Anda di halaman 1dari 31

Cara Menghitung Volume Beton Bertulang

Ok! langsung aja ya,..

Katakanlah saya punya balok dengan ukuran 30/50 dengan panjang 5 meter, dengan tulangan
yang saya rencanakan adalah 3D16 dibagian atas (bagian tekan), dan 2D16 dibagian bawah
(bagian tarik), serta beugel/sengkangnya adalah Ø8 jarak 15 cm (Ø8-150), penutup beton
direncanakan 5 cm

Pertanyaan :

1. Hitunglah kebutuhan tulangan utama ?


2. Hitunglah kebutuhan tulangan sengkang/beugel ?
3. Hitunglah Berat besi per meter3 beton ?

Jawab :

1. Tulangan utama = 3D16 + 2D16 = 5D16 ( D16 dengan jumlah 5 buah ), karena panjang
baloknya adalah 5m, maka volume besi tulangan D16 adalah 5D16 x 5m’ = 25 m’.

- Besi yang dipakai adalah besi KS (krakatau Steel), jadi panjang yang didapat adalah betul-betul
panjang yang standard yaitu = 12 m, sehingga kebutuhan besinya adalah 25/12 = 2.083 lonjor

- Berat per meter’ besi D16 = 0.006165 x 162 x 1 = 1.574 kg

- Total berat besi = 1.574 kg x 25 = 39.36 kg

- Jadi kebutuhan tulangan utama adalah 2.083 lonjor ( berat = 39.36 kg)

2. Panjang sengkang sisi horizontal = 30 cm – lebar penutup beton kiri – lebar penutup beton
kanan = 30 cm – 5 cm – 5 cm = 20 cm

- Panjang sengkang sisi vertikal = 50 cm – lebar penutup beton atas – lebar penutup beton
bawah = 50 cm – 5 cm – 5 cm = 40 cm

- Bengkokan sengkang = 5 cm + 5 cm = 10 cm
- Panjang satu buah sengkang adalah = 40 cm + 20 cm + 40 cm + 20 cm + 10 cm = 130 cm = 1.3
m

- kebutuhan besi sengkang per 5m panjang balok dengan jarak tiap sengkang = 15 cm = 0.15 m
adalah = (5m / 0.15m) = 33.33 buah

- Kebutuhan total besi sengkang per 5m panjang balok = 33.33 x 1.3 m = 43.33 m’

- Besi yang dipakai adalah besi full ( panjang dipasaran biasanya = 11.7 m), jadi kebutuhannya
adalah = 43.33 m / 11.7 m = 3.7 lonjor………….. ( 4 lonjor)

- Berat 1 lonjor dari besi Ø8 = 0.006165 x 82 x 11.7 = 4.616 kg, maka jika yang dibutuhkan 4
lonjor, maka beratnya = 4.614 kg x 4 = 18.46 kg

- Jadi kebutuhan tulangan sengkangnya adalah 4 lonjor ( berat = 18.46 kg )

3. Berat besi per meter2 beton adalah :

- Berat besi D16 = 39.36 kg

- Berat besi sengkang = 18.46 kg

- Volume beton = (0.3 x 0.5) x 5 m = 0.75 m3

- Berat besi D16 per m3 = 39.36 / 0.75 = 52.48 kg/m3

- Berat besi sengkang Ø8 per m3 = 18.46 / 0.75 = 24.61 kg/m3

- Total berat besi secara keseluruhan = 52.48 kg/m3 + 24.61 kg/m3 = 77.09 kg/m3

- Berat besi per m3 beton (dalam prosentase) adalah = (77.09 kg / 7850 kg/m3) x 100% = 0.98
%……….(catatan : 7850 kg/m3 = berat jenis besi)

Catatan :

Dalam perdagangan di toko-toko bahan bangunan atau material, terdapat bermacam-macam


istilah besi untuk pembesian (tulangan beton), diantaranya adalah besi KS (Krakatau Steel), Besi
full, besi banci, dan sebagainya.

Besi KS adalah besi dengan diameter utuh dan panjang standard. Misalnya besi KS diameter 22
mm, bila diukur dengan menggunakan alat ukur suighmat (mistar sorong yang merupakan alat
ukur ketebalan dengan ketelitian hingga 0.01 mm) maka akan diperoleh diameter 22 mm dan
panjang 12 m (panjang standard) sehingga tidak berkurang atau sama dengan yang disebutkan.
Besi full adalah besi dengan diameter penuh sesuai diameter besi yang disebutkan. Misalnya,
besi 16 mm tetap memiliki ketebalan dengan dengan diameter 16 mm, tetapi panjangnya
terkadang ada yang kurang dari standard 12 m (umumnya hanya 11.7 m)

Besi banci adalah besi yang tidak sesuai dengan ukuran dan diameter dan panjangnya itu sendiri,
misalnya, besi diameter 12 mm yang bila diukur dengan mistar sorong, hanya diperoleh 10.5
mm, dan panjangnya pun hanya 11 m

You might also like:

CARA CEPAT MENGHITUNG BERAT BESI TANPA TABEL

PROSEDUR PERENCANAAN BALOK TERHADAP LENTUR DENGAN TULANGAN ...

Perencanaan Ruko Dua Lantai Dengan Program Bantu STAAD Pro ...

Perencanaan Ruko Dua Lantai Dengan Program Bantu STAAD Pro ...

LinkWithin

Diposkan oleh lutfi@ndri@n di 02:29 5 komentar


Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google
Buzz
Label: Serba-Serbi Lapangan

Jumat, 23 April 2010


CARA CEPAT MENGHITUNG BERAT BESI TANPA TABEL

Berbicara tentang struktur, khususnya struktur beton bertulang, menghitung kebutuhan besi
adalah hal pokok yang tidak bisa dihindari, dan lebih-lebih jika hal tersebut dihubungkan dengan
RAB ( rencana anggaran biaya ) maka hal tersebut menjadi sangat penting.

Dalam menghitung berat besi, kadangkala konversi perhitungannya lebih mengarah ke parameter
berat (kg) daripada ke parameter jumlah batang (misal : lonjoran), kalau tidak percaya anda
boleh jalan-jalan ketoko besi (khususnya yang menjual besi tulangan dan plat) kemudian
tanyakan ke penjualnya, untuk beli besi tersebut hitungan harganya berdasarkan jumlah besi
yang anda beli ataukah berdasarkan berat dari besi secara keseluruhan yang anda beli ? ( atau
kalau dalam istilah tukangnya “lonjoran, bijian ataukah kiloan ???”),

Perumusan praktis untuk menghitung berat besi

Secara umum perumusan untuk menghitung berat besi adalah :

Vb x Bjb = ….. Kg

dimana : Vb = Volume besi (m3)


Bjb = Berat jenis besi = 7850 (kg/m3)

Contoh :

1. Pelat besi dengan ukuran (1m x 1m) dengan tebal pelat 1 mm, hitung beratnya ?

berat besi = (1 x 1 x 0.001) m3 x 7850 kg/m3 = 7.85 kg

(Cat : 1 mm = 0.001 m)

2. Base plate dengan ukuran (25 cm x 30cm) dengan tebal plat 12 mm, hitung beratnya ?

berat base plate = (0.25 x 0.30 x 0.012) m3 x 7850 kg/m3 = 7.065 kg

Sampai disini cukup mudah dipahami kan?…..nah sekarang bagaimana perumusannya untuk
menghitung berat dari besi tulangan untuk beton?.

Jawabannya :

Caranya sama tidak ada yang beda, intinya adalah volume dikalikan dengan berat jenis besi.

Contoh :

1. Hitung berat besi tulangan diameter 16 dengan panjang 12 meter ?

luas penampang Ø16 = 1/4 (π) d2 = 1/4(3.14)(0.016)2 = 0.00020096 m2

volume Ø16 = luas penampang x panjang batang = 0.00020096 m2 x 12 m = 0.002411 m3

berat besi Ø16 = Volume x 7850 kg/m3 = 0.002411 m3 x 7850 kg/m3 = 18.93 kg

cukup mudah kan ?, dari cara yang saya uraikan diatas, ada lagi cara yang lebih cepat untuk
menghitung berat dari besi tulangan tersebut, yaitu dengan menggunakan perumusan :

Berat besi tulangan = 0.006165 x d2 x L …(Kg)

dimana : d = diameter tulangan (mm)

L = panjang batang tulangan (m)

Contoh :

2. Hitung berat besi dari contoh soal no 1, dengan perumusan diatas ?

berat besi Ø16 = 0.006165 x 162 x 12 = 18.93 kg


sama kan hasilnya,..silahkan anda menghitung sendiri dengan mencoba-coba ukuran besi
tulangan yang lain, dan saya pastikan bahwasanya dua cara diatas akan menghasilkan hasil yang
sama,…buktikan sendiri brow, insya Allah pasti sama.

Nah… sekarang yang menjadi pertanyaan adalah “darimana asal angka 0.006165 dari
perumusan diatas?”.

berikut adalah penjabarannya :

Seperti yang sudah saya uraikan diatas, rumus mencari berat besi adalah : Vb x Bjb

dimana Vb = Volume besi dan Bjb = Berat jenis besi = 7850 kg/m3

Jadi berat besi tulangan (penampang bulat) :

= Vb x 7850 kg/m3

= ( 1/4 x π x d2 x L ) x 7850 kg/m3

= 1/4 x 3.1415 x d2 x L x 7850 kg/m3

karena d = diameter tulangan disebutkan dalam satuan milimeter (mm), maka kita konversi dulu
ke meter (m),

d2 = (d x d)…………………….……mm2

dikonversi ke meter ( 1mm = 0.001 m )

= ( 0.001d x 0.001d )

= ( 1x 10-6 ) d2 …………………m2

Sehingga,

= 1/4 x 3.1415 x ( 1x 10-6 ) d2 x L x 7850

= 0.006165 d2 x L

Jadi perumusan untuk menghitung berat besi adalah = 0.006165 d2 x L

Nb :

Sekedar sebagai perbandingan, berikut saya lampirkan tabel berat besi, silahkan anda mencoba-
coba sendiri dengan membuktikan perumusan diatas untuk menghitung berat dari besi tulangan
dan bandingkan hasilnya dengan tabel berat besi berikut ini :
warna kuning = menyatakan panjang batang tulangan

warna hijau = menyatakan diameter tulangan

Contoh penggunaan tabel :

1. berat besi dari tulangan dengan diameter 12 dengan panjang 11 meter = 9.77 kg

Cek menggunakan rumus berat besi :

berat besi Ø12 = 0.006165 x 122 x 11 = 9.77 kg …..( sama)

Semoga bermanfaat…

by : Lutfi @ndrian (www.kampustekniksipil.co.cc)

You might also like:

Rumus Praktis Menghitung Panjang Jurai Untuk Menghitung ...

PROSEDUR PERENCANAAN BALOK TERHADAP LENTUR DENGAN TULANGAN ...


Cara Menghitung Kebutuhan Atap Rumah

Cara Menghitung Volume Beton Bertulang

LinkWithin

Diposkan oleh lutfi@ndri@n di 07:57 8 komentar


Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google
Buzz
Label: Struktur Beton

Minggu, 18 April 2010


Manajemen Gambar CAD dengan LAYERS II

Bekerja dengan banyak gambar di autocad tentunya akan sangat merepotkan jika dalam
penggambarannya tidak diiringi dengan "manajemen gambar" yang baik. maksud manajemen
gambar dalam konteks ini adalah mengatur segala sesuatu (tools dan menu yang disediakan
autocad) yang berguna untuk memudahkan penggambaran. Ada banyak cara dalam
memanajemen gambar dalam AutoCAD, dan salah satunya cara dalam memanajemen gambar
tersebut adalah dengan menggunakan “Manajemen Layer” .

Sebelum membahas tentang manajemen layer pada AutoCAD, ada baiknya perlu saya ulaskan
sedikit mengenai layer itu sendiri. layer secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu cara
untuk mengelompokan objek secara bersama-sama. Layer sendiri dapat diibaratkan sebagai
suatu kertas yang tembus pandang, tiap-tiap kertas (layer) tersebut mempunyai karakteristik
masing-masing. nah…taruhlah sekarang anda mempunyai 5 buah kertas (layer), dan katakanlah
anda ingin menggambar sebuah rumah pada kertas-kertas (layer) tersebut. Pada kertas pertama
anda buat gambar atapnya, kemudian pada kertas kedua anda gambar dinding-dindingnya, pada
kertas tiga anda buat gambar jendela dan pintunya, selanjutnya pada kertas keempat dan kelima
masing-masing anda gambar teras dan taman-tamannya. Nah…jika kemudian kertas-kertas
tembus pandang ini ditumpuk menjadi satu, maka akan menjadi satu kesatuan gambar yang
disebut dengan gambar rumah. Sekarang timbul pertanyaan “ Lho kenapa harus pakai lima kertas
gambar, kan pakai satu kertas gambar aja sudah cukup toh???”,

Jawabannya :

Disinilah letak penting layer, dia telah mengelompokan tiap objek


pada kertas (layer) terdefinisi. Memang benar satu kertas saja sudah
cukup untuk menggambar, tapi jika suatu ketika anda membutuhkan
atau mau mengedit objek tertentu seperti gambar atap misalnya,
maka ruang gambar anda akan terbatasi oleh objek seperti dinding,
jendela, teras, dll yang seharusnya dapat anda matikan (off) atau dikunci (lock) jika anda
menggunakan banyak kertas (layer). Jadi apabila kertas (layer) tertentu tidak ingin anda
perlihatkan pada layar tampilan, maka setiap saat anda bisa membuat kertas (layer) tersebut
menjadi lock (kunci), off (mati), atau freeze (bekukan/dimatikan). Inilah pentingnya penggunaan
layer dan lebih-lebih lagi jika anda bekerja dengan banyak gambar (kompleks), maka pengunaan
layer akan sangat berguna sekali.

Beberapa Manfaat dari Layer

1. Dengan semakin kompleksnya suatu gambar, maka layer yang berbeda dapat dihidup,
dimatikan atau dikunci, sehingga penggambaran akan menjadi lebih mudah
2. Elemen objek yang berlainan jenis dapat dibedakan dengan warna yang berlainan pula,
sehingga pembedaan antar elemen objek satu dengan objek yang lainnya dapat dilihat
dengan jelas
3. Meningkatkan produktivitas gambar
4. Dengan memanfaatkan layer, pada waktu akan mencetak gambar, dapat dipilih gambar
tertentu yang dikehendaki saja.

Cukup mudah dipahami kan…..!, baik sekarang kita akan melanjutkan ke inti bahasan kita yaitu
memanajemen gambar CAD dengan layer II. Kenapa disebut sebagai layer II, karena layer ini
terletak pada customize-menu layer II pada menu tools di AutoCAD.

Manajemen Gambar CAD dengan LAYERS II

Gambar diatas adalah tools dari Group Layers II, jika pada layar tampilan AutoCAD anda tidak
ada, maka bisa dikeluarkan dengan cara klik kanan pada area kosong menu toolbar, kemudian
pilih Layers II (lihat bagian yang saya lingkari pakai warna merah) pada gambar dibawah ini
Klik Layers II, hingga muncul menu tools seperti ini :

Ada 10 tool pada menu tool layers II, dari kiri ke kanan adalah sebagai berikut :

1. Layer Match
2. Layer Change (Change to current layer)
3. Layer Isolate
4. Layer Unisolate
5. Layer Copy Object (Copy object to new layer)
6. Layer Walk
7. Layer Freeze
8. Layer OFF
9. Layer Lock
10. Layer Unlock

Adapun fungsi masing-masing tool, adalah sebagai berikut :

1. Layer match, berfungsi untuk mengganti layer dari objek yang terseleksi ke layer yang
dikehendaki.
menu command : laymch

Caranya : klik tool ini ( atau anda bisa ketik pada keyboard
‘laymch’ kemudian enter ) - klik kiri objek yang akan diganti
layernya – tekan enter – tekan ‘n’ pada keyboard – tekan enter –
kemudian muncul kotak dialog ‘change to layer’ seperti gambar
disamping, pilih layer yang anda kehendaki – klik OK. Maka secara
otomatis layer dari objek tersebut telah berganti menjadi layer lain
yang telah anda pilih.

2. Layer Change (Change to current layer), berfungsi untuk merubah layer dari objek yang
terseleksi ke layer sekarang yang sedang aktif

menu command : laycur

Caranya : klik tool ini ( atau anda bisa ketik pada keyboard ‘laycur’ kemudian enter ) – klik
kiri objek objek yang anda kehendaki – tekan enter, maka secara otomatis layer objek tersebut
akan berganti menjadi layer sekarang yang sedang aktif.

3. Layer Isolate, berfungsi untuk memisahkan layer dari object yang terseleksi terhadap layer
object lain dengan cara me-locking (mengunci) objek yang tidak terseleksi tersebut. (nb : tool ini
favorit saya kalau saya sedang mengerjakan gambar 3D he..he..he).

menu command : layiso

Caranya : klik tool ini ( atau anda bisa ketik pada keyboard ‘layiso’ kemudian enter ) – klik kiri
objek yang anda maksudkan – tekan enter 2x, maka secara otomatis semua objek lain selain dari
objek yang anda klik tadi, akan redup warnanya dan layernya terkunci otomatis, sehingga anda
akan lebih mudah jika anda akan mengedit objek yang anda klik tadi. ( info lengkap mengenai
tool ini, lihat ulasan saya disini )

4. Layer unisolate, berfungsi untuk mengembalikan semua layer yang terkunci, akibat
penggunaan layer isolate

menu command : layuniso

Caranya : setelah penggunaan layer isolate, maka klik tool ini (atau anda bisa ketik pada
keyboard ‘layuniso’ kemudian enter ), maka secara otomatis semua layer yang terkunci akan
normal kembali.

5. Layer Copy Object (Copy object to new layer), berfungsi untuk mengkopi satu objek atau
lebih ke layer lain.
menu command : copytolayer

Caranya : klik tool ini ( atau anda bisa ketik pada keyboard
‘copytolayer’ kemudian enter ) - klik kiri objek yang akan dicopy –
tekan enter – tekan ‘n’ pada keyboard – tekan enter – kemudian muncul
kotak dialog ‘copy to layer’ seperti gambar disamping, pilih layer yang
anda kehendaki – klik OK – klik kiri basepoint dari objek tersebut –
Copy ketempat yang anda inginkan. Maka secara otomatis layer objek
baru hasil dari copy objek tadi telah berganti layernya, ke layer baru
yang telah anda kehendaki.

6. Layer Walk, berfungsi untuk memeriksa objek berada pada layer yang mana

menu command : laywalk

Caranya : klik tool ini ( atau anda bisa ketik pada keyboard ‘laywalk’ kemudian enter ),
kemudian akan muncul kotak dialog layer walk, dari sini anda bisa mengecek/menginvestigasi
objek anda berada pada layer yang mana, silahkan dengan mengklik layer tersebut satupersatu,
dan anda bisa melihat efek yang terjadi pada layar gambar anda, setiap anda memilih(mengklik)
layer pada kotak dialog tersebut satu persatu.

7. Layer Freeze, berfungsi untuk menonaktifkan layer dari objek yang terseleksi atau yang anda
kehendaki, dengan cara mem frozen (mematikan) layer tersebut.

menu command : layfrz

Caranya : klik tool ini ( atau anda bisa ketik pada keyboard ‘layfrz’ kemudian enter ), klik
kiri objek yang akan anda frozen – kemudian enter, maka secara otomatis objek tersebut akan
dihidden (disembunyikan), dan tidak itu saja semua objek lain yang memiliki layer yang sama
seperti layer dari objek yang anda freeze ini juga otomatis akan dihidden juga.

8. Layer OFF, berfungsi untuk mematikan layer dari objek yang terseleksi atau yang anda
kehendaki.

menu command : layoff

Caranya : klik tool ini ( atau anda bisa ketik pada keyboard ‘layoff’ kemudian enter ), klik
kiri objek yang akan anda matikan (off) – kemudian enter, maka secara otomatis objek tersebut
akan dimatikan (karena layernya di off kan), dan tidak itu saja semua objek lain yang memiliki
layer yang sama seperti layer dari objek yang anda matikan ini juga otomatis akan dimatikan
juga.
9. Layer Lock, berfungsi untuk mengunci layer dari layer objek yang terseleksi atau yang anda
kehendaki

menu command : laylck

Caranya : klik tool ini ( atau anda bisa ketik pada keyboard ‘laylck’ kemudian enter ), klik
kiri objek yang akan anda kunci (lock) – kemudian enter, maka secara otomatis objek tersebut
akan dikunci (karena layernya terlocking), dan tidak itu saja semua objek lain yang memiliki
layer yang sama seperti layer dari objek yang anda kunci ini juga otomatis akan dikunci juga.

10. Layer Unlock, berfungsi untuk membuka objek yang terkunci layernya, akibat penggunaan
layerlock, atau layiso, ( khusus untuk layer yang terkunci akibat penggunaan layiso, karena
layer yang dimatikan adalah semua layer yang tidak terpilih, maka untuk membukanya harus
diklik satu persatu, maksudnya begini katakanlah objeknya ada empat dengan masing2 layer
yang berbeda, semisal layer 1,2,3 dan 4. Jika anda akan me-layiso objek1(layer1) maka otomatis
objek 2,3, dan 4 pasti akan terkunci karena layer 2,3, dan 4 nya dikunci. Kalau anda memakai
layer unisolate, maka dengan sekali klik layer 2,3, dan 4 akan terbuka, tetapi apabila anda
menggunakan layer lock, maka untuk membuka layer dari objek yang terkunci tadi anda harus
mengklik satu persatu object 2,3, dan 4 ). Cukup mudah dipahami kan…! he..he..he

menu command : layulk

Caranya : klik tool ini ( atau anda bisa ketik pada keyboard ‘layulk’ kemudian enter ), klik
kiri objek yang akan anda un-locking layernya

Oke..sekian dulu pembahasan mengenai layers II ini, dan untuk menajemen layer secara lanjut,
Insya ALLAH akan saya bahas pada posting berikutnya. sekian dan moga-moga bermanfaat

by : lutfi @ndrian (www.kampustekniksipil.co.cc)

You might also like:

LAYISO, memisah layer dengan cepat pada AutoCAD

Cara Menghitung Kebutuhan Atap Rumah

PROSEDUR PERENCANAAN BALOK TERHADAP LENTUR DENGAN TULANGAN ...

Rumus Praktis Menghitung Panjang Jurai Untuk Menghitung ...

LinkWithin

Diposkan oleh lutfi@ndri@n di 00:50 0 komentar


Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google
Buzz
Label: Tips AutoCAD
Jumat, 09 April 2010
LAYISO, memisah layer dengan cepat pada AutoCAD

Layiso atau lengkapnya Layer Isolate, adalah sebuah tool pada AutoCAD yang berfungsi untuk
memisahkan layer suatu objek dengan cepat terhadap beberapa layer objek yang lain tanpa harus
melakukan locking atau mematikan layer satu persatu

Jadi tinggal meng-klik tombol Layer Isolate, kemudian anda klik objek mana saja yang
diperlukan atau mau diedit, maka objek yang lain akan terkunci secara otomatis (layernya ter-
lock), sehingga proses pengeditan objek akan menjadi lebih mudah.

Layer Isolate terletak pada toolbar Layers II, nomor 3 dari kiri (lihat tool yang saya lingkari
pakai warna merah)

Jika toolbar ini tidak aktif atau tidak muncul pada menu toolbar AutoCAD anda, anda bisa
mengaktifkannya dengan mengklik kanan area kosong pada toolbar, kemudian pilih Layers II,
namun jika anda tidak pengen direpotkan dengan hal seperti ini, maka anda cukup dengan
mengetik layiso pada menu command.

Layer Isolate, akan sangat berguna sekali apabila anda bekerja pada gambar-gambar yang
memiliki layer banyak (kompleks), sehingga dengan me-lock atau mematikan layer tertentu dari
beberapa objek, tentunya akan sangat membantu dalam penggambaran.

Untuk lebih jelasnya, mari kita praktekan sekarang :

Sebagai contoh perhatikan gambar detail tulangan sloof dibawah ini.


dan ini adalah layer dari gambar diatas

Nah…katakanlah sekarang saya


ingin mengedit sengkang dari sloof tersebut (lihat tanda panah merah pada gambar diatas) dan
saya ingin mengunci layer objek lain selain layer sloof tersebut supaya lebih mudah dalam proses
pengeditan. Pertanyaannya adalah, apakah kita harus masuk kekotak layer properties manager
kemudian mengklik kunci layer tersebut satu persatu seperti gambar dibawah ini ?
Cara seperti ini tidak salah tapi juga
kurang efektif. Ada beberapa cara lain yang lebih cepet daripada cara seperti ini, salah satu cara
tersebut adalah dengan menggunakan ‘Layer Isolate’

Mau bukti ???!

1. Sekarang ketik layiso pada keyboard anda, kemudian enter

2. Klik kiri pada objek yang mau diedit (dalam hal ini objek sengkang)

3. tekan enter
Nah sekarang anda lihat, semua objek telah terkunci (warnanya berubah agak gelap), kecuali
objek sengkang.

Untuk menormalkannya kembali, anda bisa ketik layuniso pada keyboard, kemudian tekan
enter

(cat : berlaku untuk AutoCAD versi 2008 dan diatasnya, sedangkan untuk versi 2007 atau
dibawahnya silahkan di cek sendiri he…he…he)

Semoga bermanfaat…………

You might also like:

Manajemen Gambar CAD dengan LAYERS II

TCASE, mutasi text dengan cepat pada AutoCAD

Cara Import File AutoCAD DXF Ke SAP2000

Rumus Praktis Menghitung Panjang Jurai Untuk Menghitung ...

LinkWithin

Diposkan oleh lutfi@ndri@n di 07:23 1 komentar


Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google
Buzz
Label: Tips AutoCAD

Kamis, 08 April 2010


Sekapur sirih sejarah irigasi di Indonesia
Irigasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk
memperoleh air dengan menggunakan bangunan dan saluran
buatan untuk mengairi lahan pertaniannya. Kata irigasi sendiri
berasal dari dari kata irrigate dalam bahasa belanda dan kata
irrigation dalam bahasa inggris. Dalam dunia modern saat ini
sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada
zaman dahulu jika persediaan air melimpah karena tempat yang
dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi
dilakukan dengan mangalirkan air tersebut ke lahan pertanian.

Menurut Abdullah Angoedi dalam Sejarah Irigasi di Indonesia, disebutkan bahwa dalam laporan
pemerintah Belanda, irigasi didefinisikan sebagai :

Secara teknis menyalurkan air melalui saluran-saluran pembawa ke tanah pertanian dan setelah air tersebut diambil
manfaat sebesar-besarnya kemudian menyalurkannya ke saluran-saluran pembuangan terus ke sungai

Namun demikian irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah
kemudian menuangkan pada tanaman satu-persatu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di
Indonesia biasa disebut menyiram.
Sebagaimana telah diungkapkan, dalam dunia modern ini sudah banyak cara yang dapat
dilakukan untuk melakukan irigasi dan ini sudah berlangsung sejak Mesir Kuno.

Sejarah Irigasi di Indonesia

Irigasi Mesir Kuno dan Tradisional Nusantara

Sejak Mesir Kuno telah dikenal dengan memanfaatkan Sungai


Nil. Di Indonesia irigasi tradisional telah juga berlangsung
sejak nenek moyang kita. Hal ini dapat dilihat juga cara
bercocok tanam pada masa kerajaan-kerajaan yang ada di
Indonesia. Dengan membendung kali secara bergantian untuk
dialirkan ke sawah. Cara lain adalah mencari sumber air
pegunungan dan dialirkan dengan bambu yang bersambung.
Ada juga dengan membawa dengan ember yang terbuat dari
daun pinang atau menimba dari kali yang dilemparkan ke
sawah dengan ember daun pinang juga.

Sistem Irigasi Zaman Hindia Belanda

Sistem irigasi adalah salah satu upaya Belanda dalam melaksanakan Tanam Paksa
(Cultuurstelsel) pada tahun 1830. Pemerintah Hindia Belanda dalam tanam paksa tersebut
mengupayakan agar semua lahan yang dicetak untuk persawahan maupun perkebunan harus
menghasilkan panen yang optimal. dalam mengeksplotasi tanah jajahannya.
Sistem irigasi yang dulu, telah mengenal saluran primer, sekunder, ataupun tersier. Tetapi
sumber air belum memakai sistem Waduk Serbaguna seperti TVA (Tennessee Valley Authority )
di Amerika Serikat. Air dalam irigasi lama disalurkan dari sumber kali yang disusun dalam
sistem irigasi terpadu, untuk memenuhi pengairan persawahan, di mana para petani diharuskan
membayar uang iuran sewa pemakaian air untuk sawahnya.

Selanjutnya disebutkan bahwa setelah pemerintah Hindia-Belanda mendirikan departemen


BOW, mulailah dibentuk “Irrigatie Afdeling”, tercatat 1-Januari-1889 dibentuk daerah irigasi
yang pertama yaitu Irrigatie Afdeling Serayu yang meliputi keresidenan banyumas dan Bagelan
di Jawa tengah, kemudian pada tahun 1892 dibentuk pula Irigatie Afdeling Brantas yang meliputi
daerah Surabaya, Malang dan Kediri, selanjutnya Irrigatie Afdeling Serang yang meliputi daerah
Semarang, Demak dan Purwodadi. Dalam tahun 1910, Pulau Jawa telah habis terbagi oleh
daerah-daerah irigasi.

Waduk Jatiluhur 1955 di Jawa Barat dan Pengalaman TVA 1933 di Amerika Serikat

Tennessee Valley Authority (TVA) [1] yang diprakasai oleh


Presiden AS Franklin D. Roosevelt pada tahun 1933
merupakan salah satu Waduk Serba Guna yang pertama
dibangun di dunia [2]. Resesi ekonomi (inflasi) tahun 1930
melanda seluruh dunia, sehingga TVA adalah salah satu
model dalam membangun kembali ekonomi Amerika Serikat.

Isu TVA adalah mengenai: produksi tenaga listrik, navigasi,


pengendalian banjir, pencegahan malaria, reboisasi, dan kontrol erosi .
Sehinga di kemudian hari Proyek TVA menjadi salah satu model dalam menangani hal yang
mirip. Oleh sebab itu Proyek Waduk Jatiluhur merupakan tiruan yang hampir mirip dengan TVA
di AS tersebut.
Bendungan
Jatiluhur (http://id.wikipedia.org/wiki/Waduk_Jatiluhur)

Waduk Jatiluhur (http://id.wikipedia.org/wiki/Waduk_Jatiluhur)

Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta (±9 km dari pusat Kota
Purwakarta). Oleh pemerintah Bendungan itu dinamakan Waduk Ir. H. Juanda. Dengan
panorama danau yang luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957 oleh
kontraktor asal Perancis, dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 milyar m3/tahun dan
merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia.

Referensi :

http://id.wikipedia.org, catatan kuliah irigasi, “desain hidrolik bangunan irigasi” Prof.R.Drs


Eman Mawardi, Dipl.AIT

You might also like:

CROPWAT 8.0 PROGRAM BIDANG IRIGASI

Pelurusan, Sudetan & Tanggul Sungai, Efektifkah Melawan ...

PENANGANAN MASALAH BANJIR

Yuk…Kita kaji Sungai Dengan Konsep Eko-Hidraulik

LinkWithin

Diposkan oleh lutfi@ndri@n di 07:15 2 komentar


Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google
Buzz
Label: Irigasi

Selasa, 06 April 2010


TCASE, mutasi text dengan cepat pada AutoCAD
Didalam gambar kerja, kita sering menjumpai “Catatan Engineering” yang biasanya ditempatkan
pada space kosong di area gambar. Letaknya bisa dipojok kanan atas, bisa dipojok kanan bawah
atau juga bisa dibawah tergantung dari engineer (drafter) yang membuatnya. Contohnya seperti
gambar berikut ini :

Perhatikan bagian yang saya lingkari pakai warna merah

Kalau bagian “catatan engineer” yang saya lingkari pakai warna merah tersebut saya zoom,
hasilnya seperti ini :

huruf text yang digunakan berjenis CAPITAL semua alias


hurufnya huruf besar. Nah…sekarang bagimana caranya
merubah text berhuruf CAPITAL tersebut menjadi berhuruf
kecil semua tanpa harus bersusah payah mengedit dan
mengetik ulang text tersebut ?.

caranya mudah kok, cuman 3 langkah aja yang perlu kita


lakukan kok.

1. Ketik TCASE pada keyboard, kemudian enter

2. Klik kiri pada text tersebut, kemudian klik kanan, hingga


muncul pilihan seperti gambar dibawah ini

3. Pada kotak TCASE-change text case,


pilih “Sentences case” kemudian klik “OK”.

Nah sekarang anda lihat ini, semua text telah ber ’mutasi’ ke huruf kecil (semula adalah berhuruf
CAPITAL)
Cukup mudah dipahami kan…..

Beda engineer (drafter), beda juga cara penggambaran kan……. (contohnya saya, drafter yang
suka model tulisan yang minimalis… he…he…he kayak perumahan aja) …..Semoga
bermanfaat!

You might also like:

LAYISO, memisah layer dengan cepat pada AutoCAD

Cara Import File AutoCAD DXF Ke SAP2000

Manajemen Gambar CAD dengan LAYERS II

Cara Menghitung Kebutuhan Atap Rumah

LinkWithin

Diposkan oleh lutfi@ndri@n di 07:35 0 komentar


Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google
Buzz
Label: Tips AutoCAD

Sabtu, 03 April 2010


PROSEDUR PERENCANAAN BALOK TERHADAP LENTUR DENGAN
TULANGAN TARIK (TUNGGAL). – PART1

Introduction

Dalam merencanakan struktur sebuah konstruksi bangunan (semisal : rumah tinggal dengan 2-3
lantai / kategori rumah mewah), kadangkala karena beberapa pertimbangan tertentu dari segi
arsitektural, dimensi balok struktur telah ditentukan sedemikian rupa dan tidak boleh untuk
diperbesar, padahal mungkin saja balok tersebut mempunyai bentang cukup besar atau mungkin
mengalami kondisi seperti gambar dibawah ini

Keadaan seperti ini bisa saja terjadi, karena kalau kita berbicara mengenai 'konstruksi rumah
tinggal’, mengharap kolom bisa sentris/lurus dari lantai bawah ke lantai atas jelas tidak mungkin
sekali, karena posisi kolom didesain mengikuti pola tata ruang dari rumah tersebut

Seperti kita ketahui bersama bahwasanya balok dengan kondisi tubuh “ramping” sangat riskan
terhadap bahaya lentur dan memiliki resiko lendutan yang besar, sehingga dikhawatirkan balok
tidak dapat memberikan kemampuan layan yang memadai untuk menahan beban-beban
diatasnya.

Sebenarnya ada beberapa cara untuk mengatasi masalah diatas, diantaranya adalah dengan
memberikan kolom tambahan pada bentang balok tersebut yang berfungsi sebagai penyangga
sekaligus untuk memperkecil bentang balok tersebut sehingga otomatis dapat mengurangi
lendutan yang terjadi. Cara berikutnya adalah dengan memperbanyak jumlah tulangan balok
yang merupakan konsekuensi dari pembatasan ukuran dimensi balok tersebut. lihat ilustrasi
dibawah ini.
Cara I ( dengan menambahkan kolom untuk menyangga balok)

Cara diatas adalah cara yang paling ideal, namun jika cara tersebut tidak memungkinkan untuk
diterapkan semisal dikarenakan alasan kebutuhan ruang, maka mau tidak mau kita harus
memperbesar dimensi balok dan atau memperbanyak jumlah tulangan

Cara II (memperbesar dimensi balok dan memperbanyak jumlah tulangan)

Dari dua cara yang telah diungkapkan diatas, secara pribadi saya lebih suka dengan cara yang
pertama, karena apa?,
1. Berbicara tentang struktur rumah tinggal (rumah mewah) maka mengharapkan posisi kolom
sentris/lurus dari bawah sampai atas sangat tidak mungkin sekali, malah kenyataan yang kita
jumpai adalah ada kolom yang bertengger dibalok (lihat gb diatas). hal ini mengakibatkan
transfer pembebananya tidak efektif atau dengan kata lain beban yang seharusnya berakhir pada
kolom untuk segera diteruskan ke pondasi masih harus puter-puter dulu ke balok – ke kolom – ke
balok lagi, sehingga praktis hal ini harus dihindari. Selain itu kolom yang bertengger/menumpu
pada balok sangat tidak ideal karena bisa menimbulkan beban titik/ terpusat yang cukup besar
serta momen lentur dan puntir yang besar pula, sehingga dengan penambahan kolom dan dengan
penempatan posisi yang tepat (dalam kaitannya menyangga balok) diharapkan dapat
mengekonomiskan hasil desain struktur dari balok tersebut.

2. Balok dengan tulangan banyak dengan kondisi badan ramping (dimensi balok dibatasi), space
ruang tempat masuk material menjadi berkurang/terbatas (sempit), sehingga dikhawatirkan pada
waktu pengecoran, material pembentuk beton tidak bisa masuk secara sempurna, sehingga
mengakibatkan betonnya kurang padat. Selain itu, proses pengikatan dan perakitan tulangan
tentu saja juga jadi merepotkan, belum lagi pembengkokan, pengangangkutan material dan lain
sebagainya.

Ulasan yang saya utarakan diatas adalah sebuah introduksi sebelum pembahasan secara teknis
mengenai prosedur perencanaan balok terhadap lentur dengan tulangan tunggal, dan tentu saja
untuk posting kali ini saya batasi untuk tulangan tarik saja, sedangkan untuk prosedur
perencanaan balok dengan penulangan rangkap akan saya bahas pada posting berikutnya.

Secara garis besar diposting kali ini akan saya jelaskan bagaimana cara mendesain tulangan tarik
dari balok jika dimensinya belum diketahui (tidak ditentukan/dibatasi secara arsitektural) dan
bagaimana cara mendimensi balok yang dimensinya sudah ditetapkan berdasarkan pertimbangan
secara arsitektural.

Baik! mari kita lanjutkan, sekarang perhatikan gambar berikut :

(1) (2) (3)

indeks T menyatakan tension, sedangkan C menyatakan Compression

Keterangan :
Gb (1) : Gambar Balok, yang berwarna biru adalah bagian balok yang mengalami tegangan
tekan, sedangkan warna putih dibawahnya adalah bagian serat tarik dari balok.

Gb (2) : Gambar diagram tegangan tekan aktual

Gb (3) : Gambar diagram tegangan tekan efektif

Penurunan perumusan untuk perencanaan balok dengan tulangan tunggal adalah sebagai berikut

Ok! sekarang kita akan menginjak pada contoh kasus.

Kasus (1)

Dimensi (b, h) pada balok sudah diketahui atau ditentukan

(misal : karena adanya persyaratan arsitektural) maka prosedur perencanaannya adalah sebagai
berikut :
1. Hitung besarnya momen ultimate (Mu) akibat beban berfaktor

2. Hitung besarnya momen nominal yang dibutuhkan (Mn)

ØMn ≥ Mu
Mn = Mu/Ø

3. Hitung m, m = fy/(0.85 . fc’)

4. Hitung Rn, Rn = Mn/ (b.d2)

5. Hitung rasio tulangan yang diperlukan (ρ)

Jika ρ> 0,75 ρb maka harus memakai tulangan tekan (karena dimensi sudah ditetapkan / tidak
boleh diperbesar). Bila dimensi boleh diperbesar, maka sebaiknya dimensi diperbesar karena
akan lebih ekonomis bila dibandingkan memakai tulangan tekan.

6. Hitung luas tulangan yang diperlukan (As)

As = ρ .b.d

2. Bila diperlukan, kontrol agar dipenuhi syarat :

ØMn ≥ Mu, Ø = 0.80

Contoh Soal
Balok menahan Beban mati gD = 10,6 Kn/m (sudah termasuk berat sendiri) dan beban hidup gL =
22 Kn/m = 2,2 t/m, mutu beton (fc’) = 20 Mpa, mutu baja tulangan (fy) = 400 Mpa. Karena
pertimbangan arsitektural, maka dimensi balok telah ditentukan sebesar (25x65)cm2

Pertanyaan : hitung penulangan balok tersebut !

(Catatan : Besi tulangan yang tersedia dilapangan D19,D25, dan D29)

Jawab :

1. Hitung besarnya momen ultimate (Mu) akibat beban berfaktor

Md = 1/8 (qd) L2 = 1/8 (10.6) (7)2 = 65 KNm

Ml = 1/8 (ql) L2 = 1/8 (22) (7)2 = 135 KNm

Mu = 1.2 (Md) + 1.6 (Ml) = 1.2 (65) + 1.6 (135)

= 78 + 216 = 294 KNm = 294.106 Nmm

2. Hitung momen nominal yang dibutuhkan (Mn)

Mn = Mu / Ø = 294.106 / 0.8 = 367,5 . 106 Nmm

3. Hitung m, dimana m = fy / (0.85 fc’)

m = 400 / (0.85 x 20) = 23.53

4. Hitung Rn, dimana Rn = Mn / (b.d2)

- tebal selimut beton direncanakan = 30 mm

- diameter sengkang direncanakan = 12 mm


- tulangan utama direncanakan = 25 mm (D25)

a = tebal selimut beton

b = diameter sengkang/begel

c = setengah diameter tulangan utama

d=h–a–b–c

= 650 – 30 – 12 – 1/2(25)

= 595.5 mm diambil = 595 mm

Rn = 367,5 . 106 / (250 x 5952) = 4.15

5. Hitung rasio penulangan yang diperlukan

ρ min = 1.4 / fy = 1.4 / (400) = 0.0035 = 0.35%

ρ max = 0.75 ρb = 0.75 ( 0.85 fc’ β1 600)/(fy (600 + fy))

= 0.75 (0.85x20x0,85x600 )/(400(600+400))

= 0.0613 = 1.63 %

ρ min < ρ < ρ max

0.0035 < 0.0121 < 0.0163

6. Hitung luas tulangan yang diperlukan

As = ρ . b. d = 0.0121 x 250 x 595 = 1800 mm2

besi tulangan yang ada : D19, D25 dan D29

Luas penampang D19 = 1/4(3.14)(192) = 283.385 mm2


Luas penampang D25 = 1/4(3.14)(252) = 490.625 mm2

Luas penampang D29 = 1/4(3.14)(292) = 660.185 mm2

Jadi :

1. Kalau memakai D19 butuh = 7 buah = 7D19 = 7( 283.385)

= 1983.695 mm2 > 1800 mm2 ( memenuhi)

2. Kalau memakai D25 butuh = 4 buah = 4D25 = 4(490.625)

= 1962.5 mm2 > 1800 mm2 ( memenuhi)

3. Kalau memakai D29 butuh = 3 buah = 3D29 = 7(660.185 )

= 1980.55 mm2 > 1800 mm2 ( memenuhi)

nah… dari beberapa pilihan tersebut terserah anda mau pilih yang mana. tapi kalau saya
pribadi lebih suka memilih yang no.3 yaitu besi dengan ukuran 29 berjumlah 3 buah tulangan
atau 3D29, karena biar gak ribet dalam pembengkokan dan perakitan tulangan (biar ngirit kawat
bendratnya he..he..he), selain itu biar space ruangnya jadi lebar sehingga lebih mudah pada
waktu pengecoran dan pemadatan beton.

Ok, sekarang saya pilih 3D29.

- Cek lebar perlu : 2(30) + 2(12) + 3(29) + 2(29) = 229 < 250…...(OK!)

- Cek d sebenarnya : 650 – 30 – 12 – (29/2) = 593 ≈ 595……(OK!)

Selesai.

Contoh yang saya lampirkan diatas adalah suatu cara atau prosedur perhitungan menghitung
tulangan balok jika dimensinya sudah ditentukan sebelumnya, Nah sekarang bagaimana cara
perhitungan tulangan dari sebuah balok jika dimensinya belum diketahui atau belum ditentukan
?….

hal ini akan saya sambung di posting saya berikutnya di :

“PROSEDUR PERENCANAAN BALOK TERHADAP LENTUR DENGAN TULANGAN


TARIK (TUNGGAL). PART 2”

You might also like:

Rumus Praktis Menghitung Panjang Jurai Untuk Menghitung ...

Cara Menghitung Kebutuhan Atap Rumah


CARA CEPAT MENGHITUNG BERAT BESI TANPA TABEL

Perencanaan Ruko Dua Lantai Dengan Program Bantu STAAD Pro ...

LinkWithin

Diposkan oleh lutfi@ndri@n di 21:12 6 komentar


Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google
Buzz
Label: Struktur Beton

Anda mungkin juga menyukai