Oleh:
Abraham Theodore Suhendra
16014101009
Masa KKM : 27 November 2017 – 24 Desember 2017
Residen Pembimbing:
dr. Melati Papendang
Supervisor Pembimbing:
Dr. Denny Walandouw, Sp.M
Laporan kasus dengan judul “Hifema ” telah dikoreksi, disetujui dan dibacakan pada
Desember 2017 di bagian Ilmu Kedokteran Mata RSUP Prof. dr. R. D. Kandou
Manado.
Residen Pembimbing:
Supervisor Pembimbing
2
BAB I
PENDAHULUAN
Hifema merupakan adanya akumulasi darah di bilik mata depan. Hal ini paling
sering disebabkan oleh trauma tumpul di mata yang menyebabkan robeknya iris atau
badan silier.1 Hifema dapat juga disebabkan oleh trauma intraoperasi, pecahnya
populasi.2 Anak-anak dan remaja usia 10-20 tahun memiliki persentase penderita
terbanyak, yaitu sebesar 70%.2 Hifema lebih sering terjadi pada pria dibandingkan
Benda-benda yang cukup kecil seperti bola kecil, paintball, batu kerikil, atau
hifema. Akan tetapi, hal ini tidak menutupi kemungkinan objek yang lebih besar
dibandingkan tulang orbita untuk mengakibatkan trauma pada mata selama memiliki
elastisitas yang cukup untuk mengenai bagian yang terekspos tadi.1 Pasien hifema
umumnya akan datang dengan keluhan perdarahan atau adanya darah pada bagian
tengah mata.
anterior dan posterior, dan atrofi optik.1 Bila penanganan hifema tidak tepat, dapat
Dekstra di bagian Ilmu Penyakit Mata RSUP Prof. Dr. dr. R. D. Kandou Manado.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : DK
Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 59 tahun
Suku : Minahasa
Agama : Kristen
Alamat : Paniki Bawah
B. ANAMNESIS
Keluhan utama:
Mata kanan merah dan berisi darah
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum : baik
Kesadaran : kompos mentis
Tekanan darah : 120/80
Respirasi : 18
Nadi : 68
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
4
Extremitas : dalam batas normal
D. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
1. Status lokalis
a. Pada pemeriksaan objektif :
- visus okulus dekstra : No Light Perception (NLP)
- visus okulus sinistra : 1/300
- TIOD : 18 mmHg, TIOS : 10 mmHg
2. Pada inspeksi didapatkan :
A. Pada Okulus Dextra
Suprasilia :Rontok (-)
Palpebra :Hiperemi (-), sekret (-), massa (-)
Konjungtiva :Injeksi konjungtiva tidak ada
Sklera : hecting (+)
Kornea : Jernih
COA : darah (+) 1/3-½ bagian COA, Clotting (+)
Pupil : Bulat, reflex cahaya (+) diameter pupil 3 mm
Iris : Normal
Lensa : Intra Ocular Lens (IOL)
5
Palpebra superior okulus sinistra : dalam batas normal
Palpebra inferior okulus sinistra : dalam batas normal
Segmen Posterior
A) Okulus sinistra
Refleks fundus : (+) uniform
Retina : perdarahan (-), kalsifikasi (-)
Papil N. II : bulat, batas tegas, warna vital, CDR 0,3
Makula : Refleks fovea (+) normal
A) Okulus dextra
Refleks fundus : negatif
Retina : sulit dievaluasi
Papil N. II : sulit dievaluasi
Makula : sulit dievaluasi
E. RESUME MASUK
Seorang pasien perempuan, 58 tahun, datang ke Poli Mata RSUP Prof Dr.
R. D. Kandou pada tanggal 06 Desember 2017 dengan keluhan mata kanan
merah berisi darah sejak empat hari yang lalu. Pasien seminggu yang lalu
6
terjatuh saat di kamar mandi dan mengenai kepala pasien. Awalnya pasien
hanya merasakan pusing, namun empat hari yang lalu pasien mulai merasa
sedikit nyeri pada mata kanan dan terlihat seperti ada darah pada mata
kanannya. Mata kabur tidak dikeluhkan oleh pasien. Pasien sebelumnya sudah
pernah ke dokter spesialis mata kemudian dirujuk ke RS.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum baik, kesadaran kompos
mentis, tanda-tanda vital dalam batas normal, toraks, abdomen dan ekstremitas
dalam batas normal.
Pada inspeksi mata kanan didapatkan pada COA terdapat darah yang
menempati 1/3-½ bagian CoA, terjadi clotting sedikit. Pupil dan iris normal,
namun pada lensa terpasang IOL. Segmen posterior mata kanan sulit dievaluasi.
Mata kiri dalam batas normal.
F. DIAGNOSIS
Hifema Grade II OD
Pseudofakia OD
G. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
H. TERAPI
a. Medikamentosa
Timol ED 2x1 OD
Asam tranexamat 3x500 mg
Vit C 50 mg 3x1
b. Non-medikamentosa
- Tirah baring total 30o - 45o
- Edukasi pasien dan keluarga untuk dapat membuat pasien tenang dan
tidak banyak bergerak.
7
BAB IV
PEMBAHASAN
8
Iris sendiri diperdarahi oleh kompleks antara 2 arteri siliar posterior dan 7 arteri
siliar anterior. Arteri ini akan bergabung membentukgreater arterial circle of
iris dan kemudianmemperdarahi iris dan badan silier.6
Seperti yang kita ketahui, bilik mata depan merupakan salah satu media refraksi
pada mata. Oleh karena itu, apabila terdapat darah pada bilik mata depan, refraksi
cahay dari dunia luar akan terganggu dan secara langusng ketajaman penglihatan
seseorang pun akan menurun. Tingkat penurunan ini tergantung pada banyaknya
darah di dalam bola mata. Penurunan dapat bersifat ringan hingga tingkat hand
movement ataupun light perception.1,7
Adanya darah yang mengisi bilik mata depan dapat meningkatkan tekanan
intraokular secara langsung karena adanya peningkatan volume cairan di dalam bilik
mata depan, sehingga menyebabkan kondisi glaukoma sekunder. Mekanisme lain
terjadinya glaukoma sekunder adalah karena adanya gumpalan darah, eritrosit, atau
fibrin yang menempel pada trabecular meshwork sehingga menghambat aliran
masuk humor aquos ke dalam saluran tersebut.1,7 Dapat juga terjadi trauma
pada trabecular meshwork ini berkaitan dengan trauma penyebab hifema sehingga
terjadi peningkatan tekanan intraokular akut.7 Pengamatan TIO sangat penting untuk
menentukan langkah tatalaksana lanjutan. Selama fase akut hifema, seringkali
ditemukan peningkatan TIO yang disebabkan oleh mekanisme diatas. Peningkatan
TIO akut ini dapat diikuti oleh periode TIO normal ataupun di bawah normal setelah
24 jam pertama kejadian hingga hari ke-6. Fenomena ini terjadi karena produksi
humor aquos yang berkurang dan adanya uveitis. Hal ini juga dapat meningkatkan
kejadian perdarahan sekunder. Seiring dengan pulihnya badan siliar, TIO akan
kembali meningkat.1
Pemeriksaan oftalmologi yang mendukung diagnosis yaitu didapatkan
adanya gumpalan pada daerah COA yang menutupi 1/3-½ bagian COA. Apabila
dibagi berdasarkan pemenuhan darah di bilik mata depan, hifema dibagi menjadi1,4:
1. Grade 1, darah mengisi kurang dari 1/3 bilik mata depan, insidensi kasusnya
58%
2. Grade 2, darah mengisi 1/3 – ½ bilik mata depan, dengan insidensi kasus
20%
3. Grade 3, darah mengisi ½ – kurang dari seluruh bilik mata depan, insidensi
kasusnya 14%
9
4. Grade 4, darah mengisi seluruh bilik mata depan, dikenal dengan total
hyphema, blackball atau 8-ball hyphema, insidensi kasusnya 8%.
Terapi Medikamentosa1,3,7-9
Hifema biasanya akan mengalami penyerapan secara spontan. Umumnya hal
ini terjadi setelah 5-7 hari dari awal trauma. Oleh karena itu, tatalaksana hifema pada
awal lebih menitikberatkan kepada elevasi kepala,bed rest dengan rawat
inap, patching, dan monitoring peningkatan TIO serta adanya perdarahan sekunder.
Pasien ini diterapi dengan beberapa obat baik topical maupun sistemik. Terapi
antiglaukoma dibutuhkan, seperti dengan pemberian asetazolamid atau beta-blocker
seperti timolol, pada kasus pasien mendapat terapi Timol ED 2x1 OS. Agen
antifibrinolitik seperti asam aminokaproat topical dan/atau oral serta asam
traneksamat oral untuk mengurangi risiko perdarahan ulang. Dosis untuk asam
aminokaproat adalah 50 mg/kgBB setiap 4 jam, maksimal 30 gram/hari selama 5
hari. Dosis untuk asam traneksamat adalah 25 mg/kgBB, 3 kali sehari selama 6 hari,
pada kasus diberikan asam tranexamat 3x1. Vitamin C yang juga dikenal dengan
nama asam askorbat mempunyai peran penting dalam tiap tahap penyembuhan luka.
Pada tahap proliferasi, asam askorbat berkontribusi dalam sintesis, maturasi, sekresi
dan degradasi daripada kolagen. Pada pasien diberikan vitamin C 50 mg 3 kali
sehari.
Pada kasus ini dapat dilakukan pemeriksaan penunjang. Yang akan dinilai
meliputi kondisi mata bagian posterior, adneksamata, dan orbita. Pemeriksaan yang
umum dilakukan berupa ultrasonografi (USG) mata atau CT-scan untuk melihat
adanya tumor atau kelainan lain pada intraokuler. Dapat juga dilakukan angiografi
pada iris untuk melihat adanya neovaskularisasi meskipun sangat jarang dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan, kecuali pemeriksaan darah untuk
melihat adanya sickle cell disease.1,7
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam. Prognosis visus akhir pasien
dengan hifema bergantung kepada tiga faktor utama, yaitu kerusakan organ mata
lain, apakah terjadi perdarahan sekunder, serta apakah terjadi komplikasi layaknya
glaukoma.1 Lebih dari 75% pasien dengan hifema memiliki visus akhir
>20/40.1 Besar hifema tidak memengaruhi prognosis hifema. Perdarahan berulang
sering dihubungkan dengan terjadinya peningkatan tekanan intraokuler, blood
staining, indikasi operasi, dan visus akhir yang buruk. Namun, sebenarnya
10
penurunan visus pada pasien hifema lebih dipengaruhi oleh kerusakan segmen
posterior (terutama retina) dibanding gangguan pada segmen anterior.1,7
11
BAB V
PENUTUP
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, gelaja klinis yang di dapat serta pemeriksaan
mata yang telah dilakukan. Dimana temuan yang didapat pada pasien ini yaitu
ditemukannya gumpalan darah yang menutupi seluruh bagian COA mata kiri serta
adanya riwayat terkena trauma tumpul mata kiri sejak 5 hari yang lalu. Berdasarkan
temuan dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan diagnosis pada pasien ini yaitu
hifema grade IV okulus sinistra.
Demikian telah dilaporkan suatu kasus dengan diagnosis hifema grade IV
okulus sinistra berserta pemeriksaan oftalmologi, gejala klinis, penatalaksanaan
maupun prognosis pada kasus.
12
DAFTAR PUSTAKA
13