Anda di halaman 1dari 9

LP GASTRITIS pada dasarnya adalah sebuah laporan yang terlebih dahulu

harus di buat oleh anda seorang perawat jita anda mendapatkan pasien yang
harus dirawat di rumah sakit dengan keluhan awalnya nyeri pada bagian perut,
sering bersendawa dan perutnya kembung.

Dalam hal ini, laporan ini juga bisa di terapkan pada pasien yang sudah lansia
tentunya dengan pengkajian yang dilakukan nantinya harus dengan
menggunakan format pengkajian pada pasien lansia atau gerontik dengan
masalah gastritis.

Pada postingan saya ini, diposting secara lengkap Laporan


Pendahuluan Gastritissehingga anda tidak perlunya mencari tambahan
materinya lagi baik itu berupa file LP Gastritis doc atau file astritis yang
berformat pdf, karena pada dasarnya anda hanya tinggal sedikit modifikasinya
dan anda bisa jadikan lp gastritis yg anda dapat disini menjadi file Doc dan
PDF.

Selanjutnya anda hanya perlu mengutip Laporan Pendahuluan untuk kasus


Gastritis di blog ini dan tentunya untuk menghargai penulis anda harus
mencantumkan sumbernya dari blog pada daftar pustaka laporan anda.

LATAR BELAKANG GASTRITIS


Gastritis merupakan gangguan kesehatan paling sering di jumpai diklinik karena
diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan
hispatologi (Priyanto, 2008). Gastritis atau radang lambung yang juga dikenal
dengan sakit radang maag. Meski dirasa sepele, kenyataannya penyakit ini tetap
saja menjadi momok bagi penderitanya. Tanpa pemeriksaan dan pengobatan
yang tepat, sakit radang maag justru dapat berkembang menjadi kanker
lambung. Sakit radang maag merupakan penyakit yang terjadi saat lambung
mengalami perubahan fungsi maupun peradangan (Dewanto, 2012).

Penyakit gastritis yang terjadi pada lambung umumnya disebabkan oleh dua
faktor, yaitu faktor infeksi dan non infeksi. Faktor infeksi umumnya
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan protozoa. Kuman Helicobacter
Pylori merupakan penyebab tersering. Faktor non infeksi disebabkan oleh
hadirnya zat asing yang masuk dalam tubuh melalui makanan atau minuman
yang dapat menyebabkan peradangan lambung (Dewanto, 2012).
Badan penelitian kesehatan WHO mengadakan tinjauan terhadap 8 negara dunia
dan mendapatkan beberapa hasil persentase dari angka kejadian gastritis di
dunia, dimulai dari Negara yang angka kejadian gastritisnya paling tinggi yaitu
Amerika dengan persentase mencapai 47% kemudian diikuti oleh India dengan
persentase 43%, lalu beberapa Negara lainnya seperti Inggris 22%, China 31%,
Jepang 14,5%, Kanada 35%, Perancis 29,5%, dan Indonesia 40,8% (Nurlina,
2012).

Dari penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh depertemen kesahatan RI


angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai
91,6% yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya
31,2%,Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh
31,7% dan Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang
kurang sehat (Nurlina, 2012).

A, Konsep Dasar Gastritis


Pengertian
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung.
(Priyanto, 2008. Hal 69). Dan Menurut Suratun (2010. Hal 59) gastritis adalah
suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus, atau lokal
dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada epigastrium, mual
dan muntah. Sedangkan menurut Broker (2009. Hal 571) gastritis adalah
imflamasi mukosa yang melapisi lambung dan gastritis dapat terjadi secara akut
ataupun kronis.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa gastritis merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa lambung yang
dapat bersifat akut maupun kronis.

Klasifikasi Gastritis
Menurut Robbins (2009. Hal: 474) gastritis dibagi kedalam dua klasifikasi yaitu
:
a, Gastritis akut
Gastritis akut merupakan proses inflamasi yang bersifat akut dan biasanya
terjadi sepintas pada mukosa lambung. Keadaan ini paling sering berkaitan
dengan penggunaan obat obat anti inflamasi nonsteroid (khususnya, aspirin)
dalam waktu yang lama dan dosis tinggi, konsumsi alkohol yang berlebihan,
dan perokok berat. Stress berat (luka bakar dan pembedahan), iskemia dan
syokjuga menyebabkan gastritis akut, seperti halnya kemoterapi, uremia, infeksi
sistemik, tertelan zat asam atau alakali, iradiasi lambung, trauma mekanik, dan
gastrektomi distal.

a, Gastritis kronis
Gastritis kronis di artikan sebagai keadaan terdapatnya perubahan inflamatorik
yang kronis pada mukosa lambung sehingga akhirnya terjadi atrofi mukosa dan
metaplasia epitel. Keadaan ini menjadi latar belakang terjadinya dysplasia dan
karsinoma.
Etiologi
Menurut Suratun (2010. Hal: 60) ada beberapa penyebab yang dapat
mengakibatkan seseorang menderita gastritis antara lain yaitu :
a.Mengkonsumsi obat obatan kimia (asetaminofen (aspirin), steroid
kortikosteroid), digitalis. Asetaminofen dan kortikosteroid dapat mengakibatkan
iritasi pada mukosa lambung, NSAIDS (nonsteroid anti inflammation drugs)
dan kortikosteroid menghambat sintesis prostaglandin sehingga sekresi HCL
meningkat dan menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam sehingga
menimbulkan iritasi mukosa lambung.
b.Konsumsi alkohol. Alkohol dapat menyebabkan kerusakan gaster.
c.Terapi radiasi, refluk empedu, zat zat korosif (cuka, lada) menyebabkan
kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema dan perdarahan.
d.Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan susunan
saraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCI lambung.
e. Infeksi oleh bakteri seperti helicobacter pilori, eschericia coli, salmonella dan
lain lain.
Patofisiologi /Pathway Gastritis
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak mukosa
lambung (gastritis erosive). Mukosa lambung berperan penting dalam
melindungi lambung dari autodigesti oleh HCI dan pepsin. Bila mukosa
lambung rusak maka terjadi difusi HCI ke mukosa HCI akan merusak mukosa.
Pepsin merangsang pelepasan histamin dari sel mast. Histamine akan
menyebabkan penningkata permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan
cairan dari intra sel ke ekstra sel dan menyebabkan edema dan kerusakan
kapiler sehingga timbul perdarahan pada lambung.

Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan
menjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin
sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukosa
lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan
menurun atau menghilang sehingga cobalamin (Vitamin B12) tidak dapat
diserap di usus halus. Pada akhirnya klien gastritis dapat mengalami anemia.
Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan
perdarahan (Suratun, 2010. Hal: 61).

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada pasien dengan gastritis menurut Robbins (2009. Hal:
474) ialah sebagai berikut :
a. Gastritis akut : gambaran klinisnya gastritis akut berkisar dari keadaan
asimtomatik, nyeri abdomen yang ringan hingga nyeri abdomen akut dengan
hematemesis
b. Gastritis kronis : gastritis kronis biasanya asimtomatik, kendati gejala nausea,
vomitus atau keluhan tidak nyaman pada abdomen atas dapat terjadi; kadang
kadang, ditemukan anemia pernisiosa yang manifes. Hasil laboratoriumnya
meliputi hipoklorhidria lambung dan hipergastrinemia serum. Resiko terjadinya
kanker untuk jangka panjang adalah 2 (dua) persen hingga 4 (empat) persen.

Komplikasi
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemasis dan melena,
dapat berakhir sebagai syok hemoragik, khusus untuk perdarahan SCBA, perlu
dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir
sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah
infeksihelicobacterpylori, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60%-90%
pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi
(Mansjoer, 2000, hal : 493).

Pemeriksaan Diagnostik
Menrurut Suratun (2010. Hal: 71) pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan
gastritis meliputi :
a.Darah lengkap bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.
b.Pemeriksaan serum vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui adanya defesiensi
B12.
c.Analisa feses bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.
d.Analisa gaster bertujuan untuk mengetahui kandungan HCI
lambung.Acholohidria menunjukkan adanya gastritis atropi.
e.Test antibody serum. Bertujuan untuk mengetahui adanya antibody sel pariental
dan faktor instrinsik lambung terhadap helicobacter pylori.
f.Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada kecurigaan
berkembangnya ulkus peptikum.
g.Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.

Penatalaksanaan
Menurut Manjoer (2000. Hal 493) penatalaksanaan medis pada pasien Gastritis,
baik gastritis akut maupun gastritis Kronis ialah sebagai berikut :
a. Gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya. Diet lambung, dengan
porsi kecil dan sering. Obat obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam
lambung, berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik,
dan antacid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa sukralfat dan
prostaglanding.
b. Gastritis kronis
Penatlaksanaa diberikan seperti pada pasien dengan sindrom dispepsia, apa lagi
jika test serologi negatif. Pertama-tama yang dilakukan adalah mengatasi dan
menghindari penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan
empiris berupa antasid, antagonis H2/ inhibitor pompa proton dan obat obatan
prokinetik. Jika endoskopidapat dilakukan, dilakukan terapi eradikasi kecuali
jika hasil CLO, kultur dan PA ketiganya negatif atau hasil serologi negatif.

B, Asuhan Keperawatan Pada Klien Gastritis


Asuhan keperawatan pada klien dengan gastritis menurut Suratun (2010.
Hal: 63-66) ialah sebagai berikut :
1. Pengkajian Gastritis
a. Data subyektif
Keluhan klien berupa nyeri uluhati, mual dan muntah, anorexia, rasa penuh,
pola makan salah, stres, konsumsi obat obatan, merokok, alkohol, diit, sakit
kepala, bersendawa, rasa terbakar setalah makan.
b. Data obyektif
Hasil pengkajian didapatkan nyeri tekan abdomen, dehidrasi, muntah
(frekuensi, bahan muntahan, darah).
a. Tanyakan pasien tentang tanda-tanda dan gejala-gejala yang ditunjukkan;
nyeri ulu hati, indigesti, mual, muntah; jika terdapat gejala; apakah gejala
berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau minum terlalu banyak
atau terlalu cepat.
b. Bagaimana gejala menghilang.
c. Selidiki apakah orang lain di lingkungan pasien mempunyai gejala-gejala
serupa; apakah sudah dimuntahkan darah atau telah menelan suatu elemen
penyebab.
d. Lakukan pengkajian fisik lengkap. Perhatikan nyeri tekan abdomen,
dehidrasi, dan bukti bukti kelainan sistemik yang mungkin bertanggung jawab
terhadap gejala-gejala.
2. Diagnosa keperawatan
Adapun Diagnosa Keperawatan menurut Suratun (2010. Hal: 63) adalah
sebagai berikut :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan yang
berlebihan (muntah, perdarahan), intake cairan yang tidak adekuat.
b. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster.
c. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tindakan
pembatasan intake nutrisi, puasa.
3. Intervesi keperawatan
Intervesi Keperawatan menurut Suratun (2010. Hal: 64) adalah sebagai
berikut :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan yang
berlebihan (muntah, perdarahan), intake cairan yang tidak adekuat.
Tujuan : pemenuhan kebutuhan cairan adekuat.
Kriteria hasil : pengeluaran urine adekuat, tanda tanda vital dalam batas normal,
membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler kurang dari 3
detik.
Intervensi/Rasional
1) Catat karakteristik muntah dan drainase. Rasional : untuk membedakan
distress gaster.
2) Observasi tanda tanda vital setiap 2 jam. Rasional : perubahan tekan darah
dan nadi indicator dehidarasi.
3) Monitor tanda tanda dehidrasi (membrane mukosa, turgor kulit, pengisian
kapiler). Rasional : untuk mengidentifikasi terjadinya dehidrasi.
4) Obsarvasi masukan (intake) dan pengeluaran (output) cairan. Rasional
: untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh.
5) Pertahankan tirah baring. Rasional : untuk menurunkan kerja gaster sehingga
mencegah terjadinya muntah.
6) Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasid. Rasional
: mencegah refluks dan aspirasi antasid.
7) Berikan cairan peroral 2 liter/hari. Rasional : menetralisir asam lambung.
8) Jelaskan pada klien agar menghindari kafein. Rasional : kafein merangsang
produksi asam lambung.
9) Berikan cairan intravena sesuai pram terapi medik. Rasional : untuk
pergantian cairansesuai derajat hipovalemi dan kehilangan cairan
10) Pasang nasogastrik tube (NGT) pada klien yang mengalami pendarahan
akut. Rasional : untuk membersihkan lambung yang berisi darah supaya
terbentuk ammonia.
11) Pantau hasil pemeriksaan haemoglobin (HB). Rasional : untuk
mengidentifikasi adanya anemia.
12) Berikan terapi antibiotik, antasid, Vit K, sesuai program medik.Rasional
: untuk mengatasi masalah gastritis dan hematamisis.
b. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster.
Tujuan : nyeri teratasi
Kriteria hasil : klien rileks, klien dapat tidur, skala nyeri 0-2.
Intervensi/Rasional
1) Kaji dan cata keluhan nyeri termasuk lokasi, lamanya instensitas skala nyeri
(0-10). Rasional : untuk menetukan intervensi dan mengetahui efek terapi.
2) Berikan makanan sedikit tapi sering. Rasional : makanan sebagai penetralisir
asam lambung.
3) Jelaskan agar klien menghindari makanan yang merangsang lambung, seperti
makanan pedas, asam dan mengandung gas. Rasional :makanan yang
merangsang dapat mengiritasi mukosa lambung.
4) Atur posisi tidur senyaman mungkin. Rasional : posisi yang nyaman dapat
menurunkan nyeri.
5) Anjurkan klien melakukan teknik relaksasi, seperti napas dalam,
mendengarkan music, menonton TV dan membaca. Rasional : teknik relaksasi
dapat mengalihkan perhatian klien sehingga dapat menurunkan nyeri.
6) Berikan terapi analgetik dan antasid. Rasional : untuk menghilangkan nyeri
lambung.
c. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tundakan
pembatasan intake nutrisi, puasa.
Tujuan : pemeuhan kebutuhan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil : makan habis 1 porsi, berat badan meningkat, hasil Laboratorium
: alnumin, Hb normal.
Intervensi/Rasional
1) Kaji status nutrisi dan pola makan klien. Rasional : sebagai dasar untuk
menetukan intervensi.
2) Puasakan pasien selama fase akut. Rasional : menurunkan rangsangan
lambung sehingga mencegah muntah.
3) Berikan nutrisi enteral atau parental, jika klien dipuasakan. Rasional : Untuk
pemenuhan kebutuhan nutrisi.
4) Berikan minum peroral secara bertahap jika fase akut berkurang.Rasional
: untuk merangsang gaster secara bertahap.
5) Berikan makan peroral secara bertahap, mulai dari makanan saring.Rasional
: mencegah terjadinya iritasi pada mukosa lambung.
6) Jelaskan agar klien menghindari minuman yang mengandung
kafein.Rasional : kafeindapat merangsang aktivitas gaster.
7) Timbang berat badan klien setiap hari dengan alat ukur yang sama.Rasional
: untuk mengetahui status nutrisi klien.
8) Berikan terapi multivitamindan antasid sesuai program medik.Rasional
: untuk meningkatkan nafsu makan menghilangkan mual.
4. Impelementasi
Menurut Carpenito, (2009, hal 57). komponen implementasi dalam proses
keperawatan mencakup penerapan ketrampilan yang diperlukan untuk
mengimplentasikan intervensi keperawatan. Ketrempilan dan pengetahuan yang
diperlukan untuk implementasi biasanya berfokus pada
a. Melakukan aktivitas untuk klien atau membantu klien.
b. Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau
memantau status masalah yang telah ada
c. Member pendidikan kesehatan untuk membantu klien mendapatkan
pengetahuan yang baru tentang kesehatannya atau penatalaksanaan gangguan.
d. Membantu klien membuat keptusan tentang layanan kesehatannya sendiri .
e. Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya untuk
mendapatkan pengarahan yang tepat.
f. Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan, mengurangi, atau
menyelesaikan masalah kesehatan.
g. Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri
h. Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali pilihan
yang tersedia.

5. Evaluasi
Menurut Asmadi (2008. Hal: 178) Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara bersinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan
tercapainya tujuan dan criteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses
keperawatan. Jika sebalinya, kajian ulang (reassessment). Secara umum,
evaluasi ditunjukkan untuk :
a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
b. Menetukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
c. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatab belum tercapai.

Anda mungkin juga menyukai