Anda di halaman 1dari 16

REPUBLIKA.CO.

ID, JAKARTA -- Pemerintah meminta waktu untuk menyelesaikan proses


hukum perkara penistaan agama dan Alquran. Pemerintah pun diminta untuk menuntaskan
janjinya, menyelesaikannya dengan baik, secara transparan dan jangan ada rekayasa.

"Masyarakat itu membacanya dengan hati nurani, jadi begitu ketahuan ada rekayasa,
masyarakat akan tahu," ungkap cendikiawan Muslim sekaligus Guru Besar Institut Pertanian
Bogor (IPB), Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MSc kepada Republika, Senin (7/11)

Direktur Program Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor ini menerangkan,
masalah perkara penistaan agama dan Alquran bukan sekadar keadilan. Tapi juga berkaitan
dengan sense of justice (rasa keadilan).

Ditegaskan oleh kiai Didin, kalau sudah menyangkut rasa keadilan, begitu dirasakan sudah
tidak adil maka dampaknya akan sangat besar. Menurutnya, jangan masyarakat yang selalu
di salahkan.

Masyarakat melakukan aksi unjuk rasa dengan damai. Mereka melakukannya untuk
menyampaikan aspirasi karena perkara penistaan agama dan Alquran bukan masalah kecil.
"Masalah agama, keyakinan, kitab suci yang jadi pedoman kehidupan kita," ujarnya.

Ia menegaskan, umat Islam juga sebaiknya tidak hanya mengawal proses hukum yang
dilakukan pemerintah. Tetapi juga harus melihat dengan baik, membuat laporan dan
membuat catatan.

Muslim yang memiliki kepedulian disarankan berkumpul untuk melihat proses hukum yang
dilakukan pemerintah sejak awal. Mulai dari proses pengamblan saksi. Hal tersebut harus
dikawal oleh para advokat muslim dan nasionalis yang cinta kepada kebenaran dan keadilan.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/11/07/og9c3c301-setelah-aksi-4-
november-masyarakat-akan-tahu-pemerintah-adil-atau-tidak

TEMPO.CO, Jakarta - Sehari menjelang unjuk rasa Jumat, 4 November 2016, atribut aksi
mulai tampak dijual oleh para pedagang.

Salah satu tempat penjualan itu di sekitar kantor Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam
di Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis, 3 November 2016.

Dari hasil pantauan Tempo, pedagang pakaian dengan tema aksi besok tampak bertebaran di
sepanjang Jalan Petamburan III. Kaus-kaus itu bertulisan “Aksi Bela Islam 4 November 2016,
Penjarakan Ahok”. Dijual juga bendera Palestina serta gambar wajah Ketua Umum FPI
Rizieq Shihab. Puluhan lembar pakaian itu dipajang di emperan jalan.

Harga atribut demo itu bervariasi, dari Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu tersedia di sana.
Pembelinya kebanyakan massa demonstran yang baru saja tiba di Jakarta.

"Ini saya beli Rp 45 ribu," kata Madiyono, warga Solo yang membeli baju bertulisan Aksi
Bela Islam 4 November 2016, Penjarakan Ahok.

Madiyono dan ratusan orang lainnya hari ini tiba di Jakarta. Mereka tinggal sementara di
Masjid Al Ishlah, Petamburan, Jakarta Pusat. Rencananya mereka tinggal hingga demonstrasi
besok selesai. Sampai tengah malam nanti, dikabarkan massa akan terus berdatangan ke
markas besar FPI tersebut.

Selain pedagang di emperan, toko yang lebih besar menyediakan atribut demo. Toko itu
terletak persis di seberang kantor DPP FPI. Di sana, atribut yang dijual lebih lengkap, dari
sepatu hingga seragam putih khas FPI.

Besok, rencananya para pendemo yang berasal dari seluruh Indonesia akan berdemonstrasi di
depan Istana Negara. Mereka meminta Presiden Joko Widodo memerintahkan polisi
mengusut kasus penistaan agama yang menjerat Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki
Tjahaja Purnama alias Ahok.

EGI ADYATAMA

https://nasional.tempo.co/read/news/2016/11/03/078817412/menjelang-aksi-4-november-
pedagang-jual-atribut-demo

Brilio.net - Siang ini ratusan ribu massa diperkirakan akan memadati ibukota. Massa yang
datang dari penjuru Indonesia tersebut akan memadati lokasi di seputaran Monas, Masjid
Istiqlal, Balaikota DKI, DPRD DKI Kebon Sirih, dan Istana Kepresidenan.

Bukan tanpa sebab ratusan ribu masa turun ke jalan. Pemicunya adalah ucapan Ahok di
Kepulauan Seribu, pada akhir September lalu yang dinilai oleh sebagian besar umat Islam
telah menistakan agama dengan melecehkan Al-Maidah ayat 51.
Salah satu tuntutan pendemo adalah berjalannya proses hukum terhadap Ahok.

Ucapan Ahok tersebut ternyata berbuntut panjang. Bukan hanya Ahok yang dilaporkan ke
Bareskrim, Presiden Jokowi pun diminta turun tangan. Bahkan Presiden RI ke-6 Susilo
Bambang Yudhoyono pun dituding jadi dalang di balik aksi siang ini.

Ada serentetan peristiwa menarik sebelum peristiwa 4 November ini terjadi. Apa saja?
Berikut ini brilio.net rangkum dari berbagai sumber, Jumat (4/11)

1. Pidato Ahok di Kepulauan Seribu

Video Ahok di Kepulauan Seribu mendadak viral akhir September lalu. Pasalnya dalam
video tersebut Ahok berujar, "Bapak Ibu nggak bisa pilih saya, dibohongi pakai surat Al-
Maidah ayat 51 macam-macam gitu. Itu hak bapak ibu, nggak bisa dipilih nih karena saya
takut neraka. Nggak papa. Karena itu panggilan pribadi bapak ibu. Program ini jalan saja, jadi
bapak ibu nggak usah merasa nggak enak, dalam nuraninya nggak bisa pilih Ahok," kata
Ahok dalam cuplikan video itu.

2. Ahok dilaporkan ke Bareskrim Mabes Polri.


Umat Islam tak terima begitu saja dengan ucapan Ahok. 10 elemen masyarakat melaporkan
mantan politisi Golkar ini ke Bareskrim Mabes Polri. Sebelumnya Ahok juga dilaporkan ke
Polda Metro Jaya.

3. Ahok Minta Maaf


Netizen gaduh, Ahok pun lantas minta maaf. "Yang pasti, saya sampaikan kepada umat Islam
atau orang yang tersinggung, saya mohon maaf. Tidak ada maksud saya melecehkan Alquran.
Kalian bisa lihat suasananya seperti apa," kata Ahok

4. Aksi pertama 14 Oktober


Aksi hari ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya ribuan massa juga turun ke jalan pada 14
Oktober 2016 lalu. Aksi tersebut berlangsung damai, meski ada insiden rusaknya taman yang
berada di depan Balaikota DKI Jakarta.

5. Nusron Wahid Membela Ahok


Ahok minta maaf, tak serta merta masalah selesai. Dalam sebuah tayangan di stasiun televisi
swasta, politisi Golkar Nusron Wahid membela Ahok. Bukan masalah dukungannya terhadap
Ahok, ucapan Nusron dalam talkshow tersebut ternyata berbuntut panjang karena dinilai
melecehkan ulama.

6. Jokowi bertemu Prabowo

Presiden Jokowi pun merespons rencana aksi 4 November. Jokowi pun melangsungkan
pertemuan dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Tak hanya berkuda
bersama, pertemuan tersebut juga membahas aksi hari ini. Selang sehari, Jokowi juga
menggelar pertemuan dengan MUI, NU, dan Muhammadiyah.

7. SBY ikut urun suara.


Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono pun ikut kena imbas. Ketua Umum Partai
Demokrat ini sempat disebut menjadi salah satu dalang di balik aksi hari ini. Tentu saja SBY
meradang dan membantah tudingan tersebut. Dalam konferensi pers di Cikeas, Jawa Barat
Rabu (2/11), SBY bilang kalau aksi 4 November pasti dipicu oleh suatu sebab. "Kalau
tuntuannya tidak didengar sampai lebaran kuda bakal ada unjuk rasa," kata dia. Ucapan SBY
soal 'lebaran kuda' ini akhirnya menjadi viral.

https://www.brilio.net/serius/7-peristiwa-paling-menyita-perhatian-sebelum-aksi-4-
november-161103k.html

JAKARTA,Indonesia - Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama mungkin


tidak menyangka jika ucapannya tentang surah Al-Maidah ayat 51 akan berbuntut panjang.
Besok, ribuan orang dari berbagai organisasi masyarakat (ormas) Islam akan menggelar aksi
besar-besaran di depan Istana Negara.

Unjuk rasa ini merupakan yang kedua kalinya setelah 14 Oktober 2016 lalu, masih
mempermasalahkan dugaan penistaan agama oleh kandidat gubernur petahana DKI Jakarta
tersebut. Meski demikian, dampak yang ditimbulkan sangat jauh berbeda.

Kali ini, pejabat politik tampak turun tangan untuk meredam. Presiden Joko Widodo
menemui Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, juga memanggil ulama dari
Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Tak hanya itu,
Wakil Presiden Jusuf Kalla juga membahas hal tersebut dengan mantan Presiden Susilo
Bambang Yudhyono.

Penunggang gelap

Sejak awal, kecurigaan kalau aksi ini bukan hanya sekedar mempermasalahkan Ahok sudah
merebak. Diduga, ada pihak tertentu yang memanfaatkan gerakan ini untuk tujuan lain.
Salah satunya adalah Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo. "Kalau ada oknum yang ingin
membangun sebuah negara baru, ideologi baru, atau ingin menjadi presiden, silakan tunggu
mekanisme lima tahunan yang sudah ada (pemilu)," kata dia.

Pendapat ini juga didengungkan oleh Kepala Pusat Penerangan TNI Brigjen Wuryanto,
bahkan mengibaratkannya seperti gerakan Arab Spring, di mana ada upaya penggulingan
kekuasaan.

Bahkan, Direktur the Institute for Policy Analysis of Conflict Sidney Jones mengatakan
pendukung kelompok militan akan turut serta dalam aksi tersebut. Hal ini diungkapkan dalam
tulisannya berjudul Why Indonesia Extremists are Gaining Ground.

Pada 29 Oktober lalu juga tersebar foto-foto anggota Front Kemenangan Suriah (Syria's
Victory Front atau Jabhat Fatah al-Sham) bersenjata lengkap dengan tulisan 'Tangkap Ahok
atau Peti Mati Ahok'. Kelompok itu sebelumnya dikenal sebagai al-Nusra Front.

Kalau melihat fakta tersebut, gerakan 4 November nanti memang berpotensi ditunggangi oleh
kelompok-kelompok garis keras," tulisnya.

Kelompok yang juga dikenal sebagai Al Nusra ini berkaitan dengan tokoh bernama Abu
Jibril. Putra yang bersangkutan sendiri telah tewas di Suriah sebagai bagian dari kelompok
teroris Al Qaeda.

"Saya heran heran untuk apa mereka kemudian memperhatikan Ahok dan Pilkada DKI.
Apakah ini seruan atau perintah kepada pengikutnya untuk berjihad di seluruh pelosok
Indonesia," kata dia.

Luapan kemarahan

Meski demikian, Peneliti dari Pusat Studi Asia Murdoch University Ian Wilson mengatakan
ada penyebab lain. "Kita harus mempertimbangkan konteks lain. Sejak menjadi gubernur
pada tahun 2014, Ahok sudah menjalankan kampanye penggusuran dan relokasi paling
agresif sepanjang sejarah modern kota Jakarta," kata dia dalam tulisan berjudul Making
Enemies Friends.

Semenjak berkuasa, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta mencatat ada 113 kasus
penggusuran, yang merugikan 8315 kepala keluarga dan 600 unit usaha. Memang kebijakan
ini populer di kalangan kelas menengah sebagai upaya menjegal masalah berkepanjangan
seperti banjir, macet, dan ketiadaan hukum.

Namun, tidak demikian bagi mereka yang menjadi korban. Kemarahan mereka inilah yang
kemudian menemukan wadah dari aksi unjuk rasa yang digalang ormas.

Wilson mencontohkan pada Juni lalu, Ahok sempat dilempari batu oleh sekelompok
demonstran yang meneriakkan 'Allahu Akbar,' namun ternyata mereka bukan dari kaum
radikal. Para pelempar batu yang masih berusia remaja ini mengaku marah karena teman dan
tetangga mereka kehilangan rumah akibat penggusuran.

"Saya ikut (melempar batu dan demo) karena setengah dari kelas saya jadi tidak punya rumah
karena Ahok. Dia tidak diterima di sini," kata salah satu demonstran pada Winson.
Ia juga mencatat kalau para demonstran yang kelak akan beraksi di bawah panji FPI dan
ormas lainnya merupakan pendukung Ahok. Semuanya berubah sejak penggusuran paksa.

"Sejak naiknya Jokowi, kaum intelek publik dan aktivis kelas menengah telah
mengesampingkan perjuangan kaum miskin kota. Kelompok agama aliran utama seperti NU
juga tetap diam, ketika anggota mereka di Jakarta Utara terkena gusur," kata Wilson.

Isu penggusuran, ditambah lagi dengan gosip adanya keterlibatan pengembang Tionghoa
dibelakangnya, menyuburkan kemarahan yang terpendam. Dugaan penistaan agama lewat
pidato kunjungan kerja di Kepulauan Seribu pada September lalu, adalah saat api mencapai
ujung sumbu.

"Dengan tidak adanya pengarahan koheren terhadap mereka yang dimarjinalkan oleh
kebijakan Ahok, maka pintu terbuka bagi kaum radikal. Dan mereka memanfaatkan
kesempatan ini," kata dia.

Keterlambatan pemerintah

Sebenarnya, demonstrasi dengan mendompleng isu agama sudah bukan hal yang baru. FPI
telah lama terkenal dengan aksi mereka menegakkan 'hukum' ala mereka sendiri, yang tentu
berbasis agama.

Namun, kemarahan mereka terhadap Ahok yang diduga menistakan agama, bukannya dapat
dikesampingkan begitu saja. "Aksi 4 November tidak akan terjadi kalau Ahok diproses
hukum sejak dilaporkan ke Bareskrim," kata Pengamat Politik Pangi Syarwi Chaniago.

Demo ini, lanjutnya, menjadi ujian bagi pemerintah. Bisakah memperlakukan warganya sama,
bukan ada yang tidak tersentuh hukum.

Menurut Pangi, jika penegakan hukum terhadap Ahok tak terlaksana, lembaga peradilan
menjadi kehilangan wibawa karena masyarakat mulai tak percaya pada lembaga peradilan
yang tidak independen.

Tentu saja hal ini tidak hanya berlaku bagi Ahok; juga bagi para peserta demo, bila ada yang
ditemukan melanggar hukum.

Peristiwa ini bisa menjadi pelajaran bagi pemerintah ke depannya, untuk tidak melulu
membenarkan atau membiarkan masalah yang berlarut-larut hingga akhirnya meledak.-
Rappler.com

http://www.rappler.com/indonesia/151211-demo-akbar-4-november

Koordinator Gerakan Nasional Pembela Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI)
Bachtiar Nasir mengatakan, secara hukum, aksi damai yang dilakukan oleh ratusan ribu umat
islam kemarin masih sesuai dengan koridor, berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.

Selain tersebut aksi itu juga tidak melanggar Peraturan Kapolri mengenai batas waktu
penyampaian pendapat di muka umum pada pukul 18.00. Adanya massa masih berdiam diri
di depan istana karena pada saat itu perwakilan mereka tokoh agama Arifin Ilham masih
bernegosiasi dan diterima oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan
Wiranto.

Namun belum selesai negosiasi memperoleh kesepakatan, Bachtiar melihat adanya pihak
yang masuk dalam kerumunan dan menyusupi massa. “Tiba-tiba terjadi aksi provokasi oleh
pria berbaju batik dan kaos putih hitam disertai penembakan gas air mata,” kata Bachtiar
Nasir dalam acara konferensi pers di Pulau Dua, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu, 5 November
2016.

Berikut penjelasan kronologi aksi bela islam pada 4 November kemarin berdasarkan versi
resmi dari GNPF MUI:

1. Pukul 10.00 WIB, GNPF memberikan pengarahan terbatas kepada pengendali barisan
aksi dan para orator dengan pesan yang kuat bahwa ini adalah AKSI DAMAI dan
harus menunjukkan akhlak yang terpuji.

2. Pukul 11.00 WIB, pimpinan GNPF bersama ulama menetapkan kesepakatan target
aksi damai yang akan diperjuangkan adalah kepada Presiden Jokowi.

3. Usai salat Jumat di Mesjid Istiqlal, semua peserta barisan aksi melakukan
longmarch menuju istana sesuai rute yang telah ditetapkan. Adapun Orasi di depan
istana baru dimulai sekitar pukul 15.00 WIB. Pada saat itu, pelaksanaan orasi berjalan
lancar dengan orator bergantian dan dipimpin langsung oleh Pembina GNPF MUI
Rizieq Syihab.

4. Dalam perundingan pertama, GNPF mengutus dua orang Juru Runding GNPF MUI
yaitu Bachtiar Nasir, dan M. Zaitun Razmin untuk mendatangi istana. Namun Juru
Runding menolak melakukan perundingan karena hanya akan ditemui oleh Menko
Polhukam dan beberapa menteri sebagai utusan resmi Presiden RI. Mereka kemudian
kembali ke massa dan menyampaikan hasil tersebut. Untuk kedua kalinya, Juru
Runding mendatangi istana namun mereka tetap menolak untuk berunding karena
istana tetap menawarkan Menko Polhukkam dan petinggi lainnya, sehingga kemudian
Juru Runding kembali kepada barisan aksi.

7. Selanjutnya Pangdam Jaya dan Kapolda Metro Jaya berinisiatif mendatangi mobil
barisan aksi kemudian naik ke atas dan memberi salam hormat kepada peserta aksi
Kedatangan mereka untuk menemui Rizieq Syihab dan menawarkan agar Juru
Runding bisa diterima oleh Wakil Presiden (Wapres) RI. Rizieq Syihab bersedia
memenuhi penawaran tersebut dengan jaminan agar Wapres RI bersedia
memerintahkan Kapolri untuk menangkap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok hari
itu juga.

8. Untuk ketiga kalinya, Juru Runding mendatangi istana bersama anggota lainnya,
Misbahul Anam. Dalam perundingan yang berlangsung alot itu, Wapres RI Jusuf
Kalla memberikan jaminan akan memproses hukum Ahok secara cepat, tegas dan
transparan serta minta waktu dua minggu untuk merealisasikannya. Setelah itu, Juru
Runding kembali ke barisan aksi untuk menyampaikan hasil perundingan yang baru
selesai pukul 18.00 WIB. Namun massa tidak bisa menerima hasil tersebut ddan
sepakat untuk bermalam di depan istana negara. “Akhirnya Arifin Ilham dengan
inisiatif sendiri berusaha bernegosiasi langsung menemui Wapres RI,” ujar Bachtiar.

11. Tak lama setelah adzan isya berkumandang, petugas keamanan secara tiba-tiba
melakukan tindakan fisik merangsek dan mendorong untuk membubarkan barisan
aksi secara paksa dengan menembakkan gas air mata dan menembakkan peluru karet.
“Arifin llham yang masih berada di istana bersaksi bahwa, Wapres RI, Menko
Polhukkam, dan Kapolri memberikan reaksi marah atas kecerobohan petugas
keamanan tersebut,” ujar Bachtiar.

Ia menambahkan, berkali-kali Kapolri dan Panglima TNI memerintahkan aparat untuk


berhenti menembak massa lewat pengeras suara namun tak digubris oleh pasukan
polisi bahkan pasukan motor polisi berputar-putar di kerumunan massa sehingga ada
yang tertabrak dan tergilas. Kejadian tersebut telah menyebabkan korban meninggal
dunia yakni Syahri Bin Umar, warga Curug, Tangerang, Banten.

12. Barisan Aksi Bela lslam ll akhirnya bergerak menginap di pagar luar Gedung
MPR/DPR. Pada Pukul 03.00 dinihari delegasi GNPF diterima oleh Ketua MPR RI
Ketua dan Anggota Komisi Hukum DPR, dan Ketua MKD DPR RI, setelah
beberapa kali berunding. Keamanan gedung MPR/DPR diambil alih oleh Panglima
TNI dan Kapolri yang akan menggusur massa yang menginap di luar pagar Gedung
MPRI DPR. Namun Komisi Hukum memberikan jaminan akan menekan pemerintah
pusat untuk memenuhi janjinya di depan massa Aksi Damai. Baru setelah pukul 04.05
WIB pagi tadi secara resmi GNPF MUI membubarkan Aksi Bela Islam II.
https://m.tempo.co/read/news/2016/11/05/078818050/begini-kronologi-aksi-demo-4-
november-versi-gnpf-mui

Jakarta - Aksi demo menuntut pengusutan kasus penistaan agama yang diduga dilakukan
oleh Gubernur nonaktif Basuki T Purnama (Ahok) di depan Istana Negara, 4 November, lalu
berakhir ricuh. Polisi pun terpaksa menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa
yang rusuh.

"Ini rekan-rekan bisa lihat bagaimana polisi persuasif, jadi kalau polisi melakukan
penyerangan itu tidak betul, lihat bahkan pengamanan demo kita salat," ujar Kabid Humas
Polda Metro Jaya Kombes Pol Awi Setiyono saat jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta,
Senin (7/11/2016).

Awi mengatakan aparat polisi telah berusaha semaksimal mungkin melakukan pengamanan
demo secara persuasif dan humanis. Namun aksi damai itu berubah menjadi ricuh setelah
sekelompok massa melakukan provokasi dengan melempari aparat menggunakan batu,
bambu hingga besi ujung pagar Monas.

Awi menyebut total ada 350 korban luka dan kelelahan dalam insiden tersebut. Selain itu, 18
unit mobil dinas TNI-Polri yang diparkir di Monas, dirusak massa.

Awi kemudian menjelaskan kronologi aksi dari mulai massa datang hingga massa bubar pada
Jumat malam. Berikut kronologinya:
13.00 WIB
Setelah salat Jumat massa berbondong-bondong menuju Istana Negara.

13.50 WIB
Massa mulai melakukan pelemparan ke arah polisi untuk pertama kalinya. Namun kejadian
itu tidak berlangsung lama dan massa kembali tenang.

14.41 WIB
Sekelompok massa kembali lagi melempari polisi untuk kedua kalinya. Polisi mulai
membacakan Asmaul Husna ketika massa kembali ricuh.

14.42 WIB
Massa yang berada di garis depan menarik pagar kawat berduri sehingga keluar dari cone
block. Polisi membatasi massa demo dengan lapisan cone block dan dua lapis kawat berduri
(security barrier).

15.10 WIB
Massa dan polisi melaksanakan salat Asar.

15.47 WIB
Massa yang berada di depan Wisma TNI, Jl Medan Merdeka Barat arah Harmoni kembali
ricuh dengan melempari polisi menggunakan bambu, batu dan botol minuman. Massa juga
membakar ban bekas.

15.58 WIB
Perwakilan massa meminta masuk kita antar sampai ke depan istana.

18.14 WIB
Massa sudah mempersiapkan diri untuk merusuh dengan mengoleskan pasta gigi ke
wajahnya.

19.00 WIB
Massa semakin memanas dan terpecah menjadi dua. Beberapa kelompok massa mengadang
massa yang ricuh dengan membentengi polisi, sementara massa lainnya melakukan tindakan
kerusuhan dengan terus melempari petugas.

19.05 WIB
Kedua massa kelihatan ricuh, yang mau menyerang dan melindungi polisi, tapi akhirnya jebol
sehingga kericuhan pun pecah dan semakin tidak terkendali.

19.10 WIB
Massa semakin rusuh dan sudah melakukan penyerangan kepada polisi dengan bambu, batu
dan benda-benda keras lainnya.

19.33 WIB
Untuk membubarkan massa yang semakin ricuh, polisi menembakkan gas air mata untuk
pertama kalinya. Massa pun panik dan berlarian hingga terurai.

19.41 WIB
Polisi kembali menembakkan gas air mata untuk gelombang kedua.
19.48 WIB
Polisi menembakkan gas air mata untuk ketiga kalinya.

19.53 WIB
Massa semakin beringas dan mulai terjadi kericuhan, termasuk bentrok dengan aparat.
Massa melempari petugas dengan botol, batu, dan benda-benda yang ada di dekatnya. Polisi
tetap menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.

20.01 WIB
Kendati tembakan gas air mata terus dilakukan, namun massa semakin menjadi-jadi.
Beberapa di antaranya ada yang melempari petugas dengan petasan.

20.04 WIB
Massa menyalakan api lalu membakar truk Brimob dan mobil security barrier.

20.06 WIB
Petugas Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Pemprov DKI mulai memadamkan api yang
menghanguskan truk dan security barrier.

20.15 WIB
Situasi mulai kondusif dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian pun naik panggung,
memerintahkan anggota untuk menghentikan tembakan gas air mata. Anggota Brimob pun
berangsur-angsur menarik diri.

Di sela-sela kericuhan itu, polisi mengamankan 10 orang peserta demo. Namun sepuluh
orang itu telah dipulangkan karena belum cukup bukti melakukan tindakan ricuh.

Polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti terkait insiden tersebut, di antaranya
sejumlah cone block, beberapa bilah bambu, sejumlah anak panah dari paku, sejumlah
kelereng, dan lainnya.
(mei/dhn)
http://news.detik.com/berita/d-3339694/kronologi-demo-4-november-dari-damai-hingga-
berakhir-ricuh

Jakarta - Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF) MUI menggelar jumpa pers untuk
menjelaskan kronologi peristiwa kerusuhan di penghujung demo 4 November kemarin. GNPF
menyatakan kericuhan tersebut awalnya disebabkan oleh tindakan penembakan secara tiba-tiba
yang dilakukan polisi.

Koordinator GNPF Bachtiar Nasir menggambarkan bagaimana proses kericuhan terjadi jelang pukul
19.00 WIB, padahal sejak siang hari aksi berjalan damai dan tertib. Ia menjelaskan dalam jumpa pers
siang ini di Restoran Pulau Dua, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Sabtu (5/11/2016).

Ia menjelaskan, awalnya kericuhan terjadi ketika petugas keamanan secara tiba-tiba menembakkan
gas air mata sesaat setelah azan isya berkumandang.

(Baca Juga: Kronologi Awal Kerusuhan 4 November Versi Polisi)

"Tak lama setelah azan isya berkumandang petugas keamanan secara tiba-tiba melakukan tindakan
fisik merangsek dan mendorong untuk membubarkan barisan aksi secara paksa dengan
menembakkan gas air mata dan menembakkan peluru karet. KH Arifin Ilham yang masih berada di
Istana bersaksi bahwa, Wapres RI, Menko Polhukam, dan Kapolri memberikan reaksi marah atas
kecerobohan petugas keamanan tersebut," papar Bachtiar.

Ia menyesalkan provokasi dari petugas keamanan tersebut padahal Kapolda Metro Jaya Irjen Pol
Muhammad Iriawan dan Pangdam Jaya Teddy Laksmana sudah memerintahkan agar tidak ada
tembakan gas air mata ke massa aksi. Berikut kronologi lengkap dari awal demonstrasi dengan
tujuan mendorong kepolisian mengusut kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan calon
petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama (Ahok) hingga akhirnya berujung rusuh karena
provokasi:

1. Pukul 10.00 WIB pagi GNPF memberikan pengarahan terbatas kepada pengendali barisan aksi dan
para orator dengan pesan yang kuat bahwa ini adalah AKSI DAMAI dan harus menunjukkan akhlaqul
karimah.

2. Pukul 11 pagi pimpinan GNPF bersama ulama menetapkan kesepakatan target aksi damai yang
akan diperjuangkan kepada Presiden Jokowi.

3. Usai shalat Jumat di Mesjid Istiqlal semua peserta barisan aksi melakukan longmarch menuju
istana sesuai rute yang telah ditetapkan. Orasi di depan istana baru dimulai ba'da ashar.

4. Pelaksanaan orasi berjalan lancar dengan orator bergantian dari berbagai elemen dipimpin
langsung oleh Habib Rizieq Syihab (sebagai Pembina GNPF MUI).

5. Perundingan pertama mengutus 2 orang Juru Runding GNPF MUI yaitu; KH. Bachtiar Nasir, dan KH.
M. Zaitun Razmin untuk mendatangi istana. Hasilnya Juru Runding menolak melakukan perundingan
karena hanya akan ditemui oleh Menko Polhukam dan beberapa menteri sebagai utusan resmi
Presiden RI.

6. Juru Runding mendatangi istana untuk kedua kalinya namun kemudian mereka tetap menolak
untuk berunding karena istana tetap menawarkan Menko Polhukkam dan petinggi lainnya, sehingga
kemudian Juru Runding kembali kepada barisan aksi.

7. Selanjutnya Pangdam Jaya dan Kapolda Metro Jaya berinisiatif mendatangi mobil barisan aksi
kemudian naik ke atas dan memberi salam hormat kepada peserta aksi. Kedatangan mereka untuk
menemui Habib Rizieq Syihab dan menawarkan agar Juru Runding bisa diterima oleh Wapres RI.
Habib Rizieq Syihab bersedia memenuhi penawaran tersebut dengan jaminan agar Wapres RI
bersedia memerintahkan Kapolri untuk menangkap BTP hari itu juga.

8. Kemudian Juru Runding mendatangi istana untuk ketigakalinya. Kali ini Juru Runding diikuti juga
oleh KH Misbahul Anam. Juru Runding ditemui Wapres RI dan petinggi lainnya. Perundingan berjalan
alot. Hasilnya Wapres RI memberikan jaminan akan memproses hukum BTP secara cepat, tegas dan
transparan serta minta waktu selama 2 (dua) minggu untuk merealisasikannya.

9. Juru Runding kembali ke barisan aksi untuk menyampaikan hasil perundingan. Perundingan
terakhir ini baru selesai pukul 18.00 wib. Setelah disampaikan, reaksi para peserta aksi tidak bisa
menerima hasil tersebut dan bersepakat untuk bermalam di depan Istana Negara.

10. KH Arifin Ilham dengan inisiatif sendiri berusaha bernegosiasi langsung menemui Wapres RI.

11. Kericuhan kecil sebenarnya sudah mulai terjadi sebelum rombongan mobil komando tiba, antara
massa yang 'terprovokasi' dengan barikade polisi. Agar tidak terjadi bentrok maka Laskar FPI menjadi
pagar pembatas antara massa tersebut dengan barikade polisi, tak lama setelah adzan isya
berkumandang petugas keamanan secara tiba-tiba melakukan tindakan fisik merangsek dan
mendorong untuk membubarkan barisan aksi secara paksa dengan menembakkan gas air mata dan
menembakkan peluru karet. KH Arifin Ilham yang masih berada di istana bersaksi bahwa, Wapres RI,
Menko Polhukkam, dan Kapolri memberikan reaksi marah atas kecerobohan petugas keamanan
tersebut.

12. Berkali-kali Kapolri dan Panglima TNI memerintahkan aparat untuk berhenti menembak massa
lewat pengeras suara namun tak digubris oleh pasukan polisi, bahkan pasukan motor polisi berputar-
putar di kerumunan massa sehingga ada yang tertabrak dan tergilas.

13. Kejadian tersebut telah memakan 1 korban meninggal dunia atas nama Bapak Syahrie Oemar, 65
thn, warga Curug, Tangerang, Banten. Puluhan korban luka akibat tembakan peluru karet, tertabrak
motor polisi dan gas air mata.

14. Barisan Aksi Bela Islam II akhirnya bergerak menginap di pagar luar Gedung MPR/DPR, pada Pk
03.00 dinihari delegasi GNPF diterima oleh Ketua MPR RI, Ketua dan Anggota Komisi 3 DPR, dan
Ketua MKD DPR RI, setelah beberapa kali berunding. Keamanan gedung MPR/DPR diambil alih oleh
Panglima TNI dan Kapolri yang akan menggusur massa yang menginap di luar pagar Gedung
MPR/DPR.

15. Komisi 3 DPR kemudian memberikan jaminan akan menekan pemerintah pusat untuk memenuhi
janjinya di depan massa Aksi Damai.

16. Pada pukul 04.05 tanggal 5 Nov 2016 secara resmi GNPF MUI membubarkan Aksi Bela Islam II
yang ditutup oleh Ketua GNPF MUI damai yang akan diperjuangkan kepada Presiden Jokowi.
(wsn/tor)

http://news.detik.com/berita/d-3338367/kronologi-demo-4-november-hingga-berujung-rusuh-
versi-gnpf-mui

Jakarta - Polisi menggelar jumpa pers menjelaskan peristiwa kerusuhan di ujung demo 4 November
kemarin. Polisi menunjukkan foto-foto penyerangan kepada petugas yang menjadi awal kerusuhan.

Kronologi awal kerusuhan diungkap oleh Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar di Mabes
Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta, Sabtu (5/11/2016). Boy menyertakan bukti foto bahwa polisi diserang
lebih dulu. Berikut kronologi detik-detik awal kerusuhan yang terjadi di depan Istana:

Jumat (4/11/2016)

18.00 WIB - 19.00 WIB

Pendemo mulai membubarkan diri, namun masih ada yang ingin menyampaikan aspirasi di depan
Istana. Polisi memberi kesempatan kepada perwakilan untuk menyampaikan secara tertib. Selain itu,
polisi juga memberi kesempatan pendemo salat magrib berjamaah di lokasi unjuk rasa.
Namun, ada segelintir demonstran yang menyerang barikade polisi. Boy menunjukkan foto-foto
sejumlah demonstran menyerang barikade polisi dengan bambu. Para penyerang ini, disebut Boy,
berpakaian berbeda dengan para peserta aksi damai.

19.00 WIB - 19.30 WIB

Polisi masih mencoba menahan para pendemo. Pukul 19.30 WIB, polisi memutuskan membubarkan
massa. Gas air mata ditembakkan. Ada yang berlarian, ada yang melawan. Kerusuhan pecah.

Ada 160 pendemo yang sempat dirawat di RS Budi Kemuliaan karena terkena gas air mata.
Sementara ada 79 polisi yang luka ringan. Di RSPAD ada 2 polisi, 5 TNI, dan 1 orang petugas damkar
yang dirawat.
(tor/tor)

http://news.detik.com/berita/d-3338199/kronologi-awal-kerusuhan-4-november-versi-polisi

Anda mungkin juga menyukai