LP Gastritis
LP Gastritis
harus di buat oleh anda seorang perawat jita anda mendapatkan pasien yang
harus dirawat di rumah sakit dengan keluhan awalnya nyeri pada bagian perut,
sering bersendawa dan perutnya kembung.
Dalam hal ini, laporan ini juga bisa di terapkan pada pasien yang sudah lansia
tentunya dengan pengkajian yang dilakukan nantinya harus dengan
menggunakan format pengkajian pada pasien lansia atau gerontik dengan
masalah gastritis.
Penyakit gastritis yang terjadi pada lambung umumnya disebabkan oleh dua
faktor, yaitu faktor infeksi dan non infeksi. Faktor infeksi umumnya
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan protozoa. Kuman Helicobacter
Pylori merupakan penyebab tersering. Faktor non infeksi disebabkan oleh
hadirnya zat asing yang masuk dalam tubuh melalui makanan atau minuman
yang dapat menyebabkan peradangan lambung (Dewanto, 2012).
Badan penelitian kesehatan WHO mengadakan tinjauan terhadap 8 negara dunia
dan mendapatkan beberapa hasil persentase dari angka kejadian gastritis di
dunia, dimulai dari Negara yang angka kejadian gastritisnya paling tinggi yaitu
Amerika dengan persentase mencapai 47% kemudian diikuti oleh India dengan
persentase 43%, lalu beberapa Negara lainnya seperti Inggris 22%, China 31%,
Jepang 14,5%, Kanada 35%, Perancis 29,5%, dan Indonesia 40,8% (Nurlina,
2012).
Klasifikasi Gastritis
Menurut Robbins (2009. Hal: 474) gastritis dibagi kedalam dua klasifikasi yaitu
:
a, Gastritis akut
Gastritis akut merupakan proses inflamasi yang bersifat akut dan biasanya
terjadi sepintas pada mukosa lambung. Keadaan ini paling sering berkaitan
dengan penggunaan obat obat anti inflamasi nonsteroid (khususnya, aspirin)
dalam waktu yang lama dan dosis tinggi, konsumsi alkohol yang berlebihan,
dan perokok berat. Stress berat (luka bakar dan pembedahan), iskemia dan
syokjuga menyebabkan gastritis akut, seperti halnya kemoterapi, uremia, infeksi
sistemik, tertelan zat asam atau alakali, iradiasi lambung, trauma mekanik, dan
gastrektomi distal.
a, Gastritis kronis
Gastritis kronis di artikan sebagai keadaan terdapatnya perubahan inflamatorik
yang kronis pada mukosa lambung sehingga akhirnya terjadi atrofi mukosa dan
metaplasia epitel. Keadaan ini menjadi latar belakang terjadinya dysplasia dan
karsinoma.
Etiologi
Menurut Suratun (2010. Hal: 60) ada beberapa penyebab yang dapat
mengakibatkan seseorang menderita gastritis antara lain yaitu :
a.Mengkonsumsi obat obatan kimia (asetaminofen (aspirin), steroid
kortikosteroid), digitalis. Asetaminofen dan kortikosteroid dapat mengakibatkan
iritasi pada mukosa lambung, NSAIDS (nonsteroid anti inflammation drugs)
dan kortikosteroid menghambat sintesis prostaglandin sehingga sekresi HCL
meningkat dan menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam sehingga
menimbulkan iritasi mukosa lambung.
b.Konsumsi alkohol. Alkohol dapat menyebabkan kerusakan gaster.
c.Terapi radiasi, refluk empedu, zat zat korosif (cuka, lada) menyebabkan
kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema dan perdarahan.
d.Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan susunan
saraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCI lambung.
e. Infeksi oleh bakteri seperti helicobacter pilori, eschericia coli, salmonella dan
lain lain.
Patofisiologi /Pathway Gastritis
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak mukosa
lambung (gastritis erosive). Mukosa lambung berperan penting dalam
melindungi lambung dari autodigesti oleh HCI dan pepsin. Bila mukosa
lambung rusak maka terjadi difusi HCI ke mukosa HCI akan merusak mukosa.
Pepsin merangsang pelepasan histamin dari sel mast. Histamine akan
menyebabkan penningkata permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan
cairan dari intra sel ke ekstra sel dan menyebabkan edema dan kerusakan
kapiler sehingga timbul perdarahan pada lambung.
Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan
menjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin
sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukosa
lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan
menurun atau menghilang sehingga cobalamin (Vitamin B12) tidak dapat
diserap di usus halus. Pada akhirnya klien gastritis dapat mengalami anemia.
Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan
perdarahan (Suratun, 2010. Hal: 61).
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada pasien dengan gastritis menurut Robbins (2009. Hal:
474) ialah sebagai berikut :
a. Gastritis akut : gambaran klinisnya gastritis akut berkisar dari keadaan
asimtomatik, nyeri abdomen yang ringan hingga nyeri abdomen akut dengan
hematemesis
b. Gastritis kronis : gastritis kronis biasanya asimtomatik, kendati gejala nausea,
vomitus atau keluhan tidak nyaman pada abdomen atas dapat terjadi; kadang
kadang, ditemukan anemia pernisiosa yang manifes. Hasil laboratoriumnya
meliputi hipoklorhidria lambung dan hipergastrinemia serum. Resiko terjadinya
kanker untuk jangka panjang adalah 2 (dua) persen hingga 4 (empat) persen.
Komplikasi
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemasis dan melena,
dapat berakhir sebagai syok hemoragik, khusus untuk perdarahan SCBA, perlu
dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir
sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah
infeksihelicobacterpylori, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60%-90%
pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi
(Mansjoer, 2000, hal : 493).
Pemeriksaan Diagnostik
Menrurut Suratun (2010. Hal: 71) pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan
gastritis meliputi :
a.Darah lengkap bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.
b.Pemeriksaan serum vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui adanya defesiensi
B12.
c.Analisa feses bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.
d.Analisa gaster bertujuan untuk mengetahui kandungan HCI
lambung.Acholohidria menunjukkan adanya gastritis atropi.
e.Test antibody serum. Bertujuan untuk mengetahui adanya antibody sel pariental
dan faktor instrinsik lambung terhadap helicobacter pylori.
f.Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada kecurigaan
berkembangnya ulkus peptikum.
g.Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.
Penatalaksanaan
Menurut Manjoer (2000. Hal 493) penatalaksanaan medis pada pasien Gastritis,
baik gastritis akut maupun gastritis Kronis ialah sebagai berikut :
a. Gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya. Diet lambung, dengan
porsi kecil dan sering. Obat obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam
lambung, berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik,
dan antacid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa sukralfat dan
prostaglanding.
b. Gastritis kronis
Penatlaksanaa diberikan seperti pada pasien dengan sindrom dispepsia, apa lagi
jika test serologi negatif. Pertama-tama yang dilakukan adalah mengatasi dan
menghindari penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan
empiris berupa antasid, antagonis H2/ inhibitor pompa proton dan obat obatan
prokinetik. Jika endoskopidapat dilakukan, dilakukan terapi eradikasi kecuali
jika hasil CLO, kultur dan PA ketiganya negatif atau hasil serologi negatif.
5. Evaluasi
Menurut Asmadi (2008. Hal: 178) Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara bersinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan
tercapainya tujuan dan criteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses
keperawatan. Jika sebalinya, kajian ulang (reassessment). Secara umum,
evaluasi ditunjukkan untuk :
a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
b. Menetukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
c. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatab belum tercapai.