Anda di halaman 1dari 27

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Pa
Usia : 46 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : 1 dari 1
bersaudara
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku : Jawa
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga
Alamat : JL.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx Kota Bengkulu
No RM : xxxxx
Tanggal Pemeriksaan : 11/11/2015
pukul 10.00 WIB

II. Riwayat Psikiatri


A. Keluhan Utama
Pasien sering merasa cemas dan takut
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Autoanamnesis
Perasaan cemas dan takut ini
dirasakan sejak 15 tahun yang lalu,
pasien mengeluh sering merasacemas secara
mendadak, yang diikuti rasa pusing, telapak
tangan berkeringat, jantung berdebar-debar.
Ia juga mengaku jika serangan cemas itu
ada, maka akan menggangu kemampuannya
untuk berkonsentrasi dalam
mengerjakan pekerjaan rumah
tangga, apabila perasaan cemas itu datang
pasien juga sulit untuk tidur. Perasaan
tersebut ditemukan pada sebagian waktu
selama 15 tahun lalu. Pasien sendiri mengaku
tidak mengetahui secara pasti mengapa dia
sering mengalami ketakutan, pasien mengaku
tidak ada keadaan khusus yang menyebabkan
dia merasa cemas seperti
ini,dan perasaan cemas ini muncul tidak
pernah terbatas pada periode yang
jelas. Selain itu juga pasien sering merasa
lemas, lemas yang dirasakan terjadi secara
tiba-tiba tanpa sebab yang diketahui. Jika
pasien merasa lemas, pasien tidak bisa
melakukan aktivitas rumah tangga, seperti
mencuci, memasak dan kegiatan rumah
tangga lainnya.
Karena gejalanya ini, pasien sudah beberapa
kali berobat ke dokter, pasien berobat ke
dokter umum, dan dokter
tersebut menyarankan pasien untuk
berobat ke seorang dokter saraf, dan dokter
penyakit dalam. Menurut pengakuan pasien
hasil tes darah, dan tes fungsi kelenjar
gondoknya normal, dan
gambaran jantungnya, tes kadar gula
darah juga normal saja menurut dokter yang
memeriksa.
Pasien mengaku apabila perasaan ini muncul
ia tidak dapat bekerja, ia cenderung memilih
diam di rumah dan meninggalkan
pekerjaannya, pasien mengaku kesulitan
dalam melakukan beberapa kegiatan sehari-
harinya ketika terjadinya peningkatan
kecemasan, keadaan ini cukup mengganggu
kontak sosialnya dengan orang-orang
sekitarnya tetapi menurutnya dia
tetap berfungsi penuh secara sosial dan dapat
melakukan pekerjaan dengan baik ketika
kecemasan itu tidak ada.
Pasien mengaku saat ini tidak ada masalah di
dalam keluarganya, tidak ada masalah yang
membuatnya cemas, pasien adalah tipe
orang yang terbuka terhadap suaminya dalam
berumah tangga, ia selalu bercerita tentang
masalahnya terhadap suaminya.

¨ Heteroanamnesis
Diperoleh dari suami pasien, Tn. Sd, berusia
50 tahun, bekerja sebagai Tukang bangunan
yang tinggal serumah dengan pasien dari
menikah hingga sekarang. Tn. Sd
mengatakan bahwa menurut istri pasien
keluhan kecemasan ini sering dirasakan
pasien, ketika kecemasan itu datang, saat itu
juga pasien berkeringat dan mengaku
kepalanya sakit dan jantungnya berdebar-
debar, pasien juga sulit untuk tidur, dan
terkadang terbangun di malam hari, pasien
juga merasakan badannya terasa lemas dan
tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah
tangga. Pasien biasanya memilih diam di
rumah dan meninggalkan pekerjaannya saat
penyakitnya itu muncul. Menurutnya, tidak
ada keadaan atau seseorang yang
menyebabkan istrinya merasa cemas seperti
itu, dan perasaan cemas itu muncul tidak
pernah terbatas pada periode yang jelas.
Menurut suaminya tidak ada faktor yang
mencetuskannya, tidak ada masalah di dalam
keluarga, istrinya biasa
mengeluhkan cemas ini secara tiba-tiba dan
tidak terbatas pada wakktu yang jelas.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien belum pernah ada gangguan psikiatri
sebelumnya, pasien belum pernah berobat ke
rumah sakit jiwa maupun ke psikiater.
2. Riwayat Gangguan Medik
- Pasien tidak ada
riwayat gangguan medis, dan pasien belum
pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
- Tidak ada riwayat hipertensi, tidak ada
riwayat diabetes mellitus dan riwayat sakit
hipetiroid. Riwayat mengalami kejang demam
(-), kejang tanpa demam (-), penyakit
malaria (-), thypoid (-), trauma kepala (-)
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif /
Alkohol
Riwayat mengkonsumsi alkohol, rokok, dan
narkoba tidak ada.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat pranatal
Tidak diketahui karena tidak dilakukan
heteroanamnesis.
2. Riwayat masa kanak-kanak awal (0-3
tahun)
Tidak diketahui karena tidak dilakukan
heteroanamnesis.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11
tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa
ini normal dan sama seperti anak-anak
lainnya. Pasien menempuh pendidikan SD,
dan selama sekolah pasien mengaku mampu
belajar dengan baik dan selalu naik
kelas. Pasien merupakan anak yang pendiam,
tidak banyak berbicara.
4. Riwayat masa remaja
Pasien saat remaja berkembang menjadi
remaja perempuan yang normal sesuai
dengan seusianya. Pasien tidak melanjutkan
sekolahnya karena keterbatasan ekonomi
keluarga.
5. Riwayat dewasa muda
Saat berusia 17 tahun pasien memiliki teman
dekat seorang laki-laki dan akhirnya menikah
dengan laki-laki tersebut. Pasien mengaku
bahagia dengan pernikahannya.
6. Riwayat pendidikan
Pasien hanya menempuh pendidikan sekolah
dasar. Prestasi pasien biasa-biasa saja dan
tamat tepat pada waktunya.
7. Riwayat pekerjaan
Pasien sehari-hari bekerja sebagai IRT dan
kadang-kadang mengisi kekosongan
waktunya dengan membantu menggosok baju
di rumah tetangga.
8. Riwayat pernikahan
Pasien menikah diusia 18 tahun dengan
seorang laki-laki yang pada saat itu berusia
20 tahun. Pasien mengaku bahagia dengan
pernikahannya. Hingga saat ini pasien telah
dikaruniai 4 orang anak dari pernikahannya.
9. Riwayat kehidupan beragama
Pasien beragama Islam
dan mengaku beribadahnya rajin beribadah
dan menghormati agama orang lain
10. Riwayat Psikoseksual
Pasien sudah menikah dan memiliki 4 orang
anak.
11. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran
hukum dan terlibat dalam masalah hukum.
12. Aktivitas sosial
Pasien saat ini masih sering berinteraksi
dengan lingkungan sekitar. Hanya saja pasien
sekarang jadi malas untuk mengikuti kegiatan
sosial di lingkungannya karena pasien merasa
kelelahan dan butuh istirahat.
E. Riwayat Keluarga
Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan
serupa dengan pasien. Pasien merupakan
anak tunggal. Hubungan pasien dengan
keluarga inti seperti suami, anak dan
keluarga besarnya baik.
F. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien sekarang tinggal dirumah bersama
suami dan 2 orang anaknya. Keseharian
pasien hanya dihabiskan dirumah untuk
mengurusi rumah tangga dan sesekali
membantu menyetrika baju di rumah
tetangganya. Pasien jadi jarang mengikuti
kegiatan sosial dilingkungannya karena
merasa kelelahan. Lingkungan tempat tinggal
terkesan cukup baik. Pasien tinggal di daerah
yang cukup padat penduduk dan berdekatan
dengan tetangga. Hubungan pasien dengan
keluarga dan tetangga dikenal cukup baik
Dalam biaya pengobatan pasien
menggunakan
BPJS. Keluarga pasien cukup terrbuka dan
mendukung kesembuhan pasien dengan
berkomitmen untuk mengingatkan pasien
untuk rutin minum obat hingga kontrol bila
obat habis.

G. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya dan


Lingkungannya
Pasien mengakui bahwa dirinya saat ini
sedang mengalami masalah. Pasien
menyadari jika hal ini didiamkan berlarut-
larut akan mengganggu aktivitasnya sehari-
hari sehingga pasien berusaha mencari
pengobatan untuk mengatasi keluhannya
sekarang.
Pasien berobat atas kemauan sendiri dan
berkomitmen minum obat sesuai anjuran
dokter dan bila obat habis pasien ingin
kontrol secara suka rela.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


Pemeriksaan dilakukan di rumah pasien pada
tanggal 15 November 2015, hasil
pemeriksaan ini menggambarkan situasi
keadaan pasien saat home visit.
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Perempuan berusia 46 tahun, paras sesuai
umur dengan postur tubuh yang atletikus,
kesan gizi pasien cukup. Pasien memakai
gamis panjang berwarna merah dengan jilbab
berwarna merah. Kuku pasien pendek, tidak
menggunakan kutex. Pasien tampak ceria dan
tenang saat didatangi Home visite.
2. Kesadaran
Kompos mentis, secara kualitas tidak berubah
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Keadaan pasien tenang. Pasien tidak
memperlihatkan gerak-gerik yang tidak
bertujuan, gerak berulang, maupun gerakan
abnormal/involunter.
4. Pembicaraan
· Kuantitas : Pasien dapat menjawab
pertanyaan dan dapat mengungkapkan isi
hatinya dengan jelas.
· Kualitas : pasien dapat menjawab
pertanyaan jika ditanya dan menjawab
pertanyaan dengan spontan, Pasien sering
bercerita dengan spontan mengenai keadaan
dirinya saat ini. Intonasi berbicara pasien
cukup jelas. Pembicaraan dapat dimengerti.
5. Tidak ada hendaya berbahasa.
6. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif, kontak mata adekuat.
Pasien selalu menjawab pertanyaan dengan
melihat kearah pemeriksa. Pasien dapat
menjawab pertanyaan dengan cukup baik.

B. Keadaan Afektif
1. Mood : Eutimia
2. Afek : Luas
3. Keserasian : Serasi

C. Gangguan Persepsi
Gangguan somatosensorik pada reaksi
konversi (perasaan nyeri kepala)

D. Proses Pikir
1. Bentuk pikir : Realistik
2. Arus pikir
a. Produktivitas : pasien dapat menjawab
spontan saat diajukan pertanyaan,
b. Kontinuitas : Koheren,
mampu memberikan jawaban sesuai pertanya
an
c. Hendaya berbahasa : Tidak terdapat
hendaya berbahasa
3. Isi pikiran : preokupasi ( isi
pikiran pasien terfokus pada masalah
kecemasan pada pasien)
E. Fungsi Intelektual / Kognitif
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan
kecerdasan
· Taraf pendidikan
Pasien lulusan Sekolah Dasar
· Pengetahuan Umum
Baik, pasien dapat menjawab dengan tepat
siapa presiden Indonesia dan Ibukota negara
Republik Indonesia.
2. Daya konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi pasien baik, pasien dapat
mengurangkan angka 7 dikurang 100, pasien
juga bisa mengalikan angka seperti 4x5 atau
5x10.
Perhatian pasien Baik, pasien bisa mengeja
kata SEKOLAH dan bisa menyebutkan benda-
benda yang berawalan huruf A.

3. Orientasi
· Waktu : Baik, pasien mengetahui saat
wawancara saat pagi hari
· Tempat : Baik, pasien mengetahui dia
sedang berada dirumahnya, dan menjalani
pengobatan di RSKJ Bengkulu
· Orang : Baik, pasien mengetahui nama
anaknya, siapa saja yang tinggal serumah
dengannya, dan mengetahui sedang
diwawancara oleh siapa.
· Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa
dia sedang konsultasi dan wawancara.
4. Daya Ingat
· Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat dimana
pasien bersekolah SD
· Daya ingat jangka menengah
Baik, pasien dapat mengingat umur berapa
menikah dan umur saat memiliki anak
pertama
· Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat makan apa tadi
malam
· Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengingat nama
pemeriksa dan dapat mengulang 6 angka
yang disebutkan oleh pemeriksa
· Akibat hendaya daya ingat pasien
Tidak terdapat hendaya daya ingat pada
pasien saat ini.
7. Kemampuan baca tulis: baik
8. Kemampuan visuospatial: baik
9. Berpikir abstrak: baik, pasien dapat
menjelaskan persamaan apel dan pir
10. Kemampuan menolong diri sendiri :
baik, pasien dapat melakukan perawatan diri
sehari- hari secara mandiri seperti mandi,
makan, minum, dan melakukan pekerjaan
rumah sendiri.

F. Daya Nilai
Daya nilai sosial pasien baik. Uji daya nilai
realitas pasien juga baik.

G. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien baik, selama
wawancara pasien dapat mengendalikan
emosi dengan baik dan tampak selama
pemeriksaan dilakukan pasien menceritakan
kondisinya dengan tenang.

H. Tilikan
Tilikan derajat 4, pasien menyadari bahwa
dirinya sedang mengalami masalah
kecemasan. Tetapi, pasien tidak mengetahui
penyebab gangguan kecemasan yang terjadi
pada dirinya selama ini. Pasien berusaha
untuk mencari
pengobatan gangguan kecemasan yang dia
alami dan memiliki motivasi untuk sembuh.

I. Taraf Dapat Dipercaya


Kemampuan pasien untuk dapat dipercaya
cukup akurat, pasien berkata dengan jujur
mengenai peristiwa yang terjadi, dan di cross
check juga dengan keterangan dari suami
pasien yang menceritakan kejadian yang
serupa.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Generalis
· KU : Tampak Sehat
· Sensorium : CM (GCS: E4 V5 M6)
Vital Sign
· TD : 130/80 mmHg
· Nadi : 72 x/menit
· RR : 20 x/menit
· Suhu : 36,8 oC

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT


Pada pasien sebelumnya telah dilakukan
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
tes darah, dan tes fungsi kelenjar gondoknya
normal, pemeriksaan rontgen dada, EKG
semua hasilnya normal.

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Ø Wanita berusia 46 tahun, menikah.
Ø Penampilan bersih dan rapi, perawatan diri
baik
Ø Pasien mempunyai keluhan cemas,
perasaan cemas ini dirasakan sejak 15 tahun
yang lalu, pasien mengeluh sering
merasa cemas, yang diikuti rasa pusing,
telapak tangan berkeringat, jantung
berdebar-debar dan badan terasa lemas.
Pasien juga sulit tidur dan sulit
berkonsentrasi.
Ø Pasien jadi cenderung malas mengikuti
kegiatan-kegiatan sosial yang ada di
lingkungannya karena dia merasa badannya
lemas & tidak kuat untuk mengikuti kegiatan
tersebut.
Ø Pasien kooperatif, kontak mata adekuat,
pembicaraan pasien koheren. Mood pasien
eutimia dengan afek luas.
Ø Terdapat bentuk pikir realistik, arus pikir
koheren, & isi pikir : preokupasi (isi pikiran
pasien terfokus padamasalah cemas).
VII. FORMULASI DIAGNOSIS
Ø Gangguan cemas yang dialami pasien
tidak dapat diketahui penyebabnya secara
jelas (tidak terdapat objek tertentu yang
menimbulkan
kecemasan)à Diagnosis gangguan anxietas
fobik dapat disingkirkan
Ø Pasien tidak melakukan tindakan berulang-
ulang untuk
kecemasannyaà diagnosis gangguan obsesif
kompulsif dapat disingkirkan.
Ø Gangguan cemas berulang tidak terjadi
karena pasien berada di tempat yang sulit
atau tempat yang ramaiàgangguan panik
dengan agorofobia dapat disingkirkan.
Ø Gangguan cemas tidak disebabkan oleh
penyakit serius ataupun gejala-gejala fisik
yang menurut pasien dirasakan dan berusaha
datang ke dokter untuk mengobatinya,
sedangkan
pada gangguan cemas menyeluruh , pasien
hanya merasakan gejala hiperaktivitas
otonomik sebagai akibat dari
kecemasannya.
Ø Kecemasan pada passien tidak
berhubungan dengan suatu peristiwataupun
trauma yang sebelumnya dialami oleh pasien.
Ø Pada pasien
keluhan cemas telah dirasakan
sejak 15 tahun yg lalu, perasaan cemas ini
sering diikuti dengan rasa pusing, telapak
tangan berkeringat, jantung berdebar-debar
dan badan terasa lemas. Pasien juga sulit
tidur dan sulit berkonsentrasi
Ø Dari pemeriksaan status mental,
didapatkan mood pasien eutimia dengan afek
luas.
Ø Hal ini sesuai dengan Pedoman
Diagnostik cemas menyeluruh DSM IV:
Ø Ansietas dan kekhawatiran yang berlebihan
terjadi hampir setiap hari selama setidaknya
6 bulan
Ø Orang tersebut sulit untuk mengendalikan
kekhawatirannya diakibatkan 3 atau lebih dari
6 gejala:
1. gelisah atau merasa terperangkap
2. Mudah merasa lelah
3. sulitberkonsentrasiatau pikiran merasa
kosong
4. mudah marah
5. otot tegang
6. Gangguan tidur
Ø Fokus dari ansietas tidak terbatas hanya
pada gambaran gangguan aksis 1, misalnya
misalnya ansietas / cemas bukan karena
mengalami serangan panik (seperti
pada gangguan panik), merasa malu berada
di keramaian (seperti pada fobia sosial),
merasa kotor seperti pada gangguan obsesif
kompulsif, jauh dari rumah atau kerabat
dekat (seperti pada gangguan ansietas
perpisahan), bertambah berat badan (seperti
pada anoreksia nervosa), mengalami keluhan
fisik berganda (seperi
pd gangguan somatisasi/mengalami
penyakit yang serius (hipokondriasis), juga
ansietas dan kekhawatiran tidak hanya
terjadi selama gangguan stres pasca
trauma.
Ø Kecemasan, kekhawatiran atau gejala fisik
yang menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan pada
fungsi sosial, pekerjaan atau area penting
fungsi lainnya
Ø Menurut PPDGJ III, pedoman
diagnostikuntuk gangguan cemas menyelur
uh:
1. Penderita harus menunjukan anxietas
sebagai gejala primer yg harus berlangsung
setiap hari untuk beberapa minggu sampai
beberapa bulan.
2. Gejala tersebut mencakup unsur-unsur:
- Kecemasan (khawatir akan nasib buruk,
merasa seprti diujung tanduk dan nasib
buruk)
- Ketegangan motorik (gelisah, sakit
kepala, gemetaran, tidak santai)
- Overaktivitas otonomik (kepala terasa
sakit, keringatan, jantung berdebar-debar,
sesak napas, kelujhan lambung, pusing
kepala)
3. Pada anak-anak sering terlihat
kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan &
keluhan somatik berulang yg menonjol.
4. Adanya gejala lain yg sifatnya
sementara, khususnya untuk depresi, tidak
membatalkan diagnosis
utama gangguan cemas menyeluruh selama
tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresif.
Ø Jadi berdasarkan DSM IV dan PPDGJ III
pasien ini dapat ditegakkan
diagnosis: gangguan cemas menyeluruh.

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Aksis I
F.41.1 Gangguan anxietas menyeluruh
Aksis II
Tidak ada diagnosis
Aksis III
Tidak ada diagnosis
Aksis IV
Tidak ada diagnosis
Aksis V
GAF scale 60 – 51

VII. PROGNOSIS
— Faktor yang memberikan pengaruh
baik:
Indikator psikososial: Suami pasien selalu
memberikan dukungan kepada isitrinya
selama sakit & tidak pernah memarahi
istrinya. Pasien masih bisa bekerja sekali-kali
sebagai tukang gosok dirumah tetangganya.
— Tidak ada komorbiditas
dengan gangguan psikiatri lainnya.
— Tidak terdapatnya peristiwa hidup yang
negatif pada pasien.
— Kepribadian premorbidàmenunjukan
kepribadian yg baik di lingkungannya dan
interaksisosialnyabaik

— Faktor yang memberikan pengaruh


buruk:
— Kecemasan ini sudah terjadi selama 15
tahun
— Jika gejala kecemasan timbul
pasien sulit melakukan pekerjaan sehari-hari.
— Prognosis pasien secara menyeluruh
adalah dubia ad bonam. Sehingga kesimpulan
prognosis pada pasien berdasarkan
wawancara diatas
— sebagai berikut :
— Quo Ad Vitam : dubia ad bonam
— Quo Ad Functionam : dubia ad malam
— Quo Ad Sanationam : dubia ad bonam

VIII. Terapi
· Psikofarmaka
o Fluoxetine tablet 1 x 10 mg
o Clobazam tablet 1x10 mg
· Psikoterapi & Edukasi
· Terapi yang paling sering digunakan
dalam perawatan kecemasan
adalah cognitive-behavioural therapy(CBT).
Pada CBT diberikan teknik pelatihan
pernafasan atau meditasi ketika kecemasan
muncul, teknik ini diberikan untuk penderita
kecemasan yang disertai dengan serangan
panik.
· Support group juga diberikan dalam CBT,
individu ditempatkan dalam group support
yang mendukung proses treatment. Group
support dapat berupa sekelompok orang yang
memang telah dipersiapkan oleh
konselor/terapis untuk mendukung proses
terapi atau keluarga juga dapat diambil
sebagai group support ini.

BAB III
PEMBAHASAN

Dari hasil pemeriksaan pada Ny. Pa


ditemukan gejala kecemasan yang sudah
dialami sejak 15 tahun yang lalu. kecemasan
muncul dalam setiap hari secara bervariasi
setidaknya selama 6 bulan. Beberapa gejala
yang ada lainnya seperti, ketegangan
motorik, hiperaktivitas otonomik, dan
kewaspadaan kognitif; kekhawatiran terhadap
sesuatu hal yang tidak pasti, sulit
berkonsentrasi, gelisah, kesulitan tidur,
Sering berdebar tanpa sebab yang jelas, sakit
kepala dan badan terasa lemas seperti tidak
bertenaga. Karena keluhannya ini sudah
dirasakan sejak 15 tahun yang lalu, maka
dapat digolongkan
sebagai gangguan cemas menyeluruh.
Pada pasien ini, mengaku kesulitan dalam
melakukan beberapa kegiatan sehari-harinya
ketika terjadinya peningkatan kecemasan,
akan tetapi dia tetap berfungsi penuh secara
sosial dan dapat melakukan pekerjaan
dengan baik ketika kecemasan itu tidak ada.
Sehingga diagnosis
F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh pada
pasien wanita, Ny. Pa usia 46 tahun
ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan psikiatri.
Pada pasien ini diberikan terapi clobazam
1x10 mg. Clobazam merupakan salah satu
derivat dari golongan benzodiazepin. Hampir
semua efek benzodiazepin merrupakan
hasilkerjagolongan ini pada
SSPdenganefekutama: sedasi, hipnosis,
pengurangan terhadap rangsanagan, emosi
atau anxietas, relaksasi otot dan antikonvulsi.
Kerja benzodiazepin terutama merupakan
interaksinya dengan reseptor penghambat
neurotransmitter yang diaktifkan oleh asam
gamma amino butirat (GABA). Reseptor GABA
merupakan protein yang terikat kepada
membran dan dibedakan menjadi 2 bagian
besar sub-tipe yaitu reseptor GABAA terdiri
dari 5 atau lebih subunit (bentuk majemuk
dari a, b, g subunit) yang membentuk suatu
kanal ion klorida kompleks. Reseptor
GABAA berperan pada sebagian besar
neurotransmitter di SSP. Sebaliknya, reseptor
GABAB, yang terdiri dari peptida tunggal
dengan 7 daerah trans membran,
digabungkan terhadap mekanisme signal
transduksinya oleh protein-G. Benzodiazepin
bekerja pada reseptor GABAA tidakpada
reseptor GABAB. Clobazam mengikat satu
atau lebih reseptor GABA spesifik di beberapa
tempat di SSP termasuk sistem limbik dan
reticulo formatio. Clobazam merupakan GABA
reseptor agonis yang memiliki subtitusi biasa
yaitu1-4diazepine. Perubahan ini
menghasilkan pengurangan80% dalam
aktivitas anxiolitik dan penurunan 10 kalilipat
dalam hal sedatifnya.
Peningkatan permeabilitas dari membran
neuronal terhadap ion klorida menghasilkan
inhibit GABAyang kemudian
terjadihiperpolarisasi dan stabilisasi pada
pasien. bekerja dengan mengurangi rangsang
abnormal pada otak, menghambat
neurotrasmitter asam gama-aminobutirat
(GABA) dalam otak sehingga menyebabkan
efek penenang. Alprazolam berikatan dengan
reseptor benzodiazepin pada saraf post-
sinaps GABA di beberapa tempat di SSP,
termasuk sistem limbik dan formatio
retikuler. Peningkatan efek inhibisi GABA
menimbulkan peningkatan permeabilitas
terhadap ion klorida yang menyebabkan
terjadinya hiperpolarisasi dan stabilisasi pada
pasien.
Selain itu pasien juga diberikan Fluoxetine
1x10 mg. Fluoxetin merupakan golongan
SSRI pertama. Seperti SSRI lain obat ini
bekerja dengan menghambat reuptake
serotonin kedalam prasinaps sarap terminal.
Alhasil akan terjadi peningkatan
neurotransmisi oleh serotonin sehingga
menimbulkan efek antidepresan. Sehingga
terapi sudah tepat dengan mengunakan obat
kombinasi golongan clobazam dan
benzodiazepin selama 2-3 minggu.
Selain terapi psikofarmaka, pasien
dengan gangguan kecemasan dapat juga dilakukan
psikoterapi. Pendekatan psikoterapi
untuk gangguan kecemasan menyeluruh meliputi: terapi
kognitif perilaku, terapi suportif, terapi berorientasi
tilikan. Terapi yang paling sering digunakan dalam
perawatan kecemasan adalah cognitive-behavioural
therapy (CBT). Pada CBT diberikan teknik pelatihan
pernafasan atau meditasi ketika kecemasan muncul,
teknik ini diberikan untuk penderita kecemasan yang
disertai dengan serangan panik.

Anda mungkin juga menyukai