Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MK PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

OLEH KELOMPOK 12 (KLS B)

1.AJI GALIH CURAH KUSUMA (03021181722010)

2.IRNA PORA (03021981722132)

3.M. FARHAN RASWANDHA (03021181722018)

DOSEN PEMBIMBING : NUKMAL HAKIM

PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN

FT UNSRI INDRALAYA

2017
DAFTAR ISI

I. Pendahuluan
II. Masalah
1.1.Mengapa pancasila pancasila dijadikan ideologi Negara ?
1.2.Kapan pancasila menjadi ideologi Negara ?
2.1.Apa yang dimaksud ideologi Negara ?
2.2. Apakah pancasila sebagai ideologi Negara dapat menjadi solusi dalam
menghadapi penyelesaian masalah radikal ?
3.1. Apa fungsi dari Pancasila sebagai Ideologi Negara ?
3.2. Apa makna Pancasila sebagai Ideologi Negara ?
III. Pembahasan
1.1
1.2
2.1
2.2
3.1
3.2
IV. Kesimpulan
V. Daftar Pustaka
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak mudah terombang-
ambing oleh kerasnya persoalan hidup berbangsa dan bernegara, sudah tentu perlu
memiliki dasar negara dan ideologi negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu,
maka bangsa dan negara akan rapuh, maka dari itu peran ideologi sangat penting
untuk sebuah negara.

Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia
yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk
menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi. Untuk
itulah diharapkan dapat menjelaskan Pancasila sebagai ideologi nasional,
menguraikan pengertian dari ideologi, menunjukkan sikap positif terhadap
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta menampilkan sikap
positif terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Pengetahuan yang
diperoleh dalam makalah ini juga dapat dijadikan bekal keterampilan menganalisis
dan bersikap kritis terhadap sikap para penyelenggara negara yang menyimpang
dari cita-cita dan tujuan negara.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat berbagai macam suku
bangsa, adat istiadat hingga berbagai macam agama dan aliran kepercayaan.
Dengan kondisi sosiokultur yang begitu heterogen dibutuhkan sebuah ideologi yang
netral namun dapat mengayomi berbagai keragaman yang ada di Indonesia.
Sejak dahulu Pancasila yang merupakan pedoman bagi bangsa Indonesia, telah
menyatukan berbagai perbedaan-perbedaan bangsa. Pancasila merupakan ideologi
yang netral serta bersifat terbuka, sehingga sejak dahulu hingga sekarang tetap
menjadi acuan bagi bangsa Indonesia untuk mngatasi konflik dari dalam maupun
dari luar. Dengan tetap berpegang teguh pada Pancasila dan UUD 45, bangsa kita
dapat menjadi bangsa yang besar, meskipun hal itu masih belum dapat diwujudkan
karena rendahnya penghargaan masyarakat Indonesia terhadap bangsanya sendiri
maupun Pancasila dan UUD 45
II. Masalah

1.1.Mengapa pancasila pancasila dijadikan ideologi Negara ?

1.2.Kapan pancasila menjadi ideologi Negara ?

2.1.Apa yang dimaksud ideologi Negara ?

2.2.Apakah pancasila sebagai ideologi Negara dapat menjadi solusi dalam


menghadapi penyelesaian masalah radikal ?

3.1. Apa fungsi dari Pancasila sebagai Ideologi Negara ?

3.2. Apa makna Pancasila sebagai Ideologi Negara ?


III. Pembahasan

1.1 Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada
hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan dan pemikiran seseorang atau
kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain didunia, namun Pancasila diangkat dari
nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam
pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara, dengan kata lain
unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan
hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialistis
(asal bahan) Pancasila.
Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para
pendiri negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi
bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa, dan bukannya
mengangkat atau mengambil ideologi dari bangsa lain. Selain itu Pancasila juga bukan
hanya merupakan ide-ide atau perenungan dari seseorang saja, yang hanya
memperjuangkan suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan Pancasila berasal dari
nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa sehingga Pancasila pada hakikatnya untuk seluruh
lapisan serta unsur-unsur bangsa secara komprehensif. Oleh karena ciri khas Pancasila itu
maka memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia.
Adapun pengertian ideologi secara umum yaitu kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide,
keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut berbagai bidang
kehidupan manusia. Notonegoro sebagaimana di kutip oleh Kaelan mengemukakan, bahwa
ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi dasar atau yang
menjadi suatu sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada
hakikatnya merupakan asas kerohanian yang antara lain memiliki ciri:
a.)Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
b.)Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pedoman hidup, pegangan
hidup, yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan, kepada generasi
berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.
Ideologi merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang sekaligus
membentuk orang atau masyarakat itu menuju cita-citanya. Ideologi merupakan sesuatu
yang di hayati menjadi sesuatu keyakinan. Semakin mendalam kesadaran ideologis
seseorang maka akan semakin tinggi pula komitmen nya untuk melaksanakannya.Ideologi
berintikan seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimilikinya dan
dipegang oleh seseorang atau suatu masyarakat sebagai wawasan atau pedoman hidup
mereka. Pengertian yang demikian itu juga dapat di kembangkan untuk masyarakat yang
lebih luas, yaitu masyarakat bangsa.Selain itu, ideologi mempunyai dua sifat yaitu ideologi
terbuka dan ideologi tertutup :
a. Ideologi terbuka adalah bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai
melegitimasi kekuasaan sekelompok orang. Ideologi terbuka hanya berada dalam
sistem pemerintahan yang demokratis. Ideologi terbuka merupakan ideologi yang
hanya berisi suatu orientasi dasar, sedangkan penerjemahannya ke dalam tujuan-
tujuan dan norma-norma sosial-politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan
dengan nilai dan prinsip moral yang berkembang di masyarakat. Operasional cita-
cita yang akan dicapai tidak dapat ditentukan secara apriori, melainkan harus
disepakati secara demokratis.
b. Ideologi tertutup adalah ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang menentukan
tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan sosial, yang dinyatakan sebagai
kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus dipatuhi. Kebenaran
suatu ideologi tertutup tidak boleh dipermasalahkan berdasarkan nilai-nilai atau prinsip-
prinsip moral yang lain. Ideologi tertutup bersifat Dogmatis dan Apriori, dogmatis berarti
mempercayai suatu keadaan tanpa data yang valid, sedangkan apriori , yaitu
berprasangka terlebih dahulu akan suatu keadaan. ideologi tertutup tersebut dipaksakan
berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat yang di atur oleh masyarakat elit tertentu atau
kelompok masyarakat, yang berarti bersifat otoriter dan dijalankan dengan cara yang
totaliter. Bersifat totaliter berarti menyangkut seluruh aspek kehidupan.

Pancasila merupakan Ideologi terbuka hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila
bersifat aktual, dinamis, antisifasif dan senentiasa mampu menyelesaikan dengan
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan
aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai
dasar yang terkandung didalamnya, namun mengeksplisitkan wawasannya lebih
kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah-
masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring dengan aspirasi rakyat,
perkembangan iptek dan zaman. Dan ciri-ciri ideologi terbuka yaitu sebagai berikut :
a. Merupakan kekayaan rohani, moral, dan kebudayaan masyarakat (falsafah).
Jadi, bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan kesepakatan
masyarakat.
b. Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri. Ia
adalah milik seluruh rakyat dan bisa digali dan ditemukan dalam kehidupan
mereka.
c. Isinya tidak langsung operasional. Sehingga setiap generasi baru dapat dan
perlu menggali kembali falsafah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi
ke-kini-an mereka.
d. Tidak pernah memaksa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat, melainkan
menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung jawab sesuai
dengan falsafah itu.
e. Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang berasal
dari berbagai latar belakang budaya dan agama.
Dengan begitu pancasila sangat cocok dijadikan ideologi bangsa karena pancasila
berideologi terbuka dimana ideologi terbuka sangat cocok untuk negara dengan sistem
demokrasi seperti bangsa indonesia. Selain mempunyai sifat ideologi terbuka pancasila juga
mempunyai sifat ditengah-tengah ideologi partikular dan ideologi komprehensif.

 Ideologi Partikular

Didefinisikan sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang tersusun secara sistematis dan


terkait erat dengan kepentingan satu kelas sosial tertentu dalam masyarakat.

 Ideologi Komprehensif

Didefinisikan sebagai suatu sistem pemikiran menyeluruh mengenai semua aspek


kehidupan sosial. Dalam ideologi ini terdapat suatu cita-cita yang bertujuan untuk melakukan
transformasi sosial secara besar-besaran menuju bentuk tertentu.

Dari kedua ideologi diatas, ideologi Pancasila berada ditengah-tengah kedua ideologi
diatas, artinya ideologi Pancasila memiliki ciri menyeluruh yaitu tidak berpihak pada
golongan tertentu serta ideologi Pancasila yang dikembangkan dari nilai-nilai yang ada pada
realitas bangsa Indonesia mampu mengakomodasikan berbagai idealisme yang
berkembang dalam masyarakat yang bersifat majemuk.
1.2. Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila.
Kelima sila itu adalah: Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusayawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sebelum tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia belum merdeka. Bangsa Indonesia


dijajah oleh bangsa lain. Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau berkuasa di
Indonesia, misalnya bangsa Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Paling lama menjajah
adalah bangsa Belanda. Padahal sebelum kedatangan penjajah bangsa asing tersebut, di
wilayah negara RI terdapat kerajaan-kerajaan besar yang merdeka, misalnya Sriwijaya,
Majapahit, Demak, Mataram, Ternate, dan Tidore. Terhadap penjajahan tersebut, bangsa
Indonesia selalu melakukan perlawanan dalam bentuk perjuangan bersenjata maupun
politik.
Perjuangan bersenjata bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, dalam hal ini
Belanda, sampai dengan tahun 1908 boleh dikatakan selalu mengalami kegagalan.
Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret. Sejak saat itu
Indonesia diduduki oleh bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki
Indonesia. Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah dalam melawan tentara Sekutu.
Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan
tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini
diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus
menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan
yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang
dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer
Jepang di Jawa dan Madura).
Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki
dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang
untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.
Pada masa-masa akhir Perang Dunia II, kekalahan Jepang pada sekutu dalam
perang Pasifik tak lagi bisa disembunyikan. Hal ini mendesak Jenderal KuniakiKoisi yang
saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang untuk mengumumkan sebuah rencana
untuk Indonesia ke depannya pada tanggal 7 September 1944. Hal yang diumumkan oleh
Koisi ternyata adalah sebuah rencana untuk memerdekakan Indonesia ketika Jepang
berhasil memenangkan perang Asia Timur, berharap pengumuman ini akan membuat
Indonesia berpikir bahwa pasukan Sekutu adalah perenggut kemerdekaan mereka. Bibit
yang akan membentuk lahirnya pancasila sebagai ideologi dan dasar negara
Indonesia muncul ketika pada 1 Maret, Kumakichi Harada memberitahukan tentang
pembentukan badan yang bertugas menyelidiki usaha persiapan kemerdekaan dengan
nama DokuritsuJunbiCosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
atau disingkat BPUPKI).
Ketika BPUPKI secara resmi dibentuk pada 29 April 1945, yang ditunjuk menjadi
ketua adalah RadjimanWedyodiningrat, didampingi oleh Raden Pandji Soeroso dan satu
orang Jepang sebagai wakil ketuanya. Soeroso sendiri sebenarnya memegang posisi
ganda, yaitu sebagai kepala sekretariat BPUPKI bersama Abdoel Gafar dan
MasudaToyohiko. Ketika didirikan, BPUPKI memiliki 67 anggota dengan 7 diantaranya
merupakan orang Jepang yang tidak memiliki hak suara.
Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang
pertama pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang
dibicarakan khusus mengenai calon dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti.
5
Pada sidang pertama itu, banyak anggota yang berbicara, dua di antaranya adalah
Muhammad Yamin dan Bung Karno, yang masing-masing mengusulkan calon dasar negara
untuk Indonesia merdeka. Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai dasar negara
secara lisan yang terdiri atas limahal, yaitu:
1.Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Selain itu Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga terdiri atas lima
hal, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945, kemudian pada tanggal 1 Juni 1945, Bung
Karno mengajukan usul mengenai calon dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu:
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan
Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Lebih lanjut Bung Karno
mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan
Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu Gotong Royong.
Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk
membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk
dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi
kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni
1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh. Yamin
5. M. SutardjoKartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis
7. R. Otto Iskandar Dinata
8. Drs. Muh. Hatta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para
anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya
dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri
atas sembilan orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Muh. Hatta
3. Mr. A.A. Maramis
4. K.H. Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkir
6. AbikusnoTjokrosujoso
7. H. Agus Salim
8. Mr. Ahmad Subardjo
9. Mr. Muh. Yamin
Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan
sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih
dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”.
Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 juli 1945, hasil yang dicapai adalah
merumuskan rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus. Pada tanggal 9 Agustus
dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945
Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari
kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin
bangsa Indonesia, yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal
17 Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang,
dengan acara utama :
(1) mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan preambulnya (Pembukaannya) dan
(2) memilih Presiden dan Wakil Presiden.

Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum


mengesahkan Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal
17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari
Indonesia bagian Timur yang menemuinya.
Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di
belakang kata “ketuhanan” yang berbunyi “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya” dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih
baik memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh Muh.
Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota tokoh-tokoh
Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan Teuku Muh.
Hasan. Muh. Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan
bangsa.
Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan kesatuan, mengingat
Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh Islam itu merelakan dicoretnya “dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” di belakang kata
Ketuhanan dan diganti dengan “Yang Maha Esa”.

Proklamasi menghendaki indonesia berdasarkan pancasila. Pancasila dijadikan


ideologi negara sesungguhnya secara implisit sejak tanggal 17 Agustus 1945,walaupun
secara yuridis hal tersebut disahkan tanggal 18 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan
tidak menyinggung pancasila, tetapi semata mata menjelaskan bangsa indonesia yang
menyatakan kemerdekaanya ke seluruh dunia. Proklamasi mengkehendaki Indonesia yang
merdeka di dalam suatu bangsa, yaitu negara merdeka yang bernama Republik Indonesia
yang berdasarkan pancasila yang ingin mencapai masyarakat adil dan makmur dan ikut
membangun perdamaian dunia. Nilai pancasila telah tercermin dan diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari oleh bangsa Indonesia sejak sebelum proklamasi kemerdekaan
Indonesia.
Pancasila mampu mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarkan pengalaman sejarah kita telah mengetahui adanya upaya-upaya untuk
memecah belah Negara Indonesia. Misal pemberontakan PKI Madiun tahun 1948 dan
G30S/PKI tahun 1965. Semua itu dapat di gagalkan berkat komitmen segenap komponen
bangsa indonesia untuk tetap mempertahankan keutuhan NKRI dengan ladasan ideologi
nasionalnya, yaitu pancasila. Dan oleh sebab itu, para pendiri bangsa sepakat menjadikan
pancasila menjadi ideologi Negara karena pancasila mempunyai kekuatan untuk dapat
menyatukan rakyat indonesia sehingga tidak ada lagi bentuk bentuk pemberontakan yang
dapat meruntuhkan bangsa Indonesia.
2.1 Ideologi yaitu, keseluhan pandangan cita-cita, nila dan keyakinan yang ingin
diwujudkan dalam kenyataan hidup yang konkrit (soerjanto poespowardojo,1991:44).dengan
demikian ideology di yakini mampu memberikan semangat dan arahan yang positif, bagi
kehidupan masyarakat untuk berjuang melawan sebagai penderitaan kemiskinan dan
kebodohan.Dengan pemahaman yang baik mengenai ideoloi, maka seseorang dapat
menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar, serta apa yang di nilai baik dan tidak
baik.

Misalnya, dalam ideology pancasila nilai kekeluargaan atau kebersamaan yang di


utamakan maka seoarang yang memahami dengan baik nilai kekeluargaan akan menolak
nilai individualisme karna nilai ini melahirkan liberalisme, kapitasisme, kolonialisme,
imperilaisme, monopoli, otoriterianisme. Dalam kaitan ini Bung Hatta dalam “kearah
Indonesia merdeka” menyatakan bahwa “kedaulatan rakyat barat” di dasarkan pada
pendapat J.J Rousseu yaitu individualisme, sedangkan dalam Indonesia adalah” rasa
bersama”kolektiviteit, dengan memahami ideology pancasila untuk dapat menilai mislnya,
bahwa sesuatu yang baik karna sesuai dengan nilai kemanusiaan dan sebaiknya berbuat
curang menipu sesuatu yang tidak baik, karena bertentangan dengan nilai kemanusiaan.
Karl Marx mengartikan ideologi sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan
kepentingan golongan atau yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau
kelas social tertentu dalam bidang politik, sosial, dan sesial ekonomi.

Subakti mengemukakan pengertian ideologi secara fungsional yaitu ideologi


doktriner dan ideologi yang pragmatis. Ideologi doktrinen adalah ajaran-ajaran yang
terkandung di dalam ideologi itu dirumuskan secara sistematis, dan pelaksananya diawasi
secara ketat oleh aparat partai tau aparat pemerintah. Sedangkan ideologi pragmatis adalah
ajaran-ajaran yang terkandun didalan ideologi tersebut tidak dirumuskan secara sistematis
dan terici, namun dirumuskan secara umum hanya prinsip-prinsipnya, dan ideologi itu
disosialisasikan secara fungsional melalui kehidupan keluarga, system pendidikan, system
konomi, kehidupan agama, dan system poitik. Pelaksanaan ideologi yan pragmatis tidak
diawasi oleh aparat partai atau aparat pemerintah melainkan dengan pengaturan
pelembangan (internalization), contohnya individualism atau libralisme. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ideologi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-
keyakinan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut berbagi kehidupan manusia.

Ideologi merupakan sesuatu yang dihayati menjadi sesuatu keyakinan. Semakin


mendalam kesadaran ideologi seseorang maka akan semakin tinggi pula komitmennya
untuk melaksanakannya. Ideologi berintikan seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan
mendalam yang dimilikinya dan dipegang oleh seseorang atau suatu masyrakat bangsa

Istilah ideologi berasal dari kata ‘’idea’’(inggris) yan berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita , dan kata ‘’logi’’byang dalam bahasa yunani logos artinya ilmu
atau pengetahuan . Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang luas, sebagai cara
memandag segala sesuatu. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak ( tidak hanya sekedar
pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah public sehingga menjadi intisari politik.
Ada beberapa para ahli ilmuan mendefinisikan pengertian ideologi, berikit ini
beberapa pengertian ideologi yang dikmukakan oleh toko-toko kenegaraan.

 Alfian : pengertian ideologi adalah sesuatu pandangan atau sistem nilai


yang menyeluruh dan mendalam tentang bagaimana cara yang sebaliknya,
yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku bersama
dalam berbagai segi kehidupan.
 C.C Rodee : Menurut pendapat c.c Rodee yang menyatakan bahwa
pengertian ideologi adalah sekumpulan yang secara logis berkaitan dan
mengindenifikasi nilai-nilai yang diberkan bagi insitusi dan pelakunya.
 Ali syariati : Menurut Ali Syariati mengenai pendapat tentang pengertian
ideologi yang mengetakan bahwa ideologi adalah sebagai keyakinan-
keyakinan dan gagasan-gagasan yang ditaati oleh suatu kelompok, suatu
klas sosial, suatu bangsa atau suatu ras tertentu.

Dari hasil pendapat para ahli mengenai pemgertian ideologi, yang disimpulkan bahwa
pengertian ideologi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, yang
menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia.

Dari paparan diatas kita bisa tau pengertian, istilah dan para ahli yang mendefinisikan
tentang ideologi .Dengan memahami masing-masing ideologi tentunya kita bisa ambil
kesimpulan mengenai ideologi yang saat ini dipergunakan di Indonesia.
2.2 Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi radikalisme
Pancasila adalah Ideologi dari negara Indonesia untuk mempersatukan rakyat
Indonesia namun belakangan hari Pancasila mulai pudar karena mulai sedikit orang yang
mengetahui makna dari Pancasila tersebut, di samping itu muncunlah beberapa faktor
radikalis yang di buat segelintir orang untuk mencapai tujuan tertentu tetapi dengan
menggunakan cara yang salah bahkan menggunakan dengan kekerasan. Di situ lah
sebenarnya peran Pancasila untuk menyelesaikan masalah radikalis, tetapi untuk
menyelesaikan masalah tersebut tidak sesederhana yang kita pikirkan. Kita membutuhkan
kerja keras dan konsistensi yang cukup untuk membumikan kembali ideologi Pancasila.
Sebab, dalam konteks kekinian ideologi Pancasila telah dihimpit (berada dalam saingan)
oleh berbagai ideologi alternatif lain. Sehingga aksi membumikan kembali bukanlah hal yang
mudah, namun bukan berarti tidak bisa! Dalam pengamatan penulis, setidaknya ada
beberapa hal mendasar yang berfungsi sebagai pendorong ideologi Pancasila tidak lagi
pada posisi dan fungsinya.
Pertama, suatu ideologi dalam penanamannya membutuhkan proses panjang dan
interaksi yang cukup. Sebab itu, jangan berharap bahwa penanaman sebuah ideologi akan
berhasil jika prosesnya dilakukan sambil lalu dan asal. Kita membutuhkan sarana dan
metode yang relevan bagi pencapaian transfer ideologi dan hanya akan efektif jika dilakukan
melalui institusi-institusi pendidikan kita. Berbicara institusi pendidikan, yang dimaksudkan
adalah institusi pendidikan secara keseluruhan (pendidikan dasar sampai perguruan tinggi).
Harus diakui, negara dan warga negara Indonesia, khususnya generasi muda tidak
lagi sepenuhnya memahami dan mempraktekkan kedalaman ideologi Pancasila sebagai
falsafah dan cara pandang. Ini terbuktikan dengan mudahnya berbagai ideologi baru masuk,
berkembang dan meracuni perilaku generasi muda . Kemudahan ini dapat disebabkan
gagalnya transfer nilai Pancasila di berbagai institusi pendidikan kita. Asumsi ini didukung
oleh fakta proses transfer nilai Pancasila diberbagai institusi pendidikan kini tidak lagi
menjadi suatu keharusan dan kalau pun ada cenderung bersifat formalitas saja. Akibatnya
bagi kaum muda terutama para pelajar, Pancasila terdengar sebagai pelajaran yang
membosankan, kolot, dan tidak membumi. Para penyampai nilai-nilai Pancasila di institusi
pendidikan semakin gagap menyampaikan nilai Pancasila di tengah kondisi eksternal yang
dipenuhi karakter materialisme nan pekat. Demikian ungkap sebuah media masa terhadap
kondisi transfer nilai Pancasila di institusi Pendidikan kita (Pikiran Rakyat).
Banyak PT (perguruan tinggi) tidak lagi mengajarkan mata kuliah Pancasila. Bahkan di
tingkat sekolah pun, banyak yang telah mengabaikan atau tidak memfokuskannya lagi.
Institusi-institusi pendidikan lebih diramaikan dengan orientasi prestasi akademik (tidak
salah), namun sayangnya mengabaikan pembentukan karakter atau moralitas anak didik
(generasi muda kita) yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Ironis! Sehingga jangan heran
banyak generasi muda Indonesia kini terjebak pada isme-isme baru dan cara hidup yang
aneh-aneh, termasuk praktis hidup radikalisme agama(1). (1) Bdk. Franz Magnis Suseno,
(2000), op.cit., hlm.36.
Kedua, kurangnya teladan para elit bangsa dalam mengedepankan praktis hidup yang
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Jangankan mempraktekkan, menyebut ideologi
Pancasila adalah ”harga mati saja jarang terdengar”. Hal yang sama dikeluhkan juga oleh
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof. Dr. Mahfud MD, yakni Pancasila telah banyak
dilupakan oleh banyak orang terutama sejak reformasi 1998. Sejak tahun 1978 ketika
lahirnya Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), Pancasila telah
ditempatkan di sebuah sudut sejarah. Setelah reformasi 1998 Pancasila seolah hilang, tidak
ada lagi pejabat-pejabat resmi yang mengutip Pancasila dalam setiap pidatonya. Justru saat
ini banyak dipraktekan (dalam kebijakan) adalah kebijakan-kebijakan negara yang didasari
oleh semangat ideologi lain, seperti ekonomi dan hukum Syariah, ekonomi Kapitalisme/Neo,
yang tidak lagi dijiwai oleh semangat Pancasila sebagai dasarnya.
Ketiga, disamping nilai-nilai Pancasila yang tidak lagi mengakar dan hampir
menghilang, bangsa ini telah diterpa oleh berbagai isme-isme baru sebagai alternatif pilihan.
Akibatnya orang Indonesia, khususnya kaum muda dengan budaya yang ada, cenderung
memilih ideologi selain Pancasila yang dinilai lebih baik dan menguntungkan. Arus
globalisasi dipercaya telah menenggelamkan posisi ideologi negara yang penuh dengan
nilai kebangsaan. Praktik liberalisasi, individualistik, dan sekulerisasi yang turut serta dalam
globalisasi lebih diminati. Inilah kondisi umum yang menimpa para elit dan warga negara
Indonesia. Bdk. EM K Kawardi. (1997), Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, Jakarta:
Grasindo Dengan kondisi dan posisi ideologi bangsa seperti ini, jangan berharap kita akan
mengalami perubahan atau pun lepas dari berbagai ancaman negatif sebuah ideologi baru.
Bahkan lepas dari pengaruh radikalisme agama yang telah menghantui bangsa ini pun
jangan pernah mengharapkannya. Pancasila dengan nilai-nilainya perlu dan harus
didengungkan kembali terutama kepada generasi muda, agar bangsa ini memiliki karakter
yang kuat dan pandangan hidup bernegara sebagai pegangannya. Dalam konteks
mencabut dan menangkal pengaruh radikalisme agama, nilai-nilai Pancasila harus
didengungkan kembali ke semua lingkungan pendidikan, baik di institusi pendidikan agama,
maupun di institusi pendidikan umum lainnya. Proses transfernya pun tidak boleh bersifat
asal, sebatas formalitas, dan tanpa penekanan. Selain itu, kita juga bisa memulainya
dengan mengadakan kembali P4 dari segi semangat, namun dari segi isi dan metode perlu
dikembangkan (diperluas). Sebab, dengan berbagai kelemahan, sesungguhnya program P4
dinilai banyak kalangan adalah hal yang baik dan cukup relevan.
Menurut Muhammad A. S. Hikam, sistem tafsir Pancasila dalam bentuk butir-butir P4
adalah suatu kecelakaan sejarah bagi Pancasila, disebut kecelakaan sebab pada waktu itu
Pancasila cenderung ditafsirkan sepihak (dimonopoli) oleh pemerintah Orde Baru (lebih
dikenal dengan istilah Asas Tunggal) yang akhirnya menciptakan sebuah kekakuan (sikap
tertutup) dalam penjabaran atau tafsiran terhadap nilai-nilai Pancasila. Bentuk kekakuan
itulah yang harus ditolak, namun semangat mentransfer perlu kita dicontoh.
Proses transfer pun tidak boleh berhenti dan hanya sebatas formalitas pengajaran semata,
tetapi harus berlanjut dengan penyediaan sarana untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila
oleh institusi pendidikan seperti bersih-bersih bersama, penghijauan, memberi bantuan, atau
pun kegiatan-kegiatan sosial lain yang dikoneksikan dengan nilai-nilai Pancasila. Sehingga
nilai-nilai Pancasila terhidupi, dirasa bermanfaat, dan akhirnya menjadi sebuah pilihan
ideologi atau kebiasaan kita. Proses yang sama, tetapi dengan bentuk berbeda bisa
dilakukan kepada mereka yang pernah dipengaruhi oleh radikalisme dan paham agama
yang salah. Mereka perlu dibimbing dengan intensif melalui konseling (mentoring) untuk
proses perubahan cara pandang, bukan pekerjaan yang mudah namun bukan berarti tidak
mungkin dilakukan. Kebiasaan dan pemikiran yang jahat (membunuh adalah pahala) akan
tergeser melalui proses pembelajaran, pola pikir dan kebiasaan yang baik. Kita harus yakin
apabila radikalisme bisa mempengaruhi pola pikir seseorang, maka ideologi Pancasila pun
memiliki peluang yang sama. Penulis merasa kurang tepat jika mereka hanya dihukum
penjara, namun tidak diikuti dengan mentoring yang cukup. Ingat! Mereka bukan hanya
pelaku, namun di sisi lain adalah korban sebuah ideologi. Oleh Sebab itu, mereka perlu
dikembalikan pada dasar ideologi yang benar dan dalam konteks Indonesia-bernegara-
berbangsa. Ideologi Pancasila adalah solusi dan kesepakatan kita, tetapi cara ini tidak
berarti akan membuat kita menjadi kompromi terhadap apa yang mereka perbuat, tidak!
Seharusnya yang menjadi pemikiran kita, mereka adalah manusia (berhati nurani) yang
perlu dan harus disadarkan. Inilah harapan dan alasan mengapa hukuman fisik tidaklah
cukup, namun harus diikuti oleh cara penyelesaian yang lain sebab yang menjadi tuan dan
penggerak mereka adalah hati dan rasio yang dipengaruhi, maka sentuh, dan ubahlah
dibagian itu .
3.1 Pancasila merupakan lima butir ideologi dasar bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Nama Pancasila sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari
dua kata, yaitu panca yang berarti lima dan sila yang berarti prinsip atau asas. Pancasila
menjadi rumusan dan pedoman kehidupan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam berbangsa
dan bernegara agar tidak menjadi penyebab terjadinya tindakan penyalahgunaan
kewenangan.
Kelima butir tersebut tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Sebagaimana yang telah diketahui oleh hampir semua warga Negara Indonesia bahwa
fungsi pokok dari Pancasila adalah sebagai dasar Negara, meskipun sebenarnya masih
banyak lagi fungsi-fungsi lainnya yang tak kalah penting dan bernilai sakral bagi bangsa
Indonesia sendiri dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu, berikut adalah penjelasan mengenai fungsi-fungsi pancasila :

1. Sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia


Dasar Negara di sini bisa juga diartikan sebagai dasar falsafah atau filosofi Negara.
Sedemikian sehingga Pancasila dalam hal ini digunakan sebagai dasar untuk mengatur
pemerintahan Negara. Dengan kata lain, Pancasila digunakan sebagai dasar untuk
mengatur penyelenggaraan Negara yang sesuai dengan bunyi dan isi yang tercantum dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

2. Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Dalam hal ini Pancasila berperan sebagai petunjuk hidup sehari-hari, yang juga merupakan
satu kesatuan yang tidak akan bisa dipisah-pisah antara satu dengan yang lain. Artinya
bersatu dalam satu Negara, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

3. Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia


Fungsi yang satu ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk sikap mental maupun tingkah
lalu atau perilaku beserta amal perbuatan dari sikap mental tersebut. Kepribadian yang
dimaksudkan adalah ciri khas. Artinya suatu sikap mental dan tingkah laku yang mempunyai
ciri khas tersendiri sehingga mampu dibedakan dengan bangsa lainnya di seluruh dunia.
Itulah yang dinamakan kepribadian.

4. Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia


Dalam fungsi yang satu ini, Pancasila dijelaskan berdasarkan teori Von Savigny yang artinya
adalah setiap bangsa mempunyai jiwanya masing-masing yang disebut
dengan Volkgeist yang berarti jiwa bangsa atau jiwa rakyat. Itu berarti bahwa Pancasila
merupakan jiwa bangsa yang lahir bersamaan dengan adanya atau terbentuknya bangsa
Indonesia, yaitu pada zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Hal ini senada dengan apa
yang dikemukakan oleh Prof. Mr. A. G. Pringgodigdo dalam tulisan beliau yang berjudul
Pancasila. Dalam tulisan tersebut, beliau juga menyebutkan bahwa hari lahir dengan istilah
Pancasila pada tanggal 1 Juni 1945. Sedangkan Pancasila sendiri sudah ada sejak adanya
bangsa Indonesia. Meskipun istilah atau nama Pancasila baru dikenal pada 1 Juni 1945 tadi.

5. Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum


Ini artinya bahwa Pancasila merupakan sumber tertib hukum bagi Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Sumber tertib hukum Indonesia tersebut adalah pandangan
hidup, kesadaran, cita-cita hukum beserta cita-cita moral yang meliputi suasana kejiwaan
dan watak bangsa Indonesia. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita mengenai
kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa atau Negara, perikemanusiaan, keadilan
sosial, dan perdamaian Nasional yang merupakan hak dan kewajiban warga negara.
Sedangkan untuk cita-cita hukum/politik ialah tentang sifat, bentuk dan tujuan Negara. Dan
cita-cita moral ialah tentang kehidupan rakyat yang terkait dengan keagamaan dan
kemasyarakatan.
6. Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia
Perjanjian luhur di sini ialah menyangkut ikrar yang telah dibuat saat memproklamasikan
kemerdekaan bangsa Indonesia. Artinya disaat bangsa Indonesia memutuskan untuk
merdeka menjadi sebuah Negara pada tanggal 17 Agustus 1945. Meskipun pada saat itu
bangsa Indonesia belum mempunyai Undang-Undang Dasar secara tertulis. Tetapi baru
pada keesokan harinya, yaitu 18 Agustus 1945, disahkan pembukaan dan batang tubuh
Undang-Undang Dasar 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI
pada saat itu merupakan wakil-wakil seluruh rakyat Indonesia yang mengesahkan perjanjian
luhur yang tertulis tersebut (UUD 1945) untuk membela Pancasila sebagai dasar Negara
selama-lamanya.

7. Sebagai Falsafah Hidup yang Mempersatukan Bangsa


Fungsi Pancasila di sini merupakan sarana atau alat yang sangat ampuh untuk
mempersatukan bangsa Indonesia agar tidak rerjadinya penyebab terciptanya masyarakat
majemuk dan multikultural . Hal ini dikarenakan Pancasila merupakan falsafah hidup dan
kepribadian bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma luhur serta
diyakini paling benar, adil, bijaksana, dan tepat bagi bangsa Indonesia untuk bisa
mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
8. Sebagai Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia
Sebagaimana kita ketahui bahwa cita-cita luhur bangsa Indonesia termuat tegas dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini dikarenakan pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 merupakan media penuangan jiwa proklamasi, yaitu jiwa Pancasila yang tertulis
di dalamnya, tepatnya pada alinea keempat. Sedemikian sehingga Pancasila dapat
dikatakan sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia. Cita-cita luhur inilah yang kelak
akan dicapai oleh bangsa Indonesia selaku bangsa atau Negara.
Adapun bunyi alinea keempat tersebut adalah “Kemudian daripada itu untuk membentuk
suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia”.
Sehingga dapat disimpulkan beberapa poin dari cita-cita dan tujuan bangsa yang
dimaksudkan, antara lain:
 Membentuk suatu pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Melindungi
segenap bangsa Indonesia artinya pemerintah akan berupaya untuk melindungi seluruh
bangsanya, baik secara internal maupun eksternal.
 Memajukan kesejahteraan umum. Umum tentu artinya bersama atau semua. Artinya
bahwa Negara Indonesia menginginkan kondisi dan situasi seluruh rakyat yang adil,
bahagia, makmur, dan sentosa.
 Mencerdaskan kehidupan bangsa. Artinya bangsa Indonesia akan berupaya agar
seluruh rakyatnya menjadi cerdas, yaitu memiliki ilmu pengetahuan, pintar, dan
berintelektual yang tinggi. Karena majunya sebuah bangsa dapat dicapai apabila rakyatnya
sudah menjadi cerdas sebagaimana yang telah dijelaskan.
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia. Artinya adalah bangsa Indonesia akan ikut serta
dan berperan aktif dalam melaksanakan ketertiban dunia yang memiliki landasan sebuah
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial sesama bangsa dan Negara di
seluruh dunia.

9. Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia


Ideologi yang berarti ide atau gagasan merupakan seperangkat nilai yang diyakini
kebenarannya untuk suatu bangsa dan digunakan untuk menata masyarakat yang ada di
dalamnya. Oleh karena itu, Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia merupakan
kumpulan ide atau gagasan yang memiliki nilai dan diyakini kebenarannya oleh bangsa
Indonesia dan digunakan untuk menata masyarakat yang ada di dalamnya. Contohnya
adalah dari sektor ikatan budaya (cultural bond) yang ada.
Fungsi sebagai ideologi ini memiliki beberapa poin fungsi, diantaranya:
 Memperkuat atau memperkokoh persatuan bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan
bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yaitu terdiri dari berbagai suku bangsa,
budaya maupun bahasanya.
 Mengarahkan bangsa Indonesia untuk menuju dan mencapai tujuannya,
menggerakkan serta membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan
Negara.
 Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa sebagai suatu Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dan juga sebagai suatu dorongan dalam pembentukan karakter
bangsa yang berdasarkan pada dasar Negara, yaitu Pancasila.
 Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik maupun saran mengenai keadaan,
situasi maupun kondisi bangsa dan Negara
3.2 Ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar,
cita-cita, dan logos berarti ilmu. Secara harfiah ideologi berarti ilmu tentang pengertian
dasar,ide. Sebuah Negara harus memiliki Ideologi sebagai landasan untuk mencapai cita
cita negara tersebut, jadi secara garis besar Ideologi harus berisi tindakan tindakan yang
dapat mewujudkan cita cita suatu bangsa.
Menurut Dr. Alfian, seorang ahli politik Indonesia, Pancasila memenuhi syarat sebagai
ideologi terbuka yang sifatnya luwes dan tahan terhadap perubahan zaman karena di
dalamnya memnuhi tiga dimensi ideologi, yaitu:
1) Dimensi Realitas
Nilai – nilai ideologi itu bersumber dari nilai-nilai yang riil hidup di dalam masyarakat
Indonesia. Kelima nilai dasar Pancasila itu kita temukan dalam suasana atau pengalaman
kehidupan masyarakat bangsa kita yang bersifat kekluargaan, kegotong-royongan atau
kebersamaan.
2) Dimensi Idealitas
Suatu ideologi perlu mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang
kehidupan. Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila merupakan nilai-nilai yang
di cita-citakan dan ingin diwujudkan.
3) Dimensi Fleksibilitas
Nilai dasar Pancasila adalah fleksibel karena dapat dikembangkan dan disesuaikan
dengan tuntutan perubahan.
Selain Pancasila memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka, sila sila pancasila juga memiliki
makna. Adapun makna dari masing masing sila pada pancasila adalah sebagai berikut
1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
mengandung arti adanya pengkuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan
sebagai pencipta alam semesta. Nilai ini menyatakan bangsa Indonesia adalah bangsa yang
religius bukan bangsa yang ateis.
2. Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
arti kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup
bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana
mastinya.
3. Nilai Persatuan Indonesia
mengandung makna usaha keras bersatu dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa
nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus
mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki Indonesia.
4. Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan. Berdasarkan nilai
ini maka diakui paham demokrasi yang lebih mengutamakan pengambilan keputusan
melalui musyawarah mufakat.
5. Nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah maupun batiniah. Berdasarkan pada nilai ini
maka keadilan adalah nilai yang amat mendasar yang diharapkan oleh seluruh bangsa.
Banyak pihak telah sepakat bahwa pancasila sebagai ideologi nasional merupakan titik
temu, rujukan bersama,common platform,kesepakatan bersama dan nilai integratif bagi
bangsa indonesia. Kesepakatan bersama bahwa pancasila adalah ideologi nasional inilah
yang harus terus kita pertahankan dan tumnuh kembangkan dalam kehidupan bangsa yang
plural ini.
pancasila sebagai ideologi nasional Indonesia memilki makna sebagai berikut :
1. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi cita-cita normatif penyelenggaraan
bernegara
2. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan nilai yang disepakati bersama
dan oleh krena itu menjadi salah satu sarana pemersatu (integrasi) masyarakat Indonesia.

IV. KESIMPULAN
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia Pancasila diangkat dari nilai-
nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan
hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk Negara. Unsur-unsur Pancasila tersebut
kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga Pancasila
berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi bangsa dan negara Indonesia. Pancasila
pada hakikatnya untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa secara komprehensif. Oleh
karena ciri khas Pancasila itu maka memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia. ideologi
Pancasila memiliki ciri menyeluruh yaitu tidak berpihak pada golongan tertentu serta ideologi
Pancasila yang dikembangkan dari nilai-nilai yang ada pada realitas bangsa Indonesia
mampu mengakomodasikan berbagai idealisme yang berkembang dalam masyarakat yang
bersifat majemuk.

Pancasila berkedudukan sebagai ideologi nasional Indonesia yang dilaksanakan


secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Fungsi Pancasila sebagai ideologi Negara
adalah Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang
majemuk, mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta
membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan, memelihara dan
mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam pembentukan karakter
bangsa berdasarkan Pancasila, menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai
keadaan bangsa dan Negara.

Nilai-nilai Pancasila yang terkandung didalamnya merupakan nilai nilai ketuhanan,


kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan. Ini merupakan nilai dasar bagi kehidupan
kewarganegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai-nilai Pancasila tergolong nilai
kerohanian yang di dalamnya terkandung nilai-nilai lainnya secara lengkap dan harmonis,
baik nilai material, vital, kebenaran, atau kenyataan. Estetis, estis maupun religius.

V. DAFTAR PUSTAKA
http://catatan-yani.blogspot.co.id/2011/08/sejarah-lahirnya-pancasila-sebagai.html?
m=1

https://www.google.co.id/amp/s/rerenie.wordpress.com/2013/04/23/pancasila-
sebagai-ideologi-bangsa-dan-negara-indonesia/amp/

http://www.bahasapedia.org/2014/03/latar-belakang-pancasila-dijadikan.html?m=1

http://maspurba.wordpress.com

http://elearning.gundarma.ac.id/docmodul/pendidikanpancasila/bab4pancasilasebaga
iideologinegara.pdf.com

http://guruppkn.com/funsi-pancasila

Anda mungkin juga menyukai