Di Indonesia lembaga keuangan ini dibagi kedalam 2 kelompok yaitu lembaga keuangan
bank dan lembaga keuangan bukan bank (asuransi, pegadaian, dana pensiun, reksa dana, dan
bursa efek).
Lembaga keuangan ini menyediakan jasa sebagai perantara antara pemilik modal dan pasar
utang yang bertanggung jawab dalam penyaluran dana dari investor kepada perusahaan yang
membutuhkan dana tersebut. Kehadiran lembaga keuangan inilah yang memfasilitasi arus
peredaran uang dalam perekonomian, di mana uang dari individu investor dikumpulkan
dalam bentuk tabungan sehingga risiko dari para investor ini beralih pada lembaga keuangan
yang kemudian menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pinjaman utang kepada yang
membutuhkan. Ini adalah merupakan tujuan utama dari lembaga penyimpan dana untuk
menghasilkan pendapatan. Contoh dari lembaga keuangan adalah bank.
Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan,
secara langsung ataupun tidak langsung, menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali kepada masyarakat untuk kegiatan produktif, seperti
Perusahaan Asuransi
Pegadaian
A. BANK
Pengertian bank adalah suatu badan usaha yang bergerak di bidang keuangan atau jasa
keuangan. Produk utama yang biasa dilayani berupa simpaan giro, tabungan maupun
deposito. Bank juga digunakan sebagai tempat untuk simpan pinjam atau kredit bagi warga
masyarakat yang membutuhkan dana pinjaman. Fungsi lain dari bank adalah sebagai tempat
pertukaran mata uang, perpindahan uang (transfer), sebagai tempat pembayaran maupun
setoran.
Kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu BANCO yang berarti bangku. Bangku disini
dimaksudkan sebagai meja operasional para bankir jaman dahulu dalam melayani
seluruh nasabahnya. Istilah bangku ini kemudian menjadi populer dengan nama BANK.
Dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 1 ayat 3 bahwa bank umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan-kegiatan konvensional maupun secara syariah dalam
kegiatannya memberikan jasa keuangan dalam lalu lintas pembayaran.
Definisi bank di atas sama dengan definisi bank yang tertuang dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 31 tentang perbankan, yaitu :Bank
adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak
yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai
lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran
Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa pengertian bank adalah merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu
berkaitan dengan bidang keuangan dimana kegiatan utamanya adalah menghimpun
dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya atas dasar kepercayaan
yang telah diperolehnya.
FUNGSI BANK
Secara umum fungsi bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau fungsi Financial
Intermediary. Fungsi bank ini dikemukakan oleh Susilo, Triandoro dan Santoso (2006:9).
Agent of Trust
Agent of Development
Agent of Service
Agent of Trust
Kepercayaan adalah kunci dan dasar utama kegiatan perbankan ini (trust).
Kepercayaan disini meliputi kegiatan menghimpun dana dari masyarakat maupun
dalam penyalurannya kembali ke masyarakat atau bank lain. Kunci utama masyarakat
mau menitipkan dana yang mereka miliki kepada bank apabila sudah dilandasi atas
dasar kepercayaan kepada bank tersebut. Masyarakat sudah yakin dan percaya dana
yang mereka titipkan akan aman dan dapat diambil sewaktu-waktu tanpa adanya
ketakutan bank akan bangkrut atau tidak bisa diambil kembali. Begitu pula bank
dalam menyalurkan dana titipan tersebut untuk dipinjamkan kepada debitur juga atas
asas kepercayaan. Dimana bank tidak akan khawatir debitur akan menyalahgunakan
dana yang telah dipinjamkan kepada mereka karena bank percaya debitur memiliki
kemampuan untuk membayar sesuai perhitungan yang masuk akal. Dan bank percaya
bahwa debitur akan memiliki niat untuk membayar meskipun saat jatuh tempo.
Agent of Develompment
Sektor riil dan sektor moneter adalah dua hal perekonomian yang tidak dapat
dipisahkan, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Jika salah satunya bekerja
kurang baik maka berpengaruh juga pada kurang baik pada sisi lainnya.
Agent of Service
Selain kegiatan utama bank menghimpun dan menyalurkan uang, bank juga
memberikan penawaran jasa perbankan lainnya kepada masyarakat. Jasa yang
ditawarkan bank ini erat dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.
Jasa disini berupa pengiriman uang, barang berharga, pemberian jaminan bank
maupun penyelesaian tagihan.
Dengan melihat salah satu sisi negatif blanket guarantee dan setelah mempertimbangkan
faktor lainnya serta semakin membaiknya kondisi perbankan, kebijakan blanket guarantee
akhirnya diputuskan untuk diakhiri. Namun pemerintah menilai bahwa penjaminan simpanan
masih tetap diperlukan untuk memelihara kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan
meminimalkan risiko yang membebani anggaran negara atau risiko yang menimbulkan moral
hazard. Sehingga penjaminan yang sangat luas lingkupnya tersebut diganti dengan sistem
penjaminan yang terbatas.
Maka dibentuklah Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), yaitu lembaga independen yang
dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin
Simpanan (UU LPS) yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009. UU LPS
diundangkan tanggal 22 September 2004 dan mulai berlaku 12 bulan setelah diundangkan,
yaitu tanggal 22 September 2005. Dengan berlakunya UU LPS, maka LPS mulai beroperasi
sejak tanggal 22 September 2005. Perubahan yang signifikan dalam penjaminan melalui LPS
adalah dihapuskannya blanket guarantee, yaitu penjaminan seluruh kewajiban bank, tanpa
ada batasan nilai menjadi limited guarantee, yaitu penjaminan secara terbatas.
Fungsi LPS
LPS berfungsi menjamin simpanan nasabah bank dan turut aktif dalam menjaga stabilitas
sistem perbankan sesuai kewenangannya.
Sejak tanggal 22 Maret 2007 dan seterusnya, nilai simpanan yang dijamin LPS maksimum
sebesar Rp 100 juta per nasabah per bank, yang mencakup pokok dan bunga/bagi hasil yang
telah menjadi hak nasabah. Bila nasabah bank memiliki simpanan lebih dari Rp 100 juta
maka sisa simpanannya akan dibayarkan dari hasil likuidasi bank tersebut.
Tujuan kebijakan publik penjaminan LPS tersebut adalah untuk melindungi simpanan
nasabah kecil karena berdasarkan data distribusi simpanan per 31 Desember2006, rekening
bersaldo sama atau kurang dari Rp 100 juta mencakup lebih dari 98% rekening simpanan.
Sejak terjadi krisis global pada tahun 2008, Pemerintah kemudian mengeluarkan Perpu No. 3
Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang
Lembaga Penjamin Simpanan yang mengubah nilai simpanan yang dijamin oleh LPS
menjadi Rp2.000.000.000 (dua miliar rupiah). Perpu ini dapat disesuaikan kembali, apabila
krisis global meluas atau mereda.
Tugas dan Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, LPS merupakan lembaga independen yang berfungsi
menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif memelihara stabilitas sistem
perbankan sesuai kewenangannnya. Simpanan nasabah bank konvensional yang dijamin LPS
berbentuk: tabungan, deposito, giro, sertifikat deposito, dan bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Selain itu, LPS juga menjamin simpanan nasabah bank syariah
yang berbentuk: giro wadiah, tabungan wadiah, tabungan mudharabah dan deposito
mudharabah.
Secara detil, LPS mempunyai beberapa tugas dalam menjalankan fungsinya, antara lain:
Untuk menunjang tugas dan fungsi tersebut, LPS diberikan wewenang antara lain:
1. Menetapkan dan memungut premi penjaminan dan kontribusi ketika bank pertama kali
menjadi peserta sekaligus melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS
2. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan bank, dan
laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank sekaligus
melakukan rekonsiliasi, verifikasi dan konfirmasi atas data tersebut
3. Menetapkan syarat, tata cara dan ketentuan pembayaran klaim
4. Menunjuk, menguasakan, dan menugaskan pihak lain bertindak atas nama LPS, untuk
melaksanakan sebagian tugas tertentu
5. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan simpanan
termasuk menjatuhkan sanksi administratif bagi yang melanggar ketentuan
Untuk transaksi transfer masuk dan keluar serta inkaso bukan merupakan bentuk simpanan,
sehingga tidak dijamin. Kecuali transfer keluar dari simpanan yang belum keluar dari bank
masih diperlakukan sebagai simpanan. Begitu juga transfer masuk yang sudah diterima bank
untuk nasabah diperlakukan sebagai simpanan, meskipun belum dibukukan ke rekening.
1. LPS menentukan simpanan nasabah yang layak bayar, setelah rekonsiliasi dan verifikasi data
simpanan nasabah bank yang dicabut izin usahanya dalam waktu 90 hari kerja sejak izin
usaha bank dicabut
2. LPS mulai membayar simpanan yang layak bayar selambat-lambatnya 5 hari kerja sejak
verifikasi dimulai
3. Jangka waktu pengajuan klaim penjaminan adalah 5 tahun sejak izin usaha dicabut
Bagi nasabah yang merasa dirugikan, dapat mengajukan keberatan kepada LPS yang
didukung dengan bukti nyata dan jelas, serta melakukan upaya hukum melalui pengadilan.
LPS menjamin simpanan seluruh bank konvensional dan bank syariah di wilayah Republik
Indonesia, baik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Sesuai Pasal 37B Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1999 tentang Perbankan, setiap bank
wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan. Sehingga
untuk menjamin simpanan masyarakat pada bank tersebut dibentuk LPS. Ketentuan tersebut
dipertegas kembali dalam Pasal 12 UU LPS yang menyebutkan bahwa setiap bank yang
melakukan kegiatan usaha di wilayah Republik Indonesia wajib menjadi peserta penjaminan
LPS.
Semua biaya peserta penjaminan simpanan LPS akan ditanggung oleh bank yang
bersangkutan, sehingga nasabah tidak dibebani biaya apapun. Namun hak nasabah atas bunga
simpanan terhenti ketika bank tersebut dicabut izin usahanya. Jenis bank peserta penjaminan
LPS meliputi: bank umum dan BPR, termasuk bank nasional, bank campuran dan bank asing,
serta bank konvensional dan bank syariah.
Kewajiban Bank Terkait Simpanan yang Dijamin LPS
Agar simpanan nasabah di bank mendapatkan jaminan oleh LPS, maka sebagai peserta
penjaminan LPS, setiap bank wajib:
Pemerintah mempunyai komitmen untuk tetap menjaga keberlangsungan LPS, serta menjaga
kepercayaan masyarakat terhadap LPS. Untuk menjalankan fungsi tersebut LPS bisa
mengambil sumber pendanaan yang berasal dari:
1. Modal awal yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan sebesar Rp4 triliun
2. Kontribusi kepesertaan yang dibayarkan ketika bank pertama kali menjadi peserta
3. Premi penjaminan yang dibayar bank tiap semester
4. Hasil investasi cadangan penjaminan
Di dalam UU LPS, sudah diatur jika LPS sampai kekurangan modal awal, maka pemerintah
akan menutup kekurangan tersebut setelah mendapatkan persetujuan dari DPR. Sedangkan
jika LPS mengalami kesulitan likuiditas dalam pembayaran klaim penjaminan, maka
Pemerintah akan memberikan pinjaman kepada LPS. Stuktur Organisasi LPS terdiri dari:
Dewan Komisioner dan Kepala Eksekutif. Dewan Komisioner merupakan pimpinan LPS,
yang dipimpin seorang Ketua Dewan Komisioner. Dewan Komisioner LPS diangkat oleh
Presiden. Sedangkan Kepala Eksekutif merupakan Anggota Dewan Komisioner yang
bertugas melaksanakan kegiatan operasional LPS.
Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas
dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai , tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan. OJK didirikan untuk menggantikan peran Bapepam-LK. Wikipedia
OJK dibentuk dengan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan :
1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel
2. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan
3. Mampu melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat.
OJK mempunyai menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di sektor jasa
keuangan.
Wewenang OJK
Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:
1. menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini;
2. menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
3. menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
4. menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
5. menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;
6. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa
Keuangan dan pihak tertentu;
7. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa
Keuangan;
8. menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan
menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan
9. menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan di sektor jasa keuangan.
izin usaha;
izin orang perseorangan;
efektifnya pernyataan pendaftaran;
surat tanda terdaftar;
persetujuan melakukan kegiatan usaha;
pengesahan;
persetujuan atau penetapan pembubaran; dan
penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.
Perbankan Indonesia memang memiliki peranan yang sangat penting di negeri ini, karena
pentingnya peranan yang strategis ini maka dalam menjalankan fungsinya, perbankan akan
menjalankan asas dan prinsip dengan hati-hati. Fungsi utama perbankan Indonesia sendiri
adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Selain itu perbankan Indonesia
juga menjalankan fungsinya untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi
dan stabilitas nasional, serta peningkatan taraf hidup rakyat yang lebih baik.
Dalam dunia perbankan di tanah air ini kita akan mengenal dua jenis bank yaitu bank umum
dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Meski dua jenis bank ini sudah ada sejak lama,
sayangnya masih banyak orang yang belum mengerti dan memahami arti dan perbedaan
antara bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Maka untuk Anda yang masih
bingung dan tidak memahami arti dan perbedaan antara bank umum dan Bank Perkreditan
Rakyat ini, Anda bisa menyimak pembahasan berikut ini.
Definisi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat
Menurut UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 1
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Usaha bank umum salah satunya menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan berupa giro, tabungan deposito, tabungan berjangka, sertifikat deposito,
tabungan biasa, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Usaha BPR menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Dari dua definisi atau arti dari UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 ini maka bisa didapatkan
perbedaan kedua jenis bank ini dalam kegiatannya. Bank umum sendiri kegiatannya adalah
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran seperti kliring dan jual beli valuta asing
sedangkan pada kegiatan BPR tidak. Karena kegiatan BPR ini tidak melayani pemberian jasa
dalam lalu lintas pembayaran maka BPR tidak terlibat dalam kliring dan kegiatan usaha
valuta asing.
Perbedaan berikutnya dari kedua jenis bank ini bisa ditinjau dari bentuk simpanan dana yang
dihimpun dari masyarakat. Jika Bank umum menghimpun dananya dalam bentuk giro dan
sertifikat deposito, maka BPR tidak menghimpun dananya dalam bentuk giro dan sertifikat
deposito, namun BPR hanya menerima dalam bentuk tabungan dan deposito. Dari sini maka
dapat disimpulkan bahwa BPR tidak dapat melakukan transaksi giral, namun bank umum
dapat melakukan transaksi giral. Adapun kesamaan dari kedua jenis bank ini adalah adanya
larangan untuk melakukan penyertaan modal dan melakukan usaha perasuransian.