Anda di halaman 1dari 11

Lembaga keuangan

Lembaga keuangan dalam dunia keuangan bertindak selaku lembaga yang


menyediakan jasa keuangan bagi nasabahnya, di mana pada umumnya lembaga ini diatur
oleh regulasi keuangan dari pemerintah. Bentuk umum dari lembaga keuangan ini adalah
termasuk perbankan, building society (sejenis koperasi di Inggris) , Credit Union, pialang
saham, aset manajemen, modal ventura, koperasi, asuransi, dana pensiun, dan bisnis serupa
lainnya.

Di Indonesia lembaga keuangan ini dibagi kedalam 2 kelompok yaitu lembaga keuangan
bank dan lembaga keuangan bukan bank (asuransi, pegadaian, dana pensiun, reksa dana, dan
bursa efek).

a) Fungsi Lem. Keuangan

Lembaga keuangan ini menyediakan jasa sebagai perantara antara pemilik modal dan pasar
utang yang bertanggung jawab dalam penyaluran dana dari investor kepada perusahaan yang
membutuhkan dana tersebut. Kehadiran lembaga keuangan inilah yang memfasilitasi arus
peredaran uang dalam perekonomian, di mana uang dari individu investor dikumpulkan
dalam bentuk tabungan sehingga risiko dari para investor ini beralih pada lembaga keuangan
yang kemudian menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pinjaman utang kepada yang
membutuhkan. Ini adalah merupakan tujuan utama dari lembaga penyimpan dana untuk
menghasilkan pendapatan. Contoh dari lembaga keuangan adalah bank.

lembaga keuangan bank terdiri dari :


1) Bank Umum (Konvensional dan Syariah), dan;
2) Bank Perkreditan Rakyat (Konvensional dan Syariah).

LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK

Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan,
secara langsung ataupun tidak langsung, menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali kepada masyarakat untuk kegiatan produktif, seperti

Perusahaan Asuransi

Perusahaan Dana Pensiun

Koperasi Simpan Pinjam

Bursa Efek / Pasar Modal

Perusahaan Modal Ventura

Pegadaian

A. BANK
Pengertian bank adalah suatu badan usaha yang bergerak di bidang keuangan atau jasa
keuangan. Produk utama yang biasa dilayani berupa simpaan giro, tabungan maupun
deposito. Bank juga digunakan sebagai tempat untuk simpan pinjam atau kredit bagi warga
masyarakat yang membutuhkan dana pinjaman. Fungsi lain dari bank adalah sebagai tempat
pertukaran mata uang, perpindahan uang (transfer), sebagai tempat pembayaran maupun
setoran.

a) Pengertian dan Asal Kata Bank

Kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu BANCO yang berarti bangku. Bangku disini
dimaksudkan sebagai meja operasional para bankir jaman dahulu dalam melayani
seluruh nasabahnya. Istilah bangku ini kemudian menjadi populer dengan nama BANK.

Pengertian bank menurut Kasmir : 2003


Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan dimana kegiatan
utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat serta menyalurkan kembali dana
tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lain.

Arti bank menurut Undang-undang RI nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November


1998 tentang perbankan (pasal 1 ayat 2)
Bank adalah sebuah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lain dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 1 ayat 3 bahwa bank umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan-kegiatan konvensional maupun secara syariah dalam
kegiatannya memberikan jasa keuangan dalam lalu lintas pembayaran.

Definisi bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 23 tahun 1999


Pengertian bank adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana yang
dimaksud dalam undang-undang yang berlaku.

Pengertian bank menurut Abdullah (2005) mendefinisikan bank merupakan bagian


dari lembaga keuangan yang berfungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari
masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan menyalurkan dana tersebut kepada
masyarakat yang berkekurangan dana.

Menurut Wikipedia, Pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan


umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang,
peminjaman uang, dan menerbitkan promes atau banknote.

Definisi bank di atas sama dengan definisi bank yang tertuang dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 31 tentang perbankan, yaitu :Bank
adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak
yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai
lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran

Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa pengertian bank adalah merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu
berkaitan dengan bidang keuangan dimana kegiatan utamanya adalah menghimpun
dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya atas dasar kepercayaan
yang telah diperolehnya.
FUNGSI BANK

Secara umum fungsi bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau fungsi Financial
Intermediary. Fungsi bank ini dikemukakan oleh Susilo, Triandoro dan Santoso (2006:9).

Fungsi utama bank secara spesifik dibagi menjadi 3 yaitu:

 Agent of Trust
 Agent of Development
 Agent of Service

Penjelasan masing-masing akan kami jabarkan sebagai berikut:

 Agent of Trust

Kepercayaan adalah kunci dan dasar utama kegiatan perbankan ini (trust).
Kepercayaan disini meliputi kegiatan menghimpun dana dari masyarakat maupun
dalam penyalurannya kembali ke masyarakat atau bank lain. Kunci utama masyarakat
mau menitipkan dana yang mereka miliki kepada bank apabila sudah dilandasi atas
dasar kepercayaan kepada bank tersebut. Masyarakat sudah yakin dan percaya dana
yang mereka titipkan akan aman dan dapat diambil sewaktu-waktu tanpa adanya
ketakutan bank akan bangkrut atau tidak bisa diambil kembali. Begitu pula bank
dalam menyalurkan dana titipan tersebut untuk dipinjamkan kepada debitur juga atas
asas kepercayaan. Dimana bank tidak akan khawatir debitur akan menyalahgunakan
dana yang telah dipinjamkan kepada mereka karena bank percaya debitur memiliki
kemampuan untuk membayar sesuai perhitungan yang masuk akal. Dan bank percaya
bahwa debitur akan memiliki niat untuk membayar meskipun saat jatuh tempo.

Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka pihak perbankan


memberikan balas jasa kepada si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga,
bagi hasil, hadiah, pelayanan dan lain-lain. Semakin tinggi balas jasa yang diberikan
akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya

 Agent of Develompment

Sektor riil dan sektor moneter adalah dua hal perekonomian yang tidak dapat
dipisahkan, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Jika salah satunya bekerja
kurang baik maka berpengaruh juga pada kurang baik pada sisi lainnya.

Disini bank difungsikan memberikan kegiatan yang memungkinkan masyarakat


melakukan investasi, distribusi serta konsumsi/jasa dimana semua kegiatan tersebut
tidak dapat terpisahkan dari penggunaan uang. Jika semua kegiatan itu berjalan lancer
tentu akan banyak membantu dalam pembangunan perekonomian masyarakat.

 Agent of Service

Selain kegiatan utama bank menghimpun dan menyalurkan uang, bank juga
memberikan penawaran jasa perbankan lainnya kepada masyarakat. Jasa yang
ditawarkan bank ini erat dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.
Jasa disini berupa pengiriman uang, barang berharga, pemberian jaminan bank
maupun penyelesaian tagihan.

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN


Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah suatu lembaga independen yang berfungsi
menjamin simpanan nasabah perbankan diIndonesia. Badan ini dibentuk berdasarkan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan yang
ditetapkan pada 22 September2004. Undang-undang ini mulai berlaku efektif 12 bulan sejak
diundangkan sehingga pendirian dan operasional LPS dimulai pada 22 September 2005.

Latar Berdirinya LPS

Dengan melihat salah satu sisi negatif blanket guarantee dan setelah mempertimbangkan
faktor lainnya serta semakin membaiknya kondisi perbankan, kebijakan blanket guarantee
akhirnya diputuskan untuk diakhiri. Namun pemerintah menilai bahwa penjaminan simpanan
masih tetap diperlukan untuk memelihara kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan
meminimalkan risiko yang membebani anggaran negara atau risiko yang menimbulkan moral
hazard. Sehingga penjaminan yang sangat luas lingkupnya tersebut diganti dengan sistem
penjaminan yang terbatas.

Maka dibentuklah Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), yaitu lembaga independen yang
dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin
Simpanan (UU LPS) yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009. UU LPS
diundangkan tanggal 22 September 2004 dan mulai berlaku 12 bulan setelah diundangkan,
yaitu tanggal 22 September 2005. Dengan berlakunya UU LPS, maka LPS mulai beroperasi
sejak tanggal 22 September 2005. Perubahan yang signifikan dalam penjaminan melalui LPS
adalah dihapuskannya blanket guarantee, yaitu penjaminan seluruh kewajiban bank, tanpa
ada batasan nilai menjadi limited guarantee, yaitu penjaminan secara terbatas.

Fungsi LPS

LPS berfungsi menjamin simpanan nasabah bank dan turut aktif dalam menjaga stabilitas
sistem perbankan sesuai kewenangannya.

Sejak tanggal 22 Maret 2007 dan seterusnya, nilai simpanan yang dijamin LPS maksimum
sebesar Rp 100 juta per nasabah per bank, yang mencakup pokok dan bunga/bagi hasil yang
telah menjadi hak nasabah. Bila nasabah bank memiliki simpanan lebih dari Rp 100 juta
maka sisa simpanannya akan dibayarkan dari hasil likuidasi bank tersebut.

Tujuan kebijakan publik penjaminan LPS tersebut adalah untuk melindungi simpanan
nasabah kecil karena berdasarkan data distribusi simpanan per 31 Desember2006, rekening
bersaldo sama atau kurang dari Rp 100 juta mencakup lebih dari 98% rekening simpanan.

Sejak terjadi krisis global pada tahun 2008, Pemerintah kemudian mengeluarkan Perpu No. 3
Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang
Lembaga Penjamin Simpanan yang mengubah nilai simpanan yang dijamin oleh LPS
menjadi Rp2.000.000.000 (dua miliar rupiah). Perpu ini dapat disesuaikan kembali, apabila
krisis global meluas atau mereda.
Tugas dan Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, LPS merupakan lembaga independen yang berfungsi
menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif memelihara stabilitas sistem
perbankan sesuai kewenangannnya. Simpanan nasabah bank konvensional yang dijamin LPS
berbentuk: tabungan, deposito, giro, sertifikat deposito, dan bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Selain itu, LPS juga menjamin simpanan nasabah bank syariah
yang berbentuk: giro wadiah, tabungan wadiah, tabungan mudharabah dan deposito
mudharabah.

Secara detil, LPS mempunyai beberapa tugas dalam menjalankan fungsinya, antara lain:

1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan


2. Melaksanakan penjaminan simpanan
3. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara stabilitas
sistem perbankan
4. Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian bank gagal yang tidak
berdampak sistemik
5. Melaksanakan penanganan bank gagal yang berdampak sistemik

Untuk menunjang tugas dan fungsi tersebut, LPS diberikan wewenang antara lain:

1. Menetapkan dan memungut premi penjaminan dan kontribusi ketika bank pertama kali
menjadi peserta sekaligus melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS
2. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan bank, dan
laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank sekaligus
melakukan rekonsiliasi, verifikasi dan konfirmasi atas data tersebut
3. Menetapkan syarat, tata cara dan ketentuan pembayaran klaim
4. Menunjuk, menguasakan, dan menugaskan pihak lain bertindak atas nama LPS, untuk
melaksanakan sebagian tugas tertentu
5. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan simpanan
termasuk menjatuhkan sanksi administratif bagi yang melanggar ketentuan

Untuk transaksi transfer masuk dan keluar serta inkaso bukan merupakan bentuk simpanan,
sehingga tidak dijamin. Kecuali transfer keluar dari simpanan yang belum keluar dari bank
masih diperlakukan sebagai simpanan. Begitu juga transfer masuk yang sudah diterima bank
untuk nasabah diperlakukan sebagai simpanan, meskipun belum dibukukan ke rekening.

Nilai Simpanan yang Dijamin LPS


Nilai simpanan yang dijamin LPS adalah Rp2 miliar maksimal per nasabah per bank. Apabila
nasabah mempunyai beberapa rekening simpanan dalam satu bank, maka simpanan yang
dijamin dihitung dari jumlah saldo seluruh rekening. Nilai simpanan yang dijamin meliputi:
simpanan pokok ditambah bunga untuk bank konvensional dan simpanan pokok ditambah
bagi hasil untuk bank syariah. Sedangkan untuk simpanan diatas Rp2 miliar diselesaikan Tim
Likuidasi berdasarkan likuidasi kekayaan bank. Untuk nasabah yang mempunyai rekening
gabungan (joint account), maka saldo pada rekening gabungan dibagi sama besar antar
pemilik rekening.
Proses dan Cara Pembayaran Klaim Nasabah pada LPS
Jika terjadi risiko terhadap bank di mana nasabah menyimpan uang didalamnya dan masih
masuk dalam nilai simpanan yang dijamin LPS, maka nasabah bisa melakukan klaim kepada
LPS. Apabila nasabah mempunyai kewajiban pada bank, maka pembayaran klaim
penjaminan terhadap nasabah terlebih dahulu memperhitungkan kewajibannya (set off).
Adapun cara pembayaran klaim nasabah adalah sebagai berikut:

1. LPS menentukan simpanan nasabah yang layak bayar, setelah rekonsiliasi dan verifikasi data
simpanan nasabah bank yang dicabut izin usahanya dalam waktu 90 hari kerja sejak izin
usaha bank dicabut
2. LPS mulai membayar simpanan yang layak bayar selambat-lambatnya 5 hari kerja sejak
verifikasi dimulai
3. Jangka waktu pengajuan klaim penjaminan adalah 5 tahun sejak izin usaha dicabut

Bagi nasabah yang merasa dirugikan, dapat mengajukan keberatan kepada LPS yang
didukung dengan bukti nyata dan jelas, serta melakukan upaya hukum melalui pengadilan.
LPS menjamin simpanan seluruh bank konvensional dan bank syariah di wilayah Republik
Indonesia, baik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Syarat Berlakunya Simpanan yang Dijamin LPS


Apabila nasabah mendapatkan bunga simpanan melebihi suku bunga wajar yang ditetapkan
LPS, maka simpanan tersebut tidak dijamin LPS, baik simpanan pokok maupun bunganya.
Nasabah dapat menunggu pengumuman hasil rekonsiliasi dan verifikasi simpanan tahap I di
kantor bank, media cetak dan website LPS. Selain itu nasabah harus memenuhi syarat-syarat
berikut ini agar klaimnya dibayar LPS:

1. Simpanan nasabah tercatat dalam pembukuan bank


2. Nasabah tidak memperoleh bunga simpanan yang melebihi tingkat suku bunga wajar yang
ditetapkan LPS atau nasabah tidak menerima imbalan yang tidak wajar dari bank
3. Nasabah tidak melakukan tindakan yang merugikan bank, seperti: memiliki kredit macet

Sesuai Pasal 37B Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1999 tentang Perbankan, setiap bank
wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan. Sehingga
untuk menjamin simpanan masyarakat pada bank tersebut dibentuk LPS. Ketentuan tersebut
dipertegas kembali dalam Pasal 12 UU LPS yang menyebutkan bahwa setiap bank yang
melakukan kegiatan usaha di wilayah Republik Indonesia wajib menjadi peserta penjaminan
LPS.

Semua biaya peserta penjaminan simpanan LPS akan ditanggung oleh bank yang
bersangkutan, sehingga nasabah tidak dibebani biaya apapun. Namun hak nasabah atas bunga
simpanan terhenti ketika bank tersebut dicabut izin usahanya. Jenis bank peserta penjaminan
LPS meliputi: bank umum dan BPR, termasuk bank nasional, bank campuran dan bank asing,
serta bank konvensional dan bank syariah.
Kewajiban Bank Terkait Simpanan yang Dijamin LPS
Agar simpanan nasabah di bank mendapatkan jaminan oleh LPS, maka sebagai peserta
penjaminan LPS, setiap bank wajib:

1. Menyerahkan dokumen, antara lain:


o Salinan anggaran dasar dan akta pendirian bank
o Salinan dokumen perizinan bank
o Surat keterangan dari LPP mengenai tingkat kesehatan bank
o Surat pernyataan dari pemegang saham atau pengendali bagi yang berbadan hukum
koperasi serta kantor pusat dari cabang bank asing, direksi dan komisaris
o Menyampaikan laporan secara berkala, membayar kontribusi kepesertaan dan
premi penjaminan
2. Memberikan data, informasi dan dokumen yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan
penjaminan
3. Menempatkan bukti kepesertaan atau salinannya di dalam kantor bank atau tempat lainnya
agar mudah diketahui masyarakat
4. Menempatkan pengumuman pada seluruh kantor bank agar diketahui dengan mudah oleh
nasabah, mengenai:
o Maksimum tingkat bunga yang dianggap wajar dan ditetapkan LPS
o Maksimum nilai simpanan yang dijamin LPS

Pemerintah mempunyai komitmen untuk tetap menjaga keberlangsungan LPS, serta menjaga
kepercayaan masyarakat terhadap LPS. Untuk menjalankan fungsi tersebut LPS bisa
mengambil sumber pendanaan yang berasal dari:

1. Modal awal yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan sebesar Rp4 triliun
2. Kontribusi kepesertaan yang dibayarkan ketika bank pertama kali menjadi peserta
3. Premi penjaminan yang dibayar bank tiap semester
4. Hasil investasi cadangan penjaminan

Di dalam UU LPS, sudah diatur jika LPS sampai kekurangan modal awal, maka pemerintah
akan menutup kekurangan tersebut setelah mendapatkan persetujuan dari DPR. Sedangkan
jika LPS mengalami kesulitan likuiditas dalam pembayaran klaim penjaminan, maka
Pemerintah akan memberikan pinjaman kepada LPS. Stuktur Organisasi LPS terdiri dari:
Dewan Komisioner dan Kepala Eksekutif. Dewan Komisioner merupakan pimpinan LPS,
yang dipimpin seorang Ketua Dewan Komisioner. Dewan Komisioner LPS diangkat oleh
Presiden. Sedangkan Kepala Eksekutif merupakan Anggota Dewan Komisioner yang
bertugas melaksanakan kegiatan operasional LPS.

Jangan Ragu Menyimpan Uang di Bank


Masyarakat tidak peru ragu menyimpan uangnya di bank karena LPS menjamin simpanan
pada seluruh bank konvensional dan bank syariah di wilayah Republik Indonesia, baik Bank
Umum (Bank Asing, Bank Campuran, Bank Swasta Nasional, Bank Pembangunan Daerah
dan Bank milik Pemerintah) maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sehingga dengan
dijaminnya simpanan pada seluruh bank, diharapkan kepercayaan masyarakat untuk
menyimpan uangnya di bank akan semakin meningkat.
OJK Otoritas Jasa Keuangan
otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU nomor 21 tahun
2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas
dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai , tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan. OJK didirikan untuk menggantikan peran Bapepam-LK. Wikipedia

OJK dibentuk dengan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan :
1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel
2. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan
3. Mampu melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat.

OJK mempunyai menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di sektor jasa
keuangan.

Tugas dan Wewenang


OJK mempunyai tugas melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di
sektorPerbankan, sektor Pasar Modal, dan sektor IKNB

OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:


1. kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan;
2. kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan
3. kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan
lembaga jasa keuangan lainnya.

Wewenang OJK
Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:
1. menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini;
2. menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
3. menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
4. menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
5. menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;
6. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa
Keuangan dan pihak tertentu;
7. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa
Keuangan;
8. menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan
menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan
9. menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan di sektor jasa keuangan.

Untuk melaksanakan tugas pengawasan, OJK mempunyai wewenang:


1. menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;
2. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif;
3. melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan tindakan lain
terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
4. memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak tertentu;
5. melakukan penunjukan pengelola statuter;
6. menetapkan penggunaan pengelola statuter;
7. menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan
perundangundangan di sektor jasa keuangan; dan
8. memberikan dan/atau mencabut:

 izin usaha;
 izin orang perseorangan;
 efektifnya pernyataan pendaftaran;
 surat tanda terdaftar;
 persetujuan melakukan kegiatan usaha;
 pengesahan;
 persetujuan atau penetapan pembubaran; dan
 penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.

Perbedaan Bank Umum dan BPR

Perbankan Indonesia memang memiliki peranan yang sangat penting di negeri ini, karena
pentingnya peranan yang strategis ini maka dalam menjalankan fungsinya, perbankan akan
menjalankan asas dan prinsip dengan hati-hati. Fungsi utama perbankan Indonesia sendiri
adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Selain itu perbankan Indonesia
juga menjalankan fungsinya untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi
dan stabilitas nasional, serta peningkatan taraf hidup rakyat yang lebih baik.

Dalam dunia perbankan di tanah air ini kita akan mengenal dua jenis bank yaitu bank umum
dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Meski dua jenis bank ini sudah ada sejak lama,
sayangnya masih banyak orang yang belum mengerti dan memahami arti dan perbedaan
antara bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Maka untuk Anda yang masih
bingung dan tidak memahami arti dan perbedaan antara bank umum dan Bank Perkreditan
Rakyat ini, Anda bisa menyimak pembahasan berikut ini.
Definisi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat
Menurut UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 1

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Usaha bank umum salah satunya menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan berupa giro, tabungan deposito, tabungan berjangka, sertifikat deposito,
tabungan biasa, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Usaha BPR menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Perbedaan Bank Umum dan BPR BerdasarkanUU No. 10


Tahun 1998 Pasal 1

Dari dua definisi atau arti dari UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 ini maka bisa didapatkan
perbedaan kedua jenis bank ini dalam kegiatannya. Bank umum sendiri kegiatannya adalah
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran seperti kliring dan jual beli valuta asing
sedangkan pada kegiatan BPR tidak. Karena kegiatan BPR ini tidak melayani pemberian jasa
dalam lalu lintas pembayaran maka BPR tidak terlibat dalam kliring dan kegiatan usaha
valuta asing.

Perbedaan berikutnya dari kedua jenis bank ini bisa ditinjau dari bentuk simpanan dana yang
dihimpun dari masyarakat. Jika Bank umum menghimpun dananya dalam bentuk giro dan
sertifikat deposito, maka BPR tidak menghimpun dananya dalam bentuk giro dan sertifikat
deposito, namun BPR hanya menerima dalam bentuk tabungan dan deposito. Dari sini maka
dapat disimpulkan bahwa BPR tidak dapat melakukan transaksi giral, namun bank umum
dapat melakukan transaksi giral. Adapun kesamaan dari kedua jenis bank ini adalah adanya
larangan untuk melakukan penyertaan modal dan melakukan usaha perasuransian.

Anda mungkin juga menyukai