MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evolusi
yang dibimbing oleh Bapak Abdul Ghofur
Oleh :
Aushofusy Syarifah Agustin (150341606815)
Regia Ilmahani (150341600415)
Shela Emilia Permatasari (150341603981)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup yang ada di bumi ini sangat beranekaragam.
Keanekaragaman itu tampak dari struktur tubuh, fungsi-fungsi tubuh, dan perilaku
setiap jenis (spesies) makhluk hidup. Makhluk hidup di bumi ini selain
menampakkan keanekaragaman juga terdapat beberapa kemiripan antar makhluk
hidup. Berlandaskan pada kenyataan yang demikian ini para ilmuwan mencoba
untuk menafsirkan bahwa pada spesies yang beranekaragam itu terlihat pola yang
sama, sehingga diduga berasal dari moyang yang sama. Dengan kata lain, antara
jenis satu dengan yang lain ada hubungan kekerabatan. Pendapat ini adalah paham
yang ada dalam teori evolusi (Henuhili, 2012).
Biologi sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan
keadaan fisik organisme atau mkhluk hidup mengemukakan juga ide atau gagasan
evolusi biologis (biological evolution). Teori evolusi biologis mengemukakan
bahwa hewan, tumbuhan, dan juga manusia merupakan hasil perkembanagn
evolusi dari makhluk-makhluk hidup yang berbentuk lebih sederhana, bermula
dari adanya satu atau beberapa bentuk makhluk hidup sangat sederhana pda awal
kehidupan di bumi yang secara perlahan-lahan berkembang menjadi berbagai
spesies organisme (Widodo, 1993). Terdapat sejumlah bukti tidak langsung yang
tidak lengkap dan penjelasan dari berbagai cabang biologi yang dapat digunakan
untuk mendukung gagasan evolusi.
Evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi
organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Teori yang populer
dikalangan masyarakat umum adalah teori Darwin. Darwin menjelaskan dalam
bukunya yang berjudul “the Origin of Species” bahwa ada dua gagasan mengenai
evolusi. Gagasan pertama menjelaskan bahwa spesies-spesies yang ada sekarang
ini merupakan keturunan dari spesies moyangnya. Diedisi pertama bukunya,
Darwin tidak menggunakan kata evolusi. Darwin menyebutnya modifikasi
keturunan (descent with modifcation). Gagasan utama yang kedua adalah seleksi
alam sebagai mekanisme modifikasi keturunan. Teori evolusi hingga saat ini telah
2
mengalami penyempurnaan atau modifikasi. Seperti halnya teori evolusi Darwin
menjadi teori evolusi sintesis modern (Luthfi dan Khusnuryani, 2005).
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teori evolusi
dari waktu ke waktu telah mengalami perkembangan dengan melewati tahapan-
tahapan penting. Tahap perkembangan teori Evolusi dibedakan menjadi tiga
periode besar: (1) Masa Pra-Darwin, (2) Masa Darwin, dan (3) Masa Pasca-
Darwin. Pada tahapan periode ini, kajian evolusi semakin berkembang, mulai dari
teori evolusi masa Darwin hingga saat ini pada masa evolusi modern yang
memandang dan mengkaji teori evolusi dari berbagai aspek dan pendekatan
(Henuhili, 2012).
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
waktu yang sangat panjang. Dengan berkembangnya genentika molekuler, para
ilmuwan mengembangkan teori evolusi komprehensip yang menggabungkan
Darwinisme dengan Mendelisme yang selanjutnya dikenal sebagai sintesis moder
(modern syntesis), yang artinya evolusi adalah perubahan frekuensi alel dari suatu
polpulasi persatuan waktu (Hendriani, 2008).
5
2.2.3. Evolusi berdasarkan hasil akhirnya
1. Evolusi divergen, adalah proses evolusi yang perubahannya berasal dari
satu spesies menjadi banyak spesies baru. Contoh evolusi divergen adalah
moyang vertebrata sebenarnya berjari 5, sekarang vertebrata yang masih
memiliki jari 5 adalah manusia dan primata.
2. Evolusi konvergen¸adalah proses evolusi yang perubahannya didasarkan
pada kesamaan struktur antara dua organ atau organisme pada garis sama
pada nenek moyang yang sama. Contoh evolusi konvergen yang
ditemukan pada lumba-lumba atau duyung dan ikan hiu yang terlihat
sama, padahal ikan hiu termasuk dalam kelompok pisces, sedangkan
lumba – lumba termasuk kelompok mamalia.
6
peristiwa evolusi. Tahap perkembangan teori Evolusi dibedakan menjadi tiga
besar : (1) Masa Pra-Darwin, (2) Masa Darwin, dan (3) Masa Pasca-Darwin
(Henuhili, 2012).
7
Gambar 1. Aristoteles (384-322 SM) Gambar 2. Corolus Linnaeus
Sumber: (Iskandar, 2001) Sumber: (Iskandar, 2001)
Teori fixisme tidak mendukung adanya evolusi pada makhluk hidup. Teori
evolusi fixisme berpenadapat bahwa suatu makhluk hidup itu tetap atau tidak
berubah. Setiap makhluk hidup sudah tercipta sempurna sedemikian rupa dalam
kondisi yang stabil dan dapat hidup. Salah satu tokoh yang mendukung fixisme
adalah Aristoteles (384 - 322 S.M) meyakini adanya kekuatan supernatural, yang
berawal dari benda mati kemudian diciptakan beranekaragan organisme.
Aristoteles menyatakan bahwa organisme-organisme yang telah tercipta dengan
proses penyempuraan menyusun “scala nature” atau”ladder of nature” atau anak
tangga alam, dimana terdapat suatu tingkatan skala kompleksitas organisme-
organisme tersebut, misalnya manusia menempati urutan teratas, kemudian
tumbuhan primitive dan benda mati berada pada urutan terbawah (Widodo, 1993).
Akan tetapi, Aristoteles tidak megemukakan postulat tentang adanya hubungan
suatu golongan organisasi dalam proses kejadian tersebut.
Pada tahun 1700-an telah banyak pemikiran yang semakin menguatkan
teori penciptaan oleh Tuhan dalam bentuk yang sudah sempurna, salah satunya
adalah Carolus Linnaeus (1707-1778), ahli botani Swedia yang kemudian
mengelompokkan keberagaman makhluk hidup yang telah diciptakan Tuhan
dengan alasan “demi kejayaan Tuhan” (Campbell, 2012). Carolus Linnaeus
meyatakan bahwa (1) Semua tanaman dan binatang yang hidup sekarang ini
dahulu dengan serentak diciptakan diatas bumi oleh satu ciptaan saja, (2) makhluk
hidup diciptakan dalam bentuk seperti yang tampak sekarang ini , dan (3) tidak
pernah ada tanaman-tanaman dan binatang-binatang yang lain di bumi ini kecuali
tanaman-tanaman dan binatang-binatang yang hidup sampai sekarang. Akan
tetapi, hal yang mungkin teerlewatkan oleh pemikir fixisme yang
8
mengelompokkan berdasarkan kesamaan seperti Carolus Linnaeus kurang
memperhatikan pada alasan kemiripan diantara kelompok atau perbedaan diantara
spesies bisa jadi disebabkan oleh adanya kekerabatan evolusioner, dan hanya
melihat dari sudut pandang pola penciptaan.
9
1. Prinsip pertama adalah “digunakan atau dibuang”, gagasan dimana bagian
tubuh yang sering digunakan akan semakin kuat, dan bagian tubuh yang
tidak digunakan akan semakin lemah dan mungkin juga berpotensi untuk
tereduksi (Campbell, 2012). Menurut Futuyama (2005), penggunaan
bagian tubuh tertentu akan melatih bagian tersebut akan lebih banyak
membutuhkan cairan yang oleh Lamarck disebut “Nervous Fluid” yang
kemudian akan meningkatkan kemampuan bagian tubuh tersebut. Sebagai
contoh, terdapat jerapah yang selalu meregangkan lehernya untuk
mencapai daun yang tinggi.
2. Prinsip yang kedua adalah “pewarisan sifat dari karakteristik yang
diperoleh (inheritance of acquired characteristics), bahwa suatu
organisme dapat meneruskan modifikasi-modifikasi yang terbentuk
kepada keturunannya. Lamarck menalar bahwa leher yang panjang dan
berotot milik jerapah yang masih hidup hingga sampai saat ini adalah hasil
evolusi selama beberapa generasi jerapah purba, dan seiring dengan
rentangan generasi, leher jerapah akan semakin tinggi (Campbell, 2012).
10
Gambar 3. Jean Baptiste de Lamarck Gambar 4. teori evolusi Lamarck adalah
Sumber: Henulihi 2012 pertumbuhan leher panjang pada jerapah
Sumber: Henuhili, 2012
11
biologi, tetapi mempunyai minat yang tinggi untuk mengetahui hal lain dari
makhluk hidup. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Cambridge, dan
melakukan perjalanan mengelilingi dunia dengan para ahli ilmu alam melalui
ekspedisi H.M.S. Beagle (1832 – 1837) dan juga pada ekspedisi Beagle yang
berikutnya (1837 – 1838) ke kepulauan Galapagos, Darwin mengalami masa-
masa yang paling krusial dalam kehidupannya berkenaan dengan kenyataan yang
terlihat di alam.
12
Gambar 7. Perbedaan Paruh pada Burung Finch di Kepulauan Galaphagos
Konsep utama teori Darwin mengenai evolusi adalah tentang seleksi alam
yang dianggap oleh mayoritas komunitas sains sebagai teori terbaik dalam
menjelaskan peristiwa evolusi. Darwin menjelaskan bahwa organisme di bumi
yang beraneka ragam merupakan hasil dari seleksi alam. Organisme yang kuatlah
yang akan melestarikan jenisnya. Tiga hal yang dapat menjelaskan tentang teori
seleksi alam menurut Darwin, Pertama di alam terdapat makhluk hidup yang
beranekaragam baik tumbuhan, maupun hewan, keanekaragaman tersebut
meliputi struktur, tingkah laku maupun aktifitas. Kedua, faktor lingkungan yang
terus menerus berubah, contohnya perubahan geografis dan fluktuasi cadangan
makanan. Situasi lingkungan demikian, mengakibatkan individu yang sesuai
dengan keadaan alam saja yang dapat bertahan, sedangkan yang tidak sesuai akan
mati. Ketiga, terdapat perbedaan keberhasilan “perjuangan untuk hidup” yang
tidak sama antar individu, kenyataan ini disebabkan adanya keanekaragaman
individu. Individu yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan lingkungan akan
mati (Widodo, 2003). Darwin mengemukakan pula adanya kemampuan adaptasi
organisme agar mampu melewati seleksi alam. Darwin menggambarkan
fenomena ketiga hal ini melalui contoh yang terkenal yaitu perkembangan leher
jerapah.
13
Gambar 7. Perubahan Leher Jerapah Menurut Darwin
14
3. Struggle for existence (usaha yang keras untuk bertahan) merupakan suatu
usaha individu organisme untuk bertahan hidup. Individu dengan variasi
yang tidak sesuai untuk kondisi-kondisi yang umum di alam, akan
tersingkir. Adapuan individu-individu dengan variasi yang
menguntukngkan dapat melanjutkan kehidupannya dan memperbanyak
diri dengan bereproduksi.
4. The survival of fittest, ketahanan didapat dari organisme yang memiliki
kualitas paling sesuai dengan lingkungan. Individu-individu yang dapat
hidup akan mewariskanvariasi-variasi tersebut jepada generasi berikutnya.
(Henuhili, 2012)
Seperti yang diketahui dari waktu ke waktu, komponen atau faktor-faktor
lingkungan terus berubah. Contohnya perubahan iklim, perubahan geografis
ataupun fluktuasi cadangan makanan dan sebagainya. Dalam situasi lingkungan
yang demikian, individu yang sesuai dengan keadaan alam saja yang dapat
bertahan, sedangkan yang tidak sesuai akan mati (Widodo, 2003).
15
Pendapat Weismann menentang pendapat Lamarck, Weismann
menyatakan bahwa perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak
diwariskan. Untuk membuktikan pendapatnya tersebut, Weismann melakukan
percobaan sebagai berikut: mengawinkan 2 ekor tikus yang masing-masing
dipotong ekornya. Ternyata anak-anaknya tetap berekor. Anak-anak tikus itu
setelah dewasa dipotong ekornya dan dikawinkan sesamanaya, ternyata anak-
anaknya tetap berekor. Percobaan tersebut dilaksanakan selama 21 generasi,
ternyata hasilnya tetap (Amin, 2009). Dari percobaan yang dilakukan tersebut
maka akhirnya Weismann menarik kesimpulan seperti berikut.
1. Perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak diwariskan kepada
generasi berikutnya.
16
Tabel 1. Perbandingan Teori Lamarck, Darwin, dan Weismann
Perbedaan J. B Lamarck Darwin Weisman
Pendapat Gagasan use and Evolusi terjadi melalui Perubahan sel tubuh
disuse (digunakan seleksi alam dengan karena pengaruh
dan tidak digunakan) adanya adaptasi makhluk lingkungan tidak akan
Sifat atau ciri-ciri hidup. Individu yang diwariskan kepada
dari lingkungan sesuai dengan keadaan keturunannya Dan
dapat diwariskan alam akan bertahan dan evolusi adalah gejala
kepada keturunannya yang tidak bertahan akan seleksi alam terhadap
mati, faktor-faktor genetika
perbedaan Evolusi akibat Evolusi dari adaptasi Evolusi bukan karena
pendapat Pewarisan sifat dari seleksi alam adaptasi lingkungan,
adaptasi lingkungan evolusi terjadi karena
adanya seleksi alam
terhadap faktor genetis
Awalnya jerapah Ada dua jerapah berleher Gen jerapah leher
berleher pendek panjang dan berleher panjang dominan dan
kemudian adaptasi pendek. Jerapah berleher gen jerapah leher
menjadi jerapah pendek terseleksi pendek resesif. Jerapah
berleher panjang resesif tidak dapat
beradaptasi
Menyangga Lamarck
Contoh
dengan penelitian tikus
yang ekornya dipotong
lalu dikawinkan
sesamanya sampai 21
generasi dan tetap
anakan tikus
mempunyai ekor
17
2.3.4. Masa Teori Neo-Darwinisme
Neodarwinisme adalah pandangan yang mengatakan peristiwa seleksi
alam bukanlah sebab utama evolusi organik. Seleksi alam hanya berperan sebagai
faktor yang menentukan arah perubahan dan bukan merupakan faktor penuntun.
Hasil pengembangan dan penyempurnaan teori seleksi alam “Neodarwinisme” ini
mengerucut pada penemuan bahwa ilmu genetika sangat perlu dalam
menerangkan proses evolusi (Widodo, 2003).
Mutasi mengubah data genetik dari organisme hidup, namun perubahan ini
selalu terjadi sehingga merugikan makhluk hidup yang bersangkutan. Semua
mutasi diamati berakhir dengan penyakit dan kadang-kadang menyebabkan
organisme letal. Oleh karena itu, dalam upaya untuk menemukan contoh "mutasi
yang bermanfaat" yang meningkatkan data genetik dalam hidup organisme, neo-
Darwinis melakukan banyak percobaan dan pengamatan. Selama beberapa
dekade, mereka melakukan percobaan mutasi pada lalat buah dan berbagai jenis
lainnya. Setelah banyak percobaan yang dilakukan ternyata peristiwa mutasi akan
mengakibatkan terjadinya perubahan frekuensi gen, sehingga akan mempengaruhi
fenotipe dan genotipe. Mutasi dapat bersifat menguntungkan dan merugikan.
Menurut Kusuma (2010) secara singkat, proses evolusi oleh seleksi alam
(Neo Darwinian) terjadi karena adanya:
1. Perubahan frekuensi gen dari satu generasi ke generasi berikutnya.
2. Perubahan dan genotype yang terakumulasi seiring berjalannya waktu.
3. Produksi varian baru melalui pada materi genetik yang diturunkan
(DNA/RNA).
4. Kompetisi antar individu karena keberadaan besaran individu melebihi
sumber daya lingkungan tidak cukup untuk menyokongnya.
5. Generasi berikut mewarisi “kombinasi gen yang sukses” dari individu
fertile (dan beruntung) yang masih dapat bertahan hidup dari kompetisi.
Ilmuwan yang bernama Johansen (1909) menunjukkan bahwa peristiwa
seleksi alam tidak akan berpengaruh terhadap populasi pada berbagai generasi
keturunan; populasi tidak akan berubah karena peristiwa seleksi alam. Beberapa
ahli genetika berpendapat bahwa justru peristiwa mutasi dapat digunakan untuk
menjelaskan peristiwa evolusi. Jadi, apabila setiap individu dari berbagai
18
kesempatan melakukan perkawinan yang sama, yang berlangsung secara acak
serta setiap genotip mempunyai viabilitas yang sama, perbandingan antara genotip
yang satu dengan yang lainnya dari generasi ke generasi tetap sama. Jadi peristiwa
seleksi alam bukan merupakan penyebab evolusi, namun hanya faktor yang
mengukuhkan varian varian yang sesuai dan bukan merupakan faktor yang
menjadi timbulnya varian varian baru (Widodo, 2003).
19
sehingga perbedaan (penyimpangan) sifat (yang dibawa oleh gen hasil mutasi)
semakin jauh. Hasilnya adalah makhluk hidup yang makin beragam hingga kini.
De Vries melengkapi gagasannya dengan hasil pengamatan terhadap tumbuhan
Oenothera lamarckiana, yang ternyata dari hasil perkawinannya menghasilkan
keturunan yang mengalami mutasi dan menghasilkan spesies baru. Pada beberapa
spesies baru yang ditemukan ternyata dijumpai adanya susunan gen gen resesif
yang homozigot (Widodo, 2003).
Ahli-ahli lain yang terlibat dalam pengembangan teori evolusi genetika ini
adalah Morgan, seorang pemenang hadiah nobel ini melakukan pengamatan
terhadap fenomena kerja gen pada lalat buah (Drosophila melanogaster)
menujukan adanya mutasi pada Drosophila (Sturtevan, 1959). Sel mutan tersebut
memiliki sifat yang tidak sama dengan induk. Dari hasil penelitian Morgan ini
dapat diterima bahwa mutasi yang berpengaruh terhadap kejadian evolusi adalah
mutasi gen dan mutasi mutasi kromosom. Selain itu mutasi tersebut adalah mutasi
yang menguntungkan, yang mengakibatkan keturunan memiliki ciri ciri yang
lebih baik sehingga dapat bertahan dari seleksi alam. Jadi nantinya makhluk hidup
yang mengalami mutasi menguntungkan ini jumlahnya sedikit nantinya akan
berlipat ganda jumlahnya pada beberapa generasi setelahnya (Widodo, 2003).
2.3.5. Masa Evolusi Modern
Pada masa ini para ilmuwan mulai berpikir untuk mengadakan pendekatan
molekuler, fisologis perkembangan dan banyak pendekatan lainnya terhadap teori
evolusi. Penggunaan pendekatan ini misalnya dilakukan dengan cara
membandingkan protein darah dari spesies yang berbeda dengan cara
kromatografi atau elektroforesis (Widodo, 2003). Konsep evolusi tidak hanya
dikembangkan dengan mengandalkan ilmu genetika, namun juga tinjauan tentang
struktur DNA. Saat ini telaah tentang DNA mengungkapkan bahwa ada
mekanisme perubahan pada tingkat molekul DNA, sehingga membawa
pemahaman yang lebih baik pada proses perubahan organisasi makhluk hidup.
Selain itu juga ditemukan adanya gen yang tidak banyak berubah selama proses
evolusi sehingga dapat dilakukan perbandingan DNA untuk menentukan derajat
persamaan antara spesies yang berbeda. Dengan demikian dapatlah ditentukan
bahwa suatu makhluk hidup memiliki kekerabatan dekat atau jauh terhadap
20
makhluk hidup lainnya. Pendekatan molekuler telah dilakukan oleh sekelompok
peneliti dari Universitas California di Barkeley pada tahun 1987 para ahli tersebut
mengemukakan hasil analisis DNA mitokondria, menunjukkan bahwa DNA
mitokondria manusia primitive terdapat di Afrika. Kemajuan dalam biologi yang
terus dicapai khususnya dengan penemuan struktur DNA makin mengukuhkan
teori evolusi (Henulihi, 2008).
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Evolusi dapat diartikan sebagai proses perubahan pada makhluk hidup dengan
cara sedikit demi sedikit dan memerlukan waktu yang lam. Proses evolusi
bukan hanya sebuah perubahan namun membutuhkan banyak faktor agar
dapat terjadi evolusi. Apabila perubahan itu terjadi dalam populasi maka dapat
dikatakan evolusi jika masih dalam satu spesies saja belum dikatakan evolusi.
2. Sejarah teori berdasarkan kurun waktu mengalami suatu gagasan gagasan
yang dapat menguatkan ataupun menyanggah. Kurun waktu yang ditekankan
di sini terbagi menjadi enam masa teori evolusi, yaitu masa Pra-Darwin, masa
Teori Evolusi Darwin, masa Pasca-Darwin, masa Neo-Darwinian, dan masa
Modern.
3. Teori Lamarck menyatakan evolusi akibat dari pewarisan sifat hasil adaptasi
lingkungan, Teori Darwin menyatakan bawa evolusi dari adaptasi dan seleksi
alam, sedangkan Teori Weismann evolusi terjadi karena adanya seleksi alam
terhadap faktor genetis.
22
DAFTAR PUSTAKA
23