Tugas Ujian DR PDP
Tugas Ujian DR PDP
1. Apa saja yang dinilai pada pemeriksaan dalam obstetric dan ginekologi? (Winkjosastro,
Ilmu Kandungan, 2009)
Obstetri
- Vulva/vagina : apakah terdapat lesi herpes, varises vulva yang besar, kondiloma.
Palpasi serviks/porsio :
- Konsistensi : lunak/kenyal/tebal/tipis
- Pendataran serviks
- Pembukaan : antara 0-10 cm
Bagian Terdepan janin
- Presentasi kepala : teraba sutura pada tulang kepala (UUK), teraba bagian keras.
- Presentasi lain : bokong, kaki, muka, tangan
- Ketuban : +/-
- Penurunan janin : hodge I, II, III, IV
- Menentukan lokasi ubun-ubun kecil
- Mengukur luas panggul
- Pengeluaran : lendir/darah
Ginekologi
Vagina : apakah introitus vagina sempit, dinding vagina, teraba polip dan tumor di vagina,
benda asing, fistula
Serviks : arah dan posisi serviks, bentuknya bulat/terbelah melintang, besar dan
konsistensinya, apakah kanalis servilkalis dapat dilalui oleh jari.
Palpasi Uterus
Palpasi adneksa
Adneksa kiri, kanan : pembesaran => besar, ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas,
sensitivitas. Parametrium dan tuba normal tidak teraba. Ovarium normal hanya dapat
diraba pada perempuan kurus dengan dinding perut lunak; besarnya seperti ujung jari
atau ujung ibu jari dan konsistensi kenyal. Jika parametrium dan tuba dapat diraba, itu
merupakan suatu kelainan.
2. Apa itu obstetri dan ginecologi
Ginecologi (ilmu tentang wanita) adalah cabang ilmu kedokteran yang khusus
mempelajari penyakit – penyakit sistem reproduksi wanita (Rahim, vagina dan
ovarium) dan payudara.
Obstetik adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari cara memperlakukan ibu
dan bayi selama masa kehamilan, proses persalinan dan masa nifas.
5. Perbedaan antara partus lama dengan partus macet. (Kemenkes RI, 2013)
Partus atau persalinan lama adalah memanjangnya waktu persalinan yang disebabkan oleh
berbagai kondisi yang membuat kemajuan persalinan terhambat. Sedangkan pertus macet
adalah keadaan-keadaan berupa fase deselerasi yang memanjang, terhentinya pembukaan
(dilatasi), terhentinya penurunan bagian terendah, serta kegagalan penurunan bagian
terendah.
6. Faktor 5P yang mempengaruhi proses persalinan yaitu ; Power (tenaga), Passage (jalan
lahir), Passenger (janin), Psikologis, dan Pysian (penolong). (Saifuddin, Ilmu Kebidanan,
2009)
8. APN adalah asuhan pada persalinan normal yang mengacu kepada asuhan yang bersih dan
aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi.
(Kemenkes RI, 2013)
9. Perbedaan panggul sempit dan CPD? (Saifuddin, Ilmu Bedah Kebidanan, 2009)
Panggul sempit merupakan kelainan ukuran panggul sehingga tidak dapat dilalui oleh janin,
hal ini dapat diketahui sejak antepartum. Sedangkan CPD adalah ketidaksesuaian antara
bagian terbawah janin dengan panggul.
10. Penyebab CPD yaitu presentasi puncak kepala, presentasi dahi dan malposisi. (Saifuddin,
Ilmu Bedah Kebidanan, 2009)
20. Bagaimana cara menolong persalinan sungsang? Ada berapa fase dalam persalinan
sungsang?
a. Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakal dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan
pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht
2) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin dilahirkan
sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong.
3) Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya dengan
memakai tenaga, penolong.
b. Persalinan perabdominal (seksio sesaria)
a) Klasik (Deventer)
Prinsip
Melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan belakang lebih dulu
karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum), kemudian melahirkan
lengan depan yang berada di bawaah simpisis.
Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya
dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.
Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah
mengusap muka janin.
Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan
penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung
ibu. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
Keuntungan
Umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya
lengan janin relativ tinggi didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk ke
dalam jalan lahir yang dapat menimbulkan infeksi.
b) Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan lengan
depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
Bokong janin dipegang dengan femuropelvik yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan
sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari lain
mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin
sampai bahu depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan
mengait lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas
sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga
mengurangi infeksi.
c) Lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam setengah
lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang
sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat
dilahirkan.Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua
letak sungsang, minimal bahay infeksi.Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada
sungsang dengan primigravida, janin besar, panggul sempit.
d) Bickenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik.
Tahap ketiga dengan melahirkan kepala yang menyusul (after coming head).
Kala I diperlakukan seperti biasa bila bayi I letaknya memanjang. Karena sebagian besar
persalinan kembar bersalin prematur, maka pemakaian sedativa perlu dibatasi. Episiotomi
mediolateral dikerjakan untuk memperpendek kala II dan megurangi tekanan pada kepala bayi.
Setelah bayi I lahir, segera dilakukan pemeriksaan luar dan vaginal untuk mengetahui letak dan
keadaan janin II. Bila janin dalam letak memanjang, selaput ketuban dipecahkan dan air
ketuban dialirkan perlahan-lahan untuk menghindarkan prolaps funikuli. Ibu dianjurkan
meneran atau dilakukan tekanan terkendali pada fundus uteri, agar bagian bawah janin masuk
dalam panggul. Janin II turun dengan cepat sampai ke dasar panggul dan lahir spontan karena
jalan lahir telah dilalui bayi I.
Bila janin II dalam letak lintang, denyut jantung janin tidak teratur, terjadi prolaps funikuli,
solusio plasenta, atau persalinan spontan tidak terjadi dalam 15 menit, maka janin perlu
dilahirkan dengan tindakan obstetrik karena risiko akan meningkat dengan meningkatnya
waktu. Dalam hal letak lintang dicoba untuk mengadakan versi luar dan bila tidak berhasil,
maka segera dilakukan versi-ekstraksi tanpa narkosis. Pada janin dalam letak memanjang dapat
dilakukan ekstraksi cunam pada letak kepala dan ekstraksi kaki pada letak sungsang. Seksio
sesaria pada kehamilan kembar dilakukan atas indikasi janin I dalam letak lintang, prolaps
funikuli, dan plasenta previa.
Masuknya dua bagian besar II janin dalam panggul sangat luas. Kesulitan ini dapat diatasi
dengan mendorong kepala atau bokong yang belum masuk benar dalam rongga panggul ke atas
untuk memungkinkan janin yang lain lahir lebih dulu.
Kesulitan lain yang mungkin terjadi ialah interlocking, dalam hal ini janin I dalam letak
sungsang dan janin II dalam presentasi kepala. Setelah bokong lahir, dagu janin I tersangkut
pada leher dan dagu janin II. Bila keadaan ini tidak dapat dilepaskan, dilakukanlah dekapitasi
atau seksio sesaria menurut keadaan janin.
Segera setelah bayi II lahir, ibu disuntik oksitosin 10 IU, dan tinggi fundus uteri diawasi. Bila
tampak tanda-tanda plasenta lepas, maka plasenta dilahirkan dan diberi 0,2 mg methergin i.v.
Kala IV diawasi secara cermat dan cukup lama, agar perdarahan post partum dapat diketahui
dini dan penanggulangannya dilakukan segera.
Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan
A (Alat)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit, infus set,
K (keluarga)
Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan mengapa ia dirujuk.
Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.
S (Surat)
Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan, uraian
K (Kendaraan)
Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi
yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.
U (Uang)
Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat
Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 25μg -50μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil,
akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
Bila skor pelvik >5, induksi persalinan. (Soewarto, 2010)
Indikasi Janin :
Hamil lewat bulan
Ketuban Pecah Dini
Janin mati
Indikasi Ibu :
Ibu dengan DM
Ibu dengan Hipertensi. (Winkjosastro, 2009)