Anda di halaman 1dari 18

J

1. Apa saja yang dinilai pada pemeriksaan dalam obstetric dan ginekologi? (Winkjosastro,
Ilmu Kandungan, 2009)

Obstetri

- Vulva/vagina : apakah terdapat lesi herpes, varises vulva yang besar, kondiloma.
Palpasi serviks/porsio :
- Konsistensi : lunak/kenyal/tebal/tipis
- Pendataran serviks
- Pembukaan : antara 0-10 cm
Bagian Terdepan janin
- Presentasi kepala : teraba sutura pada tulang kepala (UUK), teraba bagian keras.
- Presentasi lain : bokong, kaki, muka, tangan
- Ketuban : +/-
- Penurunan janin : hodge I, II, III, IV
- Menentukan lokasi ubun-ubun kecil
- Mengukur luas panggul
- Pengeluaran : lendir/darah

Ginekologi
Vagina : apakah introitus vagina sempit, dinding vagina, teraba polip dan tumor di vagina,
benda asing, fistula

Serviks : arah dan posisi serviks, bentuknya bulat/terbelah melintang, besar dan
konsistensinya, apakah kanalis servilkalis dapat dilalui oleh jari.

Palpasi Uterus

• Letak : anteversi, antefleksi, retroversi, retrofleksi


• Bentuk : agak bulay dengan fundus uteri lebih besar dibandingkan bagian bawah. Pada
mioma uteri bentuk uterus bervariasi dari bulat, lonjong sampai tidak teratur.
• Ukuran : uterus perempuan dewasa sebesar telur ayam
• Konsistensi : kenyal
• Permukaan : uterus biasanya rata. Permukaan yang tidak rata dan berbenjol-benjol
menunjukkan kea rah mioma uteri
• Pergerakan : uterus dapat dengan mudah digerakkan ke segala arah.

Palpasi adneksa

 Adneksa kiri, kanan : pembesaran => besar, ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas,
sensitivitas. Parametrium dan tuba normal tidak teraba. Ovarium normal hanya dapat
diraba pada perempuan kurus dengan dinding perut lunak; besarnya seperti ujung jari
atau ujung ibu jari dan konsistensi kenyal. Jika parametrium dan tuba dapat diraba, itu
merupakan suatu kelainan.
2. Apa itu obstetri dan ginecologi
Ginecologi (ilmu tentang wanita) adalah cabang ilmu kedokteran yang khusus
mempelajari penyakit – penyakit sistem reproduksi wanita (Rahim, vagina dan
ovarium) dan payudara.
Obstetik adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari cara memperlakukan ibu
dan bayi selama masa kehamilan, proses persalinan dan masa nifas.

3. Berapa macam perdarahan di obstetri? (Saifudin, 2009)


a. Perdarahan hamil muda
- Abortus
- Kehamilan Ektopik Terganggu
- Mola hidatidosa
b. Perdarahan Ante Partum
- Plasenta Previa
- Solusio Plasenta
- Vasa Previa
c. Perdarahan Post Partum
- Tonus : Atonia uteri
- Tissue : Retensio plasenta, sisa jaringan plasenta
- Trauma : Laserasi jalan lahir
- Trombin : Faktor Koagulasi darah

4. Apa yang dimaksud dengan distosia ?


- Persalinan lama disebut juga distosia didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal
atau sulit. (Alamsyah, 2010)
- Waktu persalinan yang memanjang karena kemajuan persalinan yang terhambat.
(WHO, 2013)
Penyebab distosia dibagi dalam 3 golongan berikut ini :
a. Kelainan tenaga (kelainan his). His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan,
tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.
b. Kelainan janin. Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan
dalam letak atau dalam bentuk janin.
c. Kelainan jalan lahir. Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi
kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan. (Alamsyah, 2010)

Jenis-jenis kelainan his


- Inersia uteri : fundus berkontraksi lebih kuat dan lenih dahulu daripada bagian-bagian
lain.
- His terlampau kuat
- Incoordinate uterine action : tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah
dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan
pembukaan.(Alamsyah,2010)
Kelainan janin.
- Malpresentasi : semua presentasi janin selain vertex
- Malposisi : posisi kepala janin relatif terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik
referensi.(Alamsyah, 2010)

Kelainan jalan lahir


- Panggul sempit, kelainan serviks atau vagina, tumor jalan lahir.
(Alamsyah,2010;WHO,2013)

5. Perbedaan antara partus lama dengan partus macet. (Kemenkes RI, 2013)
Partus atau persalinan lama adalah memanjangnya waktu persalinan yang disebabkan oleh
berbagai kondisi yang membuat kemajuan persalinan terhambat. Sedangkan pertus macet
adalah keadaan-keadaan berupa fase deselerasi yang memanjang, terhentinya pembukaan
(dilatasi), terhentinya penurunan bagian terendah, serta kegagalan penurunan bagian
terendah.

6. Faktor 5P yang mempengaruhi proses persalinan yaitu ; Power (tenaga), Passage (jalan
lahir), Passenger (janin), Psikologis, dan Pysian (penolong). (Saifuddin, Ilmu Kebidanan,
2009)

7. Faktor-faktor kemajuan persalinan (Saifuddin, M. S, 2009)


1. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga yang mendorong janin keluar. Kekuatan
tersebut meliputi :
- His ( kontraksi uterus )
Adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot otot polos rahim bekerja dengan baik
dan sempurna. Sifat his yang baik dalah kontraksi simetris ,fundus dominan ,
terkoordinasi, dan relaksasi.
2. Passage
Passage atau jalan lahir di bagi menjadi 2 .
a. Bagian keras :tulang panggul
b. Bagian lunak : otot otot dan ligament ligament
Bagian keras :panggul
a. Tulang panggul
Tulang panggul terdiri dari empat buah tulang terdiri dari :
1. Dua os coxae (tulang pangkal paha )
a. Terdiri dari : crista iliaca ,spina iliaca anterior superior (SIAS) dan
spina iliaca posterior superior (SIPS) ,spina iliaca posterior inferior
(SIPI),spina iliaca anterior inferor (SIAI),incisura ischiadi mayor ,linea
inominata,corpus os ilii.
2. Os pubis (tulang kemaluan) terdiri dari : foramen obtutarium,ramus superior
ossis pubis,ramus inferior ossis pubis ,lineailliopectinea ,corpus pubis,tuber
culum pubicum,arcus pubis ,simfibis pubis .
3. Os sacrum (tulang kelangkang) terdiri dari : promontorium, foramen scralia
anterior , crista scralis, vertebra sacralis, ala sacralis, vertebra lumbalis
4. Os coccygeus (tulang tungging) terdiri dari : vertebra coccyges.
3. Passenger (Janin)
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa factor yakni kepala janin, presentasi, leak, sikap, dan posisi
janin. Karena plasenta harus melewati jalan lahir, maka dia dianggap sebagai
bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat
proses persalinan normal
4. Psikologis
Keadaan psikologis ibu mempengaruhi proses persalinan. Ibu bersalin yang
didampingi oleh suami dan orang yang dicintainya cenderung mengalami proses
persalinan yang lebih lancer disbanding dengan ibu bersalin tanpa pendamping. Ini
menunjukkan bahwa dukungan mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu,
yang berpengaruh tehadap kelancaran proses persalinan
5. Pysian/penolong
Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk
memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian maternal dan neonatal.
Dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik diharapkan kesalahan atau
malpraktik dalam memberikan asuhan tidak terjadi. Tidak hanya aspek tindakan
yang diberikan, tetapi aspek konseling dan pemberian informasi yang jelas
dibutuhkan oleh ibu bersalin untuk megurangi tingkat kecemasan ibu dan keluarga.

8. APN adalah asuhan pada persalinan normal yang mengacu kepada asuhan yang bersih dan
aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi.
(Kemenkes RI, 2013)

9. Perbedaan panggul sempit dan CPD? (Saifuddin, Ilmu Bedah Kebidanan, 2009)
Panggul sempit merupakan kelainan ukuran panggul sehingga tidak dapat dilalui oleh janin,
hal ini dapat diketahui sejak antepartum. Sedangkan CPD adalah ketidaksesuaian antara
bagian terbawah janin dengan panggul.

10. Penyebab CPD yaitu presentasi puncak kepala, presentasi dahi dan malposisi. (Saifuddin,
Ilmu Bedah Kebidanan, 2009)

11. Bagaimana cara melakukan tindakan kuretase


a. Informed consent
b. Persiapan pasien dalam posisi litotomi lalu dilakukan general anestesi
c. Disinfeksi dengan antiseptic pada vulva, vagina dan sekitarnya
d. Memasang duk steril pada bagian bawah bokong pasien
e. Pasang speculum sims sampai pada posisinya, minta bantuan asisten untuk
memegang speculum sims dengan tangan kanan dan menahan fundus uteri dengan
tangan kiri.
f. Jepit serviks dengan tenakulum pada posisi jam 11 atau jam 1, yang merupakan
daerah dengan pembuluh darah paling sedikit.
g. Lakukan businasi pada mulut serviks yang belum terbuka untuk dilatasi serviks
h. Lakukan sondease dengan menggunakan sonde uterus untuk mengukur panjang
uterus dan tentukan posisi uterus
i. Bersihkan jaringan yang tertahan pada kanalis servikalis dan kavum uteri dengan
abota tang
j. Masukan sendok kuret sampai ada tahanan pada fundus uteri, kemudiankerok
dengan menarik sendok kuret kea rah ostium
k. Lakukan pengorokan dinding uterus menggunakan sendok kuret tumpul, kemudian
lanjutkan dengan sendok kutret tajam
l. Tentukan apakah sudah bersih, ditandai dengan keluarnya darah dan busa
m. Lepaskan jepitan cuman pada serviks dan juga speculum sims
n. Kontrol perdarahn dan bersihkan sisa darah pada vulva.

12. Indikasi kuretase (Saifuddin, Ilmu Bedah Kebidanan, 2009)


Indikasi diagnostik
 Metroragia
 Perdarahan uterus disfungsional
 Polip uteri
 Karsinoma endometrium
 Perdarahan paska mola
 Infertilitas
 Amenore sekunder
Indikasi terapetik
 Abortus insipient, abortus inkomplut dan mussed abortion
 Sisa plasenta
 Mola hidatidosa

13. Apa indikasi sectio saecaria ? (Winkjosastro, 2009)


Indikasi Ibu :
 Ibu dengan penyakit jantung dan paru
 Infeksi
 Oedema jalan lahir
 Perdarahan
 Preeklampsia dan eklampsia
 Lingkaran retraksi patologis
 Maternal Exhaution
Indikasi Janin :
 Tali pusat menumbung
 Mekoneum pada letak kepala
 Denyut jantung memburuk
Indikasi Profilaksis
 Panggul sempit
 Partus lama
 Primigravida tua
Indikasi Sosial
 Bayi mahal

14. Apa itu bayi mahal ?


Bayi mahal adalah sebutan untuk anak yang diperoleh dari hasil bayi tabung. Disebut
mahal karena pasangan suami istri harus membayar sejumlah uang agar dapat dilakukan
inseminasi buatan agar memperoleh uang. Bayi mahal juga sebutan untuk bayi anak
pertama dari seorang perempuan berusia lebih dari 35 tahun dan sudah 10 tahun
menikah.

15. Perbedaan plasenta previa dan solusio plasenta? (Chalik, 2010)

No Klinis Plasenta Previa Solusio Plasenta


1 Perdarahan dengan nyeri Tidak Ya
2 Perdarahan berulang Ya Tidak
3 Warna darah Merah segar Merah tua/coklat
4 Anemia/renjatan Sesuai darah yang keluar Tidak sesuai
5 Timbulnya Perlahan Tiba-tiba
6 Terjadinya Sewaktu kehamilan Sewaktu kehamilan, saat
inpartu
7 His Biasanya tidak ada Ada
8 Palpasi Abdomen biasa Abdomen tegang
9 DJJ Ada Ada/tidak adaSP sedang
berat
10 Periksa dalam vagina Jaringan plasenta Ketuban tegang
11 Penurunan Tidak masuk PAP Dapat masuk PAP
12 Presentasi Mungkin abnormal Tidak ada hubungan
13 Kemungkinan hidup janin Baik Mati

16. Mengapa timbul nyeri pada solusio plasenta


Pada solusio plasenta terjadi pelepasan dini plasenta yang menginisiasi perdarahan.
Perdarahan ini masuk ke bagian desidua basalis dan menyebabkan pengumpulan darah
pada pada desidua basalis, disebut sebagai desidua hematom, desidua hematom
menyebabkan perubahan patalogi pada dinding uterus. Terjadi degenerasi dan nekrosis
pada desidua basalis dan plasenta.

17. Syarat-syarat tubektomi ? (Saifuddin A., 2010)


- Usia > 26 tahun
- Paritas > 2
- Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
- Kehamilan akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius
- Pasca persalinan atau pasca keguguran
- Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.

18. Jenis-jenis tubektomi?


- Teknik Madlener (1919), caranya :
a. Buat loop tuba sekitar 3 cm
b. Tuba dikrus beberapa kali sehingga kanalisnya mengalami kerusakan
c. Ikat dengan benang sutra yang tidak diserap
d. Selanjutnya tuba tidak dipotong, tuba yang sudah dikrus (dilunakkan) ditanamkan
dimesosalping
- Teknik Irving (1925), caranya :
a. Tuba dipotong 2 cm disekitar isthmus
b. Bagian proksimal ditanamkan pada dinding uterus, bagian distal ditanamkan pada
mesosalping
c. Perdarahan dirawat, dinding abdomen ditutup.
- Teknik Pomeroy (1930), teknik ini dianggap sebagai golden standard karena mudah
dan angka kegagalannya kecil :
a. Buat loop tuba sekitar 3 cm
b. Ikat dengan catgut plain
c. Potong di atas jahitan dan biarkan, dinding abdomen ditutup.
- Teknik Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal bersama-
sama dengan fimbriae ditanam ke dalam ligamentum latum
- Teknik Uchida (1960) :
a. Buat edema artificial dengan saline + epinefrin sehingga tuba tampak putih
b. Tuba dikeluarkan, dipotong dan diikat di dua tempat
c. Bagian proksimal ditanam di bawah mesosalping, bagian distal dibiakan kearah
peritoneum, mesosalping dijahit kembali dan perdarahan dirawat
- Teknik Kroener (1960) – dilakukan dengan cara memotong fimbriae, sehingga
kemampuan untuk ovum pick up tidak ada, ujung ligamentum infundibulo pelvikum
dijahit sehingga tidak terjadi perdarahan.

19. Apa definisi infertilitas?


 American Fertility Society (AFC)
Ketidak mampuan pasutri untuk menghasilkan kehamilan setelah 1 tahun kawin dengan
hubungan teratur dan tanpa alat kontrasepsi.
 WHO
Ketidak mampuan pasutri untuk menghasilkan kehamilan setelah 2 tahun kawin dengan
hubungan teratur dan tanpa alat kontrasepsi.

20. Bagaimana cara menolong persalinan sungsang? Ada berapa fase dalam persalinan
sungsang?
a. Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakal dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan
pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht
2) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin dilahirkan
sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong.
3) Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya dengan
memakai tenaga, penolong.
b. Persalinan perabdominal (seksio sesaria)

Prosedur pertolongan persalinan spontan


Tahapan :
1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat (skapula
depan).
2. Tahap kedua : fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut.
Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala mulai masuk ke PAP, sehingga
kemungkinan tali pusat terjepit.Oleh karena itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali
pusat segera dilonggarkan.
3. Tahap ketiga : fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.
Teknik :
1. Ibu dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva.
2. Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat
bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5 unit oksitosin intramuskuler.
3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir, bokong
dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha,
sedangkan jari-jari lain memegang panggul.
4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang,
tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin
guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke punggung
ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan
tersebut disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan dilakukannya
hiperlordossis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uteri sesuai
dengan sumbu panggul. Dengan gerakan hiperlordossis ini berturut-turut lahir pusar,
perut, badan lengan, dagu,mulut dan akhirnya kepala.
5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan rawat tali
pusat.
6. Keuntungan
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong tidak ikut
masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling mendekati persalinan
fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
7. Kerugian
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat
dipimpin secara Bracht.Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit, janin besar, jalan
lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.

Prosedur Manual Aid


Tahapan :
1. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri.
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.
Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :

a) Klasik (Deventer)
Prinsip
 Melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan belakang lebih dulu
karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum), kemudian melahirkan
lengan depan yang berada di bawaah simpisis.
 Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya
dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.
Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah
mengusap muka janin.
 Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan
penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung
ibu. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.

Keuntungan
 Umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya
lengan janin relativ tinggi didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk ke
dalam jalan lahir yang dapat menimbulkan infeksi.
b) Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan lengan
depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
Bokong janin dipegang dengan femuropelvik yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan
sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari lain
mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin
sampai bahu depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan
mengait lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas
sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga
mengurangi infeksi.
c) Lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam setengah
lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang
sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat
dilahirkan.Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua
letak sungsang, minimal bahay infeksi.Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada
sungsang dengan primigravida, janin besar, panggul sempit.
d) Bickenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik.
Tahap ketiga dengan melahirkan kepala yang menyusul (after coming head).

3. Tahap ketiga yaitu lahirnya kepala, dapat dengan cara :


a) Mauriceau (Veit-Smellie)
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari
tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat mencengkeram
fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan
bawah penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga
penolong yang lain mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong
menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi
kristeller.Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh penolong yang mencengkeram leher
janin dari arah punggung.Bila suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi
keatas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut,
hidung, mata dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.
b) Najouks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak
dimasukkan ke dalam mulut janin.Kedua tangan penolong yang mencengkeram leher
janin menarik bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten
mendorong kepala janin kearah bawah.Cara ini tidak dianjurkan lagi karena
menimbulkan trauma yang berat.
c) Wigand Martin-Winckel
d) Parague terbalik
Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang dekat sacrum
dan muka janin menghadap simpisis.Satu tangan penolong mencengkeram leher dari
bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong
yang lain memegang kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan
tarikan pada bahu janin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai
hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.
e) Cunam piper
Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan janin
diletakkan dipunggung janin.Kemudian badan janin dielevasi ke atas sehingga punggung
janin mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam piper sama prinsipnya dengan
pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya saja cunam dimasukkan dari arah bawah
sejajar dengan pelipatan paha belakang.Setelah oksiput tampak dibawah simpisis, cunam
dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu,
mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.

Prosedur Ekstraksi Sungsang


Teknik ekstraksi kaki
1. Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan menelusuri bokong,
pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin
sehingga kaki bawah menjadi fleksi.
2. Tangan yang diluar mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi
pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina
sampai batas lutut.
3. Kedua tangan memegang betis janin, kaki ditarik curam kebawah sampai pangkal paha
lahir.
4. Pangkal paha dipegang kemudian tarik curam ke bawah trokhanter depan lahir.
Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga
trokhanter belakang lahir dan bokong pun lahir.
5. Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan
femuro-pelviks, badan janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir. Selanjutnya untuk
melahirkan badan janin yang lainnya dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada
manual aid.
Teknik ekstraksi bokong
1. Jari telunjuk tangan penolong yang searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan
lahir dan diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha
dikait dan ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka
jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah
sampai bokong lahir.
2. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks kemudian janin dapat
dilahirkan dengan cara manual aid.

21. Prosedur Persalinan Gemelli

Kala I diperlakukan seperti biasa bila bayi I letaknya memanjang. Karena sebagian besar
persalinan kembar bersalin prematur, maka pemakaian sedativa perlu dibatasi. Episiotomi
mediolateral dikerjakan untuk memperpendek kala II dan megurangi tekanan pada kepala bayi.

Setelah bayi I lahir, segera dilakukan pemeriksaan luar dan vaginal untuk mengetahui letak dan
keadaan janin II. Bila janin dalam letak memanjang, selaput ketuban dipecahkan dan air
ketuban dialirkan perlahan-lahan untuk menghindarkan prolaps funikuli. Ibu dianjurkan
meneran atau dilakukan tekanan terkendali pada fundus uteri, agar bagian bawah janin masuk
dalam panggul. Janin II turun dengan cepat sampai ke dasar panggul dan lahir spontan karena
jalan lahir telah dilalui bayi I.

Bila janin II dalam letak lintang, denyut jantung janin tidak teratur, terjadi prolaps funikuli,
solusio plasenta, atau persalinan spontan tidak terjadi dalam 15 menit, maka janin perlu
dilahirkan dengan tindakan obstetrik karena risiko akan meningkat dengan meningkatnya
waktu. Dalam hal letak lintang dicoba untuk mengadakan versi luar dan bila tidak berhasil,
maka segera dilakukan versi-ekstraksi tanpa narkosis. Pada janin dalam letak memanjang dapat
dilakukan ekstraksi cunam pada letak kepala dan ekstraksi kaki pada letak sungsang. Seksio
sesaria pada kehamilan kembar dilakukan atas indikasi janin I dalam letak lintang, prolaps
funikuli, dan plasenta previa.

Masuknya dua bagian besar II janin dalam panggul sangat luas. Kesulitan ini dapat diatasi
dengan mendorong kepala atau bokong yang belum masuk benar dalam rongga panggul ke atas
untuk memungkinkan janin yang lain lahir lebih dulu.
Kesulitan lain yang mungkin terjadi ialah interlocking, dalam hal ini janin I dalam letak
sungsang dan janin II dalam presentasi kepala. Setelah bokong lahir, dagu janin I tersangkut
pada leher dan dagu janin II. Bila keadaan ini tidak dapat dilepaskan, dilakukanlah dekapitasi
atau seksio sesaria menurut keadaan janin.

Segera setelah bayi II lahir, ibu disuntik oksitosin 10 IU, dan tinggi fundus uteri diawasi. Bila
tampak tanda-tanda plasenta lepas, maka plasenta dilahirkan dan diberi 0,2 mg methergin i.v.
Kala IV diawasi secara cermat dan cukup lama, agar perdarahan post partum dapat diketahui
dini dan penanggulangannya dilakukan segera.

22. Sebutkan 5 benang merah APN!


- Membuat keputusan klinis
- Asuhan sayang ibu dan saying anak
- Mencegah infeksi
- Pencatatan rekam medis
- Rujukan. (Yafrudin, 2009)

23. Dalam sistem rujukan apa yang dimaksud dengan BAKSOKU?


 B (Bidan)

Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan

memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan

 A (Alat)

Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit, infus set,

tensimeter dan stetoskop

 K (keluarga)

Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan mengapa ia dirujuk.

Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.

 S (Surat)

Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan, uraian

hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima ibu


 (Obat)

Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk

 K (Kendaraan)

Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi

yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.

 U (Uang)

Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat

dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar rujukan. (Yafrudin, 2009)

24. Apa saja penyebab KPD?


Belum diketahui dengan pasti.
Beberapa faktor yg mempermudah terjadinya KPD :
1. Infeksi, contoh : korioamnionitis.
2. Trauma, contoh : amniosentesis, pemeriksaan panggul atau koitus.
3. Inkompeten serviks.
4. Kelainan letak atau presentasi janin.
5. Peningkatan tekanan intrauterina, contoh : kehamilan ganda dan hydramnion.
(Soewarto, 2010)

25. Bagaimana penanganan KPD?


Konservatif
Rawat dirumah sakit, berikan antibiotic (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin
bila tidak tahan ampisilin dan metronidazole 2x500 mg selama 7 hari). Jika umur
kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air
ketuban tidak lagi keluar. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada
infeksi, beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamila 32-37 minggu, sudah inpartu,
tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24
jam. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi beri antibiotik dan lakukan induksi,
nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin). Pada usia
kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin. Dosis
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason I.M 5 mg setiap
6 jam sebanyak 4 kali. (Soewarto, 2010)

Aktif

Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 25μg -50μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri.

 Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil,
akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
 Bila skor pelvik >5, induksi persalinan. (Soewarto, 2010)

26. Apa indikasi induksi?

Indikasi Janin :
 Hamil lewat bulan
 Ketuban Pecah Dini
 Janin mati
Indikasi Ibu :
 Ibu dengan DM
 Ibu dengan Hipertensi. (Winkjosastro, 2009)

27. Penyebab kematian Ibu terbanyak di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai