PENDAHULUAN
terhadap krisis penyakit dan hospitalisasi karena stres akibat perubahan dari
keadaan sehat biasa dan rutinitas lingkungan dan anak memiliki jumlah
kejadian yang menimbulkan stres). Stres utama dari masa bayi pertengahan
2009).
karena prosedur pembedahan dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut anak
mengalami kecemasan dan stress. Diperkirakan juga lebih dari 1,6 juta anak
dan anak usia antara 2-6 tahun menjalani hospitalisasi disebabkan karena
1
2
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih
rumah sakit. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyak faktor dari
sebagai solusi karena bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan
merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan cara yang
paling efektif untuk menurunkan stres pada anak dan penting untuk
akan terlepas dari ketegangan dan stres yang dialaminya karena dengan
permainan. Hal tersebut terutama terjadi pada anak yang belum mampu
3
komunikasi antara anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau
pikiran anak melalui ekspresi non verbal yang ditunjukkan selama melakukan
permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan
2012).
karakteristik yang sudah dikenal pada anak usia pra sekolah. Pada umumnya
anak usia pra sekolah sudah mampu mengenal objek-objek yang pernah
mengikuti dari contoh yang sudah disediakan oleh perawat. Jika anak-anak
Orang tua anak akan dilibatkan untuk membantu proses bermain (Maghfiroh,
pada anak usia pra sekolah akibat hospitalisasi di Ruangan Irina E BLU RSUP
Bumi lampung Utara diketahui bahwa frekuensi anak usia prasekolah yang
menjalani hospitalisasi setiap tahunnya cukup tinggi, pada tahun 2015 terdapat
sebanyak 570 (43,18%) anak usia prasekolah yang dirawat dari total 1.320
anak yang menjalani perawatan dan pada tahun 2016 tercatat sebanyak 471
(34,79%) anak usia prasekolah yang dirawat dari 1.354 total anak yang
menjalani hospitalisasi. Pada hasil observasi terhadap 7 anak usia pra sekolah
respon takut kepada perawat saat akan dilakukan tindakan misalnya saat akan
berbagai alat permainan seperti puzzle, balok susun, dan mewarnai gambar,
namun program tersebut belum diaplikasikan. Oleh karena itu, penulis tertarik
hospitalisasi di Ruang Anak RSU Handayani Kota Bumi lampung Utara tahun
2017.
hospitalisasi di Ruang Anak RSU Handayani Kota Bumi lampung Utara tahun
2017?”.
1.3 Tujuan
tahun 2017
tahun 2017
Ruang Anak RSU Handayani Kota Bumi lampung Utara tahun 2017.
6
1.4.1 Aplikatif
1.4.2 Teoritis
hospitalisasi.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit
dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk
beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga
kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak
Berbagai perasaan yang sering dialami anak adalah cemas, marah, sedih,
takut, dan rasa bersalah yang dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang
baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak
Anak usia prasekolah adalah yang berada pada usia 3 sampai 6 tahun.
daripada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif, dan imajinatif.
7
8
2.1.3 Reaksi Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun) Terhadap Penyakit dan
Hospitalisasi
bekerjasama
bocor.
sebenarnya. Salah satu fantasi khas untuk menjelaskan alasan sakit attau
pemikiran semacam ini anak biasanya merasa malu, bersalah dan takut
verbal murni sering tidak adekuat bagi mereka karena mereka tidak
lalu. Sekalipun persiapan untuk suatu prosedur sudah yang terbaik, namun
yang sesuatu yang khusus ke sesuatu yang khusus lagi, bukan dari spesifik
perat adalah mereka yang menyebabkan nyeri, maka anak prasekolah akan
13
berpikir bahwa setiap perawat (atau setiap orang yang memakai seragam
seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi
hanya pada hal yang selektif namun dapat melakukan sesuatu dengan
terarah.
dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku
lain.
agitasi.
3. Kecemasan berat, yaitu ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
beberapa hari.
menjadi kurang begitu aktif, tidak tertarik untuk bermain atau terhadap
orang tua yang terlalu lama hingga dapat menyebabkan anak masuk ke
beradaptasi dengan baik dan efek sakit yang permanen juga jarang
terjadi.
Tanda dan gejala pada kecemasan menurut Keliat, dkk (2013) adalah
sebagai berikut:
17
1. Respon fisik, sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut
4. Bila individu telah mengalami koping tidak efektif, tanda dan gejala
meminta bantuan.
manipulatif, impulsif).
h. Sering sakit
tersinggung;
sebagainya.
19
(apprehensive expectation).
d. Kewaspadaan berlebihan
fisik (somatic) pada setiap orang tidak sama, dalam arti tidak
a. Sesak napas
b. Jantung berdebar-debar
g. Kesemutan
i. Berkeringat banyak
yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu objek, aktivitas atau
mencuci tangan pertama kali itu sudah bersih dan tidak perlu diulang
tangan.
2.2.4 Etiologi
1. Faktor predisposisi
kecemasan.
2. Faktor presipitasi
eksternal
harga diri.
2.2.5 Penatalaksanaan
anak inginkan.
kebiasaan/kegiatan sehari-hari.
asuhan keperawatan
pada orangtua
2. Terapi psikofarmaka
3. Terapi somatik
4. Psikoterapi
stressor.
daya ingat.
mengalami kecemasan.
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
yang diadaptasi dari SCAS oleh Dr. Susan H. Spence dan Prof. Ron
dalam buku Wong (2009). Instrumen telah telah dilakukan uji validitas
nilai Content Validity Index (CVI) adalah sebesar 0,98 dan nilai
2.3 Bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-
aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan cara yang paling
efektif untuk menurunkan stres pada anak dan penting untuk kesejahteraan
mental dan emosional anak (Champbell & Glase, 1995 dalam Supartini,
2012).
1. Perkembangan sensori-motorik
30
2. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan
intelektualnya.
3. Perkembangan sosial
lawan bicara, dan belajar pada anak usia sekolah dan remaja.
keluarga.
4. Perkembangan kreativitas
Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral
lain.
6. Perkembangan moral
lingkungannya.
asing
perasaan
Seperti telah diuraikan di atas, pada saat sakit dan dirawat di rumah
mengekspresikannya.
dirawat di rumah sakit. Stres yang dialami anak saat dirawat di rumah
dijalankan pada anak. Abaila anak harus tirah baring, harus dipilih
permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur dan anak tidak boleh
tiduran.
cerita.
36
permainan yang aman untuk anak, tidak tajam, tidak merangsang anak
5. Melibatkan orang tua. Satu hal yang harus diingat bahwa orangtua
orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak mulai dari
1. Tujuan
mengurangi
sandiwara
37
f. Menumbuhkan sportivitas
h. Mengembangkan kreativitas
kasar
lain
2. Alat Permainan
(Adriana, 2011).
dapat di lakukan pada anak usia pra sekolah. Gambar yang digunakan
38
sudah dikenal pada anak usia pra sekolah. Pada umumnya anak usia
2. Tujuan Permainan
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
4. Proses bermain
alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai bagi anak sebagaimana
permainan anak usia bayi tidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan
demikian, bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat sakit.
pada orang dewasa. Yang penting pada saat kondisi anak sedang
dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang
sosial anak. Akan tetapi, ada pendapat lain yang meyakini bahwa
permainan.
harus yang dibeli di tokok atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan
untuk anak. Pilih yang sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak.
Label yang tertera pada mainan harus dibaca terlebih dahulu sebelum
permainan tidak selalu harus dibeli di tokok atau mainan jadi, tetapi
norma dan aturan serta interaksi sosial dengan orang lain. Orang tua
diingat bahwa alat permainan harus aman bagi anak. Oleh karena itu,
kecemasan anak usia prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
kelompok mewarnai gambar adalah 8,80 dan standar deviasi 3,07. Sedangkan
rata-rata skor kecemasan pada kelompok bermain puzzle adalah 5,93 dan
standar deviasi 2,60. Pada hasil analisis didapatkan nilai p-value 0,010 <
deviasi 7,785 dan sesudah (posttest) terapi bermain mewarnai gambar adalah
37,17 standar deviasi 8,030 dengan selisih rata-rata sebelum dan sesudah
(p= 0,000) dimana ada pengaruh derajat kecemasan anak sebelum dan sesudah
terapi bermain.
44
Gambar 2.1
Kerangka Teori
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain dari masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo,
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
2.5 Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
01 X 02
Keterangan:
01 : Pretest
02 : Posttest
X : Terapi bermain mewarnai gambar
46
47
mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya
lampung Utara, waktu penelitian pada bulan November 2016 s.d Mei
2017.
3.4.1 Populasi
2010). Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia prasekolah yang
dirawat di RSU Handayani Kota Bumi lampung Utara pada saat dilakukan
3.4.2 Sampel
2 Z / 2 Z1 2
n
o a 2
Keterangan:
n = Besar prakiraan sampel
Z1-/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada (1,96)
Z1- = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada (1,28)
2 = Harga varians di populasi
o-a = Perkiraan selisih mean yang diteliti dengan mean di populasi
64,48091,96 2,33
2
676,8947
n 24,46525 (dibulatkan 25 orang)
(42,43 37,17) 2
27,6676
1. Kriteria inklusi
2. Kriteria eksklusi
kecemasan.
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
Cara Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur Ukur
Dependen: Perasaan cemas yang Kuesioner Observasi Skor Rasio
Kecemasan diukur melalui jawaban 0 - 15
(ansietas) observasi
1. Prinsip manfaat
3. Prinsip keadilan
dengan menghargai hak atau memberikan hak menjaga privasi dan tidak
4. Informed consent
bentuk persetujuan.
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.
51
yang diadopsi dari penelitian Saragih (2015) yang telah dilakukan uji
dalam sehari yaitu sore hari dengan waktu kurang lebih 40 menit dan
Pengolahan data dalam rencana penelitian ini melalui empat tahap yaitu:
4. Cleaning yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah ada dan
(Notoatmojo, 2012)
Test). Jika data tidak berdistribusi normal maka analisis data dilakukan
derajat kemaknaan 95% dan tingkat kesalahan (α) = 5%, dengan kriteria
hasil:
b. Jika p value > nilai α (0,05), Ho gagal ditolak (tidak ada perbedaan).
54
BAB IV
Kesehatan ini telah teregistrasi sejak 28/12/2012 dengan Nomor Surat ijin
Memiliki Luas Tanah 9500 dengan Luas Bangunan 6094. Jumlah kamar
54
55
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Anak Usia Prasekolah yang Menjalani
Hospitalisasi Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Anak
RSU Handayani Kota Bumi Lampung Utara
Tahun 2017
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
1 Laki-laki 12 48,0
2 Perempuan 13 52,0
Jumlah 25 100
(48,0%).
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Anak Usia Prasekolah Berdasarkan Usia
di Ruang Anak RSU Handayani Kota Bumi
Lampung Utara Tahun 2017
No Usia Frekuensi Presentase (%)
1 3 tahun 4 16,0
2 4 tahun 9 36,0
3 5 tahun 9 36,0
4 6 tahun 3 12,0
Jumlah 25 100
pengalaman dirawat
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Anak Usia Prasekolah yang Menjalani
Hospitalisasi Berdasarkan Pengalaman Dirawat di Ruang Anak
RSU Handayani Kota Bumi lampung Utara
Tahun 2017
Pengalaman
No Frekuensi Presentase (%)
Dirawat
1 Pernah 15 60,0
2 Tidak pernah 10 40,0
Jumlah 25 100
menjalani hospitalisasi
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Diagnosa Medis Anak Usia Prasekolah yang
Menjalani Hospitalisasi di Ruang Anak RSU Handayani
Kota Bumi Lampung Utara Tahun 2017
No Diagnosa Medis Frekuensi Presentase (%)
1 Epilepsy 1 4,0
2 Fibris 6 24,0
3 Diare 8 32,0
4 ISPA 5 20,0
5 Kejang demam 3 12,0
6 Pansitoperi 1 4,0
7 Varicela 1 4,0
Jumlah 25 100
gambar (pre-test)
Tabel 4.5
Rata-rata Kecemasan Anak Usia Prasekolah Yang Mengalami
Hospitalisasi Sebelum (Pre-Test) Dilakukan Terapi Bermain
Mewarnai Gambar di Ruang Anak RSU Handayani
Kota Bumi Lampung Utara Tahun 2017
Minimum-
Variabel Mean SD CI; 95%
Maksimum
Kecemasan anak usia
prasekolah yang mengalami
hospitalisasi sebelum terapi 4,84 1,993 1-9 4,02-5,66
bermain mewarnai gambar
(pretest)
(post-test)
Tabel 4.6
Rata-rata Kecemasan Anak Usia Prasekolah Yang Mengalami
Hospitalisasi Setelah (post-test) Pemberian Terapi Bermain
Mewarnai Gambar di Ruang Anak RSU Handayani
Kota Bumi Lampung Utara Tahun 2017
Minimum-
Variabel Mean SD CI; 95%
Maksimum
Kecemasan anak usia
prasekolah yang mengalami
hospitalisasi setelah terapi 1,92 1,412 0-5 1,34-2,50
bermain mewarnai gambar
(post-test)
didapatkan hasil nilai kemaknaan untuk pre-test p-value 0,589 dan post-
test p-value 0,069 > 0,05, dengan demikian dapat dijelaskan bahwa
Tabel 4.7
Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Mengalami Hospitalisasi di Ruang Anak
RSU Handayani Kota Bumi Lampung Utara
Tahun 2017
Mean
Variabel Mean SD p-value N
difference
Sebelum terapi bermain
Kecemasan anak mewarnai gambar (pre- 4,84 1,993
usia prasekolah test)
2,920 0.000 25
yang menjalani Sesudah terapi bermain
hospitalisasi mewarnai gambar 1,92 1,412
(post-test)
uji statistik didapatkan p-value 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan
60
4.2 Pembahasan
4.2.1 Univariat
gambar (pre-test)
sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak
anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga (Wong,
(2011) memiliki 3 fase, yaitu fase protes dimana anak secara verbal
menangis kepada orang tua, menyerang orang lain secara verbal atau
dan tidak dapat ditenangkan. Fase putus asa dimana anak tidak tertarik
adalah 4,84 dan berapa pada rentang antara 4,02 sampai dengan 5,66.
kecemasan karena saat anak usia prasekolah sakit dan baru dirawat di
(post-test)
Stres yang dialami anak saat dirawat di rumah sakit tidak dapat
karena telah terbukti dapat menurunkan rasa cemas, takut, nyeri dan
mengalami penurunan.
4.2.2 Bivariat
cara yang paling efektif untuk menurunkan stres pada anak dan
Glase, 1995 dalam Supartini, 2012). Pada saat di rawat di rumah sakit,
melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman
terjadi karena sebelum diberi terapi bermain anak usia prasekolah yang
menjalani hospitalisasi.
1. Pada penelitian ini, jenis penyakit yang diderita, lama perawatan serta
adanya tidaknya riwayat dirawat di rumah sakit pada anak usia prasekolah
penelitian.
3. Proses terapi mewarnai gambar dalam penelitian ini tidak semuanya dapat
berbeda.
69
BAB V
5.2 Kesimpulan
4,84±1,993.
1,92±1,993.
5.3 Saran
69
70
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D, (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Apriliawati, A, (2011). Pengaruh Biblioterapi terhadap peningkatan kecemasan
anak usia sekolah yang menjalani hospitalisasi di RS. Islam Jakarta.
Thesis. Universitas Indonesia. Program Megister Ilmu Keperawatan Anak.
Arikunto, S, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Direja, Surya, H.A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Nuha
Medika.
Kusumawati & Hartono (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Maghfiroh (2015). Laporan Terapi Bermain Anak Usia Pra Sekolah Di Ruang
Anak Lantai Dasar Rsup Dr. Karyadi Semarang. Laporan Praktik
Keperawatan Anak. Universitas Diponegoro Semarang.
Pratiwi, S.E & Deswita, (2013). Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai
Gambar Dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia
Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang. Ners Jurnal
Keperawatan. Volume 9. No. 1 Maret 2013
Riddle & Greenhill (1997) Pediatric Anxiety Rating Scale (PARS). This effort was
funded by the National Institute of Mental Health, Benedetto Vitiello,
M.D., Project Officer. Helpful consultation was provided by Prudence
Fisher, Ph.D., Columbia University.
72