FT UNSRI INDRALAYA
2017
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan
II. Masalah
1.1.Mengapa pancasila pancasila dijadikan ideologi Negara ?
1.2.Kapan pancasila menjadi ideologi Negara ?
2.1.Apa yang dimaksud ideologi Negara ?
2.2. Apakah pancasila sebagai ideologi Negara dapat menjadi solusi dalam
menghadapi penyelesaian masalah radikal ?
3.1. Apa fungsi dari Pancasila sebagai Ideologi Negara ?
3.2. Apa makna Pancasila sebagai Ideologi Negara ?
III. Pembahasan
1.1
1.2
2.1
2.2
3.1
3.2
IV. Kesimpulan
V. Daftar Pustaka
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak mudah terombang-
ambing oleh kerasnya persoalan hidup berbangsa dan bernegara, sudah tentu perlu
memiliki dasar negara dan ideologi negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu,
maka bangsa dan negara akan rapuh, maka dari itu peran ideologi sangat penting
untuk sebuah negara.
Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia
yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk
menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi. Untuk
itulah diharapkan dapat menjelaskan Pancasila sebagai ideologi nasional,
menguraikan pengertian dari ideologi, menunjukkan sikap positif terhadap
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta menampilkan sikap
positif terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Pengetahuan yang
diperoleh dalam makalah ini juga dapat dijadikan bekal keterampilan menganalisis
dan bersikap kritis terhadap sikap para penyelenggara negara yang menyimpang
dari cita-cita dan tujuan negara.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat berbagai macam suku
bangsa, adat istiadat hingga berbagai macam agama dan aliran kepercayaan.
Dengan kondisi sosiokultur yang begitu heterogen dibutuhkan sebuah ideologi yang
netral namun dapat mengayomi berbagai keragaman yang ada di Indonesia.
Sejak dahulu Pancasila yang merupakan pedoman bagi bangsa Indonesia, telah
menyatukan berbagai perbedaan-perbedaan bangsa. Pancasila merupakan ideologi
yang netral serta bersifat terbuka, sehingga sejak dahulu hingga sekarang tetap
menjadi acuan bagi bangsa Indonesia untuk mngatasi konflik dari dalam maupun
dari luar. Dengan tetap berpegang teguh pada Pancasila dan UUD 45, bangsa kita
dapat menjadi bangsa yang besar, meskipun hal itu masih belum dapat diwujudkan
karena rendahnya penghargaan masyarakat Indonesia terhadap bangsanya sendiri
maupun Pancasila dan UUD 45
II. Masalah
1.1 Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada
hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan dan pemikiran seseorang atau
kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain didunia, namun Pancasila diangkat dari
nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam
pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara, dengan kata lain
unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan
hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialistis
(asal bahan) Pancasila.
Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para
pendiri negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi
bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa, dan bukannya
mengangkat atau mengambil ideologi dari bangsa lain. Selain itu Pancasila juga bukan
hanya merupakan ide-ide atau perenungan dari seseorang saja, yang hanya
memperjuangkan suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan Pancasila berasal dari
nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa sehingga Pancasila pada hakikatnya untuk seluruh
lapisan serta unsur-unsur bangsa secara komprehensif. Oleh karena ciri khas Pancasila itu
maka memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia.
Adapun pengertian ideologi secara umum yaitu kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide,
keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut berbagai bidang
kehidupan manusia. Notonegoro sebagaimana di kutip oleh Kaelan mengemukakan, bahwa
ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi dasar atau yang
menjadi suatu sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada
hakikatnya merupakan asas kerohanian yang antara lain memiliki ciri:
a.)Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
b.)Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pedoman hidup, pegangan
hidup, yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan, kepada generasi
berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.
Ideologi merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang sekaligus
membentuk orang atau masyarakat itu menuju cita-citanya. Ideologi merupakan sesuatu
yang di hayati menjadi sesuatu keyakinan. Semakin mendalam kesadaran ideologis
seseorang maka akan semakin tinggi pula komitmen nya untuk melaksanakannya.Ideologi
berintikan seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimilikinya dan
dipegang oleh seseorang atau suatu masyarakat sebagai wawasan atau pedoman hidup
mereka. Pengertian yang demikian itu juga dapat di kembangkan untuk masyarakat yang
lebih luas, yaitu masyarakat bangsa.Selain itu, ideologi mempunyai dua sifat yaitu ideologi
terbuka dan ideologi tertutup :
a. Ideologi terbuka adalah bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai
melegitimasi kekuasaan sekelompok orang. Ideologi terbuka hanya berada dalam
sistem pemerintahan yang demokratis. Ideologi terbuka merupakan ideologi yang
hanya berisi suatu orientasi dasar, sedangkan penerjemahannya ke dalam tujuan-
tujuan dan norma-norma sosial-politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan
dengan nilai dan prinsip moral yang berkembang di masyarakat. Operasional cita-
cita yang akan dicapai tidak dapat ditentukan secara apriori, melainkan harus
disepakati secara demokratis.
b. Ideologi tertutup adalah ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang menentukan
tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan sosial, yang dinyatakan sebagai
kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus dipatuhi. Kebenaran
suatu ideologi tertutup tidak boleh dipermasalahkan berdasarkan nilai-nilai atau prinsip-
prinsip moral yang lain. Ideologi tertutup bersifat Dogmatis dan Apriori, dogmatis berarti
mempercayai suatu keadaan tanpa data yang valid, sedangkan apriori , yaitu
berprasangka terlebih dahulu akan suatu keadaan. ideologi tertutup tersebut dipaksakan
berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat yang di atur oleh masyarakat elit tertentu atau
kelompok masyarakat, yang berarti bersifat otoriter dan dijalankan dengan cara yang
totaliter. Bersifat totaliter berarti menyangkut seluruh aspek kehidupan.
Pancasila merupakan Ideologi terbuka hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila
bersifat aktual, dinamis, antisifasif dan senentiasa mampu menyelesaikan dengan
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan
aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai
dasar yang terkandung didalamnya, namun mengeksplisitkan wawasannya lebih
kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah-
masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring dengan aspirasi rakyat,
perkembangan iptek dan zaman. Dan ciri-ciri ideologi terbuka yaitu sebagai berikut :
a. Merupakan kekayaan rohani, moral, dan kebudayaan masyarakat (falsafah).
Jadi, bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan kesepakatan
masyarakat.
b. Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri. Ia
adalah milik seluruh rakyat dan bisa digali dan ditemukan dalam kehidupan
mereka.
c. Isinya tidak langsung operasional. Sehingga setiap generasi baru dapat dan
perlu menggali kembali falsafah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi
ke-kini-an mereka.
d. Tidak pernah memaksa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat, melainkan
menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung jawab sesuai
dengan falsafah itu.
e. Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang berasal
dari berbagai latar belakang budaya dan agama.
Dengan begitu pancasila sangat cocok dijadikan ideologi bangsa karena pancasila
berideologi terbuka dimana ideologi terbuka sangat cocok untuk negara dengan sistem
demokrasi seperti bangsa indonesia. Selain mempunyai sifat ideologi terbuka pancasila juga
mempunyai sifat ditengah-tengah ideologi partikular dan ideologi komprehensif.
Ideologi Partikular
Ideologi Komprehensif
Dari kedua ideologi diatas, ideologi Pancasila berada ditengah-tengah kedua ideologi
diatas, artinya ideologi Pancasila memiliki ciri menyeluruh yaitu tidak berpihak pada
golongan tertentu serta ideologi Pancasila yang dikembangkan dari nilai-nilai yang ada pada
realitas bangsa Indonesia mampu mengakomodasikan berbagai idealisme yang
berkembang dalam masyarakat yang bersifat majemuk.
1.2. Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila.
Kelima sila itu adalah: Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusayawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Istilah ideologi berasal dari kata ‘’idea’’(inggris) yan berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita , dan kata ‘’logi’’byang dalam bahasa yunani logos artinya ilmu
atau pengetahuan . Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang luas, sebagai cara
memandag segala sesuatu. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak ( tidak hanya sekedar
pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah public sehingga menjadi intisari politik.
Ada beberapa para ahli ilmuan mendefinisikan pengertian ideologi, berikit ini
beberapa pengertian ideologi yang dikmukakan oleh toko-toko kenegaraan.
Dari hasil pendapat para ahli mengenai pemgertian ideologi, yang disimpulkan bahwa
pengertian ideologi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, yang
menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia.
Dari paparan diatas kita bisa tau pengertian, istilah dan para ahli yang mendefinisikan
tentang ideologi .Dengan memahami masing-masing ideologi tentunya kita bisa ambil
kesimpulan mengenai ideologi yang saat ini dipergunakan di Indonesia.
2.2 Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi radikalisme
Pancasila adalah Ideologi dari negara Indonesia untuk mempersatukan rakyat
Indonesia namun belakangan hari Pancasila mulai pudar karena mulai sedikit orang yang
mengetahui makna dari Pancasila tersebut, di samping itu muncunlah beberapa faktor
radikalis yang di buat segelintir orang untuk mencapai tujuan tertentu tetapi dengan
menggunakan cara yang salah bahkan menggunakan dengan kekerasan. Di situ lah
sebenarnya peran Pancasila untuk menyelesaikan masalah radikalis, tetapi untuk
menyelesaikan masalah tersebut tidak sesederhana yang kita pikirkan. Kita membutuhkan
kerja keras dan konsistensi yang cukup untuk membumikan kembali ideologi Pancasila.
Sebab, dalam konteks kekinian ideologi Pancasila telah dihimpit (berada dalam saingan)
oleh berbagai ideologi alternatif lain. Sehingga aksi membumikan kembali bukanlah hal yang
mudah, namun bukan berarti tidak bisa! Dalam pengamatan penulis, setidaknya ada
beberapa hal mendasar yang berfungsi sebagai pendorong ideologi Pancasila tidak lagi
pada posisi dan fungsinya.
Pertama, suatu ideologi dalam penanamannya membutuhkan proses panjang dan
interaksi yang cukup. Sebab itu, jangan berharap bahwa penanaman sebuah ideologi akan
berhasil jika prosesnya dilakukan sambil lalu dan asal. Kita membutuhkan sarana dan
metode yang relevan bagi pencapaian transfer ideologi dan hanya akan efektif jika dilakukan
melalui institusi-institusi pendidikan kita. Berbicara institusi pendidikan, yang dimaksudkan
adalah institusi pendidikan secara keseluruhan (pendidikan dasar sampai perguruan tinggi).
Harus diakui, negara dan warga negara Indonesia, khususnya generasi muda tidak
lagi sepenuhnya memahami dan mempraktekkan kedalaman ideologi Pancasila sebagai
falsafah dan cara pandang. Ini terbuktikan dengan mudahnya berbagai ideologi baru masuk,
berkembang dan meracuni perilaku generasi muda . Kemudahan ini dapat disebabkan
gagalnya transfer nilai Pancasila di berbagai institusi pendidikan kita. Asumsi ini didukung
oleh fakta proses transfer nilai Pancasila diberbagai institusi pendidikan kini tidak lagi
menjadi suatu keharusan dan kalau pun ada cenderung bersifat formalitas saja. Akibatnya
bagi kaum muda terutama para pelajar, Pancasila terdengar sebagai pelajaran yang
membosankan, kolot, dan tidak membumi. Para penyampai nilai-nilai Pancasila di institusi
pendidikan semakin gagap menyampaikan nilai Pancasila di tengah kondisi eksternal yang
dipenuhi karakter materialisme nan pekat. Demikian ungkap sebuah media masa terhadap
kondisi transfer nilai Pancasila di institusi Pendidikan kita (Pikiran Rakyat).
Banyak PT (perguruan tinggi) tidak lagi mengajarkan mata kuliah Pancasila. Bahkan di
tingkat sekolah pun, banyak yang telah mengabaikan atau tidak memfokuskannya lagi.
Institusi-institusi pendidikan lebih diramaikan dengan orientasi prestasi akademik (tidak
salah), namun sayangnya mengabaikan pembentukan karakter atau moralitas anak didik
(generasi muda kita) yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Ironis! Sehingga jangan heran
banyak generasi muda Indonesia kini terjebak pada isme-isme baru dan cara hidup yang
aneh-aneh, termasuk praktis hidup radikalisme agama(1). (1) Bdk. Franz Magnis Suseno,
(2000), op.cit., hlm.36.
Kedua, kurangnya teladan para elit bangsa dalam mengedepankan praktis hidup yang
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Jangankan mempraktekkan, menyebut ideologi
Pancasila adalah ”harga mati saja jarang terdengar”. Hal yang sama dikeluhkan juga oleh
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof. Dr. Mahfud MD, yakni Pancasila telah banyak
dilupakan oleh banyak orang terutama sejak reformasi 1998. Sejak tahun 1978 ketika
lahirnya Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), Pancasila telah
ditempatkan di sebuah sudut sejarah. Setelah reformasi 1998 Pancasila seolah hilang, tidak
ada lagi pejabat-pejabat resmi yang mengutip Pancasila dalam setiap pidatonya. Justru saat
ini banyak dipraktekan (dalam kebijakan) adalah kebijakan-kebijakan negara yang didasari
oleh semangat ideologi lain, seperti ekonomi dan hukum Syariah, ekonomi Kapitalisme/Neo,
yang tidak lagi dijiwai oleh semangat Pancasila sebagai dasarnya.
Ketiga, disamping nilai-nilai Pancasila yang tidak lagi mengakar dan hampir
menghilang, bangsa ini telah diterpa oleh berbagai isme-isme baru sebagai alternatif pilihan.
Akibatnya orang Indonesia, khususnya kaum muda dengan budaya yang ada, cenderung
memilih ideologi selain Pancasila yang dinilai lebih baik dan menguntungkan. Arus
globalisasi dipercaya telah menenggelamkan posisi ideologi negara yang penuh dengan
nilai kebangsaan. Praktik liberalisasi, individualistik, dan sekulerisasi yang turut serta dalam
globalisasi lebih diminati. Inilah kondisi umum yang menimpa para elit dan warga negara
Indonesia. Bdk. EM K Kawardi. (1997), Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, Jakarta:
Grasindo Dengan kondisi dan posisi ideologi bangsa seperti ini, jangan berharap kita akan
mengalami perubahan atau pun lepas dari berbagai ancaman negatif sebuah ideologi baru.
Bahkan lepas dari pengaruh radikalisme agama yang telah menghantui bangsa ini pun
jangan pernah mengharapkannya. Pancasila dengan nilai-nilainya perlu dan harus
didengungkan kembali terutama kepada generasi muda, agar bangsa ini memiliki karakter
yang kuat dan pandangan hidup bernegara sebagai pegangannya. Dalam konteks
mencabut dan menangkal pengaruh radikalisme agama, nilai-nilai Pancasila harus
didengungkan kembali ke semua lingkungan pendidikan, baik di institusi pendidikan agama,
maupun di institusi pendidikan umum lainnya. Proses transfernya pun tidak boleh bersifat
asal, sebatas formalitas, dan tanpa penekanan. Selain itu, kita juga bisa memulainya
dengan mengadakan kembali P4 dari segi semangat, namun dari segi isi dan metode perlu
dikembangkan (diperluas). Sebab, dengan berbagai kelemahan, sesungguhnya program P4
dinilai banyak kalangan adalah hal yang baik dan cukup relevan.
Menurut Muhammad A. S. Hikam, sistem tafsir Pancasila dalam bentuk butir-butir P4
adalah suatu kecelakaan sejarah bagi Pancasila, disebut kecelakaan sebab pada waktu itu
Pancasila cenderung ditafsirkan sepihak (dimonopoli) oleh pemerintah Orde Baru (lebih
dikenal dengan istilah Asas Tunggal) yang akhirnya menciptakan sebuah kekakuan (sikap
tertutup) dalam penjabaran atau tafsiran terhadap nilai-nilai Pancasila. Bentuk kekakuan
itulah yang harus ditolak, namun semangat mentransfer perlu kita dicontoh.
Proses transfer pun tidak boleh berhenti dan hanya sebatas formalitas pengajaran semata,
tetapi harus berlanjut dengan penyediaan sarana untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila
oleh institusi pendidikan seperti bersih-bersih bersama, penghijauan, memberi bantuan, atau
pun kegiatan-kegiatan sosial lain yang dikoneksikan dengan nilai-nilai Pancasila. Sehingga
nilai-nilai Pancasila terhidupi, dirasa bermanfaat, dan akhirnya menjadi sebuah pilihan
ideologi atau kebiasaan kita. Proses yang sama, tetapi dengan bentuk berbeda bisa
dilakukan kepada mereka yang pernah dipengaruhi oleh radikalisme dan paham agama
yang salah. Mereka perlu dibimbing dengan intensif melalui konseling (mentoring) untuk
proses perubahan cara pandang, bukan pekerjaan yang mudah namun bukan berarti tidak
mungkin dilakukan. Kebiasaan dan pemikiran yang jahat (membunuh adalah pahala) akan
tergeser melalui proses pembelajaran, pola pikir dan kebiasaan yang baik. Kita harus yakin
apabila radikalisme bisa mempengaruhi pola pikir seseorang, maka ideologi Pancasila pun
memiliki peluang yang sama. Penulis merasa kurang tepat jika mereka hanya dihukum
penjara, namun tidak diikuti dengan mentoring yang cukup. Ingat! Mereka bukan hanya
pelaku, namun di sisi lain adalah korban sebuah ideologi. Oleh Sebab itu, mereka perlu
dikembalikan pada dasar ideologi yang benar dan dalam konteks Indonesia-bernegara-
berbangsa. Ideologi Pancasila adalah solusi dan kesepakatan kita, tetapi cara ini tidak
berarti akan membuat kita menjadi kompromi terhadap apa yang mereka perbuat, tidak!
Seharusnya yang menjadi pemikiran kita, mereka adalah manusia (berhati nurani) yang
perlu dan harus disadarkan. Inilah harapan dan alasan mengapa hukuman fisik tidaklah
cukup, namun harus diikuti oleh cara penyelesaian yang lain sebab yang menjadi tuan dan
penggerak mereka adalah hati dan rasio yang dipengaruhi, maka sentuh, dan ubahlah
dibagian itu .
3.1 Pancasila merupakan lima butir ideologi dasar bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Nama Pancasila sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari
dua kata, yaitu panca yang berarti lima dan sila yang berarti prinsip atau asas. Pancasila
menjadi rumusan dan pedoman kehidupan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam berbangsa
dan bernegara agar tidak menjadi penyebab terjadinya tindakan penyalahgunaan
kewenangan.
Kelima butir tersebut tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Sebagaimana yang telah diketahui oleh hampir semua warga Negara Indonesia bahwa
fungsi pokok dari Pancasila adalah sebagai dasar Negara, meskipun sebenarnya masih
banyak lagi fungsi-fungsi lainnya yang tak kalah penting dan bernilai sakral bagi bangsa
Indonesia sendiri dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu, berikut adalah penjelasan mengenai fungsi-fungsi pancasila :
IV. KESIMPULAN
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia Pancasila diangkat dari nilai-
nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan
hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk Negara. Unsur-unsur Pancasila tersebut
kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga Pancasila
berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi bangsa dan negara Indonesia. Pancasila
pada hakikatnya untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa secara komprehensif. Oleh
karena ciri khas Pancasila itu maka memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia. ideologi
Pancasila memiliki ciri menyeluruh yaitu tidak berpihak pada golongan tertentu serta ideologi
Pancasila yang dikembangkan dari nilai-nilai yang ada pada realitas bangsa Indonesia
mampu mengakomodasikan berbagai idealisme yang berkembang dalam masyarakat yang
bersifat majemuk.
V. DAFTAR PUSTAKA
http://catatan-yani.blogspot.co.id/2011/08/sejarah-lahirnya-pancasila-sebagai.html?
m=1
https://www.google.co.id/amp/s/rerenie.wordpress.com/2013/04/23/pancasila-
sebagai-ideologi-bangsa-dan-negara-indonesia/amp/
http://www.bahasapedia.org/2014/03/latar-belakang-pancasila-dijadikan.html?m=1
http://maspurba.wordpress.com
http://elearning.gundarma.ac.id/docmodul/pendidikanpancasila/bab4pancasilasebaga
iideologinegara.pdf.com
http://guruppkn.com/funsi-pancasila