Perilaku Organisasi
Perilaku Organisasi
MAKALAH
“POLITIK ORGANISASI KESEHATAN DAN LEADERSHIP”
OLEH :
SRI SISWATI
P1802216004
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan sebuah makalah mata kuliah
Perilaku Organisasi Kesehatan.
Besar harapan saya dengan terselesainya makalah ini, semoga melalui makalah
ini dapat menambah cakrawala wawasan dan pengetahuan kita, khususnya bagi para
mahasiswa FKM Unhas, serta pembaca pada umumnya. Serta dapat pula memberikan
sumbangsih dalam dunia pendidikan. Terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, semua rekan mahasiswa jurusan administrasi dan kebijakan kesehatan
serta Ibu Prof. Dr. Sitti Haerani, M.Si.
Meskipun demikian, saya menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak,
begitupun dengan makalah ini. Karena itulah, saya sebagai penyusun berharap para
pembaca memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua elemen masyarakat.
Sebagai akhir kata, saya tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih yang tak
terhingga bagi semua pihak, yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas
makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Politik telah ikut menjadi bagian yang tidak terlepas dari perkembangan dan
aktifitas organisasi. Politik telah ikut mendorong terbentuknya suatu perubahan
pada organisasi dan politik tersebut bukan hanya bertujuan mendorong perubahan
namun juga telah menjadi bagian yang turut memperkeruh keadaan (Fahmi, 2016).
Keberadaan organisasi, termasuk organisasi kesehatan, dapat
diinterpretasikan sebagai wahana politik tempat para aktor untuk berebut
kepentingan. Oleh karena itu, interaksi antar aktor dalam dunia organisasi akan
selalu terkait dengan kekuasaan dan pengaruh serta kepentingan. Setiap aktor
dalam organisasi termasuk manajer akan berusaha meningkatkan kekuasaannya,
baik kekuasaan berdasarkan kedudukan maupun kekuasaan pribadi, dalam rangka
mengejar kepentingan dan tujuannya. Aktivitas politik melibatkan kemampuan
memainkan sumber kekuasaan dengan taktik politik tertentu untuk memenangkan
kepentingan (Siswanto, 2007).
Praktek politik dalam sebuah organisasi dapat dipicu karena adanya
perbedaan pendapat antara anggota didalam organisasi tersebut. Oleh karena itu,
tidak mengejutkan bila dikatakan bahwa setiap organisasi pasti berpolitik karena
suatu organisasi pasti terdiri lebih dari satu individu dan setiap individu pasti akan
memiliki pendapat atau fikiran yang berbeda beda.
Masalah Kesehatan tak dapat dipisahkan dari persoalan politik baik sebagai
individu dan warganegara, kelompok, dan organisasi maupun masyarakat.
Kesehatan adalah politik karena kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kebutuhan kesehatan melalui upaya masyarakat yang terorganisir (organization)
(Siswanto, 2007). Mengapa kesehatan berdimensi politik karena dalam bidang
kesehatan terdapat disparitas derajat kesehatan masyarakat antar suku dan ras,
antar kelompok, antar wilayah dan bahkan antar negara dimana sebagian
kelompok tersebut memiliki akses dan status kesehatan yang lebih baik sementara
lainnya tidak. Untuk mencapai itu perlu diperjuangkan dan mempengaruhi para
pengambil kebijakan dalam upaya memenuhi keadilan terhadap berbagai masalah
dibidang kesehatan.
1
Tak dapat dipungkiri bahwa masalah kesehatan bukan saja persoalan sakit,
dokter, tempat tidur dan obat. Determinan kesehatan sangat kompleks, masalah
kesehatan adalah masalah ekonomi, sosial budaya dan bahkan masalah kesehatan
adalah masalah politik. Kesehatan banyak berkaitan dengan masalah politik karena
kebijakan kesehatan yang lahir hingga hari ini baik berupa peraturan, program dan
penganggaran tidak lepas dari kekuasaan, perdebatan berbagai kepentingan politik,
dan persaingan, dan bahkan tidak sedikit keputusan kesehatan sangat ditentukan
oleh seorang bupati, walikota, gubernur dan presiden dan juga ketergantungan
pada ketukan palu sidang anggta dewan terhormat (Palutturi, 2015).
Pemimpin kesehatan masyarakat sangat di yakini akan mempengaruhi
tatanan kesehatan masyarakat. Pemimpin kesehatan masyarakat memperoleh
instrumen dan keterampilan dari memonitoring kesehatan masyarakat yang efektif.
Pemimpin dalam kesehatan masyarakat tidak hanya berfungsi dalam organisasi
kesehatan masyarakat, mereka juga berfungsi antar organisasi. Keterampilan antar
organisasi sangat penting. Selain itu, pemimpin kesehatan masyarakat
mempraktikkan kepemimpinan mereka dalam tatanan komunis. Pengembangan
kepemimpinan juga merupakan cara untuk menghubungkan akademik kesehatan
masyarakat dengan praktik kesehatan masyarakat karena informasi
mengintegrasikan pengetahuan riset dengan realitas praktik kesehatan masyarakat
(Rowitz, 2008)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan politik, politik organisasi & kepemimpinan?
2. Bagaimanakah politik organisasi kesehatan itu?
3. Bagaimanakah organisasi sebagai wahana politik?
4. Bagaimana peranan leadership dalam politik organisasi?
5. Bagaimana tanggung jawab pemimpin kesehatan masyarakat?
6. Bagaimana tantangan Kepemimpinan?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai politik organisasi pada umumnya
dan politik organisasi kesehatan pada khususnya serta kepemimpinan dalam
organisasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kreativitas dalam bertindak atau kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru (creavity in action). Kepemimpinan merupakan
kemampuan untuk melihat masa saai ini yang berhubungan dengan masa depan,
namun tetap menghargai masa lalu (Rowitz, 2008).
3
Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensif
tentang bagaimana mempengaruhi dan mengarahkan serta mengawasi orang lain
untuk mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan (Fahmi,
2016).
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang seharusnya dimiliki oleh setiap
pemimpin organisasi. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain
yang berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai (Palutturi, 2013). Efektivitas
seorang pemimpin ditentukan oleh kepiawaiannya mempengaruhi dan
mengarahkan para anggotanya.
Kepemimpinan kesehatan masyarakat mencakup komitmen terhadap
masyarakat dan nilai yang melingkupinya. Pemimpin kesehatan masyarakat
memerlukan pelatihan tidak hanya pada spealisasi kesehatan masyarakat, namun
juga dalam tehknik dan instrumen manajemen yang terbaru. Untuk mendukung
aktivitas kesehatan masyarakat pada tingkat lokal, negara bagian, dan federal,
mereka membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik, pemgambilan
keputusan, pengembangan kebijakan, dan lain-lain. Pemimpinn harus mempelajari
bagaimana organisasi mereka berfungsi, bagaimana bekerja antar organisasi, dan
bagaimana mengintegrasikan kegiatan organisasi mereka kedalam masyarakat
yang mereka layani (Rowitz, 2008).
4
komunitas dan keterikatan dengan lembaga akan berkurang dibandingkan dengan
masa lalu.
Berikut ini beberapa pedoman yang berkaitan dengan politik dalam
pengembangan kebijakan kesehatan masyarakat :
a) Perhatikan kesehatan secara nasional dan tren kebijakan sosial pada saat
mengembangkan kebijakan lokal.
b) Buat justifikasi mengenai pentingnya memiliki kesehatan masyarakat
pemirintah dalam komunitas.
c) Gunakan kelompok kepentingan khusus kesehatan masyarakat dalam
pengembangan kebijakan masyarakat.
d) Kembangkan kebijakan kesehatan dan sosial yang terintegrasi dan mandiri
untuk masyarakat.
5
harus dihadapi oleh setiap anggota organisasi, termasuk pemimpin (Siswanto,
2007).
E. Implikasi Positif dan Negatif
a. Positif
Dampak positif dalam organisasi yaitu dapat membangunn koalisi,
menentang kebijakan dan juga dapat menjalin hubungan antara organisasi
melalui kegiatan profesi. Seperti halnya dalam dunia kesehatan, ada beberapa
organisasi. Tentunya hal ini merupakan salah satu upaya untuk memajukan
kesehatan dan bagaimana memerangi penyakit serta bagaimana menemukan
problem solvingnya secara bersama. Tentunya dalam organisasi kesehatan ada
banyak sumberdaya dari berbagai bidang dengan pemikiran-pemikiran yang
berbeda. Hal inilah yang dibutuhkan untuk melakukan suatu perubahan
sekaligus tantangan organisasi kesehatan untuk mempengaruhi dan merubah
masyarakat untuk mau hidup sehat.
Dampak positif dalam organisasi secara umum yaitu wawasan dan
pengetahuan akan semakin luas karena ada banyak orang yang berbeda dalam
organisasi, tentunya ada banyak pemikiran-pemikiran dan pengalaman yang
dapat dishare oleh teman. Selain itu pengalaman juga akan semakin bertambah
dan bisa belajar bagaimana bekerja secara tim, bagaimana menghadapi
permasalahan secara tim dan bagaimana menemukan pemecahan serta solusi
masalah dalam organisasi secara bersama.
b. Negatif
Bau politik yang timbul dalam suatu organisasi dapat merangsang
tumbuhnya ambigu atau kebingungan dari anggota organisasi. Munculnya
Keambiguitas tersebut karena anggotanya merasa ada bias antar hal mana
yang harus direspon sebagai prestasi atau malah direspon sebagai suatu
kesalahan. Kebingungan inilah yang sebagian orang menimbulkan rasa ingin
menarik diri dari organisasinya. Inilah mengapa diakatakan bahwa politik
bersifat destruktif dan dapat menurunkan keterlibatan anggota organisasi
terhadap segala permasalahan dalam organisasinya (Utami,2016).
Persepsi anggota organisasi terhadap politik didalam organisasinya
dapat menghambat banyak hal seperti munculnya prasangka buruk sesama
6
rekan kerja, memancing sinisme dan kesenggangan yang hal tersebut dapat
menurunkan performa bisnis.
Persepsi politik dalam organisasi juga cenderung meningkatkan stress
dan kecemasan kerja. Hal ini dikarenakan adanya persepsi bahwa jika
seseorang tidak terlibat dalam politik organisasi maka ia mungkin akan
kehilangan posisinya direbut oleh orang yang aktif berpolitik. Selain itu
politik dalam organisasi juga bisa membuat kinerja karyawan menjadi
merosot. Hal ini bisa disebabkan karena pekerja memandang bahwa
lingkungan politik bersikap tidak adil terhadap dirinya dan dengan demikian
hal ini merusak motivasi kerja mereka.
7
kekompakan tim dalam bekerja. Kekompakan ini bisa terwujud jika setiap pekerja
mnghargai pentingnya kerjasama dalam meningkatkan efektifitas kerja.
Oleh karena itu, seorang pemimpin perlu memikirkan bagaimana
menjalankan dan mewujudkan kelompok kerja yang efektif. (Fahmi, 2016).
8
meningkatkan perhatian terhadap aksebilitas dan biaya terhadap pengobatan dan
mempromosikan program-program untuk mencegah penyebaran penyakit.
Pemimpin kesehatan masyarakat berada pada posisi yang kuat dalam membantu
mengatasi krisis bahkan ketika hal tersebut belum populer untuk dilakukan.
Dampaknya adalah kualitas hidup sebagian besar orang yang terinfeksi suatu
penyakit dapat sedikit demi sedikit membaik.
Keberhasilan terkadang menimbulkan musuh politik. Pemimpin kesehatan
masyarakat harus mengambil risiko dari masalah kesehatan penting yang mereka
anggap perlu untuk ditangani. Konsikuensinya bagi mereka dapat berupa
kehilangan posisi kepemimpinan dan pembalasan politik serta pemotongan
anggaran. Pemimpin kesehatan masyarakat juga dapat berkonflik dengan
pemimpin masyarakat. Untuk mengurangi risiko konflik, mereka perlu
bekerjasama dengan pemimpin masyarakat, melobby, dan kelompok kepentingan
khusus pada agenda bersama. (Rowitz. 2008).
Dalam pengembangan politik, pemimpin kesehatan masyarakat harus
bekerja sama dengan organisasi lainnya, dengan legislator, menyusun agenda
kebijakan bersama dengan pemimpin masyarakat, menerapkan kebijakan
meskipun ditentang oleh kelompok kepentingan khusus, dan mendukung
kerjasama antara organisasi kesehatan lainnya.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Praktek politik dalam sebuah organisasi dapat dipicu karena adanya
perbedaan pendapat antara anggota didalam organisasi tersebut. Oleh karena itu,
tidak mengejutkan bila dikatakan bahwa setiap organisasi pasti berpolitik karena
suatu organisasi pasti terdiri lebih dari satu individu dan setiap individu pasti akan
memiliki pendapat atau fikiran yang berbeda beda. Meskipun politik dalam
organisasi tidak bisa dihindari, namun masih ada jalan untuk menekan dampak
negatifnya. Sadarilah bahwa politik dalam suatu organisasi tidaklah terlalu buruk
asalkan masih dalam batas yang bisa ditolerir atau wajar. Artinya praktik politik
yang dilakukan dalam organisasi masih mengedepankan nilai organisasi dan tidak
melewati batas moral.
Dengan adanya transparansi dalam lingkungan organisasi dapat meneka rasa
kebingungan atau ambigu. Apalagi jika memang ada sistem yang jelas dalam
seluruh aspek sensitif dalam organisasi seperti penilaian kinerja dan promosi. Hal
ini dapat menekan persepsi anggota organisasi bahwa terjadinya promosi tersebut
disebabkan oleh praktek politik.
B. Saran
Karena politik dalam organisasi mungkin tidak dapat dihindari maka saran
saya, yang perlu dibenahi adalah lingkungan organisasinya. Selain itu, yang perlu
diperhatikan dalam hal perekrutan adalah karakteristik individunya. Seseorang
yang mempunyai intelejensi emosional yang tinggi dapat lebih baik mengontrol
perasaannya dalam merespon stres. Stres dalam hal ini adalah salah satu aspek
yang ditimbulkan oleh praktik politik dalam organisasi. Karena Individu dengan
Intelejensi emosional yang tinggi dapat lebih bijak dalam melihat sesuatu, mereka
dapat menilai suatu kejadian dengan konteks yang lebih luas yang pada akhirnya
nanti dapat meningkatkan keterlibatan mereka dalam organisasi.
Organisasi sangat ditentukan oleh kekompakan tim dalam bekerja.
Kekompakan ini bisa terwujud jika setiap pekerja mnghargai pentingnya
kerjasama dalam meningkatkan efektifitas kerja. Oleh karena itu, seorang
pemimpin perlu memikirkan bagaimana mewujudkan dan menciptakan kelompok
kerja yang efektif.
10
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, Irham. 2016. Perilaku Organisasi : Teori, Aplikasi dan Kasus. Penerbit
Alfabeta Bandung, cetakan ke-3.
Rowitz, Louis. 2008. Kepemimpinan Kesehatan Masyarakat (Public Health
Leadership) : Aplikasi dalam Praktik. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC
Siswanto. 2007. Politik Dalam Organisasi (Suatu Tinjauan Menuju Etika
Berpolitik). Universitas Gadjah Mada, Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan. Volume 10 No. 04 Desember 2007. Halaman 159 – 165.
(Jurnal.ugm.ac.id)
Palutturi, Sukri. 2015. Health Politics : Teori dan Praktek. Yogyakarta, Penerbit
Pustaka Pelajar cetakan I.
Palutturi, Sukri. 2013. Public Health Leadership. Yogyakarta, Penerbit Pustaka
Pelajar cetakan I.
Rivai, V. & Mulyadi, D. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta,
Penerbit Rajawali Pers cetakan ke-9
Utami, A.F. 2016. Politik Organisasi, Siapa Takut?. Binus University
(sbm.binus.ac.id)
Wibowo. 2015. Perilaku dalam Organisasi. Jakarta, Penerbit Rajawali Pers. Edisi
Kedua