Anda di halaman 1dari 7

PERAMALAN CURAH HUJAN DENGAN

METODE ARIMA (Studi kasus : Kabupaten Tabanan


Bali)
Nadia Cikyta Maliangkay, Departemen Matematika, FMK SD, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief
Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: cikytan@gmail.com
Abstrak—Peramalan jumlah kalender tanam padi adalah keadaan data secara akurat prakmatis serta memberikan
hasil panen padi suatu daerah penggunaan basis data pada atau tidak. Suatu model tingkat keyakinan yang lebih.
sangat penting dalam kegiatan periode waktu yang terlalu dikatakan sesuai (tepat) jika Salah satu metode dalam
perekonomian. Untuk itu tujuan lebar dan penggunaan residual antara model peramalan yaitu metode Box
utama dalam Tugas Akhir ini metode yang kurang sesuai. dengan titik-titik data Jenkins. Beberapa model dalam
adalah untuk pembentukan Saat ini BMKG sering kali historis bernilai kecil,
model dan memperoleh hasil Metode Box-Jenkins yaitu :
menggunakan metode terdistribusi secara acak dan A. Model ARIMA (p,d,q)
peramalan curah hujan satu
Autoregressive Integrated bebas satu sama lainnya. Autoregressive Integrated
periode ke depan dengan studi
Moving Average(ARIMA) Pemilihan model terbaik Moving Average (ARIMA)
kasus di Kabupaten Tabanan
dalam meramalkan curah dapat dilakukan dengan atau biasa disebut dengan
Bali. Metode yang digunakan
dalam Tugas Akhir ini adalah
hujan. Metode ARIMA membandingkan distribusi metode Box-Jenkins. ARIMA
belum mampu koefisien-koefisien
metode Box Jenkins-SARIMA sangat baik ketepatannya
sebagai pengembangan dari mengakomodasi adanya data autocorrelation (otokorelasi)
untuk peramalan jangka
metode ARIMA. Metode ini ekstrim. Oleh karena itu, dari data time series tersebut
pendek, yang tidak
sesuai dengan situasi yang ada diperlukan metode yang dengan distribusi teoritis
mampu mengakomodasi dari berbagai macam model. membentuk suatu model
dimana data yang ada bersifat
adanya data ekstrim. Metode Sebuah model time series struktural baik itu persamaan
musiman. Langkah pertama
Seasonal Autoregressive digunakan berdasarkan tunggal atau simultan yang
yang dilakukan adalah melihat
kestasioneran data. Selanjutnya Integrated Moving Average asumsi bahwa data time bebasis kepada teori ekonomi
identifikasi model dari plot ACF (SARIMA) dengan deteksi series yang digunakan harus atau logika, namun dengan
dan PACF yang menghasilkan outlier berbasis data dasa stasioner yang artinya rata- menganalisis probabilistik
kesalahan ramalan terkecil, harian dapat memprediksi rata variasi dari data yang atau stokastik dari data deret
estimasi parameter, dan cuaca ekstrim lebih akurat. dimaksud konstan. Tapi hal waktu (time series) dengan
diagnosa dengan melihat hasil Metode ini mampu ini tidak banyak ditemui menggunakan nilai masa lalu
residual dan normalitas. mengakomodasi data curah dalam banyak data time dan sekarang dari variabel
Software yang digunakan untuk hujan yang memiliki series yang ada, mayoritas dependen untuk
menganalisa data dan fluktuasi tinggi dan nilai merupakan data yang tidak menghasilkan peramalan
pembentukan model adalah ekstrim. Hasil penelitian stasioner melainkan jangka pendek yang akurat
dengan software Minitab 15 dan dengan mengabaikan
menunjukkan bahwa model integrated. Data yang
SAS. Hasil analisis
peramalan memberikan nilai integrated ini harus variabel independennya.
menunjukkan bahwa model
akurasi yang tinggi karena mengalami proses random Rumus umum model
ARIMA adalah model yang
terbaik.
nilai Mean Square Error stasioner yang seringkali tak ARIMA (p,d,q) adalah
(MSE)yang dihasilkan lebih dapat dijelaskan dengan baik sebagai berikut
Kata Kunci—ARIMA, kecil. Beberapa keuntungan oleh autoregressive model [5]:
Curah Hujan, Metode Box- yang dapat diperoleh dengan saja atau moving average B. d
p (B)(1 − B) Zt = θ q
Jenkins, SARIMA menggunakan ARIMA. model saja dikarenakan (B)at
Arima merupakan model proses tersebut mengandung
tanpa teori karena keduanya. Oleh karena itu dengan :
I. PENDAHULUAN
campuran kedua model yang ← p (B) = (1 − φ1B − ... −
Kegagalan panen disebut autoregressive
merupakan salah satu φpBp)
variabel yang digunakan integrated moving average
masalah besar yang terjadi adalah nilai-nilai lampau (ARIMA) menjadi lebih 3. q (B) = (1 − θ1B − ... −
di wilayah lumbung padi dan kesalahan yang efektif menjelaskan proses θqBq)
Bali, termasuk kabupaten mengikutinya. Arima itu.
Tabanan. Kegagalan panen memiliki tingkat akurasi ← p (B) : AR (p)
ini umumnya disebabkan peramalan yang cukup 4. q (B) : AR (p)
oleh kejadian cuaca ekstrim tinggi karena setelah
yang mengacaukan sistem II. URAIAN (1 − B) d : differencing orde d
mengalami pengukuran
kalender tanam padi yang PENELITI at : nilai residual pada saat
kesalahan peramalan mean
digunakan petani. Kalender AN t
absolute error, nilainya
tanam padi sangat mendekati nol. Arima cocok
menentukan tingkat A. Studi Literatur
digunakan untuk meramal
keberhasilan panen. Saat ini sejumlah variabel dengan Metode Peramalan adalah III.
kalender tanam disusun oleh cepat, sederhana, akurat dan cara memperkirakan secara
Dinas Pertanian Kabupaten ANALISA DAN
murah karena hanya kuantitatif apa yang akan terjadi
Tabanan berdasarkan data membutuhkan data variabel pada masa yang akan datang,PEMBAHASAN 3.1
curah hujan bulanan yang yang akan diramal. Model berdasarkan data yang relevan
dicatat dan diramalankan ARIMA menggunakan pada masa lalu. Metode iniTahap Identifikasi
oleh BMKG. Hasil ramalan pendekatan iteratif dalam sangat berguna dalam Tahap pertama yang
curah hujan yang dilakukan indentifikasi terhadap suatu mengadakan pendekatan
oleh BMKG memiliki model yang ada. Model
akurasi yang masih rendah analisis terhadap perilaku atauperlu dilakukan dalam proses
yang dipilih diuji lagi pola dari data yang lalu,permalan dalam penelitian
sehingga berpengaruh dengan data masa lampau
terhadap keakuratan sehingga dapat memberikan
untuk melihat apakah model cara pemikiran, pengerjaan danini adalah plot data time
kalender tanam padi. tersebut menggambarkan
Penyebab rendahnya akurasi pemecahan yang sistematis dan
series yang ditunjukan dalam terhadap mean dapat dilihat belum stasioner sehingga perlu
gambar berikut ini. melalui plot trend analysis dilakukan differencing kembali.
sebagai berikut

Gambar
4.Plotting
Autocorrelation
Gambar 1.Plot time series
curah hujan

Dari gambar diatas Gambar 3. Uji


stasioner terhadap
dapat dilihat bahwa data mean
curah hujan di kabupaten
Dari gambar 3 terlihat
Tabanan Bali dari tahun
bahwa data berfluktuasi namun Gambar 3.2 uji
2012-2016 bukan merupakan
tidak berada disekitar nilai stasioner terhadap
data musiman, selain itu mean
tengah (mean), sehingga pada
gambar juga menunjukan
plot trend analysis yang Setelah melakukan
bahwa data belum stasioner
pertama ini proses differencing sebanyak Gambar 5.Plotting
terhadap varian dan mean, partial Autocorrelation
belum stasioner.Oleh karena itu2 kali maka dapat dilihat
oleh karena itu maka perlu
perlu dilakukan differencing pada gambar 3.2 bahwa data Berdasarkan proses
dilakukan uji stasioner stasioner dan plotting
agar data stasioner terhadapsudah stasioner terhadap ACF
terhadap varian
mean.Berikut adalah hasilmean, sehingga pada tahap
dan PACF maka didaptkan
differencing yang pertama . ini dapat disimpulkan bahwa
kemungkinan model ARIMA
data telah stasioner terhadap
[1, 2,1], [2, 2, 1], [0, 2, 1]
mean dan varians, lalu
untuk meramalkan curah
langkah selanjutnya adalah
hujan di Kabupaten Tabanan
plot ACF dan PACF.
Bali. Hasil estimasi
Setelah proses plot
paramater diperoleh sebagai
Gambar 2. Uji ACF dan PACF maka akan
berikut
stasioner varian diperoleh kemungkinan
model yang dapat digunakan
Gambar 2
untuk meramalkan curah
menunjukan bahwa data
Gambar 3.1 Uji hujan di Kabupaten Tabanan
sudah stasioner terhadap
stasioner terhadap Bali selama 24 bulan
varian, hal ini dapat dilihat mean 2
ketika rounded value bernilai Gambar 3.1mendatang.Berikut adalah

1,00, setelah melakukan uji menunjukan bahwa ploting datahasil plotting ACF dan PACF

stasioner terhadap varian mulai berfluktuasi disekitarpada data yang telah di

maka dilakukan uji stasioner nilai tengah namun masihdifferencing sebanyak 2 kali.

terhadap mean. Stasioner


Dari gambar 6 paling kecil yaitu 4281110,
3.3 Pemeriksaan diagnostik menunjukan D untuk Uji Nilai MSE ARIMA (2, 2, 1)
1. Uji identik Kolmogorov-Smirnov adalah juga lebih kecil jika
Model ARIMA (1, 2, 1) 0,087 dan nilai p-value dibandingkan ARIMA (1, 2,
dikatakan identik karena > 0,150.Nilai lebih besar 1) dengan nilai MSE
3.2 Tahap penaksiran dan sudah stasioner terhadap dari nilai α = 0,05 sehingga 7920080 Sehingga dari hasil
pengujian dapat disimpulkan bahwa Uji dan Nilai MSE
varian dan mean
Pada tahap ini dilakukan 2.Uji white noise residual dari model ARIMA menunjukan bahwa ARIMA
pengujian
signifikansi (1,2,1) sudah berdistribusi (2, 2, 1) adalah Model yang

parameter model dengan dan normal.Parameter model terbaik untuk meramalkan


menggunakan uji-t. ARIMA (1,2,1) telah terbukti curah hujan di Kabupaten
signifikan dan telah Tabanan Bali dalam kurun
1. Pengujian Gambar 6. Hasil estimasi memenuhi asumsi white waktu 24 bulan mendatang .
Parameter θ1 ARIMA (1,2,1) noise sehingga dapat
3.6 Peramalan
sebagai AR(1) Hipotesa: disimpulkan bahwa model
Hipotesa : H0 : Data white noise ARIMA (1, 2, 1) dapat Dari metode
H0 : estimasi parameter θ1= 0 H1 : Data tidak white noise digunakan untuk meramalkan sebelumnya telah didapat
(parameter tidak signifikan) Taraf signifikan : α=0,05 model terbaik untuk
curah hujan untuk beberapa
H1 : estimasi parameter θ1≠ 0 dapat dilihat bahwa semua nilai
P- Value > α bulan mendatang. meramalkan data curah hujan
(parameter signifikan)
Statistik uji: sehingga H0 ditolak dan yaitu model ARIMA (2, 2,
Diketahui thitung sebesar -7,35 dapat disimpulkan data white 3.5 Overfitting 1).Berikut adalah Hasil
noise pada model ARIMA Uji
peramalan curah hujan di
(1,2,1) MODEL Uji Ljung-
Kabupaten Tabanan bali
Pengambilan Keputusan : Signifikan Box
3.4 Uji Normalitas dalam kurun waktu 24 bulan
Berikut adalah pengujian ARIMA signifikan White
mendatang dengan
sehingga H0 ditolak
pada asumsi kenormalan (0, 2, 1) noise
menggunakan model ARIMA
Maka dapat disimpulkan
bahwa signifikan terhadap residual dengan tingkat ARIMA signifikan (2, 2, 1)
White
model. signifikansi kesalahan (2, 2, 1) noise
sebesar 5% .
2. Pengujian Parameter Tabel 1. Overfitting ARIMA
sebagai MA(1) (p, 2, q)

Hipotesa : Overfitting bertujuan untuk

H0 : estimasi parameter = mendapatakan model lain


yang sesuai pada plotting
0
ACF dan PACF yang
H1 : estimasi parameter ≠
memungkinkan untuk
0
Statistik Uji : dijadikan model terbaik
Diketahui thitung. sebesar dalam meramalkan curah
30,80 Gambar 7.Grafik Residual hujan .Tabel 1 menunjukan
model ARIMA (1, 2, 1)
bahwa terdapat model lainya
Pengambilan Keputusan : yang memenuhi tahap
Hipotesa :
H0 : residual berdistribusi pengujian, namun jika dilihat
maka H0 ditolak normal dari MSE, ARIMA (2, 2, 1)
Kesimpulannya signifikan H1 : residual tak berdistribusi
terhadap model. menunjukan angka yang
normal
IV.KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Model terbaik
untuk meramalkan curah hujan di Kabupaten Tabanan Bali
selama 24 bulan mendatang adalah model ARIMA (2, 2, 1)
karena MSE dari ARIMA (2, 2, 1) bernilai paling kecil jika
dibandingkan dengan model lainya yang telah lulus uji.Dari
hasil peramalan diprediksi jumlah produksi padi pada bidang
pertanian akan meningkat pada periode periode berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Badan Pusat Statistik (BPS), diakses dari


http://wwwbali..bps.go.id/, diakses pada tanggal. 30
November 2017 pukul 19.40 WIB.

[2] Makridakis, Spyros; Steven C. Wheelwright, dan


Victor E. McGee.1999. “Metode dan Aplikasi
Peramalan Edisi Kedua Jilid 1”.
Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai