Anda di halaman 1dari 2

I.

LATAR BELAKANG

Rendahnya minat baca merupakan suatu ancaman yang dapat mengganggu peningkatan kualitas sumber daya manusia di segala bidang. Rendahnya
minat baca juga dapat menurunkan manfaat utama daripada media. Padahal, media mutlak diperlukan sebagai kemampuan dasar berpikir kritis
untuk hidup di abad informasi.
Manfaat utama media tidak lain adalah sebagai informan tidak hidup yang dapat memberikan informasi guna menambah wawasan. Setiap hari kita
diterpa ribuan informasi. Kita dituntut untuk selektif, kritis dan cerdas dalam memilih maupun menggunakan informasi mana yang akan kita
respon. Sayangnya, kenyataan yang ada disekitar kita adalah semakin menurunnya daya pikir kritis masyarakat, terutama pelajar. Ketertarikan
mereka terhadap media kebanyakan bukan didasari rasa ingin tahu terhadap informasi atau ingin menambah wawasan. Tetapi karena untuk hiburan
belaka. Kenyataan yang lain adalah, masyarakat kita masih lebih menggemari membuka media maya seperti internet dan menonton televisi
ketimbang membaca.
Sebagai muslim, kita patutnya tahu, membaca adalah kegiatan guna menjadi muslim atau muslimah intelek yang beriman dan cerdas. Selain secara
langsung diperintahkan oleh Allah S.W.T dalam fiman-Nya Q.S Al-Alaq ; 1 ‘Iqra’ bismi rabbika alladzii khalaq ‘ yang berarti ‘Bacalah, dengan
nama tuhanmu yang telah menciptakan’. Allah S.W.T telah jelas menyuruh kita untuk membaca dan mengkaji segala sesuatunya diniatkan untuk
ilmu dan beribadah. Karena membaca sangat erat hubungannya dengan informasi dan ilmu, orang yang gemar membaca cenderung dapat menjadi
lebih unggul dari individu lainnya. Jika diterapkan serempak pada lembaga pendidikan islam, sangat memungkinkan akan keluar generasi
cendekiawan muslim yang kian cerdas dan kompetitif. Bibit-bibit unggul tersebut tidak menutup probabilitas meningkatnya kualitas muslim secara
global.
Ironisnya, pesatnya pertumbuhan media di Indonesia tidak dibarengi dengan meningkatnya kepandaian membaca dan menulis, tingkat ‘literacy’
media pada masyarakat. Masyarakat cenderung konsumtif terhadap media. Budaya membaca harus dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat, tidak
hanya membaca tetapi juga dengan berkarya dan memproduksi. Tidak hanya untuk para orang tua, guru sekolah, dosen, tokoh agama atau para
pembuat kebijakan, budaya membaca media, sikap kritis dalam mengkonsumsi media justru harus dimiliki oleh golongan yang secara langsung
menjadi penikmat dan sasaran utama media yaitu para pelajar dan remaja.
Apa yang telah dituturkan diatas menunjukkan kepada kita beberapa celah yang dapat kita masuki dan ‘tambal’ dengan melakukan hal tertentu.
Sebagai lembaga pendidikan yang berbasis imtak dan imtek, kita butuh membentuk media sebagai wadah guna menciptakan suasana yang
menggambarkan minat baca tinggi, terlebih di kalangan remaja. Begitu banyaknya ragam media di sekitar kita dengan berbagai macam rupa dan
bentuknya. Akan tetapi, semua media tersebut hanya dapat memberikan manfaat bagi kita yang memanfaatkannya. Sedangkan, kecil kemungkinan
untuk mempublikasikan karya para siswa. Oleh karena itu, pembentukan majalah sekolah sebagai media yang bersedia menerima karya-karya
siswa, sangat perlu dibentuk.

Anda mungkin juga menyukai