Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN ASESMEN GIZI

RSIA SITI HAWA

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI HAWA


JL. Parak Gadang Raya No 35 A Padang Telp. (0751) 841633-8412
BAB I
DEFINISI

Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang memungkinkan


untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Terapi
gizi meliputi beberapa langkah, yaitu asesmen, diagnosis, intervensi dan monitoring. Adapun yang
dimaksud asesmen gizi adalah kegiatan mengumpulkan semua data yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan antara lain riwayat gizi, riwayat personal, hasil laboratorium, antropometri,
hasil pemeriksaan fisik klinis, diet order dan perkiraan kebutuhan zat gizi.

Pelayanan asuhan gizi di RSIA Siti Hawa dilaksanakan secara terkoordinasi antara Dokter
Penanggungjawab Pelayanan bersama nutrisionis/dietisien dan perawat. Upaya peningkatan status
gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar rumah sakit, merupakan tugas dan
tanggungjawab tenaga kesehatan, terutama tenaga gizi.
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup asesmen/pengkajian gizi di RS meliputi :

1. Pelayanan Gizi Rawat Jalan


Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari asesmen/pengkajian, pemberian diagnosis, intervensi gizi dan
monitoring evaluasi kepada pasien/klien di rawat jalan. Asuhan gizi di rawat jalan pada
umumnya disebut kegiatan konseling gizi dan dietetik atau edukasi/penyuluhan gizi. Dokter
penanggungjawab penyakit dapat merujuk pasien kepada nutrisionis/dietisien untuk
mendapatkan konseling gizi, dengan menyertakan formulir permintaan konseling.

Pelayanan gizi rawat jalan meliputi kegiatan konseling individual seperti : pelayanan
konseling gizi dan dietetik di unit rawat jalan terpadu, dan penyuluhan berkelompok seperti
pemberian edukasi di kelompok pasien diabetes, ibu hamil dan menyusui serta pasien jantung
koroner.

2. Pelayanan Gizi Rawat Inap


Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses pengkajian
gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan makanan,
penyuluhan/edukasi, dan konseling gizi serta monitoring dan evaluasi gizi.

Mekanisme pelayanan gizi rawat inap terdiri dari :


2.1 Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh perawat
ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter. Bila hasil
skrining menunjukkan pasien beresiko malnutrisi berat (berdasarkan skor hasil skrining
baik dengan metode MST untuk pasien dewasa maupun metode Strong Kids untuk pasien
anak) atau memerlukan diet khusus sehubungan dengan penyakitnya (Hipertensi,
Diabetes Mellitus, Hepatitis, Stroke dan post operasi digestif) dirujuk ke
nutrisionis/dietisien untuk mendapatkan asuhan gizi lebih lanjut.

2.2 Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)


Proses Asuhan Gizi Terstandar adalah suatu metoda pemecahan masalah yang sistematis
dalam menangani problem gizi, sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang aman,
efektif dan berkualitas tinggi. Asuhan gizi dilakukan oleh nutrisionis/dietisien yang sudah
mendapatkan rincian kewenangan klinis dari Direktur.

BAB III
TATA LAKSANA
A. Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh perawat
ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter. Skrining gizi bertujuan
untuk mengidentifikasi pasien/klien yang beresiko, tidak beresiko malnutrisi atau kondisi khusus.
Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien dengan kelainan metabollik; hemodialisis; anak;
geriatri; kanker dengan kemoterapi/radiasi; luka bakar; pasien dengan imunitas menurun; sakit kritis
dan sebagainya.

Idealnya skrining dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk rumah sakit.
Metoda skrining sebaiknya singkat, cepat dan disesuaikan dengan kondisi dan kesepakatan di masing-
masing rumah sakit. Metoda skrining gizi yang digunakan di RSIA Siti Hawa adalah Malnutrition
Scrining Tools (MST) untuk pasien dewasa (> 14 tahun) dan metode Strong Kids untuk pasien anak-
anak (0-14 tahun).

Adapun tahapan pelayanan gizi sebagai berikut pasien yang masuk melalui IGD (Instalasi
Gawat Darurat) diukur berat badan dan tinggi badannya atau bila tidak bisa ditimbang dilakukan
pengukuran LLA ( Lingkar Lengan Atas ) untuk pasien anak – anak usia 0 – 14 tahun diukur berat
badan dan panjang badan, skrining gizi dilakukan oleh perawat di rawat inap dalam 24 jam setelah
pasien dirawat dengan menggunakan Malnutrition Screening Tools (MST).

Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien beresiko malnutrisi, maka dilakukan
pengkajian/asesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah-langkah proses asuhan gizi terstandar oleh
nutrisionis/dietisien. Bagi pasien dengan status gizi baik dan pasien resiko malnutrisi ringan dan
sedang, maka cukup dilakukan pemantauan oleh perawat ruangan bekerjasama dengan DPJP, dan bila
pasien malnutrisi berat maka asesmen gizi dilakukan oleh Nutrisionis/Dietisien. Bagi pasien dengan
status gizi baik evaluasi dapat dilakukan setelah 7 hari rawat. Pasien dengan resiko malnutrisi berat
dimonitor dan dievaluasi setiap hari kemudian dilakukan assesmen ulang setelah 3 hari.

Skrining awal dilakukan oleh perawat dengan menggunakan IMT ( Indeks Masa Tubuh ) dan
pengukuran LiLA untuk pasien dewasa yang tidak bisa ditimbang serta pasien anak-anak usia 0
sampai 14 tahun. Skrining dengan metode Malnutrition Screening Tool (MST) bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menata laksana pasien dewasa yang mengalami gizi buruk, kurang gizi, atau
obesitas. Untuk pasien anak (0-14 tahun) menggunakan metode Strong-Kids.

1. Asesmen Gizi Pasien Dewasa


Kelima langkah MST adalah sebagai berikut:
1) Hitung Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien dengan menggunakan kurva dibawah ini dan
berikanlah score.
Pengukuran alternatif:
 Jika tinggi badan tidak dapat diukur, gunakan pengukuran panjang lengan bawah
(ulna) untuk memperkirakan tinggi badan dengan menggunakan tabel dibawah ini .

2) Langkah 2: nilai persentase kehilangan berat badan yang tak direncanakan menggunakan
tabel di bawah ini, dan berikanlah skor.
3) Langkah 3: nilai adanya efek/pengaruh akut dari penyakit yang diderita pasien, dan
berikan skor (rentang antara 0-2). Sebagai contoh, jika pasien sedang mengalami penyakit
akut dan sangat sedikit/tidak terdapat asupan makanan > 5 hari, diberikan skor 2
4) Langkah 4: tambahkan skor yang diperoleh dari langkah 1, 2 dan 3 untuk menilai adanya
risiko malnutrisi :
a) Skor 0 = risiko rendah
b) Skor 1 = risiko sedang
c) Skor ≥ 2 = risiko tinggi/berat
5) Langkah 5: gunakan panduan tatalaksana untuk merencanakan strategi keperawatan
berikut ini :
a) Risiko rendah
 Perawatan rutin: ulangi skrining pada pasien di rumah sakit (tiap minggu), pada
pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum dengan usia > 75 (tiap tahun).
b) Risiko sedang
 Observasi:
– Catat asupan makanan selama 3 hari
– Jika asupan adekuat, ulangi skrining : pasien di rumah sakit (tiap minggu), pada
pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum (tiap 2-3 bulan).
– Jika tidak adekuat, rencanakan strategi untuk perbaikan dan peningkatan
asupan nutrisi, pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi secara teratur
c) Risiko tinggi
 Tatalaksana:
– Rujuk ke ahli gizi
– Perbaiki dan tingkatkan asupan nutrisi
– Pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi: Pada pasien di rumah sakit
(tiap minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum (tiap
bulan).
d) Untuk semua kategori:
 Atasi penyakit yang mendasari dan berikan saran dalam pemilihan jenis makanan
 Catat kategori risiko malnutrisi
 Catat kebutuhan akan diet khusus dan ikuti kebijakan setempat

2. Asesmen Gizi Pasien Anak


1) Langkah-langkah melakukan skrining gizi anak metode Strong-Kids adalah
a. Lakukan asesmen dengan memberikan nilai/skor pada pertanyaan-pertanyaan yang
dicantumkan dalam metode skrining gizi Strong-Kids
b. Tambahkan skor yang diperoleh dari pertanyaan 1-4 untuk menilai adanya risiko
malnutrisi :
i. Skor 0 = risiko rendah
ii. Skor 1- 3 = risiko sedang
iii. Skor 4-5 = risiko tinggi/berat
c. Rujuk pasien ke nutrisionis/dietisien apabila hasil skrining menunjukkan pasien beresiko
tinggi.

2) Asesmen Gizi Pasien Anak > 5 Tahun


Menggunakan grafik CDC dengan rumus :
% IBW = ( BB Aktual / BB Ideal) x 100 %
Klasifikasi % IBW :
Obesitas : > 120 % BB Ideal
Overweight : > 110 % - 120 % BB Ideal
Gizi Normal : 90 % - 110 % BB ideal
Gizi Kurang : 70 % - 90 % BB Ideal
Gizi Buruk : < 70 % BB Ideal

3) Asesmen Gizi Pasien Anak < 5 Tahun


Dengan melihat grafik Z – Score WHO 2005 : BB / TB, BB / U. TB/U. Usia O – 2 tahun laki
– laki warna biru dan perempuan warna merah muda. Usia 2 – 5 tahun laki – laki warna biru
dan perempuan warna merah muda.
Kriteria :
>3 SD : Obesitas
2 SD – 3 SD : Gizi Lebih
-2 SD – 2 SD : Gizi baik
-2 SD – (- 3) SD: Gizi kurang
> - 3 SD : Gizi buruk
Berikut ini adalah grafik z-score WHO 2005 untuk anak laki-laki.

Grafik z-score untuk anak perempuan

B. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)


Proses Asuhan Gizi Terstandar (Nutrition Care Process/NC) dilakukan pada pasien yang
beresiko kurang gizi, sudah mengalami kurang gizi dan atau kondisi khusus dengan penyakit tertentu,
proses ini merupakan serangkaian kegiatan yang berulang (siklus) sebagai berikut :
Langkah PAGT terdiri dari :

Pasien Masuk

Tidak Beresiko Tujuan


Tercapai
Skrining Gizi Diet Normal STOP Pasien Pulang
(standar)
Beresiko Malnutrisi/Sudah Malnutrisi Tujuan Tercapai

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

Asessment Diagnosis Intervensi Monitoring


& Evaluasi

Tujuan Tidak Tercapai

1. Assesmen/Pengkajian Gizi
Assesmen/pengkajian gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu :
1.1. Anamnesis Riwayat Gizi
Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan termasuk komposisi, pola
makan, diet saat ini dan data lain yang terkait. Selain itu diperlukan data kepedulian pasien
terhadap gizi dan kesehatan, aktivitas fisik dan olahraga dan ketersediaan makanan di
lingkungan klien.

Gambaran asupan makanan dapat digali melalui anamnesis kualitatif dan kuantitatif.
Anamnesis riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran kebiasan
makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan. Anamnesis
secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari melalui
“recall” makanan 24 jam dengan alat bantu “food model”. Kemudian dilakukan analisis zat
gizi yang merujuk kepada daftar makanan penukar, atau daftar komposisi zat gizi makanan.

1.2. Data Biokimia


Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang berkaitan dengan
status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya
masalah gizi. Pengambilan kesimpulan dari data laboratorium terkait masalah gizi harus
selaras dengan data asesmen gizi lainnya seperti riwayat gizi yang lengkap, termasuk
penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik dan sebagainya. Disamping itu proses penyakit,
tindakan, pengobatan, prosedur dan status hidrasi (cairan) dapat mempengaruhi perubahan
kimiawi darah dan urin, sehingga hal ini perlu menjadi pertimbangan.

1.3. Pengukuran Antropometri


Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu. Antropometri dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain pengukuran Tinggi Badan (TB); Berat Badan (BB). Pada
kondisi tinggi badan tidak dapat diukur dapat digunakan Panjang Badan (PB) dan atau
Lingkar Lengan Atas (LiLA).
Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan beberapa ukuran tersebut diatas
misalnya Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu ratio BB terhadap TB. Untuk memperkirakan IMT,
dapat juga menggunakan pengukuran lingkar lengan atas (LiLA).
− Lengan bawah sisi kiri pasien harus ditekuk 90 o terhadap siku, dengan lengan atas paralel
di sisi tubuh. Ukur jarak antara tonjolan tulang bahu (akromion) dengan siku (olekranon).
Tandai titik tengahnya.
− Perintahkan pasien untuk merelaksasikan lengan atasnya, ukur lingkar lengan atas di titik
tengah, pastikan pita pengukur tidak terlalu menempel terlalu ketat

− LLA < 23,5 cm = perkiraan IMT < 20 kg/m2


− LLA > 32 cm = perkiraan IMT > 30 kg/m2

Parameter antropometri yang penting untuk melakukan evaluasi status gizi pada bayi, anak
dan remaja adalah Pertumbuhan. Pertumbuhan ini dapat digambarkan melalui pengukuran
antropometri seperti berat badan, panjang badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan beberapa
pengukuran lainnya. Hasil pengukuran ini kemudian dibandingkan dengan standar.
Pemeriksaan fisik yang paling sederhana untuk melihat status gizi pasien rawat inap adalah
BB. Pasien sebaiknya ditimbang dengan menggunakan timbangan yang akurat/terkalibrasi
dengan baik. Pengukuran BB sebaiknya mempertimbangkan hal-hal diantaranya kegemukan
dan edema. BB pasien dicatat pada saat pasien masuk dirawat dan dilakukan pengukuran BB
secara periodik selama pasien dirawat minimal 7 hari.

1.4. Pemeriksaan Fisik Klinis


Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berkaitan dengan
gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi. Pemeriksaan fisik terkait gizi
merupakan kombinasi dari tanda-tanda vital dan antropometri yang dapat dikumpulkan dari
catatan medik pasien serta wawancara. Contoh beberapa data pemeriksaan fisik terkait gizi
antara lain edema, asites, kondisi gigi geligi, massa otot yang hilang, lemak tubuh yang
menumpuk, dan lain sebagainya.
1.5. Riwayat Personal
Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu riwayat obat-obatan atau suplemen yang sering
dikonsumsi, sosial budaya, riwayat penyakit, dan data umum pasien.
a. Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi
b. Sosial Budaya
Status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan/agama, situasi rumah, dukungan pelayanan
kesehatan dan sosial serta hubungan sosial.
c. Riwayat Penyakit
Keluhan utama yang terkait dengan masalah gizi, riwayat penyakit dulu dan sekarang,
riwayat pembedahan, penyakit kronik atau resiko komplikasi, riwayat penyakit keluarga,
status kesehatan mental/emosi serta kemampuan kognitif seperti pada pasien stroke.
d. Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan

2. Diagnosis Gizi
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan kemungkinan
penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan menyatakan masalah gizi secara
singkat dan jelas menggunakan terminologi yang ada. Penulisan diagnosa gizi terstruktur dengan
konsep PES atau Problem Etiologi dan Signs/Symptoms.
Diagnosis gizi dikelompokkan dalam tiga domain, yaitu :
2.1. Domain Asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan energi, zat gizi,
cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui oral maupun parenteral dan
enteral.
Contoh : Asupan protein yang kurang (P) berkaitan dengan perubahan indera perasa dan
nafsu makan (E) ditandai dengan asupan protein rata-rata sehari kurang dari 40% kebutuhan
(S)
2.2. Domain Klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau fisik/fungsi
organ. Contoh : Kesulitan menyusui (P) berkaitan dengan (E) kurangnya dukungan keluarga
ditandai dengan penggunaan susu formula bayi tambahan (S)
2.3. Domain Perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan pengetahuan,
perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses dan keamanan makanan. Contoh :
kurangnya pengetahuan tentang makanan dan gizi (P) berkaitan dengan dengan mendapat
informasi yang salah dari lingkungannya mengenai anjuran diet yang dijalaninya (E) ditandai
dengan memilih bahan makanan yang tidak dianjurkan dan aktivitas fisik yang tidak sesuai
anjuran (S).
3. Intervensi Gizi
Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu :
3.1. Perencanaan Intervensi, meliputi penetapan tujuan intervensi, preskripsi diet, jenis diet,
modifikasi diet, jadwal pemberian makanan dan jalur makanan
3.2. Implementasi Intervensi, adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana nutrisionis/dietisien
melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga kesehatan
atau tenaga lain yang terkait. Suatu intervensi gizi harus jelas menggambarkan “apa, dimana,
kapan dan bagaimana” intervensi dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan data
kembali, dimana data tersebut dapat menunjukkan respons pasien dan perlu atau tidaknya
modifikasi intervensi gizi. Untuk kepentingan dokumentasi dan persepsi yang sama
(keseragaman), intervensi dikelompokkan menjadi 4 domain yaitu pemberian makanan atau
zat gizi; edukasi gizi; konseling gizi dan koordinasi pelayanan gizi. Setiap kelompok
mempunyai terminologinya masing-masing

4. Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon pasien/klien terhadap
intervensi dan tingkat keberhasilannya. Terdapat tiga langkah monitoring dan evaluasi gizi yaitu:
4.1. Monitor Perkembangan, yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi pasien/klien yang
bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang diharapkan oleh klien/pasien maupun
tim. Adapun kegiatan yang berkaitan dengan monitor perkembangan diantaranya : mengecek
pemahaman dan ketaatan diet klien/pasien, mengecek asupan makanan pasien, menentukan
apakah status gizi pasien tetap atau berubah, dan sebagainya.
4.2. Mengukur Hasil, yaitu kegiatan mengukur perkembangan/perubahan yang terjadi sebagai
respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus diukur berdasarkan tanda dan gejala
dari diagnosis gizi.
4.3. Evaluasi Hasil, terdapat 4 jenis hasil berdasarkan tahapan diatas yaitu :
a. Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman, perilaku, akses
dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada asupan makanan dan zat gizi.
b. Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan atau zat gizi dari
berbagai sumber, misalnya makanan, minuman, suplemen dan melalui rute enteral
maupun parenteral.
c. Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu pengukuran yang terkait
dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan fisik/klinis.
d. Dampak terhadap pasien/klien terhadap intervensi gizi yang diberikan pada kualitas
hidupnya.
4.4. Pencatatan dan Pelaporan, merupakan bentuk pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan
dan komunikasi. Terdapat berbagai cara dalam dokumentasi antara lain Subjective Objective
Assesssment Planning (SOAP) dan Assessment Diagnosis Intervensi Monitoring dan
Evaluasi (ADIME). Format ADIME merupakan model yang sesuai dengan langkah PAGT,
sebagai bagian dari dokumentasi PAGT.

BAB IV

DOKUMENTASI

Panduan Asuhan Gizi RSIA Siti Hawa didokumentasikan dalam rekam medis pasien yang
berisi asesmen /skrining gizi baik dengan metode MST (Malnutrition Screening Tools) untuk pasien
dewasa maupun metode Strong-Kids untuk pasien anak-anak (0-14 tahun). Nutisionis/dietisien
mendokumentasikan hasil asesmen lanjut gizi di Formulir Assesmen Gizi Lanjutan.

Anda mungkin juga menyukai