Anda di halaman 1dari 107

KORELASI ANTARA INTENSITAS MENGIKUTI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA


DI RACANA STAIN SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

SLAMET NURHADI
12106018

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2011

i
ii
KORELASI ANTARA INTENSITAS MENGIKUTI KEGIATAN
KEPRAMUKAAN DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA
DI RACANA STAIN SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

SLAMET NURHADI
12106018

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2011

iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudari:

Nama : Slamet Nurhadi

NIM : 12106018

Jurusan : Tarbiyah

Program studi : Pendidikan Agama Islam

Judul : PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI

KEGIATAN KEPRAMUKAAN TERHADAP

PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL

MAHASISWA DI RACANA STAIN SALATIGA

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 22 Agustus 2011

Pembimbing,

Drs. Bahroni, M.Pd

NIP.19640818 199403 1 004

iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tanda tangan dibawah ini:


Nama : Slamet Nurhadi
Nim : 12106018
Jurusan : Tarbiyyah
Program studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan


hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga,03 Agustus 2011


Yang menyatakan,

Slamet Nurhadi
12106018

vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Hidup adalah awal

dari sebuah proses perjuangan

Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Kedua orang tuaku yang sangat aku cintai dank u ta’dhimi (bapak T.Abdul azis dan ibu Marpuatun)

karena dengan bimbingan,arahan, dan do’a-do’a beliaulah aku bisa menjadi yang terbaik.

Istri,anak,kakak dan adekku, serta iien juga saudara-saudaraku

Yang telah memberikan do’a dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

Bapak Drs.bahroni, M.Pd. yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk

membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan-masukan kepada penyusun dalam rangka

penyelesaian skripsi ini.

Seluruh dosen dan karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya kepadaku,

memfasilitasiku, dan telah memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya sehingga menjadikanku

seperti sekarang ini. Aku hanya bisa berucap jazakumullahu khoiral jaza’jaza’an katsiron . Tak lupa

kepada seluruh teman-teman dan para aktifis KAMPUS STAIN Salatiga terimakasih atas

semuanya dari awal sampai akhir.

Juga aku persembahkan kepada pembaca yang budiman.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, yang telah memberikan

hidayah dan kekuatan-Nya. Sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Sholawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah SAW.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat

guna memperoleh gelar sarjana pendidikan islam. Adapun judul skripsi ini adalah:

“KORELASI ANTARA INTENSITAS MENGIKUTI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA DI

RACANA STAIN SALATIGA”.

Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah

memberikan dorongan serta dukungan moral dan materi. Dengan segala kerendahan

hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga

2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Kaprodi Pendidikan Agama Islam STAIN

Salatiga

3. Drs. Bahroni, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan

waktu memberikan bimbingan, serta saran sampai terwujudnya skripsi ini .

4. Segenap Bapak/ Ibu dosen serta karyawan STAIN Salatiga.

5. Kedua orang tua saya T. Abdul Azis dan Ibu Marpuatun yang selalu memberikan

restu.

6. Segenap keluarga besar KOPMA “FATAWA”

7. Segenap keluarga besar RACANA

viii
8. Kakak dan adikku yang telah memberi dorongan sepenuhnya kepada penulis,

selama menuntut ilmu di STAIN Salatiga.

9. Semua pihak yang telah membantu dan belum dapat penulis sebutkan satu per

satu

Penulis tidak dapat memberikan balasan yang sesuai, penulis hanya dapat

memohon kepada Allah semoga senantiasa diberi pahala yang berlimpah dan mudah-

mudahan Allah selalu menambah rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dan

mereka semua. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca pada umumnya

dan khususnya bagi penulis sendiri.

Salatiga, 03 Agustus 2011

Penulis

ix
SKRIPSI

KORELASI ANTARA INTENSITAS MENGIKUTI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA

DI RACANA STAIN SALATIGA

DISUSUN OLEH

SLAMET NURHADI

NIM: 12106018

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah,


Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 9 September
2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1
Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Suwardi, M.Pd

Sekretaris Penguji : Drs. DJoko Sutopo, M.Pd

Penguji I : Dra.Hj Lilik Sriyanti, M.Si


Penguji II : Dra. Nur Hasanah, M.Pd

Penguji III : Drs. Bahroni, M.Pd


Salatiga, 9 September 2011
Ketua STAIN Salatiga

x
ABSTRAK

Nurhadi, Slamet. 2011. Korelasi antara Intensitas Mengikuti Kegiatan


Kepramukaan dengan Kecerdasan Emosional Mahasiswa di Racana
STAIN Salatiga. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan
Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Drs. Bahroni, M.Pd.
Kata kunci: intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan, kecerdasan emosional
mahasiswa
Penelitian ini merupakan pembuktian bahwa intensitas mengikuti kegiatan
kepramukaan merupakan hal yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap
kecerdasan emosional mahasiswa, karena Pramuka merupakan kegiatan yang
sangat penting dan dominan dalam pendidikan formal pada umumnya. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara intensitas mengikuti
kegiatan kepramukaan dengan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana
STAIN Salatiga.
Berangkat dari hal tersebut, maka pertanyaan utama yang ingin dijawab
melalui penelitian ini adalah (1) bagaimanakah intensitas mengikuti kegiatan
kepramukaan mahasiswa di Racana STAIN Salatiga?, (2) bagaimana kecerdasan
emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga?, (3) adakah korelasi antara
intensitas dengan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga?.
untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan rancangan studi korelasional. Adapun subjek
penelitian sebanyak 105 responden. Pengambilan sampel dengan metode
proporsional random sampling. Adapun penelitiannya dilakukan pada tanggal 3-9
Desember 2010.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan didapat beberapa temuan
yaitu: ada korelasi yang signifikan antara intensitas mengikuti kegiatan
kepramuaan dengan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga
dibuktikan dengan hasil korelasi product moment yaitu rhitung sebesar 0,749 berada
di atas koefisien korelasi (rtabel), baik taraf 5% yaitu 0,195. Dari penelitian ini
terbukti signifikan korelasi antara intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan
dengan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga.

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini masyarakat tengah mengalami suatu proses yang tidak

dapat dielakkan dalam usaha menuju cita-cita suatu masyarakat yang adil

makmur, yaitu proses modernisasi dan industrialisasi. Sebagai konsekuensinya

terjadi korelasi sosial dengan serba cepat dan membentuk nilai kehidupan

yang memasyarakat. Proses pengembangan sosialisasi masyarakat pun

mengalami pergeseran dari masyarakat kolektif tradisional agraris menuju

pada masyarakat modern industrialis yang menghasilkan imbas yang cukup

mendalam pada sistem sosialisasi masyarakat.

Seperti yang dikemukakan Kartini, bahwa masyarakat modern yang

serba kompleks sebagai produk dari kemajuan teknologi, mekanisasi,

industrialisasi, dan urbanisasi memunculkan banyak permasalahan sosial

(Kartini, 1992: 5). Masalah utama yang muncul dalam masyarakat adalah

timbulnya desintegrasi dari masyarakat tradisional karena unsur-unsur di

dalam masyarakat tersebut mengalami perubahan dengan kecepatan yang

berbeda. Kebenaran-kebenaran abadi sebagaimana yang terkandung dalam

ajaran-ajaran agama disisihkan karena dianggap kuno, sehingga orang hanya

berpegang pada kebutuhan materi belaka. Seringkali orang hanya memikirkan

tujuan yang ingin dicapainya tanpa menghiraukan permasalahan lain yang

terjadi disekitarnya, sehingga perhatian pada lingkungan menjadi berkurang,

dan tentu saja sangat berlawanan dengan hakikat manusia yang diciptakan

1
Tuhan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan

dari lingkungan sosialnya.

Kecenderungan inilah yang sekarang sedang terjadi di dalam

masyarakat modern. Masyarakat modern sangat berpola dengan sistem

insteraksi sosial yang hanya mementingkan keuntungan semata demi

kepentingan dirinya sendiri. Keadaan ini akan menyebabkan individu akan

menjadi musuh bagi orang lain sehingga yang terlihat hanyalah adanya gejala

pemanfaatan manusia atas manusia lain, yang hanya mementingkan

keuntungan bagi diri sendiri. Saraswati menyatakan bahwa banyak kasus yang

memperlihatkan seseorang semakin cuek, acuh tak acuh, dan egois ketika

melihat orang lain mengalami malapetaka (Saraswati,

www.Kompas.com/Altruisme, di unduh 1 November 2010). Jika ada

kecelakaan, bukan pertolongan yang segera diberikan melainkan melambatkan

kendaraan untuk menonton.

Menurut Kartini, kondisi diatas lebih banyak terjadi di daerah

perkotaan dan daerah perindustrian. Khususnya berpengaruh pada

demoralisasi anak-anak remaja. Banyak anak muda yang menderita konflik

batin disebabkan benturan nilai-nilai batin sendiri dengan tekanan eksternal,

sehingga mereka terdorong pada pengembangan kebiasaan yang kriminal dan

berkembang menjadi tingkah laku yang mengganggu dan menteror lingkungan

(Kartini,1999: 160- 161).

2
Agar tercapai perubahan perilaku yang diharapkan, gerakan Pramuka

mempunyai nilai-nilai yang harus dikembangkan oleh setiap pramuka, dimana

nilai-nilai tersebut dilaksanakan dan menegakkan norma yang berlaku.

Napitupulu (1999: 6), menjelaskan bahwa nilai-nilai tersebut adalah

kode kehormatan yang disesuaikan dengan usia Pramuka (peserta didik) kode

kehormatan tersebut dalam bentuk janji (Trisatya) dan dalam bentuk ketentuan

moral (Dasadarma Pramuka).

Kepramukaan sebagai sistem pembinaan dan pengembangan

sumberdaya atau potensi kaum muda, telah mengalami perkembangan dan

pembaharuan, selaras dengan tantangan zaman. Kepramukaan diterapkan

dalam bentuk kegiatan yang mengarah pada pembentukan watak plus skill/

kecakapan, ketrampilan berkembang dengan IPTEK (kemampuan dalam ilmu

pengetahuan dan teknologi)

Keberadaan gerakan Pramuka di perguruan tinggi (PT) itu unik.

Keunikannya paling tidak dapat dilihat dari beberapa segi, pertama, Pramuka

adalah mahasiswa yang secara fisik, psikis dan intelektual sudah cukup

matang. Dari segi usia pada umumnya Pramuka di perguruan tinggi (PT)

berkisar antara umur 18-25 tahun. Jadi mereka sudah berada pada golongan

penegak dan Pandega (Ruswan, 1998: 1).

Kedua, Pramuka di perguruan tinggi adalah mahasiswa yang

merupakan salah satu komponen bangsa. Ini artinya bahwa apa yang dialami

atau menimpa bangsa ini juga dialami oleh Pramuka. Jadi Pramuka bukanlah

3
manusia- manusia steril dari perkembangan yang ada di masyarakat, karena

mereka juga bagian tak terpisahkan dari masyarakat bangsa secara luas.

Ketiga, kegiatan kepramukaan di perguruan tinggi itu salah satu dari

sekian banyak jenis kegiatan kemahasiswaan yang ada di perguruan tinggi,

sebagai contoh di STAIN unit kegiatan di tingkat Institut seperti: Pramuka,

Koperasi Mahasiswa (Kopma), Stain Musik Club (SMC), Teater Getar,

Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala), Stain Sport Club (SSC), dan masih

banyak lagi. Wadah kegiatan mahasiswa yang beraneka ragam ini sangat baik

karena memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan

dirinya sesuai dengan bakat dan minat masing- masing. Disamping itu,

banyaknya wadah kegiatan itu memacu kompetisi, sehingga semua unit

kegiatan ini berkembang.

Kematangan psikhis dan ditunjang oleh kematangan intelektual

Pramuka Pandega. Diarahkan sebagai wahana persemaian pembina yang

cakap dan handal guna mengembangkan gerakan Pramuka dan membangun

masyarakat, bangsa dan negara di masa yang akan datang.

Di samping itu sebagai bagian dari civitas akademika atau masyarakat

kampus akademis, Pramuka Pandega berkewajiban turut serta menyukseskan

Tri Darma perguruan tinggi yaitu, Pendidikan dan Pengajaran, penelitian dan

pengabdian pada masyarakat. Jika dikombinasikan dengan pendidikan

pembinaan bagi Pramuka Pandega, nilai pengabdian pada masyarakat (bakti)

bagi Pramuka pasti merupakan kegiatan utama dan ideal.

4
Hidup di era sekarang hanya berbekal pada kemampuan Intellektual

Quetion (IQ) saja tidak cukup, sebab kecerdasan Intellektual Quetion (IQ)

hanyalah salah satu dimensi dari potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia

agar dapat bersaing dalam kehidupannya yakni kecerdasan emotional Quetion

(EQ) dan kecerdasan Spiritual Question (SQ).

Kegiatan kepramukaan sesungguhnya melatih dan meningkatkan EQ

(Emotional Quotient) sebuah paradigma pengukuran baru yang lain tidak

mengacu lagi kepada IQ (Intellektual Quotient). Sebuah penelitian

menunjukkan bahwa peran EQ (Emosional Quetion) dalam menunjang

keberhasilan adalah sebesar 27 - 45 % (Steven, 2003: 34).

Sedangkan Mustaqim (2001: 152), menyatakan para ahli psikologi

menyebutkan bahwa Intellektual quotient IQ hanya mempunyai peran sekitar

20% dan menentukan keberhasilan hidup. Sedangkan 80 % sisanya ditentukan

oleh faktor- faktor lain. Diantara yang terpenting adalah kecerdasan emosi

(emotional quotient).

Golmen mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan

mengenali perasaan diri sendiri dari dan perasaan orang lain. Kemampuan

mengenali perasaan diri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada

diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain (Golmen, 2000: 512).

Sementara Cooper dan Sawaf (1998), menyatakan bahwa kecerdasan

emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara selektif

menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan korelasi

yang manusiawi (http=//www.w-psikologi.com/remaja/. Di unduh pada 13

5
November, 2010 pukul 19.00 WIB). Kecerdasan emosi menuntut pemilikan

perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang

lain serta menanggapinya dengan tepat, menerangkan secara efektif energi

emosi dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam gerakan Pramuka kegiatan yang bersifat petualangan, seperti

berkemah, mengembara, latihan turun tebing (repelling) dan yang lainnya

diharapkan untuk memperoleh suatu pengalaman yang mengarah pada

pengembangan kepribadian, dan pengembangan kepemimpinan, mereka akan

belajar memimpin teman- temannya, bertoleransi manakala saat berdiskusi

atau saat mengambil keputusan, dan yang paling penting dalam kepramukaan

adalah penanaman nilai dan pembentukan watak.

Oleh karena, itu penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut

khususnya studi korelasi antara intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan

dengan pembentukan kecerdasan emosional mahasiswa. Penulis memilih

objek penelitian para mahasiswa STAIN Salatiga yang menjadi anggota

Racana, karena memandang Racana adalah wadah gerakan Pramuka yang ada

di perguruan tinggi sehingga penulis akan mencoba membahas permasalahan

tersebut.

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, ada beberapa permasalahan yang

hendak dijawab melalui penelitian ini. Adapun masalah tersebut adalah :

1. Bagaimana intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan mahasiswa di

Racana STAIN Salatiga?

2. Bagaimana kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga?

3. Adakah korelasi antara intensitas kepramukaan dengan kecerdasan

emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan tersebut di atas, maka yang menjadi

tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan mahasiswa

di Racana STAIN Salatiga.

2. Untuk mengetahui kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN

Salatiga.

3. Untuk mengetahui apakah ada korelasi antara intensitas kepramukaan

dengan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga.

7
D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin

salah. Dengan kata lain, “hipotesis merupakan prediksi terhadap hasil

penelitian yang diusulkan (Hadjar, 1996: 61)”.

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban sementara

terhadap masalah yang diteliti yang dirumuskan atas dasar terkaan atau

conjekture penelitian (Ali, 1993: 31).

Sebagai dugaan awal berdasarkan teori yang ada, penulis mengajukan

hipotesis “ada korelasi positif antara intensitas mengikuti kegiatan

kepramukaan dengan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN

Salatiga”.

E. Kegunaan Penelitian

a. Manfaat teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah

informasi dalam ilmu Tarbiyah khususnya bidang Pendidikan Agama

Islam, dan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan sumber

informasi bagi peneliti lain yang akan meneliti dan atau mengembangkan

permasalahan kegiatan di gerakan Pramuka dan kecerdasan emosional

pada mahasiswa.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

berguna bagi STAIN Salatiga, serta unsur-unsur didalamnya antara lain,

Ketua, Pembantu Ketua I, Pembantu Ketua II, Pembantu Ketua III, Ketua

8
Jurusan, Ketua Progdi, Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan,

khususnya pembina Racana STAIN Salatiga.

Penelitian ini dapat juga memberikan sumbangan pemikiran pada

gerakan Pramuka, khususnya gerakan Pramuka gugus depan/ pangkalan

STAIN Salatiga, khususnya pembina Pramuka supaya semakin

memahami, memperhatikan dan meningkatkan pembinaan kepada peserta

didik. Gerakan Pramuka sebagai generasi muda dalam mengamalkan

komponen- komponen kecerdasan emosional terhadap orang lain.

Penelitian ini juga diharapkan dijadikan bahan introspeksi bagi

para mahasiswa STAIN Salatiga, khususnya anggota Racana, supaya

meningkatkan perilaku antara lain: menolong, empati dan lain sebagainya

pada orang lain dalam kehidupan sehari- hari.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dan untuk memudahkan

pengertian judul di atas, maka penulis memberikan penjelasan sebagai

berikut:

1. Intensitas

Intensitas yaitu berasal dari bahasa Inggris “intensity” yang artinya

adalah “kehebatan” intensitas juga berarti keadaan (tingkat, ukuran,

hebatnya, kuatnya, bergeloranya dan sebagainya).

Jadi intensitas adalah kehebatan, kesungguhan atau kebulatan tekad

dan tenaga yang dikerahkan untuk melakukan suatu usaha. Dalam hal ini

yaitu mengikuti kegiatan atau aktivitas kepramukaan.

9
2. Kepramukaan

Kepramukaan ialah proses intensitas di luar lingkungan sekolah

dan di luar keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan,

sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan

prinsip dasar dan metode kepramukaan yang sasaran akhirnya

pembentukan watak.

3. Emosional

Kondisi perasaan yang berubah disertai perubahan-perubahan

motor dan kelenjar karena rangsangan yang disebabkan emosi terutama

perubahan yang menimbulkan suatu gambaran yang bersifat khusus dan

dapat disaksikan dari luar. Emosi merujuk pada psikologis dan

serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi dapat dikelompokkan

sebagai suatu rasa amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta,

terkejut, jengkel dan malu (Golmen, 1999: 412).

Berdasarkan pembatasan dan penegasan istilah tersebut diatas,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan studi

korelasi antara intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dengan

pembentukan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana adalah daya

yang timbul dari kesungguhan atau kebulatan tenaga yang dihimpun untuk

mengikuti kegiatan kepramukaan dengan pembentukan kecerdasan

emosional mahasiswa yang ada di Racana STAIN Salatiga.

10
G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif

dan menggunakan rancangan penelitian studi korelasional. Hal ini

disebabkan karena penelitian ini meneliti tentang korelasi atau

hubungan antara variable yang satu dengan variable yang lain.

Penelitian ini mempunyai dua variabel, korelasi kepramukaan

sebagai variabel yang pertama dan pembentukan kecerdasan emosional

mahasiswa sebagai variabel yang kedua.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Racana STAIN Salatiga dari

tanggal 3- 9 Desember 2010.

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh penduduk (objek) yang dimaksudkan

untuk diselidiki. Populasi merupakan batas sejumlah objek atau

individu yang paling sedikit mempunyai sifat sama. Sedangkan sampel

adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsini, 1993: 117),

populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh anggota

Racana STAIN Salatiga dengan jumlah keseluruhan 341 anggota putra

dan putri.

11
Menurut Suharsimi Arikunto (1993: 120), jika populasi lebih

dari 100 orang, maka sampel yang diambil adalah 10 % sampai 15 %

atau 20 % sampai 25 % Jadi responden yang dijadikan sampel dalam

penelitian ini sebanyak 15 % dari 341 anggota putra dan putri, yaitu 34

anggota putra putri Racana STAIN Salatiga.

Agar representatif dalam pengambilan sampel, digunakan

teknik random sampling yaitu “pengambilan sampel secara random

atau tanpa pandang bulu (Sutrisno,1980: 15)”.

4. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi

“Adalah suatu bentuk penelitian yang dilakukan dengan cara

pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena

yang diselidiki (Sutrisno, 1989: 136).” Metode ini digunakan

untuk memperoleh data tentang letak geografis gudep (Sanggar

Racana). Keadaan pembina, dewan pengurus, anggota dan

kegiatan-kegiatan lain yang ada relevansinya dengan penelitian.

b. Interview

Yaitu alat pengumpulan data berupa tanya jawab antara pihak

pencari informasi dengan sumber informasi yang berlangsung

secara lisan (Hadari, 1995: 45). Metode ini digunakan untuk

memperoleh data mengenai sejarah berdiri dan perkembangan

Gudep Racana. Keadaan umum Gudep Racana yang dapat

diperoleh dari hasil wawancara dengan pembinaan ketua Racana.

12
c. Angket

Yaitu metode yang digunakan dengan cara mengajukan daftar

secara langsung kepada orang yang ingin diminta pendapatnya

(Sutrisno, 1989: 139). Dalam hal ini penulis mengedarkan

pernyataan kepada anggota Racana yang dijadikan responden, oleh

penulis ini dilakukan penulis untuk memperoleh data tentang

intensitas kepramukaan dan pembentukan kecerdasan emosional

mahasiswa.

d. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang intensitas

mengikuti kegiatan kepramukaan dengan kecerdasn emosional

mahasiswa (Koentjaraningrat, 1991: 46).

5. Instrumen Penelitian

Yang menjadi komponen-komponen dasar penelitian ini

meliputi dua variabel yaitu: intensitas mengikuti kegiatan

kepramukaan dengan kecerdasan emosional sehingga dengan itu

variabel dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi

objek pengamatan penelitian (Suryabrata, 1991: 79).

13
Untuk lebih jelasnya variabel yang akan menjadi acuan

penelitian ini dirinci antara lain:

1. Variabel intensitas kepramukaan dengan indikator :

a) Keaktifan mengikuti PBB

b) Keaktifan menjadi panitia kegiatan kepramukaan

c) Keaktifan dalam mengikuti diskusi tentang kemasyarakatan

2. Variabel kecerdasan emosional, indikatornya meliputi :

a) Kesadaran diri

b) Pengaturan diri

c) Motivasi

d) Empati

e) Ketrampilan sosial

6. Analisis Data

Dalam menganalisis data ini, penulis menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut

a. Analisis Pendahuluan

Analisis ini diawali dengan memberi skor pada jawaban subjek

kemudian data yang terkumpul dimasukkan ke dalam tabel produk

moment. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah perhitungan

dan keterbacaan data yang ada dalam rangka pengolahan

selanjutnya.

14
b. Analisis Uji Hipotesis

Dalam analisis ini akan diperoleh data yang bersifat kuantitatif

dengan menggunakan rumus statistik korelasi produk moment

(Sutrisno, 1989; 294), yaitu :

 x  y
 xy 
r xy  N
 2  x 2  2  y 2 
 x   y  
 N  N 

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara x dan y

x : variabel bebas (pendidikan kepramukaan)

y : variabel terikat (kecerdasan emosional)

N : jumlah sampel

 : sigma (jumlah)

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk dapat mempermudah dalam memahami skripsi ini dan

mendapatkan gambaran secara umum, maka dikemukakan sistematika

pembahasan yang berisikan tentang ikhtisar dari bab perbab secara

keseluruhan.

Bagian pertama terdapat halaman judul, halaman nota pembimbing,

halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata

pengantar, halaman daftar isi dan daftar tabel.

15
Selanjutnya bab demi bab secara garis besar sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi

masalah, penjelasan judul dan pembatasan masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, hipotesis, metode penulisan skripsi,

sistematika penulisan skripsi.

BAB II Intensitas Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dengan Kecerdasan

Emosional.

Mengawali pembahasan skripsi ini akan penulis kemukakan

tentang :

A. Intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan yang meliputi

tentang ; pengertian dan sejarah kepramukaan, sifat, fungsi,

tujuan dan isi/ materi intensitas kepramukaan, bentuk-bentuk

kegiatan Pramuka.

B. Kecerdasan Emosional; yang terdiri dari pengertian

kecerdasan emosional, faktor-faktor yang mengkorelasikan

kecerdasan emosional, ciri-ciri kecerdasan emosional.

BAB III Intensitas Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dengan Kecerdasan

Emosional di Racana STAIN Salatiga sebagai laporan hasil

penelitian.

A. Situasi umum di Racana STAIN Salatiga dari segi tujuan

historis, keadaan geografis, dasar dan tujuan, struktur

organisasi, pelaksanaan kegiatan kepramukaan, sarana dan

prasarana.

16
B. Keadaan khusus atau data tentang intensitas kepramukaan dan

kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga.

BAB IV Analisis intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dengan

kecerdasan emosional Mahasiswa di Racana STAIN Salatiga. Bab

ini meliputi prosedur pengolahan data dan pembahasannya.

BAB V Kesimpulan, Saran dan Penutup

Bab kelima ini merupakan bagian akhir pembahasan skripsi ini.

17
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Intensitas Mengikuti Kegiatan Kepramukaan

1. Pengertian Intensitas Mengikuti Kegiatan Kepramukaan

Sebelum menjelaskan tentang kepramukaan, terlebih dahulu

dijelaskan tentang gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka yaitu gerakan

kepanduan Praja Muda Karana (Rivai, 1999: 5). Gerakan pendidikan

kaum muda yang didukung oleh orang dewasa. Gerakan Pramuka

menyelenggarakan kepramukaan sebagai cara mendidik kaum muda oleh

dan untuk kaum muda atas dukungan dan bimbingan orang dewasa (Rivai,

1999: 23).

Salah satu wadah bagi mahasiswa untuk melibatkan diri dalam

berbagai kegiatan sosial antara lain mengikuti gerakan Pramuka, dimana

hampir setiap perguruan tinggi menyelenggarakan sebagai kegiatan ekstra

kurikuler. Gerakan Pramuka menerapkan sistem berkelompok dan sistem

among, maksudnya anggota gerakan Pramuka dikelompokkan dalam

satuan gerak yang merupakan wadah kerukunan di antara mereka (Rivai,

1999: 45).

Kepramukaan merupakan proses kegiatan belajar sendiri yang

progresif bagi kaum untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya baik

fisik, intelektual, emosi, sosial dan spiritual sebagai individu dan sebagai

anggota masyarakat. Pendidikan dalam kepramukaan di artikan secara

18
luas sebagai suatu proses pembinaan sepanjang hayat yang

berkesinambungan sumber daya manusia/ potensi mereka sebagai manusia

mandiri, peduli, bertanggung jawab dan berpegang teguh pada nilai dan

norma masyarakat (Rivai, 1999: 24- 25).

Intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan adalah kesungguhan

atau kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang

dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode

kepramukaan untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya baik fisik,

intelektual, emosi, sosial dan spiritual sebagai individu dan anggota

masyarakat.

2. Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan

Prinsip Dasar Kepramukaan sebagai norma hidup seorang anggota

gerakan Pramuka, ditanamkan dan ditumbuhkembangkan melalui proses

penghayatan oleh dan untuk diri pribadinya, bagi peserta didik dibantu

oleh pembina. Sehingga pelaksanaan dan pengamalannya dilakukan

dengan penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, bertanggung jawab

serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat.

Prinsip dasar kepramukaan tersebut adalah:

a. Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya.

c. Peduli terhadap diri pribadinya.

d. Taat kepada kode kehormatan Pramuka (Rivai, 1999: 31).

19
Metode kepramukaan merupakan cara belajar progresif melalui:

a. Pengamatan kode kehormatan Pramuka

Kode penghormatan Pramuka terdiri atas janji yang disebut Satya

dan ketentuan moral yang disebut dengan Darma. Kode kehormatan

Pramuka merupakan kode etik anggota gerakan Pramuka baik dalam

kehidupan pribadi maupun bermasyarakat sehari-hari yang diterimanya

dengan suka rela serta di taati demi kehormatan dirinya. Kode

kehormatan gerakan Pramuka bagi anggota gerakan Pramuka

disesuaikan dengan golongan usia dan perkembangan rohani dan

jasmaninya (Rivai, 1999: 10).

Kode kehormatan bagi Pramuka Pandega terdiri atas:

Janji yang disebut Trisatya, selengkapnya berbunyi:

Trisatya Pramuka Pandega

Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh- sungguh:

1) Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan

Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila

2) Menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat.

3) Menepati Dasadarma (Napitupulu, 1999: 14).

pertama, berlaku untuk semua anggota gerakan Pramuka,

peserta didik dan anggota dewasa, sebagaimana sudah dikemukakan

diatas, maka bagi gerakan Pramuka, proses pendidikan bukan hanya

belajar untuk mengetahui, tetapi juga belajar untuk berbuat,

disamping sandi- sandi yang dua lagi, yakni belajar hidup bersama,

20
hidup dengan orang-orang lain. dan belajar menjadi seseorang,

seseorang anggota gerakan Pramuka sudah mempelajari kelima sila

dalam Pancasila, maka ia tidak akan tinggal diam sebelum sila- sila

itu diamalkan di dalam kehidupan sehari- hari. Tetapi ia akan selalu

berusaha mengabdikan dirinya bagi sesama manusia, mengamalkan

Pancasila di dalam kehidupan sehari- hari.

Satya kedua, seorang Pramuka langsung berperan serta

membangun masyarakat, karena hal itu sudah sesuai dengan

usianya, demikian pula dengan kemampuan dan cita- citanya untuk

terus menerus berperan di dalam pelaksanaan pembaharuan dan

pembangunan negara maupun bangsa.

Satya ketiga, menepati Dasadarma, disini benar-benar

diungkapkan nilai-nilai etis, religius, nilai-nilai sosial budaya

maupun nilai-nilai sosial ekonomi. Nilai-nilai ini dijadikan pedoman

dan pengarah tingkah lakunya sehari-hari, baik dalam kehidupan

pribadi maupun di dalam pergaulan dengan sesama manusia,

terlebih sesama manusia yang sama- sama anggota gerakan

pramuka, dengan berbuat demikian mereka bersama-sama akan

mampu menjadi penggerak-penggerak yang ampuh dan terandalkan

untuk proses pembaharuan dan pembangunan masyarakat (Rivai,

1999: 14- 35).

21
Ketentuan moral yang disebut Dasadarma selengkapnya berbunyi:

Dasadarma

Pramuka itu:

1) Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia

3) Patriot yang sopan dan kesatria

4) Patuh dan suka bermusyawarah

5) Rela menolong dan tabah

6) Rajin, terampil dan gembira

7) Hemat, cermat, dan bersahaja

8) Disiplin, berani, dan setia

9) Bertanggung jawab, dan dapat dipercaya

10) Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan (Rivai, 55).

Penjelasan dari masing-masing Dasadarma tersebut adalah:

1. Pramuka taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ia sadarkan akan

kedudukannya sebagai makhluk yang lemah yang mengakui adanya

Tuhan Maha Kuasa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang pendeknya

kekuatan dan kekuasaan yang membuat dirinya kecil dihadapan Allah

dan ia akan berupaya dengan sungguh- sungguh untuk mematuhi dan

melaksanakan semua ajaran-Nya, (Rivai, 18), seperti dalam firman

Allah yang berbunyi:

22
ِ ِْ ‫واتَّ ُقوا الَّ ِذي خلَ َق ُكم و‬
َ ‫اْلبِلَّةَ الََّول‬
)84 : ‫َ (الشعراء‬ َْ َ َ

Taqwa kepada Tuhan yang menciptakan kamu dan menciptakan

ummat purbakala. (Q.S. Asy-Syu‟ara: 184)

Taqwa artinya keinsyafan yang diikuti dengan kepatuhan dan

ketaatan dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala

larangan-Nya. Anggota gerakan Pramuka harus berusaha dengan

sungguh-sungguh dan terus menerus memelihara sifat diri agar tetap

taat melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-

Nya. Disebut berusaha dengan sungguh-sungguh, karena di dalam

kehidupan ini manusia termasuk anggota gerakan Pramuka tidak luput

dari berbagai cobaan dan pengaruh-pengaruh buruk yang terdapat di

dalam masyarakat.

2. Pramuka cinta alam dan kasih sayang sesama manusia. Disini jelas,

bahwa manusia walaupun penting namun hanyalah sebagian kecil dari

alam sejagat yang sebagaimana dikemukakan diatas, dan untuk

kemaslahatannya, manusia yang Pramuka itu mencintai alam semesta

ini, baik benda mati apalagi benda hidup, seperti firman Allah:

23
‫احْي ِو إِال ُ َُم ٌم ُ َْمََالُ ُك ْم َما‬ ِ ِ ِ ِ ‫َوَما ِم ْن َدابٍَّة ِِف ال َْر‬
َ َ‫ض َوال ََائ ٍر يَطريُ ِبَن‬

)38: ‫اب ِم ْن َش ْي ٍء ُُثَّ إِ ََل َرهِّبِ ْم ُُْي َش ُرو َن (االنعام‬


ِ َ‫فَ َّرَْنَا ِِف الْ ِكت‬

Dan tiadalah binatang- binatang yang ada di bumi dan burung-

burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat- umat

(juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al

Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Q.S. Al-

An‟am: 38)

Dasadarma kedua ini menegaskan, bahwa sesama manusia adalah

juga bagian dari alam, dan Pramuka harus mencintai alam dan sesama

manusia. Manusia disamping sebagai mahluk individu juga sebagai

makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain,

hal ini tampak dalam kehidupan sehari-hari satu sama lain saling

membutuhkan. Adanya pergaulan dan kerjasama dengan orang lain

akan menyebabkan menemui keringanan dalam hidup, saling

mempunyai, mengasihi untuk memperoleh kebahagiaan sejati, lebih-

lebih terhadap sesama muslim karena kita adalah saudara,

Disini juga jelas, bahwa semua manusia sama tanpa membedakan

suku, agama, ras dan sebagainya. Jika seseorang mencintai atau kasih

sayang sesama manusia, maka pada hakekatnya juga mencintai diri

sendiri, di dalam istilah sehari- hari dikatakan simpati, empati dan

sebagainya.

24
3. Pramuka patriot yang sopan dan kesatria. Seorang Pramuka adalah

pejuang yang cinta negara bangsanya dan mau berkorban untuk

kejayaan dan kemakmuran negara bangsanya. Sebagaimana dijelaskan

dalam al-Qur‟an surat at-Taubah ayat 25-26 :

ٍ ْ َ‫اَن َكَِريةٍ ويَوَم ُحن‬


‫َ إِ ْذ ُ َْع َجبَْت ُك ْم َكَْ َرتُ ُك ْم فَلَ ْم تُ ْغ ِن َعْن ُك ْم‬ ِ
ْ َ َ َ ‫صَرُك ُم اللَّوُ ِِف َم َو‬
َ َ‫لَ َق ْد ن‬

‫ ُُثَّ َُنَْزَل اللَّوُ َس ِكينَتَوُ َعلَى‬. ‫ين‬ ِ َّ ْ َ‫ض ِِبَا ر ُحب‬


َ ‫ت ُُثَّ َولْيتُ ْم ُم ْدب ِر‬ َ ُ ‫ت َعلَْي ُك ُم ْال َْر‬
ْ َ‫ضاق‬
َ ‫َشْيئًا َو‬

ِ ِ ِ َّ ‫رسولِِو وعلَى الْمؤِمنَِ وَُنْزَل جنودا ََل تَروىا وع َّذ‬


َ ‫ك َجَزاءُ الْ َكاف ِر‬
‫ين‬ َ ‫ين َك َف ُروا َو َذل‬
َ ‫ب الذ‬َ َ َ َ َْ ْ ً ُُ َ َ َ ْ ُ َ َ ُ َ

)26-25 : ‫(التوبة‬

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mu'minin) di

medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain,

yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu,

maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa`at kepadamu

sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu,

kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai. Kemudian

Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-

orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu

tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang

yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang- orang yang

kafir. (Q.S at-Taubah : 25-26)

25
Seorang Pramuka adalah pembela tanah air yang tidak boleh

menyombongkan diri, tetapi harus baik tingkah laku dan bahasanya.

Seperti firman Allah Swt dalam surat An-nisa‟:86 yang berbunyi:

‫وىا إِ َّن اللَّوَ َكا َن َعلَى ُك هل َش ْي ٍء‬ ِ ٍِ


ْ ‫َوإِ َذا ُحيهيتُ ْم بِتَحيَّة فَ َحيُّوا بِأ‬
َ ‫َح َس َن مْن َها ُ َْو ُرُّد‬

)86 : ‫َح ِسيبًا (النساء‬

Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka

balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah

(dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala

sesuatu. (Q.S. An-nisa‟: 86)

Patriot yang sopan dan kesatria diperlukan bukan hanya pada

waktu negara bangsa mengalami kemelut atau krisis, baik krisis

moneter, ekonomi, krisis nilai- nilai, termasuk krisis kepercayaan,

namun diperlukan setiap hari, karena Pramuka menghadapi masalah di

dalam kehidupan sehari-hari yang memerlukan orang- orang yang mau

dan mampu memecahkannya demi kesejahteraan bersama.

4. Pramuka patuh dan suka bermusyawarah. Seorang Pramuka adalah

manusia yang memperlakukan sesamanya seperti dirinya sebagaimana

sudah dikemukakan di atas, ia menaati peraturan- peraturan di dalam

berkomunikasi antar sesama manusia, seperti ditegaskan dalam surat

al-Anfal ayat 1 :

26
ِ ُ‫ول فَاتَّ ُقوا اللَّو و‬
ِ ‫الرس‬ ِ ِ ُ ‫ك ع ِن الَنْ َف ِال قُ ِل الَنْ َف‬
‫ات‬
َ ‫َلل ُحوا َذ‬
ْ َ َ ُ َّ ‫ال للَّو َو‬ َ َ َ‫يَ ْسأَلُون‬

ِِ ِ ِ
َ ‫بَْين ُك ْم َوََُ ُيعوا اللَّوَ َوَر ُسولَوُ إِ ْن ُكْنتُ ْم ُم ْؤمن‬
)1: ‫َ (االنفال‬

Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta

rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang itu kepunyaan

Allah dan Rasul, sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah

perhubungan di antara sesamamu, dan ta`atlah kepada Allah dan

Rasul-Nya jika kamu adalah orang- orang yang beriman".(QS. Al-

Anfal : 1)

Terutama di dalam bermusyawarah untuk meraih mufakat dan ia

menyukai musyawarah, karena disanalah setiap orang itu

dimanusiakan, dalam Q.S. Ali Imron 159 Allah berfirman:

ِ َ ‫ت فَظِّا َغلِي‬ ِِ ٍِ
َ ‫ُّوا ِم ْن َح ْول‬
‫ك‬ ِ ْ‫ظ الْ َقل‬
ُّ ‫ب النْ َف‬ َ ‫فَبِ َما َر ْْحَة م َن اللَّو لْن‬
َ ‫ت ََلُ ْم َولَْو ُكْن‬

‫ت فَتَ َوَّك ْل َعلَى اللَّ ِو‬ ِ ‫فَاعف عْن هم و‬


َ ‫استَ ْغف ْر ََلُ ْم َو َشا ِوْرُى ْم ِِف الَ ْم ِر فَِذ َذا َعَزْم‬
ْ َ ُْ َ ُ ْ

ِ ُّ ‫إِ َّن اللَّوَ ُُِي‬


َ ‫ب الْ ُمتَ َوهكل‬
)159 : ‫َ (ال عمران‬

Oleh karena rahmat Allah, engkau bersikap lemah lembut kepada

mereka, dan kalau kiranya engkau sebab itu maafkanlah kesalahan

mereka, dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan adakanlah

musyawarah. (Q.S. Ali Imran: 159)


27
Di dalam bermusyawarah itulah diungkapkan sikap yang

demokratis, yakni menghargai perbedaan pendapat, namun jika sudah

diputuskan bersama dan keputusan itu milik bersama, maka tentu

wajib dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan bersama.

5. Pramuka rela menolong dan tabah secara sederhana, mengartikan

perilaku menolong sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan atau

direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-

motif si penolong (Peplan, 1994: 47).

Kepada mereka yang benar- benar sangat memerlukan bantuan itu.

Firman Allah Swt:

)2 : ‫اْ ُِْث َوالْ ُع ْد َو ِان (اامائدة‬


ِْ ‫َوتَ َع َاونُوا َعلَى الِْ هِب َوالتَّ ْقوى َوال تَ َع َاونُوا َعلَى‬
َ

Dan tolong- menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan

dan takwa, dan jangan tolong- menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran. (Q.S Al-Maidah: 2).

Seorang Pramuka memang selalu berusaha menanam, memupuk

dan mengembangkan di dalam dirinya „rasa cinta kasih‟ yang sudah

dikemukakan diatas yang akan menjadi dasar bagi kesukarelaannya

untuk berbuat sesuatu apapun. Terlebih untuk memberi pertolongan

kepada mereka yang memerlukan pertolongan itu.

Dalam hal ini dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 156 sebagai

berikut:

28
)156 :‫صيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَِّو َوإِنَّا إِلَْي ِو َر ِاج ُعو َن (البقرة‬
ِ ‫الَّ ِذين إِ َذا َُلابْتهم م‬
ُ ُْ ََ َ

Yaitu orang- orang yang apabila ditimpa musibah, mereka

mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun (QS. Al-

Baqarah : 156)

6. Pramuka rajin terampil, dan gembira, seorang Pramuka suka belajar,

berdoa dan bekerja giat sepanjang hayat, artinya ia bergiat dengan

kesungguhan serta mengharapkan karunia dari Tuhan Yang Maha

Kuasa (Napitupulu, 1999: 23 ).

Pramuka juga berusaha menguasai ketrampilan yang relevan yang

dapat dijadikan untuk mencari nafkah kelak, hal ini dijelaskan dalam

sebuah hadits sebagai berikut:

‫ حد ثنا ابن وىب عن يونس عن ابن شهاب قال قال‬: ‫حدشا سعيد بن عفري قال‬

‫ يقول من يرد اهلل‬.‫م‬.‫ْحيد بن عبد الرْحن مسعت معاويةخطيبا يقول مسعت النىب ص‬

‫بو خريا يفقهو ِف الدين وامنا ُنا قاسم واهلل يعطى وان تزال ىذه اال مة قا ئمة على‬

)‫امر اهلل ال يُّر ىم من خالفهم حىت يأتى امراهلل (رواه البحارى‬

Telah bercerita kepada kita Said Bin „ufar berkata, bercerita kepada

kita Ibnu Wahab dari Yunus dari Ibnu Syihab berkata: berkata

Humaidi Bin Abdirrahman saya mendengar Muawiyah Khatib berkata

saya mendengar Nabi SAW bersabda: Allah menghendaki kepada

29
seseorang kebaikan, karena trampil (profesi) dalam beragama dan

sesungguhnya saya orang yang dijanjikan dan Allah memberikan-Nya,

dan jika Allah menghendaki menurunkan umat ini berdiri sendiri

(mandiri) atas perintah Allah yang tidak membahayakan mereka

sehingga datang perintah Allah. (H.R. Bukhari).

Pramuka selalu gembira di dalam pergaulannya dengan sesama

manusia. Baik yang sudah anggota maupun yang belum serta

masyarakat umum. (Q.S. Al-Insaan: 11) Allah telah berfirman.

ِ ِ
)11:‫ورا(اال نسان‬
ً ‫َُّرًة َو ُس ُر‬
ْ َ‫اى ْم ن‬ َ ‫اى ُم اللَّوُ َشَّر َذل‬
ُ ‫ك الْيَ ْوم َولََّق‬ ُ َ‫فَ َوق‬

Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan

memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.

(Q.S. Al-Insaan: 11)

7. Pramuka hemat cermat dan bersahaja, kesederhanaan hidup itu lebih

dititik beratkan kepada moral, akhlaq atau sikap mental seseorang

untuk tidak menggunakan harta bendanya secara boros, secara

berlebih- lebihan dan mubazir. Tetapi menggunakan kekayaan itu

sesuai dengan fungsi sosialnya (Tijan, 1998: 63).

Dalam al-Qur‟an surat Al-Isra‟ ayat 26 dan 27 Allah berfirman.

ِ ِ ِ ِ َّ ‫َ وابْن‬ ِ ِ ِ
َ ‫ إ َّن الْ ُمبَ هذر‬.‫السب ِيل َوال تُبَ هذ ْر تَ ْبذ ًيرا‬
‫ين‬ َ َ َ ‫َوءَات َذا الْ ُق ْرََب َح َّقوُ َوالْم ْسك‬

)27 -26 : ‫ورا (اال سراء‬ ِ ِ ِِ ِ


ً ‫َكانُوا إ ْخ َوا َن الشَّيَاََ َوَكا َن الشَّْيطَا ُن لَربهو َك ُف‬
30
Dan berikanlah kepada keluarga- keluarga yang dekat akan haknya,

kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah

kamu menghambur- hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya

pemboros- pemboros itu adalah saudara- saudara syaitan dan syaitan

itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (Q.S. Al-Isra‟: 26-27)

Pandangan hidup wajar itu tidak hanya dipandang dari segi

kepentingan pribadi saja tetapi juga dari kondisi masyarakat dan

lingkungan hidup agar tidak menimbulkan kepincangan dan keresahan

dalam masyarakat.

8. Disiplin berani dan setia memang di dalam kehidupan manusia,

disiplin memainkan peranan yang amat menentukan, artinya jika

pramuka itu berbuat sesuatu dengan ketekunan dan sesuai aturan, maka

biasanya ia akan selamat mengarungi hidup dengan segala liku-

likunya itu.

Ajaran Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk menerapkan

disiplin dalam berbagai aspek baik dalam beribadah, belajar dan

kehidupan lainnya. Perintah untuk berlaku disiplin secara implisit

termaktub dalam firman Allah Q.S. Surat An-Nisa‟: 103)

‫ودا َو َعلَى ُجنُوبِ ُك ْم فَِذ َذا اَْ َمأْنَنْتُ ْم‬ ِ


ً ُ‫الص ََل َة فَاذْ ُك ُروا اللَّوَ قيَ ًاما َوقُع‬ َ َ‫فَِذ َذا ق‬
َّ ‫ُّْيتُ ُم‬

)103 :‫َ كِتَابًا َم ْوقُوتًا (النساء‬ ِِ َّ ‫الص ََل َة إِ َّن‬ ِ


َ ‫ت َعلَى الْ ُم ْؤمن‬
ْ َ‫الص ََل َة َكان‬ َّ ‫يموا‬
ُ ‫فَأَق‬

31
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah

Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.

Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu

(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang

ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (Q.S. An-Nisa‟:

103).

Seorang Pramuka juga harus berani menghadapi dan mengambil

resiko, dan di dalam usaha bersama umpamanya kesetiaan seorang

Pramuka tidak boleh diragukan.

9. Pramuka bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Sebagaimana sudah

diuraikan diatas maka seorang Pramuka mau dan mampu bertanggung

jawab perbuatan dan memikul akibat dari petualangannya. Melebihi

landasan iman kerjasama yang dibangun akan melahirkan

sepenanggungan sehingga persatuan dan kesatuan umat menjadi

kokoh. Sebagai sabda nabi Muhammad:

‫ مسعت النعمان بن‬,‫حد ثنا ابو نعيم حد ثنا زكريا عن عامر قال مسعتو يقول‬

‫ قال رسول اهلل للى اهلل عليو وسلم ترى اامؤمنَ ىف تراْحهم‬:‫بشري يقول‬

‫وتوادىم وتعاَفهم كمَل اْلسد اذااشتكى عُّوا تداعى لو سائرجسده‬

)‫ (رواه البخارى‬.‫بالسهرواحلمى‬

32
Telah bercerita kepada kita Abu Nu‟im bercerita kepada kita

Zakaria dari Amir berkata, saya mendengar dari Nu‟man Bin Basyir

berkata: Rasulullah Saw bersabda perumpamaan orang-orang mukmin

itu dalam sayang menyayangi, santun menyantuninya dan kasih

mengasihinya adalah bagian satu tubuh yang apabila mengeluh satu

anggota dari tubuh itu, maka ikut menderita pula keseluruhan tubuh

dengan tidak dapat tidur dan demam (H.R. Bukhari).

10. Pramuka suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Seorang

Pramuka memahami benar, bahwa ia harus berupaya terus menerus

sepanjang hayat untuk memperkecil jurang atau kesenjangan antara

apa yang dipikirkan, dirasakan dan dikehendaki dengan apa yang

dikatakan dan dilakukannya. Seperti firman Allah yang berbunyi:

‫ب َسلِي ٍم (الشعراء‬
ٍ ‫) إِال َم ْن َُتَى اللََّو بَِقْل‬88(‫) َيْوَم ال َيْنَف ُع َم ٌال وال َبنُو َن‬87(‫وال ُُتِِْزِن َيْوَم يُْب َعَُو َن‬
َ َ

.)89-88:

Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan,

(yaitu) di hari harta dan anak- anak laki- laki tidak berguna, (yang

beruntung) hanyalah orang yang datang kepada Allah dengan hati yang

bersih” (QS. Asy-Syu‟ara: 87-89).

b. Belajar sambil melakukan

Kegiatan dalam kepramukaan dilakukan sebanyak mungkin

praktek secara praktis dan mengarahkan perhatian peserta didik untuk

berbuat hal-hal nyata dan merangsangnya akan hal-hal baru dan


33
keinginan untuk berpartisipasi dalam segala kegiatan, daripada hanya

menjadi penonton.

c. Sistem berkelompok

Kegiatan berkelompok dilaksanakan agar peserta didik

memperoleh kesempatan, belajar memimpin dan dipimpin,

berorganisasi, memikul tanggung jawab, mengatur diri, menempatkan

diri, bekerja sama dalam kerukunan. Kelompok tersebut dipimpin oleh

kaum muda sendiri.

d. Kegiatan yang menantang

Frederich (1954: 4), kegiatan dalam gerakan Pramuka bersifat

kreatif, inovatif, dan rekreatif yang mengandung proses intensitas atau

aktivitas yang berlangsung untuk menghasilkan korelasi ke dalam

tingkah laku manusia. Dengan maksud supaya dapat mengkorelasikan

dengan sikap dan perilaku, menambah pengetahuan dan pengalaman,

serta meningkatkan ketrampilan dan kecakapan bagi setiap peserta

didik.

e. Kegiatan di alam terbuka

Kegiatan di alam terbuka mengembangkan kemampuan diri

mengatasi tantangan yang dihadapi, menyadari tidak ada sesuatu yang

berlebihan di dalam dirinya, menemukan kembali cara hidup yang

menyenangkan dalam kesederhanaan, membina kerjasama dan rasa

memiliki.

f. Sistem tanda kecakapan

34
Tanda kecakapan menunjukkan ketrampilan dan kecakapan

tertentu yang memiliki seorang Pramuka, setiap Pramuka wajib

berusaha memperoleh ketrampilan dan kecakapan yang berguna bagi

kehidupan dan baktinya kepada masyarakat.

g. Sitem satuan terpisah untuk putera dan untuk puteri

Satuan Pramuka puteri dibina oleh pembina puteri satuan Pramuka

putera dibina oleh pembina putera, kecuali perindukan siaga, sistem ini

berlaku dalam kegiatan.

h. Sistem among

Intensitas kepramukaan ditinjau dari korelasi antara pembina dan

peserta didik menggunakan sistem among. Pembina Pramuka berusaha

secara bertahap menyerahkan pimpinan kegiatan sebanyak mungkin

kepada peserta didik, sedangkan pembina Pramuka berada dibelakang

memberi semangat, dorongan dan pengaruh yang baik (Rivai, 1999:

32). Disimpulkan bahwa Prinsip Dasar Kepramukaan adalah iman dan

taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, peduli terhadap bangsa dan

tanah air, sesama hidup dan alam seisinya, peduli terhadap diri

pribadinya, dan taat kepada kode kehormatan Pramuka. Metode

kepramukaan adalah pengamalan kode kehormatan Pramuka, belajar

sambil melakukan sistem berkelompok, kegiatan yang menantang dan

meningkatkan serta mengandung intensitas yang sesuai dengan

perkembangan dan rohani dan jasmani peserta didik, kegiatan di alam

35
terbuka, sistem tanda kecakapan, sistem satuan terpisah untuk putera

dan untuk puteri, dan sistem among.

3. Pembinaan Pramuka Pandega

Pembinaan Pramuka penegak dan pandega merupakan proses dan

pembinaan kepribadian, spiritual, watak, budi pekerti, emosional,

intelektual, sosial, ketrampilan, ketangkasan, kesehatan, kesegaran

jasmani dan kepemimpinan bagi para pramuka penegak pandega, sehingga

dapat hidup mandiri, bertanggung jawab peduli dan teguh (Kwarnas,

1998: 10).

Pembinaan ini diwujudkan dalam kegiatan yang dikelompokkan

menjadi:

a. Kegiatan Bina Diri (kepentingan pribadi)

Intensitas Pramuka pandega merupakan kelanjutan dari proses

yang telah dipersiapkan sejak dari masa siaga dan penggalang secara

berkesinambungan, mendewasakan mental, spiritual, mengarahkan

ketrampilan, pengarahan, dan pengembangan bakat menjadi profesi.

Sehingga menemukan jalan ke arah mandiri dan mengembangkan

kewiraswastaan. Kegiatan Bina diri, merupakan tahap pengabdian

untuk memperdalam dedikasi dengan pemantapan kepemimpinan

dalam praktek pembinaan.

b. Kegiatan Bina Satuan (kepentingan gerakan Pramuka)

Dalam rangka pengembangan kepemimpinan dibentuklah dewan

kerja yang membantu kwartir, untuk itu diperlukan kemampuan


36
merencanakan, melaksanakan dan mengadakan evaluasi kegiatan yang

sesuai dengan aspirasinya. Di samping itu Pramuka penegak dan

pandega juga diberi kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan

dan ketrampilan kepada Pramuka siaga, penggalang, penegak, melalui

kegiatan sebagai instruktur yang membantu para pembina Pramuka

dan pamong saka. Untuk itu metode mereka memperoleh kesempatan

mengikuti regenerasi, bentuk kegiatan berupa kaderisasi perlu

ditingkatkan dan dikembangkan sehingga terjadi kesinambungan

kepemimpinan dalam usaha mencapai tujuan gerakan Pramuka.

c. Kegiatan bina masyarakat

Kegiatan dalam bentuk pengabdian masyarakat, dengan

mengembangkan kepemimpinannya berperan dalam masyarakat

sebagai peneliti, penyuluh, penggerak, pelopor dan pemimpin

masyarakat meliputi segala bidang kehidupan manusia seperti bidang

ekonomi, sosial, budaya, agama kesejahteraan hidup, keluarga

berencana, lingkungan hidup, keamanan dan pertahanan dan lain-lain

(Kwarnas, 1998: 9)

Metode kegiatan Pramuka pandega antara lain: ceramah, diskusi,

curah gagasan, pemecahan masalah, demonstrasi, bermain peran, kerja

kelompok, penugasan pribadi, perkemahan, lomba dan sebagainya

(Kwarnas, 1997: 5)

Materi kegiatan Pramuka Pandega meliputi: Mental spiritual,

patriotisme, idealisme, sosial, kewarganegaraan, seni budaya, cinta

37
alam, ketrampilan, ketangkasan, penanggulangan keadaan darurat,

kependudukan dan transmigrasi lingkungan dan kelestarian alam,

koperasi dan tabungan, keamanan dan ketertiban masyarakat,

perayaan dan peringatan hari-hari bersejarah. Kampanye penerangan,

palang merah pemberantasan buta huruf dan pendidikan kesejahteraan

keluarga dan lain-lain (Kwarnas, 1998: 16)

Peneliti menyimpulkan bahwa pembinaan Pramuka pandega

diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan kepramukaan yang berdasarkan

pada pengelompokan pembinaan, yaitu kegiatan bina diri, kegiatan

bina kesatuan dan bina Masyarakat.

4. Bentuk-bentuk Kegiatan Kepramukaan

Gerakan kepramukaan yang dicetuskan oleh Lord Baden Powell

dari Inggris diterima oleh organisasi kebangsaan di Indonesia dengan di

adaptasi sesuai dengan kepentingan bangsa, yaitu untuk menyiapkan

kader-kader bangsa menuju Indonesia merdeka. Gerakan kepramukaan

dengan nilai tambah tidak sama sebangun dengan aslinya, meskipun hal-

hal yang universal tetap diterima, seperti prinsip dasar, metode dan

persaudaraan sedunia.

Setelah cita- cita kemerdekaan tercapai pada tahun 1945, maka

kepentingan bangsa bertambah yaitu mengisi kemerdekaan, dengan kata

singkat membangun dalam semua segi kehidupan, membangun

masyarakat menuju ketaraf kehidupan yang lebih baik.

38
Karena orientasi gerakan Pramuka- pun bergeser secara berangsur-

angsur dari yang konvensional ke arah aplikasi kepentingan dasar

pembangunan masyarakat. Dengan tetap berpegang pada kepramukaan

yang universal.

Tugas gerakan Pramuka adalah imtensitas yang menitikberatkan

pada segi pembentukan watak dan kader pembangunan bangsa. Hasil

pendidikan tersebut diusahakan seoptimal mungkin mencapai peningkatan

kecakapan umum tertinggi yang disebut Pramuka Garuda. Proses

intensitas yang menitikberatkan pada pembentukan individu diterapkan

pada latihan periodik/ berkala.

Program kegiatan pembentukan kecerdasan emosinal dalam

Pramuka yang bersifat pertemuan besar adalah:

a. Pramuka Siaga

Pesta siaga dan permainan besar siaga diadakan di tingkat Gugus

ranting, jika mungkin di cabang.

b. Pramuka Penggalang

Adapun kegiatannya antara lain:

1) Jambore: Ditingkat ranting, cabang, daerah dan nasional sebagai

pertemuan pesta Pramuka penggalang.

2) Lomba Tingkat (LT): Ditingkat gugus depan (LT-II), tingkat

Ranting (LT-II), tingkat cabang (LT-III), tingkat daerah (LT IV)

tingkat nasional (LT-V) sebagai sarana evaluasi prestasi regu.

39
3) Gladian Pemimpin Regu: Ditingkat gugus depan, ranting, cabang,

sebagai sarana peningkatan mutu pemimpin regu.

4) Perkemahan Bakti Penggalang: Sebagai bakti pramuka penggalang

pada masyarakat di lingkungannya.

c. Pramuka Penegak/ Pandega

Adapun kegiatannya antara lain:

1) Raimuna: Ditingkat ranting, cabang, daerah, nasional sebagai

modal pertemuan untuk meningkatkan mutu kepramukaan penegak

dan pandega. Kegiatan Raimuna sebelumnya disebut

PERPPANITRA singkatan dari Pertemuan Pramuka Penegak-

Pandega Putri- Putra.

2) Perkemahan Wirakarya (PW): Ditingkat ranting, cabang, daerah,

nasional merupakan sarana bakti kepada masyarakat dan

peningkatan ketrampilan pribadi.

3) Perkemahan Bakti Satuan Kerja (Perti Saka): Ditingkat nasional,

daerah atau cabang adalah kegiatan pertemuan saka sejenis.

4) Gladian Pemimpin Satuan (Dianpinsa): Ditingkat Gugus depan dan

ranting.

5) Latihan Pengembangan Kepemimpinan (LPK): Ditingkat ranting,

cabang, daerah, nasional

6) Kursus Pengelola Dewan Kerja (KPDK): Ditingkat ranting,

cabang, daerah, nasional.

40
7) Pertemuan Pramuka Luar Biasa (PLB): Diadakan pada tingkat

cabang, daerah dan nasional (Katamsi, 2001: 58- 82).

Anggota dewasa adalah anggota gerakan Pramuka baik secara

langsung atau tidak langsung memberikan dukungan dan bimbingan dalam

penyelenggaraan kepramukaan.

Dalam meningkatkan mutu dan kemampuan anggota dewasa tersebut

gerakan Pramuka telah mencoba menerapkan suatu program yang

sistematis dalam pengelolaan anggota dewasa. Dalam program tersebut,

keberadaan anggota dewasa dalam gerakan Pramuka ditata melalui rekrut,

dihantar dalam suasana integrasi, diberi dukungan, pelatihan-pelatihan

sesuai dengan fungsinya, kemudian dievaluasi untuk diukur

keberhasilannya dalam melaksanakan fungsinya.

Program ini dilaksanakan bertahap karena menyadari bahwa

perubahan tidak dapat dilaksanakan secara drastis. Saat ini intensitas dan

latihan anggota dewasa dalam bentuk kursus adalah sebagai berikut :

a. Kursus Pembina Pramuka Mahir

b. Kursus Pelatih Pembina Pramuka

c. Kursus Pembina Profesional

d. Kursus Pamong Saka dan Instruktur Saka

e. Kursus Pimpinan Saka

f. Kursus Andalan

g. Kursus Majelis Pembimbing

h. Pelatihan Ketrampilan

41
Disamping kursus- kursus forum diadakan untuk saling bertukar dan

menambah pengetahuan pengalaman yang disebut :

a. Gelang ajar, merupakan forum untuk para pembina

b. Karang pamitran, merupakan forum untuk para pembina

c. Pitaran Pelatih, merupakan forum untuk pelatih

d. Seminar dan lokakarya dan lain-lain (Katamsi, 2001: 58- 82).

B. Pembentukan Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Akar kata emosi adalah kata lia motere yang artinya bergerak. Emosi

membebaskan dari kelumpuhan dan motivasi untuk bertindak.

Kenyataannya, semakin bergairah terhadap sesuatu, semakin besar

kemungkinan kita untuk mengambil tindakan (Segal, 2001: 13). Menurut

Webster (1984: 428), International Dictionary emosi adalah “Any strong

feeling, as of joy, sorrow, reverence, hate, or love, arising subjectively

rather than through conscious mental effort”. Artinya: Berbagai macam

perasaan yang kuat seperti bahagia, sedih, hormat, benci atau cinta,

membangun kesubjektifan lebih dari sebuah usaha mental secara sadar

yang menyeluruh

Kecerdasan dalam bukunya Golmen mengatakan (1995: 35)

“Emotional Intelligence: abilities such as being able to motivate oneself

and persist in the face of frustrations; to control impulse and delay

gratification; to regulate one’s moods and keep distress from swamping

the ability to think; to empathizes and to hope”. Artinya: Kecerdasan

42
emosional kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri

dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak

melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar

beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir berempati dan

berdoa.

Solovey dan Mayer (Http//www.eqi.org/ definition and History of

Emotional Intellegence, diunduh 20 Maret 2011), keduanya berpendapat

bahwa emosional intelligensi adalah:

“The ability to process emotional information, particularly as it involves

the perception, assimilation, understanding and management of

emotion.” Artinya: Emosional intelligence adalah kemampuan untuk

memproses informasi yang berkorelasi dengan emosional terutama yang

menyangkut persepsi, asimilasi, pemahaman dan pengaturan emosi.

Selain itu Salovey dan Mayer juga menjelaskan bahwa kecerdasan

emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan

membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan

dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga

membantu perkembangan emosi dan intelektual (Steven dan Howard,

2003: 30). Reuven Bar-On menyebutnya “serangkaian kemampuan,

kompetensi dan kecakapan non kognitif, yang mengkorelasikan dengan

kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan

lingkungan.

43
Golmen (1999: 412), juga merumuskan bahwa emosi merujuk pada

prikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi dapat

dikelompokkan sebagai suatu rasa amarah, kesedihan, rasa akut,

kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu.

Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun

1996 oleh psikolog Peter Solovy dari Harvard University dan John Mayer

dari University of New Hapshire, menerangkan kualitas-kualitas

emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan hidup seseorang

(Shapiro, 1997: 5). Solovy dan Mayer yang dikutip oleh Golmen (1999:

513), mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan

memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain.

Menurut Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir (2001: 317), yaitu pakar

psikologi Islam mengatakan bahwa kecerdasan emosional; adalah

kecerdasan kalbu seseorang untuk bertindak secara hati-hati, waspada,

tenang, sabar, tabah ketika mendapat musibah dan berterima kasih ketika

mendapat kenikmatan.

Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi yang

dikemukakan Solovy dan Mayer di atas dikemukakan pula oleh Golmen

(1999: 512), ”kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali perasaan

kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri,

dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan

dalam hubungan dengan orang lain”.

44
Adapun menurut Robert K. Cooper, Ph.D yang dikutip oleh

Agustian, kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami

dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber

energi, informasi koneksi, dan pengaruh manusiawi. Hati mengaktifkan

nilai-nilai kita yang paling dalam. Mengubahnya dari sesuatu yang kita

fakir menjadi sesuatu yang kita rasakan dan kita jalani. Hati adalah

sumber keberanian, semangat, integritas dan komitmen. Hati adalah

sumber energi tenaga dan perasaan yang menuntut kita belajar

menciptakan, bekerjasama, memimpin dan menolong. Bukan orang-orang

yang serba praktis dan adaptif. Kreatif bukan hasil final IQ semata.

Namun juga dibentuk oleh EQ yang tinggi (Ginanjar, 2001: 44).

Emosi dan pikiran adalah dua bagian dari satu keseluruhan. IQ dan

EQ adalah sumber sinergis. Istilah yang baru-baru ini diciptakan untuk

menggambarkan kecerdasan hati adalah EQ (Isna, 2001: 78).

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan

bahwa kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang berkaitan dengan

kalbu (hati), kemampuan seseorang untuk memproses informasi yang

berhubungan dengan emosional perasaan diri dan orang lain, empati,

ketrampilan sosial, sehingga mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan yang menunjukkan

perkembangan emosi dan intelektual seseorang.

2. Komponen-komponen Kecerdasan Emosional

45
Kecerdasan emosional bukan merupakan lawan kecerdasan

intelektual yang dikenal dengan IQ, namun keduanya berinteraksi secara

dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional

memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di

sekolah, tempat kerja, dan dalam berkomunikasi di lingkungan

masyarakat.

Ada lima dasar kecakapan emosional dan sosial yakni, kesadaran

diri, pengaturan diri, motivasi empati dan ketrampilan sosial (Golmen,

1999: 514).

a. Kesadaran Diri (Kemampuan Mengenali Emosi Diri)

Kesadaran diri merupakan kesadaran seseorang bahwa ia

sendiri berbeda dengan yang lain disekitarnya. Sedangkan Steven dan

Howard (2003: 75), mendefinisikan kesadaran diri adalah kondisi

tempat dibangunnya hampir semua unsur kecerdasan emosional,

langkah awal yang penting untuk menjelajahi dan memahami diri dan

untuk berubah.

Golmen (1999: 83), ada tiga kecakapan utama kesadaran diri

yaitu :

1) Kesadaran Emosi, mengenali emosi sendiri dan pengaruhnya. Orang

dengan kecakapan ini akan:

a) Tahu emosi mana yang sedang mereka rasakan dan mengapa.

b) Menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dengan yang

mereka pikirkan, perbuat dan katakan.

46
c) Mengetahui bagaimana perasaan mereka mempengaruhi kinerja

d) Mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai

dan sasaran-sasaran mereka.

2) Pengukuran diri yang aktual, mengetahui sumber daya batiniah,

kemampuan dan keterbatasan diri orang dengan kecakapan ini akan:

a) Sadar tentang kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya.

b) Menyempatkan diri untuk merenung, belajar dari pengalaman.

c) Terbuka terhadap umpan balik yang tulus, bersedia menerima

perspektif baru, mau terus belajar dan mengembangkan diri

sendiri.

d) Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang diri

sendiri dengan perspektif yang luas.

3) Kepercayaan diri, kesadaran yang kuat tentang harga dan

kemampuan diri sendiri. Orang dengan kecakapan ini akan :

a) Berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan

“keberadaannya”.

b) Berani menyuarakan pandangan yang tidak populer dan bersedia

berkorban demi kebenaran.

c) Tegas mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam

keadaan tidak pasti dan tertekan.

b. Pengendalian Diri atau Pengaturan Diri

47
Pengendalian emosi oleh diri sendiri tidak hanya berarti

meredam rasa tertekan atau menahan gejolak emosi. Ini juga bisa

berarti dengan sengaja menghayati suatu emosi termasuk emosi yang

tidak menyenangkan. Pandangan tentang kendali diri emosi tidak

berarti harus menyangkal atau menekan perasaan yang sejati. Suasana

hati yang “buruk” misalnya. Bukannya tidak mempunyai manfaat,

marah dapat menjadi sumber motivasi yang sangat kuat, khususnya

bila berpangkal dari keharusan membela ketidakadilan.

Terdapat lima kecakapan emosi yang berhubungan dengan

pengaturan diri yaitu:

1) Pengendalian diri, orang dengan kecakapan ini akan :

a) Mengelola dengan baik perasaan-perasaan impulsif dan emosi-

emosi yang menekan mereka

b) Tetap teguh, tetap positif dan tidak goyah bahkan dalam situasi

yang paling berat.

c) Berpikir dengan jernih dan tetap terfokus kendati dalam tekanan.

2) Sifat dapat dipercaya, orang dengan kecakapan ini akan :

a) Bertindak menurut etika dan tidak pernah mempermalukan orang

b) Membangun kepercayaan lewat keandalan diri dan otentisitas.

c) Mengakui kesalahan sendiri dan berani menegur perbuatan tidak

etis orang lain.

d) Berpegang pada prinsip secara teguh bahkan baik akibatnya

adalah menjadi tidak disukai.

48
3) Sifat bersungguh- sungguh

a) Memenuhi komitmen dan mematuhi janji

b) Bertanggung jawab sendiri untuk memperjuangkan tujuan

mereka.

c) Terorganisasi dan cermat dalam bekerja

4) Inovasi, orang dengan kecakapan ini akan :

a) Selalu mencari gagasan baru dari berbagai sumber

b) Mendahulukan solusi- solusi yang orisinil dalam pemecahan

masalah

c) Menciptakan gagasan- gagasan baru

d) Berani mengubah wawasan dan mengambil resiko akibat

pemikiran baru mereka.

5) Adaptasi

a) Terampil menangani beragamnya kebutuhan, bergesernya

prioritas dan pesatnya perubahan

b) Siap mengubah tanggapan dan taktik untuk menyesuaikan diri

dengan keadaan

c) Luwes dalam memandang situasi.

Pengendalian diri ini terkait dengan kemampuan kita untuk

tahan menghadapi cobaan, kemampuan untuk tetap tenang dan

berkonsentrasi, tahan menghadapi kejadian yang gawat dan tetap tegar

menghadapi konflik.

49
Istilah pengendalian diri sama juga dengan sabar, jika sabar

telah tumbuh dalam diri seorang muslim maka ia dapat dijadikan

sebagai sarana untuk mencapai keridloan Allah . Firman Allah:

ِ َّ ‫الص ََلةِ إِ َّن اللَّ َو مع ا‬ َّ ِ‫استَعِينُوا ب‬


َّ ‫الص ِِْب َو‬ ِ َّ
‫(البقراة‬ َ ‫لصاب ِر‬
‫ين‬ ََ ْ ‫ين ءَ َامنُوا‬
َ ‫يَاَُيُّ َها الذ‬

)351 :

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat

sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang

sabar ( Q.S. Al-Baqarah : 153)

c. Motivasi

Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang

sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan, dengan tujuan

tertentu.

Terdapat empat kecakapan emosi yang berhubungan dengan

motivasi, yaitu:

1) Dorongan untuk berprestasi, orang dengan kecakapan ini akan:

a) Berorientasi kepada hasil, dengan semangat juang tinggi untuk

meraih tujuan dan memenuhi standard.

b) Menetapkan sasaran yang menantang dan berani mengambil

resiko yang telah diperhitungkan.

50
c) Mencari informasi sebanyak- banyaknya guna mengurangi

ketidakpastian dan mencari cara yang lebih baik.

d) Terus belajar untuk meningkatkan kinerja mereka.

2) Komitmen, orang dengan kecakapan ini akan:

a) Siap berkorban demi pemenuhan sasaran organisasi yang lebih

penting

b) Merasakan dorongan semangat dalam misi yang lebih besar

c) Menggunakan nilai- nilai kelompok dalam pengambilan

keputusan dan penjabaran pilihan-pilihan.

d) Aktif mencari peluang guna memenuhi misi kelompok.

3) Inisiatif, orang dengan kecakapan ini akan :

a) Siap memanfaatkan peluang

b) Mengejar sasaran lebih daripada yang dipersyaratkan atau

diharapkan dari mereka.

c) Berani melanggar- batas-batas yang tidak prinsip bila perlu agar

tugas dapat dilaksanakan.

d) Mengajak orang lain melakukan sesuatu yang tidak lazim dan

bernuansa petualangan.

4) Optimisme, orang dengan kecakapan ini akan:

a) Tekun dalam mengajar sasaran kendati banyak halangan dan

kegagalan

b) Bekerja dengan harapan untuk sukses bukannya takut gagal.

51
c) Memandang kegagalan atau kemunduran sebagai situasi yang

dapat dikendalikan ketimbang sebagai kekurangan pribadi.

d. Empati

Empati menurut Steven dan Howard (2003: 139), “adalah

menyelaraskan diri” (peka) terhadap apa, bagaimana, dan latar

belakang peranan dan pikiran orang lain sebagaimana orang tersebut

merasakan dan memikirkannya.

Golmen (1999: 428), menyatakan bahwa selain memahami

perasaan dan masalah orang lain, seseorang yang empatik akan

mampu pula untuk berpikir dengan sudut pandang orang lain.

Menurut Daniel Batson dikutip oleh Saraswati

(Http//www.Kompas.com/Altruisme, diunduh 1 November 2010),

empati yaitu pengalaman menempatkan diri pada keadaan emosi

orang lain seolah-olah mengalaminya sendiri. Pendapat ini sejalan

dengan pernyataan Segal (2000: 146), “bahwa empati sebagai

kemampuan penyesuaian diri dengan perasaan, kebutuhan, keinginan

dan hadapan orang lain sambil tetap sepenuhnya menyadari

pengalaman emosional anda yang tak berkaitan”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa empati adalah keadaan afeksi seseorang untuk mengenal dan

memahami pikiran, menyelami penasaran dan sikap orang lain, serta

berfikir tentang sudut pandang orang lain, seolah-olah mengalami

sendiri keadaan emosi yang dialami orang lain.

52
Ada 5 kecakapan utama empati yaitu :

1) Memahami orang lain, orang dengan kecakapan ini akan :

a) Memperhatikan isyarat- isyarat emosi dan mendengarkannya

dengan baik.

b) Menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap perspektif

orang lain.

c) Membantu berdasarkan pemahaman terhadap kebutuhan dan

perasaan orang lain.

2) Mengembangkan orang lain, orang dengan kecakapan ini akan :

a) Mengakui dan menghargai kekuatan, keberhasilan, dan

perkembangan orang lain.

b) Menawarkan umpan balik yang bermanfaat dan mengidentifikasi

kebutuhan orang lain untuk berkembang.

c) Menjadi montir, memberikan pelatihan pada waktu yang tepat,

dan penugasan- penugasan yang menantang serta memaksakan

dikerahkannya ketrampilan seseorang.

3) Orientasi pelayanan, orang dengan kecakapan ini akan:

a) Memahami kebutuhan- kebutuhan anggota dan menyesuaikan

semua itu dengan pelayanan yang tersedia

b) Mencari berbagai cara untuk meningkatkan kepuasan dan

kesetiaan anggota.

c) Dengan senang hati menawarkan bantuan yang sesuai

53
d) Menghayati perspektif anggota, bertindak sebagai penasehat

yang dapat dipercaya.

4) Mendayagunakan keragaman

a) Hormat dan mau bergaul dengan orang- orang dari bermacam-

macam latar belakang

b) Memahami beragamnya pandangan dan peka terhadap perbedaan

antar kelompok

c) Memandang keragaman sebagai peluang, menciptakan

lingkungan yang memungkinkan semua orang sama-sama maju

kendati berbeda- beda

d) Berani menentang sikap membeda- bedakan dan intoleransi.

5) Kesadaran politik

a) Membaca dengan cermat hubungan kekuasaan yang paling tinggi

b) Mengenal dengan baik semua jaringan sosial yang penting

c) Membaca dengan cermat realitas organisasi maupun realitas.

e. Ketrampilan Sosial (Membina Hubungan dengan Orang Lain)

Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan

ketrampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan

dengan orang lain. Tanpa memiliki ketrampilan sosial. Mengalami

kesulitan dalam pergaulan sosial. Orang yang tidak memiliki

ketrampilan semacam inilah yang menyebabkan seseorang seringkali

dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan (Mu‟tadiri,

www.e psikologi.com./remaja/, diunduh 17 maret 2011).

54
Ketrampilan sosial, yang makna intinya adalah seni menangani

emosi orang lain, merupakan dasar bagi beberapa kecakapan, yaitu

antara lain:

1) Korelasi, orang dengan kecakapan ini

a) Terampil dalam persuasi

b) Menyesuaikan presentasi untuk menarik hati pendengar

c) Menggunakan strategi yang muat seperti memberi pengaruh,

tidak langsung untuk membangun konsensus dan dukungan

2) Komunikasi

a) Efektif dalam memberi dan menerima menyertakan isyarat

emosi dalam pesan-pesan mereka

b) Menghadapi masalah-masalah sulit tanpa ditunda

c) Mendengarkan dengan baik, berusaha saling memahami dan

bersedia berbagi informasi secara utuh

d) Menggalakkan komunikasi terbuka dan tetap bersedia menerima

kabar buruk sebagaimana kabar baik

3) Manajemen konflik, orang dengan kecakapan ini

a) Menangani orang-orang sulit dan situasi tegang dengan

diplomasi dan taktik

b) Mengidentifikasi hal-hal yang berpotensi menjadi konflik,

menyelesaikan perbedaan pendapat secara terbuka dan

membantu mendinginkan situasi

55
c) Menganjurkan debat dan diskusi secara terbuka

d) Mengantar ke solusi menang-menang

4) Kepemimpinan

a) Mengartikulasi dan membangkitkan semangat untuk meraih

visi serta misi bersama

b) Melangkah didepan untuk memimpin bila diperlukan, tidak

peduli sedang dimana

c) Memandu kinerja orang lain namun tetap memberikan

tanggung jawab kepada mereka

d) Memimpin lewat teladan

5) Katalisator perubahan, orang dengan kecakapan ini

a) Menyadari perlunya perubahan dan dihilangkannya hambatan

b) Menantang status quo untuk menyatakan perlunya perubahan

c) Menjadi pelopor perubahan dan mengajak orang lain ke dalam

perjuangan ini

d) Membuat model perubahan seperti yang diharapkan oleh orang

lain

3. Faktor-faktor korelasi kecerdasan emosional

Kecerdasan emosional atau (EQ), bukan didasarkan pada kepintaran

seorang anak, melainkan pada karakteristik pribadi atau karakter

penelitian-penelitian sekarang menemukan bahwa ketrampilan sosial dan

56
emosional ini lebih penting bagi keberhasilan hidup ketimbang

kemampuan intelektual (Shapiro, 1997: 4).

Barangkali perbedaan yang paling penting antara IQ, EQ adalah EQ

tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan, sehingga membuka

kesempatan bagi orang tua dan para pendidik untuk melanjutkan apa yang

sudah disediakan oleh alam agar anak mempunyai peluang lebih besar

untuk meraih keberhasilan (Shapiro, 1997: 10).

Giottman (1999: 21), berpendapat bahwa salah satu tanggung jawab

orang tua yang paling penting adalah mendengarkan anak- anaknya, bukan

saja mendengarkan kata- kata mereka, melainkan juga perasaan- perasaan

di balik kata- kata mereka itu. Ia juga menganjurkan bahwa komunikasi

mengenai emosi dapat berfungsi sebagai sebuah sarana bagi orang tua

untuk mengajarkan nilai- nilai kepada anak-anak mereka. Komunikasi

antara orang tua dengan anak harus senantiasa menjaga harga diri kedua

belah pihak, orang tua merasa berusaha berempati dengan anak- anak

mereka, artinya merasakan apa yang dirasakan oleh anak mereka, begitu

juga ajaran Giottman.

Disamping keluarga, sekolah atau kegiatan intensitas lainnya seperti

ekstra kurikuler Pramuka juga berkorelasi dengan perkembangan

emosional anak. Proses yang di sekolah harus dikaitkan dengan proses

yang ada di luar sekolah. Sebagaimana pendapat Golmen yang dikutip

oleh Zamroni (2000: 156), menekankan betapa proses “learning” sangat

57
ditentukan oleh emosi yang dapat merangsang motivasi atau sebaliknya

menekan motivasi untuk berprestasi menjadi rendah.

Racana sebagai unit kegiatan mahasiswa mengajarkan berbagai

materi intensitas yang kesemuanya terhimpun dalam satya dan darma

Pramuka, semua materi harus dicerminkan dalam akhlak atau norma-

norma tingkah laku serta budi dalam pergaulan sosial ini dapat

disimpulkan sebagai kecerdasan emosi yang diajarkan di Pramuka.

Faktor yang mengkorelasikan dengan kecerdasan emosional adalah

keluarga atau orang tua, sekolah dan kegiatan di luar keluarga atau

sekolah seperti Pramuka. Keluarga sebagai intensitas pertama dan utama

bagi anak sedangkan sekolah atau kegiatan Pramuka merupakan intensitas

lanjutan dari apa yang telah anak peroleh dari keluarga. Ketiganya

berkorelasi dengan emosi anak, dan keluargalah sesungguhnya juga

mempunyai korelasi yang lebih kuat dibandingkan sekolah ataupun

kegiatan lain.

C. Korelasi antara intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dengan

kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga.

Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana terjadi

pergolakan emosi serta diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat,

pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Pergolakan emosi ini terjadi pada

remaja yang tidak terlepas dari bermacam korelasi, seperti lingkungan tempat

tinggal, keluarga, sekolah dan teman- teman sebaya serta aktivitas-aktivitas

58
yang dilakukannya dalam kehidupan sehari- hari (Mu‟tadiri, www.e

Psikologi.com./remaja/, diunduh 20 maret 2011).

Hurlock (1997: 225), mengungkapkan bahwa pada salah satu tugas

perkembangan penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa

yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian mau membentuk

perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi,

didorong dan diancam hukuman. Remaja diharapkan mengganti konsep-

konsep moral yang berlaku khusus dimasa kanak-kanak dengan prinsip moral

yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan

berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya.

Menurut Kholberg tahap perkembangan moral ketiga, yaitu moralitas

pasca konvensional harus dicapai selama masa remaja. Tahap ini merupakan

tahap menerima sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap. Tahap

pertama individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral

sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan moral, apabila hal

ini menguntungkan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan. tahap

kedua individu menyesuaikan diri dengan standar sosial dan ideal yang

diinternalisasi lebih untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri

daripada sensor sosial. Pada tahap ini moralitas didasarkan pada rasa hormat

kepada orang-orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi.

Perkembangan moral di atas merupakan salah satu komponen-

komponen kecerdasan emosional bagi remaja. Solovey dikutip oleh Golmen

menyatakan bahwa kecerdasan emosional ini memiliki lima wilayah utama

59
yaitu, mengenali emosi diri, mengelola emosi, motivasi diri sendiri, mengenal

emosi orang lain dan membina hubungan (Golmen, 1999: 58).

Mengenal emosi diri, istilah ini menurut Mayer disebut kesadaran diri

berarti waspada baik terhadap Suasana hati maupun pikiran kita tentang

suasana hati (Golmen, 1999: 58), Steven dan Howard menambahkan bahwa

ranah intra pribadi terkait dengan apa yang biasanya disebut sebagai inner –

self (diri terdalam, batiniah).

Dunia ini menentukan seberapa mendalamnya perasaan, puas terhadap

diri sendiri dan prestasi dalam hidup, sukses dalam ranah mengandung arti

bahwa seseorang bisa hidup dan mandiri, tegas dan memiliki rasa percaya diri

dalam mengemukakan gagasan dan keyakinan kita. Orang yang naluri

kesadaran dirinya kuat, bisa mengetahui saat merasa kurang bersemangat,

mudah kesal, sedih ataupun bergairah dan menyadari bagaimana perasaan

tersebut bisa mengubah perilaku mereka sehingga menyebabkan orang lain

menjauhi mereka. Biasanya mereka juga bisa mengetahui kejadian yang

memicu timbulnya perasaan tersebut. Kemampuan seseorang untuk mengenal

perasaannya dan cara dia menyikapinya, membuatnya mampu mengendalikan

perilaku yang berpotensi membuat dirinya dijauhi orang lain (Golmen, 1999:

58).

Mengelola emosi yaitu kemampuan untuk menghadapi badai emosional

yang dibawa oleh sang nasib, dan bukannya menjadi “budak nafsu”,

maksudnya adalah keseimbangan emosi, bukan menekankan emosi, setiap

perasaan mempunyai nilai dan makna. Apabila emosi terlampau ditekan,

60
terciptalah kebosanan dan jarak bila emosi tak dikendalikan, terlampau

ekstrem dan terus menerus, emosi akan menjadi sumber penyakit, seperti

depresi berat, cemas berlebihan, amarah yang meluap- luap, gangguan

emosional yang berlebihan (Golmen, 1999: 78).

Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal- hal

sebagai berikut :

a. Cara mengendalikan dorongan hati;

b. Derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang;

c. Kekuatan berfikir positif;

d. Optimisme, dan;

e. Keadaan flow (mengikuti aliran) yaitu keadaan ketika perhatian seseorang

sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi.

Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorang

akan cenderung memiliki pandangan yang positif dan menilai segala sesuatu

yang terjadi dalam dirinya. (Http//www.Ensikologi.com/, diunduh 22 Maret

2011).

Empati merupakan keadaan afeksi seseorang untuk mengenal dan

memahami pikiran, menyelami perasaan dan sikap orang lain, serta berfikir

tentang sudut pandang orang lain seolah-olah mengalami sendiri keadaan

emosi yang dialami orang lain. Menurut Steven dan Howard (2003: 139),

“individu yang mempunyai empati tinggi akan peduli pada orang lain dan

memperlihatkan minat dan perhatiannya pada mereka”.

61
Pramuka mempunyai peranan dalam meningkatkan intelegensi, salah

satu bentuk kecerdasan ini yaitu berkaitan dengan kepribadian kita sebagai

seorang remaja.

Intelegensi kepribadian ini sendiri dibagi menjadi 2 yaitu : knowledge of

one self dan knowledge of others (Naila, 2007: 259). Pertama, knowledge of

one self menekankan bagaimana kecerdasan seseorang itu dalam sosok yang

mandiri, dari sini pasti sudah yakin bahwa kepramukaan mendidik seseorang

menjadi remaja yang mandiri, seperti pada saat kita hidup di alam bebas,

tanpa adanya fasilitas, kita bisa berlatih untuk mandiri. Kedua, knowledge of

others yaitu kecerdasan seseorang untuk dapat memahami dan hidup bersama

orang lain. Dalam hal ini kepramukaan pun amat berperan dalam

menanamkan sikap peduli kita terhadap masyarakat sekitar bahkan tak hanya

pada masyarakat dan teman tapi juga alam sekitar.

Kode etik Pramuka sesuai yang tercantum dalam (AD/ART) gerakan

Pramuka menyebutkan Dasadarma dan Trisatya. Dari sini sebenarnya secara

tersurat maupun tersirat gerakan Pramuka Indonesia memang selayaknya

mementingkan orientasi pembentukan kecerdasan emosional seperti bertaqwa,

mencintai alam, suka bermusyawarah, rela menolong, rajin hemat, disiplin,

bertanggung jawab, dapat dipercaya suci dalam pikiran, perbuatan dan

perkataan, merupakan isi dari dasa darma, oleh karena itu pembinaan gerakan

Pramuka mengutamakan aspek pembentukan kecerdasan emosional pada

anggotanya.

62
Mahasiswa perguruan tinggi sebagai Pramuka pandega memiliki

tuntutan dan kewajiban yang spesifik dalam kegiatan yang diikutinya selain

kode etik yang harus diamalkan aktivis gerakan Pramuka. Pramuka juga

mengalami sosialisasi dengan sesama Pramuka yang bernuansa persaudaraan

dalam kegiatan kepramukaan maupun kehidupan sehari-hari dengan orang

lain. Gerak dasar kegiatan bagi pencapaian sasaran pembinaan adalah

membangkitkan, mendorong, dan mengarahkan serta mengatur dan

mengembangkan keyakinan/ minat, semangat serta kemampuan Pramuka

pendega, kegiatan Pramuka meliputi bina diri, bina satuan dan bina

masyarakat. Kegiatan bina diri, kegiatan ini berkaitan dengan diri pribadi

seorang pramuka, kegiatannya adalah pelatihan- pelatihan untuk anggota

Pramuka seperti jurnalistik, komputer, tari, pantomim dan lain sebagainya.

Bina satuan salah satu kegiatannya yaitu Gladian Pimpinan Pandega (GPP)

disini anggota dilatih bagaimana seorang Pramuka belajar memimpin dan

dipimpin sesama teman. Bagaimana seorang Pramuka diberi tanggung jawab

mengemban racana supaya lebih baik. Bina masayarakat, anggota Racana

diharuskan menjalankan kewajiban kaitannya dengan pengabdian masyarakat.

kegiatan ini dipegang bidang sosial agama seperti yang dilaksanakan di desa

binaan pabelan yaitu penyaluran hewan kurban, Amalan Ramadhan Racana

(ARR), Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), mendirikan Taman Pendidikan

AL- Qur an (TPA). Salah satu darma Pramuka ini menunjukkan bahwa setiap

orang Pramuka diharuskan mengembangkan perilaku menolong terhadap

orang lain dalam kehidupan sehari- hari, seperti pendidikan “SAR” yang ada

63
di Racana STAIN Salatiga ini, diusahakan untuk membantu korban baik

korban bencana alam maupun kecelakaan

Kode etik Pramuka dan nilai-nilai kepramukaan yang diajarkan di atas

diwujudkan dalam kegiatan kepramukaan, dengan metode permainan, diskusi,

demonstrasi, lomba, drama, dan bermain peran, kerja kelompok, penugasan

pribadi, perkemahan, ceramah, dan kegiatan kepramukaan dilakukan dengan

sistem kelompok. Keadaan ini akan menstimulasi adanya kerja sama, jujur,

tanggung jawab, dan saling menolong.

Keberhasilan seseorang dalam kehidupan ditentukan oleh kecerdasan

rasional dan kecerdasan emosional, tidak hanya oleh IQ. Tetapi justru

kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional yang memegang peranan.

Dengan berorganisasi akan berlatih tampil di depan umum, membangun

kepercayaan, mengakui kesalahan sendiri, tanggung jawab, mempunyai

komitmen tinggi, hormat dan mau bergaul, tolong menolong dan lain-lain.

Penjelasan diatas menunjukkan bahwa semakin aktif dalam mengikuti

kegiatan kepramukaan, maka mahasiswa akan semakin tinggi kecerdasan

emosionalnya.

64
BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Racana STAIN Salatiga

1. Sejarah Berdirinya Racana STAIN Salatiga

Racana STAIN Salatiga berdiri pada tanggal 9 Maret 1988, dengan

nama Racana IAIN Walisongo logo sama dengan Racana IAIN Walisongo

akan tetapi bertuliskan Salatiga, dan Ketua Pertama Racana Putra oleh Kakak

Drs. Abdul Syukur, M.Si untuk Ketua Racana Putri oleh Dra. Astuti Sakdiyah.

Sanggar Bhakti Pramuka Racana STAIN Salatiga bertempat di komplek PKM

II Lt I Kampus I Jl. Tentara pelajar No 2 Salatiga.

2. Struktur Organisasi Racana

Organisasi tidak akan terkordinir secara baik dalam menjalankan roda

kegiatannya, apabila organisasi tersebut tidak ada yang mengurus, maka dari

itu untuk mengatur jalannya kegiatan yang lebih terarah setiap organisasi

memiliki pengurus yang bertugas mengoptimalkan program kerjanya. Adapun

struktur organisasi Dewan Racana STAIN Salatiga pada tahun 2010/ 2011

seperti yang tercantum pada l tabel I.

65
Tabel I

STRUKTUR ORGANISASI RACANA STAIN SALATIGA

PERIODE 2010/ 2011

PUTERA JABATAN PUTERI

Cholilurrohman KETUA Kaifiyyati Tasykurin. N

M Sofiul Hadi SEKRETARIS Umi solikhah

Miftakhuddin BENDAHARA Qumi Laila

Noor Sahid PEMANGKU ADAT Fitri Fauziyah

SEKSI BIDANG

M Taufik OPERASIONAL Ana Puspita Sari

Solikhin TEK.PRAM Malikhah

Bayu S LIT.BANG Kusnul Khotimah

Widodo Ke-RT-aN Ida Khaizah

3. Sarana dan Prasarana

Sebuah lembaga tidak lepas dari kebutuhan untuk menunjang jalannya

kegiatan agar setiap kegiatan dapat berjalan sesuai harapan dan terpenuhi

secara baik dan mudah, maka dari itu racana STAIN Salatiga membutuhkan

66
baik sarana maupun prasarana adapun sarana prasarana Racana STAIN

Salatiga Periode 2010/ 2011 seperti tercantum pada tabel II.

Tabel II

SARANA dan PRASARANA RACANA STAIN SALATIGA

PERIODE 2010/ 2011

No Jenis Sarana Jumlah Keterangan

1 Computer 1 set Baik

3 Almari 3 Baik

4 Etalase 1 Baik

5 Tv 1 Baik

6 Meja 3 Baik

7 Kotak P3K 1 Baik

8 Loker Seng 1 Baik

9 Papan Mading 1 Baik

10 Papan Withboard 2 Baik

11 Alat Mountenering 1 set Baik

12 Tenda 5 Baik

13 Dispenser 1 Baik

14 Bendera Merah Putih 1 Baik

67
15 Bendera Racana 2 Baik

16 Tempat Bendera 1 Baik

17 Sajadah 5 Baik

18 Mukena 3 Baik

19 Sarung 2 Baik

B. Penyajian Data

Responden yang diambil adalah mahasiswa angkatan, 2008, 2009 dan

2010 sebagai anggota Racana STAIN Salatiga seperti dalam tabel III.

Tabel III

DAFTAR NAMA RESPONDEN

No Nama Responden Angkatan

1 M Abdul Munif 2008

2 Razif Hidayat 2008

3 Atika Imania 2008

4 Imam Dahliyani 2008

5 Heni Ariyani 2008

6 Eko Suhendro 2008

7 Farokhatusy Syukriyah 2008

8 Maliki 2008

9 Maryono 2008

68
10 Winda Iriani 2008

11 Khusnu Indrawati 2008

12 Daniyatul Afifah 2008

13 Khozin 2008

14 Paryono 2008

15 Farikhatul Walidah 2008

16 Maria Ulfah 2008

17 Moh Sofiyul Hadi 2008

18 Leni Rahmawati 2008

19 Nida Vitria Utami 2008

20 Fitri Nurmanila 2008

21 Mudrikah 2008

22 Didit Syaiful Anwar 2008

23 Septika Wahyu 2009

24 Evi Retnowati 2009

25 Ari Retno Satriyanti 2009

26 Irma Farida Arifin 2009

27 Nana Yunita Sari 2009

28 Sri Rahayu 2009

29 Nurrokhim 2009

30 Hadiatun 2009

31 Rahayu Puji Astuti 2009

32 M Fadhil 2009

69
33 M Arief Mufti Habibi 2009

34 Isti Nur Latifa 2009

35 Lina Rohaeni 2009

36 Ali Rasyadi 2009

37 Mim Kholifah 2009

38 Nalil Asna 2009

39 Amirul Bahri 2009

40 Siti Khotimatun 2009

41 M. Mahfud 2009

42 Nur Hidayah 2009

43 Aris Zulfa 2009

44 Aulia Ulfa Dewi 2009

45 M Syarifudin 2009

46 Anna Fista 2009

47 Khozin 2009

48 Siti Marfu’ah 2009

49 Siti Nur Tyas Moro 2009

50 M Dyiauddin 2009

51 A Alfyan Fakhroni 2009

52 M Nor Rifa’i 2009

53 Dewi Ermawati 2009

54 Wahib Kamal 2009

55 Ngaunu Rofiq 2009

70
56 Teguh Evendi Yusup 2009

57 Dhika Mustika Sari 2009

58 Irvina Zulfah 2009

59 Kharis Naja 2009

60 Yuliana Ari Susanti 2009

61 Maftikha Ari Yulianti 2009

62 Siti Eka Puspitasari 2009

63 Heri Sulistyo 2009

64 Samsul Ma’arif 2009

65 M Agus Imam 2009

66 Aniswatun Hidayah 2009

67 Durrotun Nafisah 2009

68 Nayla M 2009

69 Siti Choiriyah 2009

70 Muhammad Adnan 2010

71 M Faudhul Ma’ali 2010

72 Dhika Mustika 2010

73 Trioyono 2010

74 Uswah Fatmawati 2010

75 Fiska Erma Fanita 2010

76 Arina Maghfiroh 2010

77 Inayatus Solikhah 2010

78 Endang Hayati 2010

71
79 Siti Maskiyah 2010

80 M Taufik 2010

81 Heni Ariyani 2010

82 Maisyaroh Husna 2010

83 Sa’idah 2010

84 Dysa Martina 2010

85 Pratiwi Endah 2010

86 Heru Priyanto 2010

87 Ulul Azmi 2010

88 Mirza Faisol 2010

89 Siti Sa’adah 2010

90 Mahfudhoh 2010

91 Darmi 2010

92 Dewi Mufidah 2010

93 Andi Wibowo 2010

94 Miftahuddin 2010

95 Rofik Khusnun 2010

96 Isnaini Tursinia 2010

97 Abdul Ghoni 2010

98 Nur Khayati 2010

99 M Zainuddin 2010

100 Marhamah 2010

101 Siti Fitriyah 2010

72
102 Noor Aziz Kurniawan 2010

103 Basyiroh 2010

104 Mustakim 2010

105 Arif Budi Wibowo 2010

Dalam data tentang studi korelasi kepramukaan dengan pembentukan

kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga, penulis

menyebarkan angket kepada anggota angkatan, 2008 jumlah, 2009 jumlah

dan 2010 jumlah baik putra maupun putri, yang mana diambil dari mahasiswa

yang masih aktif mengikuti kegiatan kepramukaan di Racana STAIN Salatiga.

Penulis memberikan pertanyaan kepada responden sebanyak 40 pertanyaan,

terdiri dari 20 Pertanyaan mengenai intensitas mengikuti kegiatan

kepramukaan dan 20 Pertanyaan mengenai kecerdasan emosional terhadap

mahasiswa. Adapun hasil dari angket yang diisi oleh responden akan diurai

dalam tabel IV pada Bab IV.

73
BAB IV

ANALISIS DATA

Pembahasan tentang hasil penelitian ini akan penulis sajikan dari penyebaran

angket kepada mahasiswa (anggota racana) yang terpilih menjadi subjek

penelitian, yaitu sejumlah 105 orang responden.

Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan untuk memudahkan jalannya

analisis yaitu dengan melalui tiga tahapan :

a. Deskripsi data hasil penelitian

b. Pengujian hipotesis

c. Pembahasan hasil penelitian

A. Deskripsi data hasil penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti di bawah ini akan disajikan data

tentang intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dan pembentukan

kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga.

1) Data tentang Intensitas Mengikuti Kegiatan Kepramukaan.

Untuk mengetahui nilai dan data intensitas mengikuti kegiatan

kepramukaan dengan jumlah skor jawaban angket dari responden dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

74
Tabel IV

DATA HASIL ANGKET INTENSITAS MENGIKUTI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI RACANA STAIN SALATIGA

NO X NO X NO X NO X NO X

1. 78 22. 72 43. 65 64. 77 85. 73

2. 62 23. 73 44. 71 65. 57 86. 65

3. 78 24. 65 45. 58 66. 48 87. 58

4. 68 25. 68 46. 60 67. 78 88. 68

5. 64 26. 69 47. 68 68. 58 89. 53

6. 67 27. 67 48. 75 69. 70 90. 60

7. 65 28. 67 49. 65 70. 71 91. 58

8. 71 29. 77 50. 73 71. 69 92. 72

9. 58 30. 57 51. 65 72. 78 93. 73

10. 60 31. 48 52. 58 73. 62 94. 65

11. 68 32. 78 53. 68 74. 78 95. 68

12. 75 33. 58 54. 53 75. 68 96. 69

13. 65 34. 70 55. 60 76. 64 97. 67

14. 73 35. 71 56. 58 77. 67 98. 67

15. 65 36. 69 57. 72 78. 65 99. 77

16. 58 37. 78 58. 73 79. 71 100. 57

17. 68 38. 62 59. 65 80. 58 101. 48

18. 53 39. 78 60. 68 81. 60 102. 78

75
19. 60 40. 68 61. 69 82. 68 103. 58

20. 58 41. 64 62. 67 83. 75 104. 70

21. 78 42. 67 63. 67 84. 65 105. 71

Setelah dilakukan penghitungan data di atas kemudian dapat dilakukan

analisis, yaitu menentukan kualifikasi dan interval nilai dengan cara menentukan

range :

R = H-L+1

Keterangan :

R : range

H : nilai tertinggi

L : nilai terendah

R = 78-48+1

= 31

Sehingga dapat diketahui interval nilai:

Range
i
Jumlah int erval

31
i
4

= 7.75

76
Dengan demikian dapat diperoleh kualifikasi dan interval nilai seperti

pada tabel di bawah ini :

Tabel V

INTERVAL NILAI (X)

No Interval Intensitas

1 48-55 Rendah

2 56-63 Cukup

3 64-71 Baik

4 72-79 Tinggi

Mencari nilai rata- rata (mean) dari intensitas mengikuti kegiatan

kepramukaan di Racana STAIN Salatiga (X) dengan menggunakan

rumus mean, yaitu :

x
Mx 
N

6969
Mx 
105

= 66.37

Dari analisis di atas diketahui bahwa intensitas mengikuti

kegiatan kepramukaan di Racana STAIN Salatiga termasuk kategori

baik yaitu berada pada interval 66-71 dengan nilai rata-rata 66,37.

77
2) Data tentang Pembentukan Kecerdasan Emosional Mahasiswa

Untuk mengetahui nilai dari data tentang pembentukan kecerdasan

emosional mahasiswa dengan menjumlahkan skor jawaban angket dari

responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel VI

HASIL ANGKET PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL

MAHASISWA DI RACANA STAIN SALATIGA

NO Y NO Y NO Y NO Y NO Y

1. 63 22. 63 43. 58 64. 67 85. 61

2. 54 23. 64 44. 61 65. 59 86. 66

3. 61 24. 60 45. 56 66. 45 87. 52

4. 54 25. 65 46. 53 67. 70 88. 61

5. 59 26. 67 47. 55 68. 50 89. 46

6. 48 27. 60 48. 64 69. 65 90. 59

7. 58 28. 63 49. 50 70. 61 91. 45

8. 61 29. 67 50. 61 71. 64 92. 63

9. 56 30. 59 51. 66 72. 63 93. 64

10. 53 31. 45 52. 52 73. 54 94. 60

11. 55 32. 70 53. 61 74. 61 95. 65

12. 64 33. 50 54. 46 75. 54 96. 67

13. 50 34. 65 55. 59 76. 59 97. 60

14. 61 35. 61 56. 45 77. 48 98. 63

78
15. 66 36. 64 57. 63 78. 58 99. 67

16. 52 37. 63 58. 64 79. 61 100. 59

17. 61 38. 54 59. 60 80. 56 101. 45

18. 46 39. 61 60. 65 81. 53 102. 70

19. 59 40. 54 61. 67 82. 55 103. 50

20. 45 41. 59 62. 60 83. 64 104. 65

21. 63 42. 48 63. 63 84. 50 105. 61

Setelah dilakukan penghitungan data di atas kemudian dapat

dilakukan analisis, yaitu menentukan kualifikasi dan interval nilai dengan

cara menentukan range:

R = H-L+1

R = 70-45+1

= 26

Sehingga dapat diketahui interval nilai :

Range
i
Jumlah int erval

26
i
4

= 6.5

79
Dengan demikian dapat diperoleh kualifikasi dan interval nilai

seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel VII

INTERVAL NILAI (Y)

No Interval Keterangan

1 45-51 Rendah

2 52-58 Cukup

3 59-65 Baik

4 66-72 Tinggi

Mencari nilai rata- rata Mean, yaitu :

y
My 
N

6147
My 
105

= 58,54285714

Dibulatkan menjadi = 58, 54

Dari analisis di atas diketahui bahwa pembentukan kecerdasan

emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga termasuk dalam

kategori cukup yaitu berada pada interval 52- 58 dengan nilai rata- rata

58,54.

80
B. Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji kebenarannya adalah untuk menentukan korelasi

antara variabel intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan (X) dengan

pembentukan kecerdasan emosional mahasiswa (Y)

Untuk memudahkan dalam analisis regresi dengan skor mentah ini maka

perlu dibuat tabel kerja regresi intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dan

pembentukan kecerdasan emosional mahasiswa sebagaimana dalam tabel di

bawah ini:

Tabel VIII

TABEL KERJA INTENSITAS MENGIKUTI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DAN PEMBENTUKAN KECERDASAN

EMOSIONAL MAHASISWA DI RACANA STAIN SALATIGA.

Variabel X Dan Variabel Y


No XY
2 2
X Y X Y

1. 78 63 6084 3969 4914

2. 62 54 3844 2916 3348

3. 78 61 6084 3721 4758

4. 68 54 4624 2916 3672

5. 64 59 4096 3481 3776

6. 67 48 4489 2304 3216

7. 65 58 4225 3364 3770

8. 71 61 5041 3721 4331

81
9. 58 56 3364 3136 3248

10. 60 53 3600 2809 3180

11. 68 55 4624 3025 3740

12. 75 64 5625 4096 4800

13. 65 50 4225 2500 3250

14. 73 61 5329 3721 4453

15. 65 66 4225 4356 4290

16. 58 52 3364 2704 3016

17. 68 61 4624 3721 4148

18. 53 46 2809 2116 2438

19. 60 59 3600 3481 3540

20. 58 45 3364 2025 2610

21. 72 63 5184 3969 4536

22. 73 64 5329 4096 4672

23. 65 60 4225 3600 3900

24. 68 65 4624 4225 4420

25. 69 67 4761 4489 4623

26. 67 60 4489 3600 4020

27. 67 63 4489 3969 4221

28. 77 67 5929 4489 5159

29. 57 59 3249 3481 3363

30. 48 45 2304 2025 2160

82
31. 78 70 6084 4900 5460

32. 58 50 3364 2500 2900

33. 70 65 4900 4225 4550

34. 71 61 5041 3721 4331

35. 69 64 4761 4096 4416

36. 78 63 6084 3969 4914

37. 62 54 3844 2916 3348

38. 78 61 6084 3721 4758

39. 68 54 4624 2916 3672

40. 64 59 4096 3481 3776

41. 67 48 4489 2304 3216

42. 65 58 4225 3364 3770

43. 71 61 5041 3721 4331

44. 58 56 3364 3136 3248

45. 60 53 3600 2809 3180

46. 68 55 4624 3025 3740

47. 75 64 5625 4096 4800

48. 65 50 4225 2500 3250

49. 73 61 5329 3721 4453

50. 65 66 4225 4356 4290

51. 58 52 3364 2704 3016

52. 68 61 4624 3721 4148

83
53. 53 46 2809 2116 2438

54. 60 59 3600 3481 3540

55. 58 45 3364 2025 2610

56. 72 63 5184 3969 4536

57. 73 64 5329 4096 4672

58. 65 60 4225 3600 3900

59. 68 65 4624 4225 4420

60. 69 67 4761 4489 4623

61. 67 60 4489 3600 4020

62. 67 63 4489 3969 4221

63. 77 67 5929 4489 5159

64. 57 59 3249 3481 3363

65. 48 45 2304 2025 2160

66. 78 70 6084 4900 5460

67. 58 50 3364 2500 2900

68. 70 65 4900 4225 4550

69. 71 61 5041 3721 4331

70. 69 64 4761 4096 4416

71. 78 63 6084 3969 4914

72. 62 54 3844 2916 3348

73. 78 61 6084 3721 4758

74. 68 54 4624 2916 3672

84
75. 64 59 4096 3481 3776

76. 67 48 4489 2304 3216

77. 65 58 4225 3364 3770

78. 71 61 5041 3721 4331

79. 58 56 3364 3136 3248

80. 60 53 3600 2809 3180

81. 68 55 4624 3025 3740

82. 75 64 5625 4096 4800

83. 65 50 4225 2500 3250

84. 73 61 5329 3721 4453

85. 65 66 4225 4356 4290

86. 58 52 3364 2704 3016

87. 68 61 4624 3721 4148

88. 53 46 2809 2116 2438

89. 60 59 3600 3481 3540

90. 58 45 3364 2025 2610

91. 72 63 5184 3969 4536

92. 73 64 5329 4096 4672

93. 65 60 4225 3600 3900

94. 68 65 4624 4225 4420

95. 69 67 4761 4489 4623

96. 67 60 4489 3600 4020

85
97. 67 63 4489 3969 4221

98. 77 67 5929 4489 5159

99. 57 59 3249 3481 3363

100. 48 45 2304 2025 2160

101. 78 70 6084 4900 5460

102. 58 50 3364 2500 2900

103. 70 65 4900 4225 4550

104. 71 61 5041 3721 4331

105. 69 64 4761 4096 4416

6969 6147 467919 364401 411687

Dari tabel di atas dapat diketahui:

N = 105

x = 6969

y = 6147

x2 = 467919

y2 = 364401

xy = 411687

86
Uji Koefisien Korelasi antara variabel X dengan Y

N (xy )  (x)(y )
rxy 
{N .x 2  (x) 2 }{N . y 2  (y) 2 }

105(411687)  (6969)(6147)

{105.4679919  (6969) 2 }{105.364401  (6147) 2 }

43227135  42838443

{49131495  48566961}{38262105  37785609}

388692

{564534}{476496}

388692

2.689981929

388692

518650.357

= 0.749429735

Dibulatkan menjadi = 0.749

Jadi perhitungan yang telah penulis lakukan telah ditemukan rxy=

0.749, dapat dinilai bahwa nilai N = 105 dengan taraf signifikansi 5 %

adalah:

ro = 0.749

rt = 0.195

Berarti = ro > rt

87
C. Pembahasan Hasil Penelitian

Untuk menguji apakah studi korelasi antara intensitas mengikuti

kegiatan kepramukaan dengan pembentukan kecerdasan emosional mahasiswa

itu signifikan, maka harga rxy= 0.749 dapat di konsultasikan dengan table r-

teoretik dengan N= 105 atau derajat kebebasan db= 105- 2. Dari tabel r-

teoretik dengan N=105 (atau db=103) akan ditemukan harga r- teoretik pada

taraf signifikan 5% atau rt 5%= 0,195. Karena harga rxy sebesar 0, 749 maka

dinyatakan signifikan, dan dapat disimpulkan bahwa korelasi antara intensitas

mengikuti kegiatan kepramukaan dengan kecerdasan emosional mahasiswa

sangat signifikan.

Dengan demikian berarti bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti

yang berbunyi “Semakin Tinggi Intensitas Mengikuti Kegiatan Kepramukaan

Maka Semakin Tinggi Kecerdasan Emosional Mahasiswa” dilihat pada taraf

signifikansi 5 % ada korelasi yang positif antara intensitas mengikuti kegiatan

kepramukaan dengan kecerdasn emosional mahasiswa Di Racana STAIN

Salatiga atau dengan kata lain intensitas berpengaruh positif dengan

kecerdasan emosional.

88
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan merupakan kualitas dalam

perbuatan yang dapat meningkatkan prestasi di Racana STAIN Salatiga.

Termasuk kategori baik yaitu pada interval 66-71 dengan nilai rata-rata

66,37

2. Sedangkan Kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga.

Mahasiswa mengikuti berbagai macam kegiatan yang diselenggarakan

oleh para Dewan Racana STAIN Salatiga seperti amalan romadhon

racana, latihan rutin, latihan gabungan bersama Pramuka penegak, dan

mengikuti kursus mahir maupun lanjutan itu merupakan wujud sarana

yang dapat membangun mental untuk bekal yang akan datang, kategori ini

cukup yaitu berada pada interval 52-58 dengan nilai rata-rata 58,54

3. Berdasarkan analisis data kuantitatif menunjukkan bahwa intensitas

dengan kecerdasan emosional terdapat hubungan yang signifikan, dilihat

pada taraf 5 % (0.195) sehingga ro> dari pada rt sehingga hipotesis yang

penulis ajukan DITERIMA.

B. Saran-saran

Peneliti memberikan beberapa saran berkaitan dengan telah terujinya

hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

89
1. Bagi Mahasiswa

a. Mahasiswa perlu mempertahankan dan meningkatkan kecerdasan

emosinya terhadap siapapun dalam kehidupan sehari-hari serta

menghindari perilaku yang bertentangan dengan kecerdasan emosi,

khususnya perkelahian, caci maki, perusakan dan sebagainya.

b. Mahasiswa perlu mempertahankan dan meningkatkan kecerdasan

emosional yang dimiliki dengan memelihara kualitas dan kuantitas

sosialisasi dengan orang lain.

c. Mahasiswa diharapkan mengikuti aktivitas-aktivitas di luar rumah dan

kampus, khususnya gerakan Pramuka yang dapat mengembangkan

potensi- potensi diri yang dimiliki.

2. Bagi STAIN Salatiga.

a. STAIN Salatiga perlu meningkatkan keaktifan kegiatan-kegiatan

positif yang berkaitan dengan kepedulian dan kepekaan mahasiswa

terhadap orang lain dan kondisi lingkungan di sekitarnya. Misalnya,

dengan mendukung aktivitas-aktivitas intrakurikuler di kampus,

seperti Gerakan Pramuka, Koperasi Mahasiswa, Stain Musik Club,

Teater Getar, Mahasiswa Pencinta Alam, Stain Sport Club, dan

intrakurikuler lain.

b. STAIN Salatiga perlu mengaktifkan Gerakan Pramuka, sebagai upaya

penyalur potensi mahasiswa dan membentuk kecerdasan emosional

yang lebih baik, sehingga mahasiswa tidak berperilaku yang

merugikan orang lain.


90
3. Bagi Kwartir Gerakan Pramuka

a. Kwartir Gerakan Pramuka perlu mengadakan pembinaan lebih serius

terhadap gugus depan di kampus. Memantau secara langsung,

mengadakan kursus- kursus tentang teknik pembinaan kepada

pembina secara intensif dan memberikan pedoman yang jelas dalam

membina anak didik.

b. Pembina Pramuka diharapkan menambah kualitas pembinaan terhadap

anak didik dalam pembentukan perilaku yang lebih baik, dengan

mengikuti kursus-kursus untuk pembina

c. Mahasiswa sebagai peserta didik Gerakan Pramuka diharapkan dapat

mengambil hikmah dalam melaksanakan aktivitas kepramukaan, tidak

sekedar menjalankan aktivitas tersebut.

91
DAFTAR ISI

SAMPUL .................................................................................................................. i

LEMBAR BERLOGO .............................................................................................. ii

JUDUL ...................................................................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ iv

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ........................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii

ABSTRAK ................................................................................................................ x

DAFTAR ISI ............................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7

D. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 8

E. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 8

F. Definisi Operasional .................................................................. ... 9

G. Metode Penelitian ……………………………………………….. 11

H. Sistematika Penulisan …………………………………………... 15

xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Intensitas Mengikuti Kegiatan Kepramukaan ............................... 18

1. Pengertian Intensitas Mengikuti Kegiatan Kepramukaan ...... 18

2. Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan ........ 19

3. Pembinaan Pramuka Pandega ................................................. 36

4. Bentuk-bentuk Kegiatan Kepramukaan .................................. 38

B. Pembentukan Kecerdasan Emosional ........................................... 42

1. Pengertian Kecerdasan Emosional ......................................... 42

2. Komponen-komponen Kecerdasan Emosional ...................... 46

3. Faktor-faktor Korelasi Kecerdasan Emosional . ..................... 56

C. Korelasi Antara Intensitas Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dengan

Kecerdasan Emosional Mahasiswa di Racana STAIN Salatiga .... 58

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Racana STAIN Salatiga .................................. 65

1. Sejarah Berdirinya Racana STAIN Salatiga ............................. 65

2. Struktur Organisasi Racana ...................................................... 65

3. Sarana dan Prasarana ................................................................ 66

B. Penyajian Data ............................................................................... 68

BAB IV ANALISIS DATA

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian .................................................... 74

B. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 81

C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 88

xii
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 89

B. Saran-Saran ................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, M. Amin, dkk, Pedoman Lengkap Gerakan Pramuka, Surabaya : Beringin


Jaya, 1994.

Al Hajj, Muslim bin, Imam Abi Husain, juz 4, Shahih Muslim Beirut Libanon, Darul
Al-Ulumiah, t.th.

At-Tirmidzi, Abi Isa Muhammad bin Isa bin Surah, Sunan At-Tirmidzi, (darul fikri,
Bairut, t.th

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, cet. II, 1998.

Belajar di Pramuka, http=//www.geocities.com/Gudep 13007/tsn.ed.feb.htm (diakses


pada 16 Maret 2010 pukul 10.00 WIB).

Cooper, Robert K., dan Ayman Sawaf, Kecerdasan Emosional dalam


Kepemmmpinan dan Organisasi, diterjemahkan oleh Alek Tri Kentjono
Widodo, (Jakarta : Gramedia, 2000), hlm. 189

Djauhari, M., dkk, Pembinaan Latihan Penggalang, Klaten : CV Sahabat, 1995.

Ginanjar, Ary, Agustian, ESQ, Jakarta : Arga, cet. IV, 2001

Goleman, Daniel, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi,


diterjemahkan oleh Alex Tri Kentjono Widodo, Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 1999.

______________, Emotional Intellegence, Mengapa EQ lebih penting daripada IQ,


diterjemahkan oleh Hermaya, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, cet. XXII,
1999.

______________, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, Alih Bahasa


Alez Tri Kuntjoro Widodo, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2000.

Gottman, Jhon, Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional,


alih bahasa T. Hermaya, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Pustaka Utama,
1999.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta : Andi Offset, cet XXIV,
1980.

, Metodologi Research, Jilid II, Yogyakarta : Andi Offset, Cet XX,


1989.

, Statistik Jilid II, (Yogyakarta : Andi Ofset, 2002

, Analisis Regresi, (Yogyakarta : Andi Offset), Cet. VII


Hadjar, Ibnu, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan,
Semarang : PT. Raja Grafindo Persada, 1996.

Hajar, Imam Ahmad Bin Ali Bin, Juz 10, Fathul Bari, (Darul Ihya: Kitab
Al-Alhiyyah, Mesir, t.th

Harahap, Rivai, AD/ART Gerakan Pramuka, Jakarta : Kwartir Nasional Gerakan


Pramuka, 1999.

, Pendidikan Nila Gerakan Pramuka, Jakarta: Kwartir Nasional


Gerakan Pramuka, 1999

Hurlock, Elizabeth B., Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan, Jakarta : Penerbit Erlangga, 1997.

Http//www/eqi.org/definition and History of Emotional Intellegence

Kartono, Kartini, Patologi Sosial, Jakarta: Rajawali Pers, 1992

, Patologi Sosial, Jilid I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999.

Katamsi, Amaroso, dkk., 40 Tahun Gerakan Pramuka, Jakarta : Kwartir Nasional,


2001.

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia


Pustaka Utama, 1991.

Mengenal Kecerdasan Emosional Remaja, http=//www.w-psikologi.com / remaja /


131110. htm (diakses pada 13 November 2010 pukul 19.00 WIB)

Moeliono, Anton M., dkk., Tim Penyusun Kamu Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta :
Balai Pustaka, 1994.

Mu’tadiri, Zainun, Mengenal Kecerdasan Emosional Remaja, www.e


Psikologi.com./remaja/170311, htm.

Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : Fak Tarbiyah IAIN Walisongo, 2001.

Napitupulu, Pendidikan Nilai Gerakan Pramuka, Jakarta: Kwarnas Gerakan


Pramuka, 1999.

Petunjuk Penyelenggaraan Pendidikan dan Latihan Pramuka Penegak dan Pandega,


Jakarta Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1997.

Poerwodarminto, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,


1993.
Pola dan Mekanisme Pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega, Jakarta : Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka, 1988.

Saraswati, www.Kompas.com/Altruisme, Menolong Tanpa Pamrih …! 1 November


2010

Segal, Jeanne, Meningkatkan Kecerdasan Emosional, Pedoman Praktis Program


untuk Memperkuat Naluri dan Emosi Anda, diterjemahkan oleh Dian
Paramesti Bahar, Jakarta : Citra Aksara, 2001.

Shapiro, Lawrence E., Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1997.

Soehartono, Irawan, Metodologi Penelitian Sosial, Bandung : PT Remaja Rosda


Karya, 2000.

Soenarjo, dkk, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Depag RI, 1992.

Sudarsono., Kamus Filsafat dan Psikologi, Jakarta : Rineka Cipta, 1993.

Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Yogyakarta : Andi Offset,


1990.

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta : Rajawali Press, 1991.

Tijan dan Hamonangan Sigalingging, Kepramukaan, Semarang : CV IKIP


Semarang, 1998.

Wawancara dengan Ketua Racana STAIN Salatiga periode 2010.

Webster, Grolier Webster International Dictionary of The English Language, New


York, Gronlier Incorporated, 1984.

Anda mungkin juga menyukai