DALAM AL-QUR’ÂN
Fadlan
(Dosen Jurusan Syari’ah STAIN Pamekasan, Jl. Pahlawan Km.04 Pamekasan,
nomor kontak 0817796020, fadlanelhanif@gmail.com)
Abstrak:
Sejarah menunjukkan bahwa perempuan pada masa awal Islâm mendapat
penghargaan tinggi. Islâm mengangkat harkat dan martabat perempuan dari
posisi yang kurang beruntung pada zaman jahiliyah. Di dalam al-Qur’ân,
persoalan kesetaraan laki-laki dan perempuan ditegaskan secara eksplisit.
Meskipun demikian, masyarakat muslim secara umum tidak memandang
laki-laki dan perempuan sebagai setara. Akar mendalam yang mendasari
penolakan dalam masyarakat muslim adalah keyakinan bahwa perempuan
adalah makhluk Allâh yang lebih rendah karena diciptakan dari tulang rusuk
yang bengkok. Selain itu, perempuan dianggap sebagai makhluk yang kurang
akalnya sehingga harus selalu berada dalam bimbingan laki-laki. Akibatnya,
produk-produk pemikiran Islâm sering memosisikan perempuan sebagai
subordinat. Kenyataan ini tentu sangat memprihatinkan, karena Islâm pada
prinsipnya menjunjung tinggi kesetaraan dan tidak membedakan manusia
berdasarkan jenis kelamin. Oleh karena itu, doktrin maupun pandangan yang
mengatasnamakan agama yang sarat dengan praktik diskriminatif sudah
selayaknya dikaji ulang, jika ingin Islâm tetap menjadi rahmat bagi seluruh
alam.
Kata Kunci:
Islâm, gender, dan feminisme
Abstract:
History proves that woman had been highly respected in the early of Islamic period.
Islam promoted the woman’s dignity and prestige from being uncivilzed in the time of
jahiliyah. Al-Qur’an has explicitly stated that man and woman equity. However,
Muslim community does not apply the same view of man-woman equity as stated in
the holy scipture. The community believes that Allah creates women differently from
men; women are considered weaker since they are created from the rib of the men.
Hence, men think that most women are illogical then they must be under the guidance
of men. As a result, the products of Islamic studies place women as the sub-ordianated
creation. This is quite apprehensive. On the other hand, Islamic teaching actually
holds up the gender equality, it does not differ people from its gender. Consequently,
there must be a restudied-discourse on a view or doctrin that answering to the name of
religion practicing descriminative act on woman. It is about to purify the Islamic
vision of being a rahmat (mercy) for the rest of mankind.
Key Words:
Islam, gender, and feminism
Fadlan
dan status yang sama antara laki-laki dan yang memiliki penis, memiliki jekala (kala
perempuan. menjing), memproduksi sperma dan
sebagainya. Sedangkan perempuan
Pengertian Gender dan Feminisme adalah manusia yang memiliki alat
Kata gender4 berasal dari bahasa reproduksi telur, vagina, alat menyusui
Inggris yang berarti jenis kelamin (sex).5 dan sebagainya. Alat-alat tersebut secara
Pada awalnya kedua kata tersebut (gender biologis melekat baik pada perempuan
dan sex) digunakan secara rancu.6 Sejak maupun laki-laki. Fungsinya tidak bisa
dasawarsa terakhir di tengah maraknya dipertukarkan dan secara permanen tidak
gerakan feminis, kedua kata tersebut berubah serta merupakan ketentuan
didefinisikan secara berbeda. Perbedaan biologis atau ketentuan Tuhan (kodrat).8
konseptual antara gender dan sex mula- Sementara konsep gender adalah
mula diperkenalkan oleh Ann Oakley.7 pembagian lelaki dan perempuan yang
Oleh karena itu, penulis akan menge- dikonstruksi secara sosial maupun
mukakan perbedaan definisi tersebut kultural. Misalnya perempuan dianggap
guna menghindari pemahaman yang lemah lembut, emosional, keibuan dan
keliru. sebagainya. Sedangkan laki-laki dianggap
Sex adalah pembagian jenis kuat, rasional, perkasa dan sebagainya.
kelamin yang ditentukan secara biologis Sifat-sifat tersebut tidaklah kodrati,
melekat pada jenis kelamin tertentu. karena tidak abadi dan dapat
Misalnya, jenis lelaki adalah manusia dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang
emosional, lemah lembut, keibuan dan
4
Istilah gender dalam Al-Qur’ân dapat dipahami sebagainya. Sementara ada juga perem-
melalui nama-nama atau simbol-simbol yang puan yang kuat, rasional, perkasa dan
sering digunakan Al-Qur’ân dalam
mengungkapkan jenis kelamin seseorang. Istilah-
sebagainya. Oleh karena itu, gender dari
istilah gender yang sering digunakan dalam Al- waktu ke waktu dan dari tempat ke
Qur’ân antara lain: al-rajul/al-rijâl dan al-mar’ah/al- tempat dapat berubah.9 Singkatnya,
nisâ’, al-dzakar dan al-untsâ, termasuk gelar status gender membicarakan laki-laki dan
laki-laki dan perempuan seperti, al-zawj dan al- perempuan dari sudut pandang yang non
zawjah, al-abb dan al-umm, al-akh dan al-ukht, al-
jadd dan al-jaddah, al-muslimûn dan al-muslimât, al-
biologis.
mu’minûn dan al-mu’minât, serta dhamîr mudzakkar Secara sederhana ideologi gender
dan mu’annats, yang digunakan al-Qur’ân membedakan secara tegas kedua identitas
terhadap laki-laki dan perempuan. Persoalan tersebut:
kebahasaan yang berhubungan dengan istilah Maskulin Feminin
tersebut, lihat Nasaruddin Umar, Argumen
Kesetaraan Gender; Perspektif Al-Qur’an (Jakarta:
rasional emosional
Paramadina, 1999), hlm. 143-193 agresif lemah lembut
5
Jhon M. Echol dan Hassan Syadily, Kamus mandiri tidak mandir
Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1996), hlm. eksploratif pasif
265 Perbedaan tersebut secara
6
Umar, Argumen Kesetaraan Gender, hlm. 34
7
M. Aunul Abied Shah dan Hakim Taufiq, “Tafsir
tradisional diyakini bahwa identitas di
Ayat-ayat Gender dalam Al-Qur’ân: Tinjauan atas merupakan suatu bagian yang
terhadap Pemikiran Muhammad Syahrûr dalam
Bacaan Kontemporer”, dalam M. Aunul Abied
8
Shah et.al. (ed.) Islam Garda Depan: Mosaik Mansuor Fakih, Analisis Gender dan Transformasi
Pemikiran Islam Timur Tengah (Bandung: Mizan, Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 7-8
9
2001), hlm. 237 Ibid.,hlm. 8-9
inherent dalam identitas jenis kelamin dan privilage ekonomi. Patriarki dianggap
yang kemudian dianggap sebagai kodrat. sebagai masalah yang mendahului segala
Maka seringkali muncul mitos bahwa bentuk penindasan.13 Inilah kemudian
kodrat seorang perempuan adalah aktor yang menjadi agenda feminis14 ke depan
di balik layar, sebagai pendukung karir di mana pusat persoalan adalah tentang
suami, ibu rumah tangga yang berjasa tuntutan kesetaraan, keadilan, dan
besar mengantarkan kesuksesan anak- penghapusan segala bentuk diskriminasi
anaknya.10 Gender yang sejatinya meru- terhadap perempuan. Usaha ini kemu-
pakan konstruksi sosial dan kultural dian melahirkan sebuah kesadaran yang
perihal peran laki-laki dan perempuan di khas, yaitu kesadaran feminisme.
tengah kehidupan sosial, justru Menurut Kamla Bhasin dan Nighat
diselewengkan oleh laki-laki sebagai Said Khan, dua tokoh feminis dari Asia
kodrat Tuhan yang harus diterima sacara Selatan, tidak mudah untuk merumuskan
taken for granted. Hal ini nampak pada definisi feminisme oleh dan atau
pola pembagian peran kerja laki-laki dan diterapkan kepada semua feminis dalam
perempuan. Ruang kerja laki-laki di semua waktu dan di semua tempat.
sektor publik, sementara perempuan Karena feminisme tidak mendasarkan
pada sektor domestik.11
Perbedaan gender (gender
13
differences) ini tidak menjadi masalah Fakih, Analisis Gender, hlm. 145
14
Perlu dicatat, feminis adalah orangnya,
krusial jika tidak melahirkan struktur
sedangkan feminisme adalah fahamnya. Tentang
ketidakadilan gender (gender inequalities). feminisme simak definisi Katherine Young.
Akan tetapi pada kenyataannya, “Feminism is not only the critique of patriarchy but
perbedaan gender justru melahirkan also the positive recognition of the ‘unique needs and
struktur ketidakadilan dalam berbagai contributions of women as a class’ and the fact that
women are agents who can ‘name their own reality’;
bentuk: dominasi, marginalisasi dan who can move into the public sphere of jobs, education,
diskriminasi, yang secara ontologis and leadership; and who have the freedom to decide
merupakan modus utama kekerasan their own life pattern. This bottom line of feminism is
terhadap kaum perempuan.12 Pada the foundation for the solidarity of women as class.
Feminist have formed a political alliance with all other
kondisi inilah, “kekuasaan laki-laki” groups that have been subordinated (minorities).”
mendominasi perempuan, bukan saja (Feminisme tidak hanya sekadar sebuah kritik
melanggengkan budaya kekerasan, tetapi terhadap sistem patriarki, tetapi juga merupakan
juga melahirkan rasionalitas sistem pengakuan positif atas kebutuhan yang sudah
patriarki. Ideologi patriarki adalah terpola sejak dulu dan sebagai masukan bagi
kaum perempuan sebagai sebuah kelompok, dan
ideologi kelaki-lakian di mana laki-laki pada kenyataannya kaum perempuan adalah
dianggap memiliki kekuasaan superior sebuah kelompok yang dapat menunjukkan jati
dirinya sendiri; yang mampu berperan dalam
lingkungan masyarakat, seperti: pekerjaan,
10
Lihat Siti Ruhaini Dzuhayatin, “Ideologi pendidikan dan kepemimpinan, serta memiliki
Pembebasan Perempuan: Perspektif Feminisme kebebasan untuk memutuskan pola hidup mereka
dan Islâm”, dalam Hj. Bainar (ed.), Wacana sendiri. Garis dasar feminisme ini adalah fondasi
Perempuan dalam Keindonesiaan dan Kemodernan bagi solidaritas perempuan sebagai kelompok.
(Jakarta: PT. Pustaka CIDESINDO, 1998), hlm. 12- Kaum feminis telah membentuk sebuah partai
13 politik bersama kelompok-kelompok lain yang
11
Sukidi, Teologi Inklusif Cak Nur (Jakarta: tersubordinasikan {terpinggirkan}). Makalah
Kompas, 2001), hlm. 160 disampaikan dalam Short Course Pacasarjana IAIN
12
Ibid. Lihat juga Fakih, Analisis Gender, hlm. 12 Jakarta 1999.
pada satu grand theory yang tunggal, perempuan yang berlainan tingkat
tetapi lebih mendasarkan pada realitas pendidikan, kesadaran dan sebagainya.17
kultural dan kenyataan sejarah yang Namun demikian, menurut Kamla
konkrit, dan tingkatan-tingkatan dan Nighat, feminisme tetap harus
kesadaran, persepsi serta tindakan.15 didefinisikan secara jelas dan luas, agar
Hal itu bisa dilihat dengan adanya tidak lagi terjadi kesalahpahaman,
gerakan perempuan (women movement) bahkan ketakutan terhadap feminisme.
yang telah berkembang menjadi banyak Dengan asumsi ini maka keduanya
aliran (Liberal, Radikal, Marxis, dan mengajukan definisi yang menurutnya
Sosialis)16 yang sesungguhnya berasal memiliki pengertian yang lebih luas,
dari suatu asumsi, yaitu ketidakadilan, yaitu: “Suatu kesadaran akan penindasan
penindasan, dan eksploitasi. Feminisme dan pemerasan terhadap perempuan dalam
pada abad ke-17 (pertama kalinya kata itu masyarakat, di tempat kerja dan dalam
digunakan) dan feminisme pada 1980-an, keluarga, serta tindakan sadar oleh
menurut Kamla dan Nighat memiliki perempuan maupun laki-laki untuk
18
mengubah keadaan tersebut.” Jadi, gerakan
makna yang tidak sama. Ia juga dapat
diungkapkan secara berbeda-beda di feminisme adalah suatu faham yang
berbagai bagian dunia atau dalam satu memperjuangkan kebebasan perempuan
negeri, karena diungkapkan oleh dari dominasi laki-laki.
Di samping beberapa aliran
15
Yunahar Ilyas, Feminisme dalam Kajian Tafsir Al- feminisme yang telah disebut di atas,
Qur’an Klasik dan Kontemporer (Yogyakarta: terdapat dua kelompok lain gerakan
Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 40
16 feminisme, yaitu: pertama, gerakan
Di antara aliran feminisme yang terkenal
adalah: a) Feminisme Liberal, yang menuntut feminisme yang menganggap bahwa
kesempatan dan hak yang sama bagi setiap gender adalah konstruksi sosial budaya
individual. Oleh sebab itu, feminisme liberal (nurture) dan menyepakati bahwa
mendukung industrialisasi dan modernisme yang perbedaan jenis kelamin tidak perlu
dianggap sebagai gerbang peningkatan status
mengakibatkan perbedaan peran dan
perempuan; b) Feminisme Radikal mendasarkan
pada suatu tesis bahwa penindasan berakar pada prilaku gender dalam tataran sosial.19
ideologi patriarki sebagai tata nilai dan otoritas Oleh karena itu, gerakan ini menganggap
utama yang mengatur hubungan laki-laki dan perlu ditegakkan kesetaraan kedudukan,
perempuan secara umum. Aliran ini menetang hak, kewajiban serta peran antara laki-
keras sexsual harassment (kekerasan seksual); c)
laki dan perempuan. Tidak ada
Feminisme Marxis dengan pandangan bahwa
penindasan perempuan adalah bagian dari pembagian kerja secara seksual; yang
penindasan kelas dalam “relasi produksi”. laki-laki bekerja di luar rumah sementara
Termasuk di dalamnya adalah suatu upaya untuk perempuan bekerja di dalam rumah.20
menghargai secara material ‘proses reproduksi’
yang cenderung ditiadakan oleh pola produksi
kapitalisme (mode of production); d) Feminisme
17
Sosialis yang berasumsi bahwa penindasan gender Ilyas, Feminisme dalam Kajian Tafsir Al-Qur’an,
terjadi di kelas mana pun. Feminisme sosialis juga hlm. 40
18
mengampanyekan feminisme birokrasi dan Ibid., hlm. 41
politik bahwa ‘proses reproduksi’ tidak lagi 19 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?: Sudut
dianggap sebagai penghambat karir perempuan Pandang Baru Tentang Relasi Gender (Bandung:
dan sehingga perempuan harus dihargai sebagai Mizan, 1999), hlm. 20
bagian dari prestasinya. Lebih lanjut lihat, 20 Arief Budiman, Pembagian Kerja Secara Seksual
yang dijadikan rujukan adalah surah al- ﻪ ﺗﺮ ﻛﹶﺴﻪﻴﻤﻘ ﺗﺖﺒ ﻓﹶﺈﹺﻥﹾ ﺫﹶﻫﻼﹶﻩﻠﹶﻊﹺ ﺃﹶﻋﻲ ﺍﻟﻀﺀٍ ﻓﻲ ﺷﺝﻮﺇﹺﻥﱠ ﺃﹶﻋﻭ
Nisâ’ ayat 1:
(ﺎﺀ )ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱﺴﻮﺍ ﺑﹺﺎﻟﻨﺻﻮﺘ ﻓﹶﺎﺳﺝﻮﻝﹾ ﺃﹶﻋﺰ ﻳ ﻟﹶﻢﻪ ﹾﻛﺘﺮﺇﹺﻥﹾ ﺗﻭ
ﻠﹶﻖﺧ ﻭﺓﺪﺍﺣﻔﹾﺲﹴ ﻭ ﻧﻦ ﻣﻠﹶﻘﹶﻜﹸﻢ ﺧﻱ ﺍﻟﱠﺬﻜﹸﻢﺑﺍ ﺭﻘﹸﻮ ﺍﺗﺎﺱﺎ ﺍﻟﻨﻬﺎﺃﹶﻳﻳ
.(1 : ﺎﺀً )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀﻧﹺﺴﺍ ﻭﺮﻴﺎﻻﹰ ﻛﹶﺜﺎ ﺭﹺﺟﻤﻬﻨﺚﱠ ﻣﺑﺎ ﻭﻬﺟﺯﻭ ﺎﻬﻨﻣ “Dari Abu Hurairah ra. Berkata,
“Bersabda Rasulullah Saw: ‘Nasihatilah
”Hai sekalian manusia, bertakwalah wanita (dengan baik). Sesungguhnya
kepada Tuhanmu yang telah mencip- wanita diciptakan dari tulang rusuk.
takan kamu dari seorang diri, dan Sesungguhnya bagian tulang rusuk
daripadanya Allâh menciptakan yang paling bengkok adalah bagian
pasangannya, dan dari keduanya Allâh atasnya. Jika engkau berusaha
memperkembangbiakkan laki-laki dan meluruskannya, ia akan patah. Jika
perempuan yang banyak…” (QS. al- engkau membiarkannya, maka ia akan
Nisâ’ (4):1). terus bengkok. Maka nasihatilah wanita
(dengan baik).” (H.R. Bukhârî).
Dalam hadîts juga ditemukan
sebuah riwayat yang menerangkan asal- Mayoritas mufassir menafsirkan
usul kejadian perempuan yang mirip kata minhâ dalam ayat 1 surah al-Nisâ’
sekali dengan Kitab Kejadian dalam dengan “dari bagian tubuh (tulang rusuk)
Bibel,35 dan hadits ini banyak dikutip Adam” 36 dengan berdasarkan pada hadits
dalam kitab tafsir yang mu`tabar. di atas. Sedangkan sebagian mufassir
memberikan penafsiran yang berbeda
ﻮﻝﹸ ﺍﷲِ ﺻﻠﻰﺳ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ: ﻗﹶﺎﻝﹶ، ﻪﻨ ﻋ ﺍﻟﻠﱠﻪﻲﺿ ﺭ، ﺓﹶﺮﻳﺮ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﻫﻦﻋ seperti yang dikemukakan dalam Tafsîr
al-Râzî sebagaimana dikutip oleh
ﻠﹶﻊﹴ ﺿﻦ ﻣﻘﹶﺖﻠﺃﹶﺓﹶ ﺧﺮﺎﺀِ ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ ﺍﻟﹾﻤﺴﻮﺍ ﺑﹺﺎﻟﻨﺻﻮﺘ ﺍﺳ: ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ Nasaruddin Umar:
35
Uraian al-Kitab (Bible) tentang penciptaan “Yang dimaksud dengan ‘dan dari
berasal dari dua sumber yang berbeda, yakni dari padanya Allâh menciptakan zaujnya’ yaitu
tradisi Yahwis (abad X SM.) dan tradisi Imamat dari jins (gen) Adam, sebagaimana
(abad V SM.), yang kemudian memunculkan dua firman Allâh: Sungguh telah datang dari
tradisi yang berbeda. Di dalam al-Kitab terdapa “diri” kamu sekalian seorang Rasul. Dan
empat acuan tentang penciptaan perempuan: (1) Allâh menjadikan untukmu sekalian
genesis (Kitab Kejadian 1: 26-27), (2) Tradisi Imamat pasangan-pasangan dari kamu. Sekiranya
2: 7; (3) Tradisi Yahwis 2: 18-14, dan (4) Tradisi Hawa adalah makhluk pertama (dari
Imamat 5: 1-2. Di antara naskah yang paling tulang rusuk, pen.) maka niscaya
berpengaruh ialah Kitab Kejadian 2: 21-23 yang
manusia diciptakan dari dua nafs, bukan
menyatakan: “Lalu Tuhan Allâh membuat
manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, Tuhan
dari satu nafs (nafs wâhidah). Dapat pula
Allâh mengambil salah satu tulang rusuk dari ditegaskan bahwa kata “min” pada ayat
padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.
36
(22) Dan dari tulang rusuk yang diambil Tuhan Ibn Katsîr, Al-Tafsîr al-Qur’ân al-`Azhîm, Jilid I
Allâh dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang (Beirut: Dâr al-Fikr, 1994/1414), hlm. 553-554; Abî
perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. `Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshârî al-
(23)”. Lihat, Nasaruddin Umar, Kodrat Perempuan Qurthûbî, Al-Jâmi` Li Ahkâm al-Qur’ân, Juz V
dalam Islam (Jakarta: Lembaga Kajian Agama & (Beirut: Dâr al-Fikr, 1987/1407), hlm. 1-2; lihat
Gender, 1999), hlm. 16-17. Bandingkan dengan, juga, Nashîr al-Dîn Abî Sa`id Abdullah bin Umar
Riffat Hassan, “Teologi Perempuan dalam Tradisi bin Muhammad as-Syîrazî al-Baidhâwî, Anwâr al-
Islâm: Sejajar di Hadapan Allâh?” Ulumul Qur’an, Tanzîl wa Asrâr al-Ta’wîl; Tafsîr al-Baidhâwî, Juz I
No. 4, Vol. I (1990), hlm. 51 (Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.), hlm. 63-64
44
ﻴﺎﹶ ﹰﺓ ﺣﻪﻨﻴﹺﻴﺤ ﻓﹶﻠﹶﻨﻦﻣﺆ ﻣﻮﻫﺜﹶﻰ ﻭﺃﹸﻧ ﺫﹶﻛﹶﺮﹺ ﻭﻦﺎ ﻣﺤﻞﹶ ﺻﺎﹶﻟﻤﻦ ﻋ ﻣ
Ibid., hlm. 253-254
45
Mengenai persoalan kejatuhan Nabî Adam, .(97 : )ﺍﻟﻨﺤﻞ.ﺔﹰﺒﻃﹶﻴ
mufassir seperti Al-Qurthûbî menganggap Hawa-
lah yang menjadi penyebab kejatuhan tersebut. “Barang siapa yang mengerjakan amal
Para feminis muslim jelas tidak sepakat dengan shaleh, baik laki-laki maupun perempuan
penjelasan teks agama yang demikian. Padahal dalam keadaan beriman, maka
ada ayat lain yang justru menunjuk godaan setan sesungguhnya akan kami berikan
itu terjadi kepada Nabî Adam sebagai suami:
“Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya
(Adam) dan berkata: ‘Hai Adam, maukah saya
46
tunjukkan kepadamu pohon khuldi dan kerajaan yang Umar, Argumen Kesetaraan Jender, hlm. 260.
tidak akan punah’” (QS.Thâha: 120). Quraish Shihab Lebih lanjut dapat juga dilihat dalam ayat lain
mengatakan bahwa memang benar ada bisikan seperti, surah al-Baqarah: 35.
47
setan terhadap Hawa, akan tetapi Adam juga Ibid., hlm. 263-264. Berkaitan dengan hal
sama-sama dibisiki (QS. al-A`râf: 20). Lihat, M. tersebut ditegaskan secara khusus dalam tiga
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: ayat, diantaranya: QS. Ali `Imrân: 195, al-Nisâ’:
Mizan, 1997), hlm. 302 124 dan al-Ghâfir: 40.
kepadanya kehidupan yang baik…” (QS. Dalam bahasa Ausaf Ali, kelompok
al-Nahl (16): 97). tradisional yang literal ini merupakan
Deskripsi tersebut dapat memberi kelompok protagonis yang
gambaran kepada kita bahwa al-Qur’ân menginterpretasikan teks-teks keagama-
menjunjung tinggi kesetaraan gender. an secara tekstual, sehingga menolak
Kesetaraan gender adalah merupakan prinsip kesetaraan. Alasannya, karena
bagian dari nilai Islâm yang berlaku menurut mereka, baik Al-Qur’ân maupun
universal.48 Jadi, analisis gender yang Hadits tidak menyebutkan secara
memperjuangkan kehidupan yang adil eksplisit prinsip kesetaraan di antara
dan lebih manusiawi tidak bertentangan keduanya secara fundamental, dan
dengan prinsip dasar ajaran Islâm. Oleh perempuan diciptakan lebih rendah
karena itu, tindakan yang diskriminatif daripada laki-laki.49 Bagi kelompok ini,
terhadap perbedaan-perbedaan tersebut Islâm tampaknya diyakini sebagai agama
dalam bentuk apapun tidak dapat yang datang secara tiba-tiba dan tidak
dibenarkan. Termasuk di dalamnya dipengaruhi oleh ruang dan waktu.
pemahaman-pemahaman keagamaan Akibatnya, sudut pandang mereka dalam
yang mengarah kepada dehumanisasi persoalan perempuan bersifat linear,
dan tindak diskriminasi tentu sangat tunggal, bahkan hitam putih dan
tidak dibenarkan, karena agama sejatinya streotipe.
diperuntukkan bagi kesejahteraan Berbeda dengan kelompok
seluruh umat manusia tanpa memandang tradisional, kelompok progresif
perbedaan dalam bentuk apapun. mengakui hak perempuan di ruang
Pada umumnya, perdebatan publik. Menurut kelompok ini, hak
seputar hak-hak perempuan di negara- perempuan dalam wilayah publik tidak
negara Muslim dapat diringkas ke dalam berbeda secara substansial dengan kaum
dua pandangan atau kelompok sosial, laki-laki, kelompok ini mempercayai
yaitu kelompok tradisional-konservatif bahwa Islâm menjunjung tinggi
dan kelompok progresif. Kelompok kesetaraan. Dalam bahasa Ausaf Ali,
tradisional-konservatif membatasi hak kelompok progresif ini disebut sebagai
perempuan hanya pada urusan domestik. kelompok antagonis yang memiliki daya
kritis terhadap interpretasi al-Qur’ân
yang patriarkis serta memandang bahwa
48
Termasuk dalam wilayah nilai-nilai Islâm yang al-Qur’ân mengandung banyak sekali
fundamental dan universal, seperti ajaran-ajaran ayat-ayat yang mengakui nilai
tentang kebebasan dan pertanggung jawaban 50
individu; kesetaraan manusia (tanpa memandang
kesetaraan, sebagaimana telah
perbedaan kelamin, warna kulit, atau suku dipaparkan di atas. Kebalikan dari
bangsa) dihadapan Allâh. Juga ajaran tentang kelompok pertama, kelompok ini
keadilan; persamaan manusia di depan hukum; meyakini bahwa posisi laki-laki dan
kritik dan kontrol sosial; menepati janji dan perempuan yang beriman setara di
menjunjung tinggi kesepakatan; tolong menolong
untuk kebaikan; yang kuat melindungi yang
hadapan Allâh, tanpa dibedakan oleh
lemah; musyawarah dalam hal urusan bersama; jenis kelamin.
kesetaraan suami istri dalam keluarga dan saling
memperlakukan ma`ruf diantara keduanya. Lihat
Masdar F. Mas’udi, Islam dan Hak-hak Reproduksi 49 Ausaf Ali, Modern Muslim Thought, vol. 1
Perempuan: Dialog Fiqih Perempuan (Bandung: (Karachi: Royal Book Company, 2000), hlm. 54
Mizan, 1997), hlm. 29-31 50 Ibid.
Li Ahkâm al-Qur’ân. Beirut: Dâr al- Jakarta: Lembaga Kajian Agama &
Fikr, 1987/1407. Gender, 1999.
Quthb, Sayyid. Fi Zhilâl al-Qur’ân. Beirut: Makalah, Jurnal, dan Media Online
Dâr al-Syurûq, 1986/1406 H.
Mulia, Musdah. “Islam dan Politik:
Shah, M. Aunul Abied, et.al. (ed.) Islam Membincang Hak-hak Politik
Garda Depan: Mosaik Pemikiran Islam Perempuan”. Makalah disampaikan
Timur Tengah. Bandung: Mizan, pada seminar sehari Islam dan
2001. Politik: Analisis Gender dalam
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an. Kepemimpinan, yang diseleng-
Bandung: Mizan, 1997. garakan BEM Fakultas Dirâsât al-
Islâmiyah wa al-`Arabiyah, IAIN
Subhan, Zaitunah. Tafsir Kebencian: Studi Jakarta, kerjasama dengan Univer-
Bias Gender dalam Qur’an. sitas al-Azhar, Kairo, tgl. 21 April
Yogyakarta: LKiS, 1999. 2001 di Jakarta.
Sukidi. Teologi Inklusif Cak Nur. Jakarta:
Kompas, 2001 Islamika, No. 6, tahun 1995, hlm. 91
Syaltût, Mahmûd. Al-Islâm Aqîdatun wa
Ulumul Qur’an, No. 4, Vol. I Tahun 1990
Syarî`atun. Beirut: Dâr al-Nafâis,
1989.
Ulumul Qur’an, No. 4, Vol. III, tahun 1992
Syarif Romas, Chumaidi. Wacana Teologi
Kontemporer. Yogyakarta: PT. Tiara Ulumul Qur’an, No. 3, Vol. V, tahun 1994
Wacana Yogya, 2000.
Umar, Nasaruddin. Argumen Kesetaraan http://www.islamfortoday.com/turabi01
Jender; Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: .htm.
Paramadina, 1999.
http://www.islamfortoday.com/women
---------. Kodrat Perempuan dalam Islam. scholars.htm.