1. Alwi I (2014). Infark miokard akut dengan elevasi st. Dalam: Sudoyo AW,
Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S (eds). Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid II. Edisi ke 6. Jakarta: Interna Publishing, pp: 1741-1756
2. Aryu W Sudoyo BS, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati, Ari Fahrial Syam.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6 ed. Jakarta: Interna Publishing; 2014. p. 1352
3. Boyle AJ, Jaffe AS. Acute Myocardial Infarction. In: Crawford MH ed. Current Diagnosis
& Treatment Cardiology 3rd ed. New York: McGraw-Hill; 2009. pp. 51-72.
5. O’Gara PT, Kushner FG, Ascheim DD, Casey DE, Chung MK, Lemos JA,
Ettinger SM et al. (2013). Guideline for the management of st-elevation
myocardial infarction. Journal of the American Collage of Cardiology,
62(4): e78-140.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, kesadaran CMC, tekanan
darah 136/96 mmHg, nadi 113x/menit, napas 29x/menit, suhu 370C. Keadaan gizi sedang
(BMI=23,4) tinggi 160 cm dan berat badan 60 kg. JVP 5+0=2 cmH2O. Konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), kulit sianosis (-), akral hangat, edema ekstremitas (-) dan CTR <2 detik.
Pada pemeriksaan paru, dada simetris kiri dan kanan pada saat statis dan dinamis, batas kiri sama
dengan kanan, perkusi sonor di seluruh lapangan paru. Pada auskultasi terdengar suara paru
vesikular, wheezing (-), Ronkhi (-) di kedua lapang paru.
Pemeriksaan jantung dari inspeksi ditemukan bahwa iktus kordis tidak terlihat, dari palpasi
ditemukan bahwa iktus kordis teraba 1 jari lateral LMCS RIC V. Perkusi jantung ditemukan batas
atas di RIC II, batas kanan di LSD, batas kiri 1 jari lateral LMCS RIC V. Auskultasi jantung
terdengar S1-S2 reguler, murmur (-) gallop (-). Pada pemeriksaan abdomen, perut tidak dapat
membuncit, perabaan supel, hepar dan lien tidak teraba, perkusi timpani, bising usus normal.
Pada pemeriksaan ekstremitas, teraba hangat, tidak ditemukan edema dan CRT kurang dari 2 detik