Pelayanan asuhan gizi di RSIA Siti Hawa dilaksanakan secara terkoordinasi antara Dokter
Penanggungjawab Pelayanan bersama nutrisionis/dietisien dan perawat. Upaya peningkatan status
gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar rumah sakit, merupakan tugas dan
tanggungjawab tenaga kesehatan, terutama tenaga gizi.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pelayanan gizi rawat jalan meliputi kegiatan konseling individual seperti : pelayanan
konseling gizi dan dietetik di unit rawat jalan terpadu, dan penyuluhan berkelompok seperti
pemberian edukasi di kelompok pasien diabetes, ibu hamil dan menyusui serta pasien jantung
koroner.
BAB III
TATA LAKSANA
A. Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh perawat
ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter. Skrining gizi bertujuan
untuk mengidentifikasi pasien/klien yang beresiko, tidak beresiko malnutrisi atau kondisi khusus.
Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien dengan kelainan metabollik; hemodialisis; anak;
geriatri; kanker dengan kemoterapi/radiasi; luka bakar; pasien dengan imunitas menurun; sakit kritis
dan sebagainya.
Idealnya skrining dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk rumah sakit.
Metoda skrining sebaiknya singkat, cepat dan disesuaikan dengan kondisi dan kesepakatan di masing-
masing rumah sakit. Metoda skrining gizi yang digunakan di RSIA Siti Hawa adalah Malnutrition
Scrining Tools (MST) untuk pasien dewasa (> 14 tahun) dan metode Strong Kids untuk pasien anak-
anak (0-14 tahun).
Adapun tahapan pelayanan gizi sebagai berikut pasien yang masuk melalui IGD (Instalasi
Gawat Darurat) diukur berat badan dan tinggi badannya atau bila tidak bisa ditimbang dilakukan
pengukuran LLA ( Lingkar Lengan Atas ) untuk pasien anak – anak usia 0 – 14 tahun diukur berat
badan dan panjang badan, skrining gizi dilakukan oleh perawat di rawat inap dalam 24 jam setelah
pasien dirawat dengan menggunakan Malnutrition Screening Tools (MST).
Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien beresiko malnutrisi, maka dilakukan
pengkajian/asesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah-langkah proses asuhan gizi terstandar oleh
nutrisionis/dietisien. Bagi pasien dengan status gizi baik dan pasien resiko malnutrisi ringan dan
sedang, maka cukup dilakukan pemantauan oleh perawat ruangan bekerjasama dengan DPJP, dan bila
pasien malnutrisi berat maka asesmen gizi dilakukan oleh Nutrisionis/Dietisien. Bagi pasien dengan
status gizi baik evaluasi dapat dilakukan setelah 7 hari rawat. Pasien dengan resiko malnutrisi berat
dimonitor dan dievaluasi setiap hari kemudian dilakukan assesmen ulang setelah 3 hari.
Skrining awal dilakukan oleh perawat dengan menggunakan IMT ( Indeks Masa Tubuh ) dan
pengukuran LiLA untuk pasien dewasa yang tidak bisa ditimbang serta pasien anak-anak usia 0
sampai 14 tahun. Skrining dengan metode Malnutrition Screening Tool (MST) bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menata laksana pasien dewasa yang mengalami gizi buruk, kurang gizi, atau
obesitas. Untuk pasien anak (0-14 tahun) menggunakan metode Strong-Kids.
2) Langkah 2: nilai persentase kehilangan berat badan yang tak direncanakan menggunakan
tabel di bawah ini, dan berikanlah skor.
3) Langkah 3: nilai adanya efek/pengaruh akut dari penyakit yang diderita pasien, dan
berikan skor (rentang antara 0-2). Sebagai contoh, jika pasien sedang mengalami penyakit
akut dan sangat sedikit/tidak terdapat asupan makanan > 5 hari, diberikan skor 2
4) Langkah 4: tambahkan skor yang diperoleh dari langkah 1, 2 dan 3 untuk menilai adanya
risiko malnutrisi :
a) Skor 0 = risiko rendah
b) Skor 1 = risiko sedang
c) Skor ≥ 2 = risiko tinggi/berat
5) Langkah 5: gunakan panduan tatalaksana untuk merencanakan strategi keperawatan
berikut ini :
a) Risiko rendah
Perawatan rutin: ulangi skrining pada pasien di rumah sakit (tiap minggu), pada
pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum dengan usia > 75 (tiap tahun).
b) Risiko sedang
Observasi:
– Catat asupan makanan selama 3 hari
– Jika asupan adekuat, ulangi skrining : pasien di rumah sakit (tiap minggu), pada
pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum (tiap 2-3 bulan).
– Jika tidak adekuat, rencanakan strategi untuk perbaikan dan peningkatan
asupan nutrisi, pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi secara teratur
c) Risiko tinggi
Tatalaksana:
– Rujuk ke ahli gizi
– Perbaiki dan tingkatkan asupan nutrisi
– Pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi: Pada pasien di rumah sakit
(tiap minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum (tiap
bulan).
d) Untuk semua kategori:
Atasi penyakit yang mendasari dan berikan saran dalam pemilihan jenis makanan
Catat kategori risiko malnutrisi
Catat kebutuhan akan diet khusus dan ikuti kebijakan setempat
Pasien Masuk
1. Assesmen/Pengkajian Gizi
Assesmen/pengkajian gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu :
1.1. Anamnesis Riwayat Gizi
Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan termasuk komposisi, pola
makan, diet saat ini dan data lain yang terkait. Selain itu diperlukan data kepedulian pasien
terhadap gizi dan kesehatan, aktivitas fisik dan olahraga dan ketersediaan makanan di
lingkungan klien.
Gambaran asupan makanan dapat digali melalui anamnesis kualitatif dan kuantitatif.
Anamnesis riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran kebiasan
makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan. Anamnesis
secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari melalui
“recall” makanan 24 jam dengan alat bantu “food model”. Kemudian dilakukan analisis zat
gizi yang merujuk kepada daftar makanan penukar, atau daftar komposisi zat gizi makanan.
Parameter antropometri yang penting untuk melakukan evaluasi status gizi pada bayi, anak
dan remaja adalah Pertumbuhan. Pertumbuhan ini dapat digambarkan melalui pengukuran
antropometri seperti berat badan, panjang badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan beberapa
pengukuran lainnya. Hasil pengukuran ini kemudian dibandingkan dengan standar.
Pemeriksaan fisik yang paling sederhana untuk melihat status gizi pasien rawat inap adalah
BB. Pasien sebaiknya ditimbang dengan menggunakan timbangan yang akurat/terkalibrasi
dengan baik. Pengukuran BB sebaiknya mempertimbangkan hal-hal diantaranya kegemukan
dan edema. BB pasien dicatat pada saat pasien masuk dirawat dan dilakukan pengukuran BB
secara periodik selama pasien dirawat minimal 7 hari.
2. Diagnosis Gizi
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan kemungkinan
penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan menyatakan masalah gizi secara
singkat dan jelas menggunakan terminologi yang ada. Penulisan diagnosa gizi terstruktur dengan
konsep PES atau Problem Etiologi dan Signs/Symptoms.
Diagnosis gizi dikelompokkan dalam tiga domain, yaitu :
2.1. Domain Asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan energi, zat gizi,
cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui oral maupun parenteral dan
enteral.
Contoh : Asupan protein yang kurang (P) berkaitan dengan perubahan indera perasa dan
nafsu makan (E) ditandai dengan asupan protein rata-rata sehari kurang dari 40% kebutuhan
(S)
2.2. Domain Klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau fisik/fungsi
organ. Contoh : Kesulitan menyusui (P) berkaitan dengan (E) kurangnya dukungan keluarga
ditandai dengan penggunaan susu formula bayi tambahan (S)
2.3. Domain Perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan pengetahuan,
perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses dan keamanan makanan. Contoh :
kurangnya pengetahuan tentang makanan dan gizi (P) berkaitan dengan dengan mendapat
informasi yang salah dari lingkungannya mengenai anjuran diet yang dijalaninya (E) ditandai
dengan memilih bahan makanan yang tidak dianjurkan dan aktivitas fisik yang tidak sesuai
anjuran (S).
3. Intervensi Gizi
Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu :
3.1. Perencanaan Intervensi, meliputi penetapan tujuan intervensi, preskripsi diet, jenis diet,
modifikasi diet, jadwal pemberian makanan dan jalur makanan
3.2. Implementasi Intervensi, adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana nutrisionis/dietisien
melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga kesehatan
atau tenaga lain yang terkait. Suatu intervensi gizi harus jelas menggambarkan “apa, dimana,
kapan dan bagaimana” intervensi dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan data
kembali, dimana data tersebut dapat menunjukkan respons pasien dan perlu atau tidaknya
modifikasi intervensi gizi. Untuk kepentingan dokumentasi dan persepsi yang sama
(keseragaman), intervensi dikelompokkan menjadi 4 domain yaitu pemberian makanan atau
zat gizi; edukasi gizi; konseling gizi dan koordinasi pelayanan gizi. Setiap kelompok
mempunyai terminologinya masing-masing
BAB IV
DOKUMENTASI
Panduan Asuhan Gizi RSIA Siti Hawa didokumentasikan dalam rekam medis pasien yang
berisi asesmen /skrining gizi baik dengan metode MST (Malnutrition Screening Tools) untuk pasien
dewasa maupun metode Strong-Kids untuk pasien anak-anak (0-14 tahun). Nutisionis/dietisien
mendokumentasikan hasil asesmen lanjut gizi di Formulir Assesmen Gizi Lanjutan.