Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. REMAJA

1. Pengertian Remaja

Adolescent atau masa remaja berasal dari kata adolescere yang

bearti “tumbuh” atau “ tumbuh menjadi dewasa” . Istilah adolescent

seperti yang digunakan saat ini , mencakup arti yang luas, mencakup

kematangan mental, emosional, fisik dan sosial (Stuart dan

Sundden,1995 dalam Muhith 2015). Masa remaja merupakan masa

peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Poltekkes Depkes

Jakarta, 2010).

Batasan usia remaja dibedakan menjadi tiga subfase yaitu masa

remaja awal (usia 11 sampai 14 tahun), masa remaja pertengahan (usia

15 sampai 17 tahun ) dan masa remaja akhir (usia 18 sampai 20 tahun)

(Wong, 2008). Menurut Menteri Kesehatan RI tahun 2010, batasan

usia remaja adalah usia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.

2. Ciri-ciri Remaja

Menurut Pieter (2010), ciri- ciri remaja adalah:

a. Sebagai periode peralihan

11
12

Peralihan bearti terputus atau berubah dari apa yang pernah terjadi

sebelumnya. Peralihan adalah proses berkembang dari satu tahap

ke tahap berikutnya. Apa yang tertinggal dari satu tahap akan

memberikan dampak dimasa yang akan datang.

b. Periode mencari identitas diri

Remaja selalu mencari identitas diri guna untuk menjelaskkan

dirinya dan apa peranannya. Mencari identitas dan harga diri akan

membuat remaja menggunakan simbol status harga diri. Pada

dasarnya remaja suka bereksperimen dalam menjalankan peran

sesuai waktu dan kondisi untuk mencapai rasa bahagia.

c. Usia bermasalah

Periode remaja dikatakan sebagai usia banyak masalah karena

tindakan- tindakan remaja selalu mengarah kepada:

1) Keinginan untuk menyendiri (desire of isolation)

2) Berkurangnya keinginan bekerja (disindination of work)

3) Kurangnya koordinasi fungsi-fungsi tubuh (incoordination)

4) Kejemuan (boredom)

5) Kegelisahan (restlessness)

6) Penentangan sosial (social antagonism)

7) Penentangan terhadap kekuasaan (resistence to authority)

8) Kepekaan terhadap perasaan (heightened emotionality)

9) Kurang percaya diri (lack of self-confidence)

10) Timbulnya minat seks (preocupation with sex)


13

11) Kepekaan terhadap susila (execessive modesty)

12) Kekuasaan berkhayal (day dreaming).

3. Perkembangan Psikososial Remaja

Perubahan psikososial remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu remaja

awal (early adolescent), pertengahan ( middle adolescent), dan akhir

(late adolescent).

a. Remaja awal (early adolescent).

Terjadi pada usia 12-14 tahun, pada remaja awal anak akan

terpapar perubahan tubuh yang cepat, adanya akselerasi pertumbuhan

dan perubahan komposisitubuh disertai awal pertumbuhan seks

sekunder, karakteristik periode awal ditandai oleh terjadinya

perubahan psikososial seperti krisis identitas , jiwa labil,

meningkatkan kemampuan verbal untuk ekspresi diri, pentingnya

teman, tidak hormat terhadap orang tua, menunjukan kesalahan orang

tua, mencari orang lain yang disayangi selain orang tua , kecendrungan

untuk berlaku kekanak-kanakan dan terdapat pengaruh teman sebaya

(peer group).

b. Remaja pertengahan (middle adolescent).

Terjadi pada usia usia 15- 17 tahun, yang ditandai terjadianya

perubahan seperti: mengeluh orang tua terlalu ikut campur urusannya,

sangat memperhatikan penampilan, berusaha untuk mendapatkan

teman baru, tidak atau kurang menghargai pendapat orang tua , sering
14

sedih, mulai menulis buku harian, sangat memperhatikan kelompok

bermain secarselektif dan kompetitif , mulai mengalami periode sedih

karena ingin lepas dari orang tua.

c. Remaja akhir ( late adolescent)

Dimulai dari usia 18 tahun yang ditandai oleh tercapainya

maturitas fisik secara sempurna.Perubahan psikososial yang ditemui

seperti: identitas diri menjadi lebih kuat, mampu memikirkan ide ,

mampu mengekspresikan dengan kata-kata , lebih menghargai orang

lain, lebih konsisten terhadap minatnya , bangga dengan hasil yang

dicapai, selera humor lebih berkembang, emosi lebih stabil.

Teori perkembangan psikososial remaja menurut Erikson berada

pada tahap identitas dan kebingungan peran (ego identity vs role

confusion) terjadi pada umur 12-20 tahun. Hal ini terjadi karena remaja

berada pada masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Selama

masa ini, remaja mulai memiliki suatu perasaan tentang identitasnya

sendiri. Akan tetapi, karena peralihan yang sulit dari masa anak-anak

ke masa dewasa di satu pihak, dan kepekaan terhadap perubahan sosial

dan historis di pihak lain, maka selama tahap pembentukan identitas

ini seorang remaja mungkin merasakan penderitaan paling dalam

dibandingkan pada masa-masa lain akibat kekacauan peranan-peranan

atau kekacauan identitas (Desmita, 2015).


15

Dengan adanya kondisi tersebut, maka menurut Erikson, salah satu

tugas perkembangan selama masa remaja adalah menyelesaikan krisis

identitas, sehingga diharapkan terbentuk suatu identitas diri yang stabil

pada akhir masa remaja. Remaja yang berhasil mencapai suatu

identitas diri yang stabil maka akan memperoleh suatu pandangan

yang jelas tentang dirinya, memahami perbedaan dan persamaannya

dengan orang lain, menyadari kekurangan dan kelebihan dirinya,

tanggap terhadap berbagai situasi, mampu mengambil keputusan yang

penting, mampu mengantisipasi tantangan masa depan serta mengenal

perannya dalam masyarakat (Erikson, 1989). Kegagalan dalam

mengatasi krisis identitas dan mencapai suatu identitas yang relative

stabil, akan sangat membahayakan masa depan remaja. Sebab, seluruh

masa depan remaja sangat ditentukan oleh penyelesaian krisis tersebut

(Desmita, 2015).

4. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul sekitar periode

tertentu dalam kehidupan individu. Pada remaja tugas perkembangan

menurut Havighurst adalah menerima kondisi fisik dan memanfaatkan

tubuhnya secara efektif, menerima hubungan yang lebih matang

dengan teman sebaya dari jenis kelamin manapun, menerima peran

jenis kelamin masing-masing (laki-laki atau perempuan), berusaha

melepaskan diridari ketergantungan emosi terhadap orang tua dan

orang dewasa lainnya , mempersiapkan karir ekonomi, mempersiapkan


16

perkawinan dan kehidupan berkeluarga, merencanakan tinngkah laku

sosial yang bertanggung jawab, serta mencapai sistem nilai etika

tertentu sebagai pedoman tingkah lakunya (Sarwono, 2011).

Adanya tugas-tugas perkembangan bagi remaja tersebut dapat

membuat remaja merasakan beban dalam kehidupannya. Sebagaimana

dinyatakan oleh Sofia (2009 dalam Safitri & Hidayati, 2013) bahwa

remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan peran barunya

tersebut dapat membuat dirinya labil dan emosional bahkan dapat

membuat frustasi dan depresi hingga berperilaku yang merugikan baik

bagi diri sendiri maupun orang lain.

B. DEPRESI

1. Pengertian Depresi

Depresi adalah gangguan alam perasaan yang disertai oleh

komponen psikologis dan komponen somatik yang terjadi akibat

kesedihan yang panjang (Prabowo ,2014). Menurut Beck

(Lumongga,2009) depresi merupakan suatu kondisi individu yang

merasa tertekan, hidup tidak berarti dan tidak mempunyai harapan

serta memiliki cara berpikir yang negatif terhadap dirinya.

Kecendrungan depresi merupakan gangguan perasaan yang mengarah

pada kondisi perasaan yang merasa begitu tertekan, hidup tak bearti

dan tidak mempunyai harapan.


17

Townsend (2013) menyebutkan bahwa depresi merupakan

perubahan mood yang diungkapkan dengan perasan sedih, putus asa,

pesimis, terdapat kehilangan ketertarikan pada pola aktivitas, gejala

somatik yang mungkin tampak jelas, perubahan pola makan yang

disertai dengan perubahan pola tidur.

Depresi merupakan gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai

dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan

sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidakmengalami gangguan

dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA, masih baik),

perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas –batas normal

(Hawari, 2013). Depresi juga dapat diartikan sebagai keadaan

emosional yang ditandai dengan kesedihan sangat, perasaan bersalah

dan tidak berharga,menarik diri dari orang lain, kehilangan minat

untuk tidur, seks serta hal-hal yang menyenangkan lainnya ( Muhith,

2015).

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

depresi merupakan suatu gangguan alam perasaan atau mood yang

dapat mempengaruhi seseorang ditandai dengan munculnya gejala

penurunan mood,perasaan bersedih dan tertekan, kehilangan minat

untuk melakukan aktivitas, terganggunya pola tidur, penurunan

konsentrasi dan terdapatnya penurunan nafsu makan.


18

2. Tingkatan Depresi

Adapun tingkatan depresi dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Depresi ringan (Mild depression/minor depression dan dysthymic

disorder).

Gejala pada tahap ini ditunjukkan dengan gejala seperti:

penolakan perasaan, kemarahan, kecemasan, rasa bersalah,

ketidakberdayaan, keputusasaan, kesedihan, regresi, gelisah,agitasi,

penarikan,menyalahkan diri sendiri ataupun orang lain, anoreksia,

insomnia, hypersomnia, sakit kepala, sakit punggung, nyeri dada

dan gejala lain yang terkait dengan kehilangan (Townsend, 2013).

Pada depresi ringan, mood yang rendah datang dan pergi sehingga

menyebabkan individu akan merasa cemas dan juga tidak

bersemangat (Lumongga, 2009).

b. Depresi sedang (Moderate Depression)

Pada depresi sedang menunjukkan gejala yang lebih kompleks.

Hal ini ditunjukkan dengan gangguan meliputi: perasaan bersedih,

ketidakberdayaan, keputusasaan, suram, pesimis,tingkat percaya

diri rendah, kesulitan dalam melakukan aktivitas, mengalami

keterlambatan gerakan fisik, postur yang menurun, merasa gagal

dalam hidup, terhambatnya dalam verbal, menurunnya dalam

merawat kebersihan diri, terhambatnya proses pikir, konsentrasi

menurun, mulai menunjukkan perilaku bunuh diri, anoreksia,

insomnia,hypersomnia, nyeri dada, nyeri punggung, penurunan


19

energy dalam beraktivitas (Townsend, 2013). Selain itu individu

juga dapat menunjukkan gejala menarik diri dan mulai

tersinggung (Prabowo, 2014).

c. Depresi berat (Severe depression/major depression).

Depresi berat dikarakteristikkan oleh gejala depresi sedang

yang berlangsung lebih intensif. Individu akan merasakan putus

asa total, merasa kekosongan, kesedihan, tampil tanpa ada nada

emosional, merasa tidak berharga, adanya retardasi psikomotor,

gangguan dalam berkomunikasi dan perawatan diri, hasrat untuk

bunuh diri lebih tinggi, mengalami konstipasi, gangguan dalam

tidur, anoreksia, penurunan libido, amenorea, disertai dengan

delusi atau halusinasi (Townsend, 2013). Depresi ini dapat muncul

sekali atau dua kali dan beberapa kali selama hidup. Major

depression ditandai dengan adanya lima atau lebih simtom yang

ditunjukan dalam major depressive episode dan berlangsung

selama 2 minggu berturut-turut(Lumongga, 2009).

3. Penyebab Depresi

Penyebab depresi masih belum dapat dipastikan dengan jelas.

Tidak ada teori tungggal yang dapat menjelaskan mengenai hal

tersebut. Beberapa penyebab , gabungan efek dari genetic,

biochemical, dan psikososial dapat mempengaruhi kerentanan

seseorang terhadap depresi (Stuart, 2013). Adapun teori- teori yang


20

mendukung mengenai faktor predisposisi depresi adalah sebagai

berikut:

a. Teori biologis

1) Genetik

Seseorang yang memiliki (kembar identik (monozigot)

dengan kelainan afektif memiliki risiko dua sampai empat kali

lebih besar untuk gangguan daripada kemar tidak identik

(dizigotik) atau tidak kembar (Stuart, 2013). Sebuah studi

menunjukkan bahwa kembar monozigot memiliki resiko

berkembangnya depresi mayor dengan rekuren hereditas

sebanyak 37% (Townsend, 2013).

2) Pengaruh biokimia

Teori ini menerangkan bahwa penyakit depresi terkait

dengan defisiensi neurotransmitter norepinefrin, serotonin,dan

dopaminn yang secara fungsional merupakan tempat resptor

yang penting di otak (Townsend, 2013). Sepanjang terjadinnya

depresi, maka sistem yang ada di tubuh seseorang akan ikut

serta mengalami keabnormalan (Stuart, 2013).

3) Gangguan pada neuroendokrin

Menurut teori ini,gangguan pada sistem neuroendoktrin

memiliki peran dalam pathogenesis penyakit depresi. Hal ini

terkait dengan adanya kegagalan pada sistem hormonal normal

dari hypothalamus-putuitari-tyroid (Townsend, 2013).


21

Beberapa gejala dari depresi dapat menunjukkan perubahan

yang diakibatkan oleh endoktrin seperti penurunan berat

badan, insomnia, berkurangnya hasrat sek, masalah dalam

pencernaan, dan berbagai gangguan mood lainnya (Stuart,

2013).

4) Pengaruh fisiologis

Gejala depresi dapat terjadi sebagai akibat dari adanya

penyakit medis lain, efek dari pengobatan tertentu yang

dilakukan, adanya gangguan pada neurologis atau hormonal

individu, adanya defisiensi nutrisi dan kondisi fisiologis

lainnya (Townsend, 2013).

b. Teori psikososial

1) Object lost theory

Teori ini menjelaskan bahwa penyakit depresi terjadi

karena adanya pengabaian atau terpisahnya ibu dan bayi pada 6

bulan awal kehidupan (Townsend,2013). Teori ini juga

memfokuskan perhatian dengan adanya pengaruh negatif

terhadap janin dan anak selama proses kehamilan (Stuart,

2013).

2) Teori pembelajaran

Townsend (2013) menyebutkan bahwa ketika individu

tidak mampu menghadapi situasi yang tidak dapat dikontrol,


22

menyakitkan serta tidak dapat dielakkan, mereka akan berpikir

hal yang sama untuk situasi yang mereka alami.

3) Teori kognitif

Menurut Beck ( 1979 dalam Stuart, 2013 ) menyebutkan

bahwa depresi merupakan efek dari berpikir negatif terhadap

diri sendiri, lingkungan dan masa depan. Terapi kognitif

berfokus pada membantu individu untuk mengubah suasana

hati dengan mengubah cara pikirnya.Individu diajarkan untuk

mengendalikan pemikiran negatif, distorsi yang menyebabkan

pesimisme, kelesuan, serta rendah diri (Townsend, 2013).

Beck (1967) mengidentifikasi tiga mekanisme yang

menurut bertanggung jawab atas depresi: tiga serangkai

kognitif (pemikiran otomatis negatif), skema diri yang negatif

dan kesalahan dalam logika (pemprosesan yang salah).

Beck menyebutkan bahwa seseorang yang depresi akan

mengembangkan skema negatif dalam dirinya. Mereka

memiliki seperangkat keyakinan dan harapan tentang diri

mereka yang pada dasarnya negatif dan pesimis yang diperoleh

dimasa kanak-kanak sebagai hasil peristiwa traumatis.

Pengalaman yang mungkin berkontribusi terhadap skema

negatif meliputi: kematian orang tua/saudara kandung,

penolakan orang tua, pengabaian, pelecehan dan bullying di

sekolah atau pengecualian dari kelompok sebaya.


23

4. Tanda Dan Gejala Depresi

Townsend (2013) menyebutkan tanda dan gejala umum depresi

pada remaja adalah tidak tepat dalam mengekspresikan kemarahan,

agresivitas, melarikan diri, kenakalan, penarikan sosial,tindakan

seksual, penyalahgunaan zat, kegelisahan, dan apatis, kehilangan harga

diri, tidur dan makan, gangguan dan keluhan psikosomatik yang

umum.

Perilaku yang berhubungan dengan depresi dapat ditunjukkan

dengan elemen yang bervariasi (Muhith (2015). Menurut Beck ,

gejala-gejala depresi dapat dibagi menjadi empat bagian utama yaitu:

1. Gambaran emosi (afektif)

a) Sedih : pada umumnya banyak menggunakan istilah sedih untuk

menunjukkan kesepian, kebosanan, atau kecewa.

b) Perasan negatif terhadap diri sendiri : sering mengekspresikan

perasaan-perasaan negatif melalui dengan menganggap dirinya

tidak bahagia dan menimbulkan perasaan tidak suka dengan

dirinya sendiri.

c) Kurang senang terhadap diri sendiri: hilangnya rasa senang

terhadap diri sendiri disertai dengan rendahnya aktivitas.

d) Hilangnya rasa bahagia dan kasih sayang: tidak adanya

keterlibatan dengan orang lain secara emotional atau secara

aktivitas sering menyertai hilangnya rasa bahagia.


24

e) Menangis: merupakan gejala yang lebih banyak ditunjukkan

oleh penderita depresi perempuan dibandingkan dengan laki-

laki.

2. Kognitif

a) Rendahnya penilaian terhadap diri sendiri: rendahnya harga diri

merupakan salah satu karakteristik utama dari depresi.

b) Tidak mempunyai harapan: harapan yang suram dan sikap yang

pesimis menimbulkan perasaan tidak adanya harapan.

c) Mencela dan menyalahkan diri sendiri. Seseorang yang depresi

cendrung mencela dan menyalahkan diri sendiri karena

kekurangannya.

d) Penyimpangan terhadap dirinya sendiri: penderita yang depresi

mempunyai gambaran yang salah mengenai fisiknya dan merasa

tidak berdaya (Muhith, 2015)

3. Motivasi

a) Malas untuk melakukan sesuatu: hilangnya motivasi positif

sering ditemukan pada penderita depresi.

b) Menghindar, melarikan diri dan menarik diri: mengharap lepas

dari pola-pola rutin kehidupan sehari-hari merupakan

manifestasi umum dari depresi.

c) Keinginan untuk bunuh diri: penderita dengan keinginan untuk

mengakhiri hiudpnya.

d) Ketergantungan
25

Digunakan untuk menunjukkan pada keinginan untuk

menerima pertolongan atau bimbingan yang lebih.

4. Fisik dan vegetative

a) Tidak ada nafsu makan. Sering kali ditandai tidak adanya nafsu

makan dianggap sebagai awalnya depresi dan kembalinya

nafsu makan dianggap sebagai tanda-tanda awalnya kehidupan.

b) Kesulitan untuk tidur. Kesulitan untuk tidur merupakan salah

satu dari sebagian besar gejala-gejala depresi.

c) Hilangnya nafsu seks. Hilangnya nafsu seks berkaitan dengan

nafsu di dalam diri maupun secara heteroseksual.hilangnya

nafsu makan dikorelasikan dengan hilangnya nafsu makan.

d) Kelelahan: banyak penderita mulai merasa gejala-gejala

kelelahan sebagai fenomena fisik: anggota tubuh dirasakan

berat atau kehilangan energi.

C. PERILAKU BULLYING

1. Pengertian Bullying

Bullying dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan

penyalahgunaan kekuasaan secara sistematis yang mengacu pada

tindakan agresi yang dilakukan secara berulang dan didasari dengan

ketidakseimbangan kekuatan (Wolke et all., 2013). Selain itu perilaku

bullying diartikan sebagai suatu perilaku berupa tindakan tidak

menyenangkan yang terjadi berulang – ulang dari pihak yang kuat


26

kepada pihak yang lemah yang bertujuan menyakiti seseorang dapat

ditunjukkan dalam bentuk fisik , verbal dan relasional ( Duffy, 2009).

Menurut Delprato et all., (2016) menyebutkan bahwa perilaku

bullying merupakan tindakan negatif yang disengaja dapat berupa

kekerasan dalam bentuk fisik, verbal atau dalam bentuk

penyalahgunaan atau yang dapat menimbulkan bahaya psikologis

berupa penghinaan. George (2013) mendefinisikan bullying sebagai

sebuah keinginan untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan dalam

sebuah tindakan untuk membuat seseorang menderita dan dilakukan

oleh perorangan maupun kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung

jawab , berulang kali, dan disertai dengan perasaan senang. Sedangkan

menurut Crick et all (dalam Puspitasari 2015 ) menyebutkan bahwa

perilaku bullying tidak mewakili suatu tindak kriminal, bullying adalah

salah satu bentuk perilaku agresif yang akan menimbulkan efek negatif

kepada korbannya.

Dari beberapa defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa

suatu perilaku bullying merupakan tindakan yang dilakukan secara

sengaja dan sadar , berulang kali, adanya ketidakseimbangan kekuatan,

dan bertujuan untuk menyakiti orang lain baik dilakukan dalam

beberapa bentuk yaitu fisik, verbal maupun relasional.


27

2. Tanda-tanda Bullying

Menurut Chakrawati (2015), tanda-tanda perilaku bullying adalah

sebagai berikut :

a. Terdapat ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban

Perilaku bullying merupakan salah satu bagian perilaku agresif

yang didalamnya terdapat kekerasan baik secara fisik, sosial dan

psikologis yang terjadi sebagai akibat dari adanya

ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban (Delprato et

all., 2016). Menurut Santrock (2012), remaja laki-laki lebih

cenderung untuk melakukan perilaku agresif dan kenakalan

dibandingkan remaja perempuan. Olweus (2003 dikutip dari

Annisa 2012) menyebutkan adanya ketidakseimbangan kekuatan

menyebabkan korban tidak memiliki kemampuan untuk

melindungi dirinya.

b. Cenderung berulang dan mengandung unsur ancaman/teror.

Srabstein & Merrick (2013 dalam Murshid 2016)

menyebutkan bahwa bullying merupakan perilaku yang dilakukan

secara berulang dan berbahaya yang ditandai dengan adanya

ketidakseimbangan kekuasaan. Perilaku bullying ini dilakukan

secara berulang oleh siswa yang kuat yang diarahkan kepada siswa

yang kurang beruntung atau kurang kuat dalam berinteraksi

(Jungert et all., 2016).


28

c. Terdapat keinginan untuk melukai/ menyakiti.

Sullivan (2000 dalam Annisa 2012) menjelaskan bahwa

bullying termasuk kedalam perilaku agresif yang dilakukan secara

sadar dan sengaja oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap

seseorang atau sekelompok orang yang lain dengan tujuan

menyakiti.

3. Bentuk- Bentuk Bullying

Bullying dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu bullying secara

verbal, fisik, dan relasional (Duffy,2009) :

a. Verbal

Bentuk bullying ini berhubungan dengan verbal atau kata-kata

tindakan termasuk di dalamnya adalah memaki, menghina,

mengejek, menfitnah, memberi julukan yang tidak menyenangkan,

mempermalukan di depan umum, menuduh, menyoraki, menyebar

gosip yang negatif dan membentak.

b. Fisik

Bentuk bullying ini paling terlihat karena bersifat langsung dan

terdapat kontak fisik antara korban dan pelaku.Contoh perilakunya

seperti memukul, meludahi, menampar, mendorong, menjambak,

menjewer, menimpuk, menendang dan berbagai kontak fisik

lainnya.
29

c. Relasional

Bentuk bullying ini berhubungan dengan semua perilaku yang

bersifat merusak hubungan dengan orang lain. Tindakan yang

termasuk dengan sengaja mendiamkan seseorang, mengucilkan

seseorang, mengintimidasi, penolakan kelompok, pemberian

gesture yang tidak menyenangkan seperti memandang sinis,

merendahkan, menekan dan penuh ancaman dan mendiskriminasi.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Bullying

Perilaku bullying dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, namun

secara umum ada dua faktor berinteraksi yaitu : faktor personal dan

faktor situasional. Faktor personal meliputi pola asuh orang tua dan

harga diri (self-esteem). Sedangkan faktor situasional meliputi norma

kelompok dan sekolah (Anderson & Cannagey, 2004 dalam Annisa

2012).

a. Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh dari orang tua sangat mempengaruhi kepribadian dan

perilaku seorang anak. Orang tua yang menjadikan bullying sebagai

cara untuk proses belajar akan membuat anak beranggapan bahwa

bullying adalah perilaku yang wajar dan bisa diterima dalam

berinteraksi dengan orang lain dan dalam mendapatkan apa yang

mereka inginkan.
30

Beberapa penelitian mengindikasikan adanya hubungan antara

pola asuh dan bullying. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed dan

Braithwaite (2004) menyatakan bahwa keluarga merupakan faktor

yang paling berpengaruh dalam menentukan keterlibatan seseorang

pada perilaku bullying. Selain itu, penelitian Olweus (2003)

menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orang tua

dengan perilaku agresif pada remaja.

b. Harga Diri

Harga diri dikatakan dapat mempengaruhi perilaku bullying.

Seorang anak yang memilki harga diri negatif atau harga diri rendah,

anak tersebut akan memandang dirinya sebagai orang yang tidak

berharga. Rasa tidak berharga tersebut dapat tercermin pada rasa

tidak berguna dan memiliki kemampuan baik dari segi akademik,

interaksi sosial, keluarga dan fisiknya. Harga diri rendah dapat

membuat seorang anak tidak mampu menjalin hubungan dengan

temannya sehingga dirinya mmenjadi mudah tersinggung dan marah.

Akibatnya anak akan melakukan perbuatan yang menyakiti

temannya.

c. Norma Kelompok

Norma kelompok dapat membuat perilaku bullying sebagai

perilaku yang wajar dan dapat diterima.Biasanya anak yang terlibat

dalam perilaku bullying agar dapat diterima dalam kelompok.


31

d. Sekolah

Budaya sekolah juga dapat mempengaruhi perilaku bullying.

Menurut O’connell (2003), guru dan pihak sekolah yang bersikap

tidak peduli terhadap kekerasan yang dilakukan oleh para siswa

dapat meningkatkan perilaku bullying di sekolah. Karena pihak

sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak

sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap

perilaku mereka untuk melakukan intimidasi anak-anak yang

lainnya. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan

sekolah yang sering memberikan masukan yang negatif pada

siswanya misalnya berupa hukuman yang tidak membangun

sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati

antara sesama anggota sekolah.Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Djuwita (2009) menunjukkan bahwa faktor situasional yang berperan

secara signifikan adalah bullying yang dilakukan guru sekolah.

Sedangkan menurut Gentile & Bushman (2012) menjelaskan

enam faktor resiko yang menyebabkan seseorang menjadi pelaku

bullying yaitu :

1) Kecenderungan dalam permusuhan

2) Kurangnya perhatian

3) Gender sebagai laki-laki

4) Riwayat sebagai korban kekerasan

5) Riwayat berkelahi (tawuran)


32

6) Terpapar kekerasan dari media

5. Karakteristik Pelaku Dan Korban Bullying

Ciri pelaku bullying menurut Astuti (2008), antara lain :

a. Hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial di

sekolah.

b. Menempatkan diri di tempat tertentu di sekolah/sekitarnya.

c. Merupakan tokoh populer di sekolah.

d. Gerak-geriknya seringkali dapat ditandai : sering berjalan di

depan, berkata kasar, sengaja menabrak, menyepelekan dan

melecehkan.

Ciri korban bullying menurut Susanto (2010), antara lain :

a. Secara akademis, korban terlihat lebih tidak cerdas dari orang

yang tidak menjadi korban atau sebaliknya.

b. Secara sosial, korban terlihat lebih memiliki hubungan erat

dengan orang tua mereka atau sebaliknya.

c. Secara mental atau perasaan korban melihat dirinya sebagai

orang bodoh dan tidak berharga sehingga korban sering murung

di kelas dan menyendiri.

d. Secara fisik, anak memiliki bentuk tubuh yang lebih besar dari

yang lain atau sebaliknya. Misalnya anak gendut lebih rentan

menjadi korban bullying.


33

6. Dampak Bullying

Bullying dapat menyebabkan berbagai dampak negatif pada

kehidupan seseorang hingga beranjak dewasa nantinya. Korban

maupun pelaku akan sama-sama mendapakan efek dari perilaku

bullying. Adapun bagi korban akan mengalami gangguan

keperibadian, gangguan emosional seperti stress, depresi dan akan

berujung dengan peningkatan ide bunuh diri. Pelaku bullying akan

beresiko meningkatkan kepribadian antisocial dan kekerasan lainnya

(Albuhairan et all., 2016).

Teori konseptual membahas mengenai hubungan positif antara

bullying dengan masalah kesehatan mental. Remaja yang mengalami

intimidasi akan cendrung menunjukkan masalah negatif pada

kesehatan mentalnya seperti depresi. Remaja perempuan lebih beresiko

untuk mengalami depresi daripada remaja laki-laki yang diakibatkan

oleh adanya bullying (Kaltiala&Heino,2011).Selain itu perilaku

bullying pada akan cendrung beresiko mengarah kepada yang lebih

negatif yaitu penyalahgunaan atau pemakaian obat selain dari

keterlibatan dalam hal kekerasan dan ketidakhadiran di sekolah

(Murshid, 2016).

Astuti (2008) juga menyebutkan bahwa dampak dari perilaku

bullying dapat ditemukan seperti gangguan psikologis, perubahan

konsep diri baik pada korban maupun pelaku,korban akan merasa

stress berlebihan, merasa tidak berharga, cemas dan depresi,tidak


34

berdaptasi dengan lingkungan sekitar, kesulitan dalam berkonsentrasi,

cendrung kurang empatik dan menagrah kepada psikotis, dan

berkeinginan untuk bunuh diri.

Anda mungkin juga menyukai