TINJAUAN PUSTAKA
II-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Beban kerja mental yaitu beban kerja yang diterima manusia, baik
secara fisik maupun psikologis, dimana dibatasi pada aktivitas manusia yang
membutuhkan koordinasi primer antara faktor mental dan fisik manusia. Konsep
beban kerja mental yaitu evaluasi yang dilakukan seorang operator terhadap
perbedaan marginal antara kapasitas kerjanya dengan kebutuhan kerja saat itu,
dalam rangka mencapai performansi tertentu (Hancock, Meskhati, dan Rahimi,
1992). Penyebab beban kerja yang timbul dari aktivitas kerja, antara lain:
1. Kurangnya komunikasi/kontak dengan orang lain, terutama pekerja yang
bekerja di tempat kerja yang terisolasi.
2. Terdapat kebutuhan untuk mengambil sebuah keputusan dengan
tanggung jawab yang besar.
3. Menurunnya konsentrasi karena aktivitas / pekerjaan yang monoton.
4. Aktivitas / pekerjaan yang diharuskan tetap dalam kondisi kewaspadaan
tinggi dalam waktu lama.
Dengan berjalannya waktu, kemampuan seseorang dapat saja berubah
karena akibat praktek terhadap pekerjaan (kemampuan meningkat) , kelelahan
yang ditimbulkan (kemampuan menurun), dan kebosanan terhadap pekerjaan
(kemampuan menurun). Kemampuan setiap orang berbeda karena perbedaan
fisik, perbedaan pekerjaan, dan perbedaan latihan. Saat kapasitas manusia
dalam memproses informasi terlampaui, performansi akan menurun menjauhi
titik ideal. Hal itu dapat terlihat pada Gambar II.2.
II-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
hal lainnya. Hubungan antara beban kerja dengan kinerja dapat terlihat dalam
grafik performansi terhadap beban kerja berbentuk kurva U terbalik. Dalam grafik
berbentuk kurva U terbalik, terlihat bahwa kinerja manusia pada tingkat beban
kerja rendah tenyata kurang bagus. Apabila tidak banyak hal yang dapat
dikerjakan maka orang tersebut akan mudah merasa bosan dan cenderung
kehilangan ketertarikan terhadap pekerjaan yang dilakukannya sehingga dalam
keadaan underload ini, orang tersebut akan kehilangan informasi sebagai akibat
menurunnya konsentrasi.
II-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
pendekatan ini yaitu pengukuran harus dilakukan bersamaan dengan tugas yang
sedang dilakukan oleh subyek sehingga sangat mengganggu.
4. Subjective Measures
Subjective measures merupakan pengukuran kerja mental berdasarkan
persepsi subyektif pekerja. Cara pengukuran dengan pendekatan ini yaitu seperti
NASA-TLX, kuesioner dan SWAT. Kelebihan dari pengukuran pendekatan ini
adalah mudah dalam melakukan pengaturan dan beberapa menghasilkan data
kuantitatif sehingga tidak terganggu kerja subyek. Kekurangan dari pendekatan
ini adalah hasil pengukuran bersifat subyektif dan tidak menunjukkan performansi
tugas.
II.3 NASA-TLX
Metode NASA-TLX merupakan salah satu cara pengukuran subyektif.
Metode ini diperkenalkan oleh Sandra G. Hart dari NASA-Ames Research Center
dan Lowell E. Staveland dari San Jose State University pada tahun 1981 (Hart
dan Staveland dalam Hancock dan Meshkati,1988). NASA-TLX termasuk metode
pengukuran multidimensional secara subyektif dengan mempertimbangkan bobot
(weight) dan tingkatan (magnitude) dari enam dimensi yang mempengaruhi kerja
mental untuk sebuah pekerjaan. Keenam dimensi yang mempengaruhi kerja
mental untuk sebuah pekerjaan yaitu tuntutan mental (mental demand) , tuntutan
fisik (physical demand), tekanan waktu (temporal demand), usaha (effort), tingkat
frustrasi (frustration level), dan performansi (performance).
Pada metode NASA-TLX, dibagi ke dalam 2 fase, yaitu pembandingan
skala (paired comparison) dan penilaian (event scoring). Beban kerja mental
yang diukur pada metode NASA-TLX yaitu beban kerja mental dari pekerjaan
yang dilakukan menurut pelakunya, bukan beban kerja mental dari pelaku
pekerjaan saat melakukan kerja. Berikut ini adalah tabel dimensi dari pengukuran
beban kerja mental menurut metode NASA-TLX.
II-4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada gambar II.5, tabel sebelah kiri merupakan tabel untuk pemberian
bobot. Pemberian bobot ini dilakukan dengan cara memasangkan keenam
dimensi satu dengan yang lain untuk melihat dimensi mana yang lebih
berpengaruh dalam penilaian beban kerja mental seperti pada langkah pertama
dengan menggunakan pairwise comparisons of factors. Hasil pembobotan ini
selanjutnya di-tally sehingga dapat terlihat dimensi mana yang memberikan
bobot lebih tinggi untuk pekerjaan dan hasilnya dapat dituliskan pada tabel
sebelah kiri pada Gambar II.5.
Setelah dilakukan pemberian bobot, langkah selanjutnya yaitu masing-
masing dimensi diberikan rating untuk melihat seberapa berpengaruh dimensi
tersebut bagi pekerjaan. Nilai yang diberikan pada rating ini akan digunakan
untuk menghitung produk berupa Weighted Work Load (WWL) atau Weighted
Rating pada tabel sebelah kanan pada gambar II.5. Hasil Weighted Work Load
(WWL) selanjutnya diinterpretasikan dan dilihat keterkaitannya dengan
performansi sehingga bisa dihitung tingkat pembebanan yang tepat untuk
pekerjaan yang bersangkutan.
II.4 Stres
II-7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-10