedangkan yang terbentuk dari bekuan darah (clot)
mudah lisis.5,7,8
yang menyebabkan penambahan volume serebri. Emboli yang menyumbat arteri serebri
kematian sel otak, karena kegagalan energi. Teori ini menerangkan kehidupan sel
tergantung dari homeostasis yang utuh, termasuk homeostasis seluler yang mempunyai
aktifitas seperti pompa ion, transport aktif, yang prosesnya tergantung dari energi. Bila
homeostasis dan terjadi kematian sel. Tipe kematian sel ini disebut kematian karena
33
kegagalan energi yang mempunyai sifat kematian pannekrosis, yaitu kematian seluruh
neuron, sel glia, dan dinding pembuluh darah. Keadan ini akan menyebabkan gangguan
dari tekanan intaseluler atau membran sel, sehingga terjadi gangguan transport natrium-
kalium, disertai masuknya cairan kedalam intra sel. Oedem serebri yang terjadi disebut
sebagai oedem serebri sitotoksik. Evolusi temporal dari Infark iskemik mulai dari
beberapa menit sampai beberapa jam dan kerusakan fokal hampir selalu berhubungan
dengan oedem serebri. Selama periode iskemia dan reperfusi di pembuluh darah perifer
akan terjadi deplesi dari neutrofil, mikroglia yang reaktif, makrofag akan mengeluarkan
mediator kimia seperti bradikinin, serotonin, histamin, dan asam arakhinoid yang
tekanan hidrostatik lokal. Iskemia juga meyebabkan akumulasi dari substansi osmolal,
seperti natrium, laktat dan asam organik lainnya, yang mempermudah terjadinta oedem
setelah resirkulasi. Oedem yang terjadi karena adanya akumulasi cairan secara pasif di
ruang interstitial sel serebri. Oedem ini disebut sebagai oedem serebri vasogenik.
Secara teoritis oedem serebri vasogenik tidak akan terjadi selama iskemia serebri yang
setiap Infark selalu ada menyebabkan oedem serebri (kadang tidak bermanifestasi).
Oedem serebri yang masif biasanya timbul setelah infark luas yang terjadi setelah
Hasil otopsi menunjukkan 2/3 dari Infark serebri yang luas dengan oedem
serebri berasal dari kardioemboli. Oedem serebri iskemia mencapai volume maksimal
34
3.2.4. Infark Berdarah
Disebut Infark berdarah bila ditemukan sejumlah sel darah merah diantara
jaringan nekrotik. Pada otopsi ditemukan fokus berupa perdarahan petkhial yang
hematoma yang masif. Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa, 2002 digitized by
USU digital library 5 nasib emboli yang mengoklusi arteri serebri bisa permanen,
migrasi atau lisis, bila terjadi resirkulasi karena migrasi atau lisis setelah jaringan
serebri mengalami nekrosis, tekanan darah arterial yang normal akan memasuki kapiler
yang hipoksia akan menyebabkan diapedesis dari sel darah merah melalui dinding
kapiler yang hipoksia. Makin hebat resirkulasi dan makin berat kerusakan dinding
kapiler akan menyebabkan makin masifnya infark berdarah. Infark berdarah ini
menyeluruh. Manifestasi penyakit ini menjadi gagal jantung progresif, dan aritmia.
Aritmia yang timbul biasanya sebagai ventrikel takhicardia dan 20-30% menjadi atrial
fibrilasi kronik.
intrakavitas. Trombus yang terjadi cendrung kecil dan menyebar diseluruh kapitas
dengan predileksi di apeks, tempat statis aliran maksima. Deteksi trombus dengan
35
3.3.2 Infark miokrdium
2,5% dari pasien dalam waktu 2-4 minggu. Hasil otopsi menunjukkan, bahwa
prevalensi trombus ventrikel kiri dengan emboli lebih tinggi dari yang bermanifestasi
klinik. Faktor resiko terbentuknya trombus ventrikel kiri adalah segmen ventrikel yang
hipokinetik atau akinetik (yang menyebabkan statis aliran darahI dan kerusakan dari
jam pertama setelah awitan dari IMA biasanya tidak ditemukantrombus ventrikel kiri.
Pembentukan trombus mulai terjadi pada hari 1- 7, dan berkembang sampai minggu ke-
2. kurang lebih 1/3 dari trombus akan menonjol ke dalam rongga ventrikel dan sisanya
berbentuk mural atau datar. Trombus yang bergerak (mobil) dan/atau menonjol ke
rongga ventrikel mempunyai resiko emboli lebih tinggi dibandingkan bentuk nural.
Pada aneurisma ventrikel terajdi stasis sirkulasi regional yang merupakan faktor
melekat pada permukaan yang luas dan tidak bergerak. Trombus ini jarang
menimbulkan emboli.
Tumor primer jantung, jinak, biasanya di atrium kiri, insidensi jarang, biasanya
mengenai dewasa muda dan pertengahan dan sangat jarang menyebabkan stroke.
Gejala yang umum timbul sebagai sekunder dari obstruksi aliran jantung, manifestasi
36
emboli hanya 20-45%, dan emboli yang ke arteri serebri sekitar 50% dari kasus.
Material emboli terdiri dari 2 tipe, platelet fibrin dan fragmen tumor.
Kelainan atau defek pada septum mencakup paten foramen ovale, defek atrio
septal dan fistula pulmonal arteriovenosus, yang menyebabkan aliran sistem vena
langsung memasuki aliran arteri dengan membawa material emboli, disebut sebagai
emboli paradoksikal.
Pada otopsi didapatkan 30-35% menderita paten foramen ovale, sedangkan pada
Emboli paradoksikal sering diduga sebagai penyebab stroke yang tidak jelas
penyebabnya.
mempunyai riwayat emboli. Trombus bisa timbul pada penderita dengan stenosis mitral
sedang, dan terbentuk sebagai Jet lession yang terbentuk di dinding ventrikel
kiri,material trombus bisa dari klot di atrium kiri, atau klot dan kalsium dari katup
mitral sendiri.
Timbulnya atrial fibrilasi meningkatkan resiko emboli menjadi 4 kali. Resiko emboli
37
3.3.7 Katup Protesis
komplikasi morbiditas dan mortalitas yang utama. Rata-rata emboli penderita dengan
katup protesis mitral 3-4% pertahun, sedangkan pada katup aorta protesis lebih rendah,
karena endokarditis bakterial (15-20%) tidak menurun. Keadaan ini dapat diterangkan
bahwa mayoritas stroke timbul setelah 48 jam terjadinya endokarditis bakterial, dan
resiko serta berat emboli lebih tinggi pada infeksi stabilacoccus aureus atau epidermidis
dengan katup protesis. Stroke dapat pula terjadi tanpa manifestasi endokarditis
bakterial.
aneurisma mikotik, dan perdarahan subarakhnoid, tergantung dari bagian dan ukuran
dari emboliseptik. Prediktif resiko emboli dari deteksi vegetasi katup dengan
38
3.3.9 Endokarditis trombotik nonbakterial (ETN)
Emboli terjadi dari vegetasi steril yang tumbuh pada katup, biasanya penderita
ETN tipe non infeksi endokarditis, pada katup jantung yang normal,
vegetasinya biasanya kecil terdiri dari platelet dan deposit fibrin, patogenesanya masih
belum pasti, tetapi diperkirakan karena perubahan permukaan katup, dan keaadaan
PKM merupakan kelainan katup yang terjadi pada 5% populasi umum dan lebih
sering pada wanita muda. Barnett (1980) menemukan 4,7% penderita stroke dibawah
berlebih dari daun katup ke arah atrium. Secara patologi terlihat daun katup dan korda
Gejala dari PKM tidak spesifik. Beberapa komplikasi dari PKM adalah,
Trombus bisa terdapat pada katup mitral yang miksomatus, posterior katup
sitral, posterior dinding atrium, bahkan pada daun katup yang bergerak. Trombus
berasal dari daun katup yang berdegenerasi dan dari fibrin dan platelet.
39
3.3.11 Kalsifikasi annulus mitral (KAM)
KAM merupakan proses kalsifikasi pada orang tua, yang sesuai dengan proses
kontrol hanya 1,7%. Infark serebri 32,2% pada AF, sedangkan pada kontrol 11%.
Frekuensi Infark serebri meningkat sesuai dengan lamanya AF. Penyebab AF yang
paling sering adalah penyakit jantung rematik dan penyakit jantung iskemik.
Resiko emboli pada AF paling tinggi setelah terjadi kardioversi elektikal atau
reversi spontan keritme sinus. Trombus terbentuk di atrium kanan karena stasis dari
aliran darah.
Non valvular atrial fibrilase (NVAF) berinsidensi 2-5% dari populasi umur 60
tahun, dan prevalensi meningkat sesuai dengan penambahan usia. NVAF merupakan
penyebab mayor stroke kardioemboli dengan Infark serebri masif. Valvular atrial
bradikardia (kurang dari 50 denyut permenit), sinus arrest atau sinoatrial block. SSS
bisa timbul pada setiap usia tetapi sering pada orang tua dan berhubungan dengan
40
Terjadinya bradikardi berhubungan dengan supraventrikuler takhikardi dan
atrial flutter atau fibrilasi. Patofisiologi terjadinya emboli sama dengan atrial fibrilasi.
miksoma atrium dan tumor lainnya, defek septum dan paten foramen ovale
2. kelaianan katup, seperti kelainan katup mitral rematik, penyakit aorta, katup
41
3.4 DIAGNOSIS STROKE KARDIOEMBOLI5
Dengan Hasil :
>4-5 = Tersangka
42
3.5 PENATALAKSANAAN11
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat dan merupakan
tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan cairan
perifer lengkap dan jumlah trombosit, protrombin time/INR, APTT, glukosa darah,
kimia darah (termasuk elektrolit); jika hipoksia, dilakukan analisis gas darah. Tindakan
lain di Instalasi Rawat Darurat adalah memberikan dukungan mental kepada pasien
penyulit. Juga dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis serta
telaah sosial untuk membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada
keluarga pasien perlu, menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga serta
a. Stroke Iskemik
Terapi umum :
Letakkan kepala pasien pada posisi 300, kepala dan dada pada satu
bidang; ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila
liter/menit sampai didapatkan hasil analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan
43
intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari
kateter intermiten).
atau salin isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya
Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah
sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari
pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah <60 mg% atau <80 mg% dengan
gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% iv sampai kembali normal dan
Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-
obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila
tekanan sistolik ≥220 mmHg, diastolik ≥120 mmHg, Mean Arterial Blood
Pressure (MAP) ≥130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30
menit), atau didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal
ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan obat yang
Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik ≤90 mm Hg, diastolik ≤70
mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL selama 4
jam dan 500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum
44
terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih <90 mmHg, dapat diberi dopamin
2-20 μg/kg/menit sampai tekanan darah sistolik ≥110 mmHg. Jika kejang, diberi
intravena 0,25 sampai 1 g/kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena
setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (<320
mmol); sebagai alternatif, dapat diberikan larutan hipertonik (NaCl 3%) atau
furosemid.
Terapi khusus :
dan anti koagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA (recombinant
b. Stroke Perdarahan
Terapi umum :
cenderung memburuk.
15- 20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130
45
mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan
dinaikkan 300, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberian manitol (lihat
Terapi khusus :
46
3.5.3 Stadium Subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi
wicara, dan bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan penyakit
yang panjang, dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di rumah sakit
b. Penatalaksanaan komplikasi,
d. Prevensi sekunder
47
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Dewanto, George. 2009. Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit
2006, patofisiologi : konsep dasar dan klinis Proses – Proses Penyakit, Ed ke-6,
6. Cohen SN. The Subacute stroke patient : Preventing recurent stroke. In Cohen
Perdarahan Otak (GPDO) Dalam Harsono ed. Buku Ajar Neurologi klinis. Edisi
48
9. World Health Organization (WHO), 2011, Global Atlas on Cardiovascular
10. Go AS: Hylek EM; Philips KA; Chang Y, Henault LE; Selby JV, et al. 2011.
49