LBP ec HNP
Disusun oleh :
11.2015.364
Kepaniteraan Neurologi
RS BHAKTI YUDHA
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. NS
Umur : 49 Tahun
II. SUBJEKTIF
Pasien datang dengan nyeri pinggang sejak satu hari SMRS. Nyeri dirasakan pada
pinggang dan menjalar hingga ke paha kanan. Awalnya nyeri mulai dirasakan saat pasien
pulang ke rumah dengan berkendara motor, tetapi tidak menggunakan korset. Lalu nyeri yang
dirasakan semakin lama semakin bertambah hebat. Nyeri juga dirasakan memberat hingga
saat pasien ingin bangun dari duduk atau berdiri terlalu lama.
Pasien juga memiliki riwayat penyakit yang sama satu tahun yang lalu dan pernah
dirawat di RS Bhakti Yudha. pasien pun merasa membaik setelah memakai korset lumbal.
Riwayat jatuh disangkal. Riwayat batuk lama disangkal. Riwayat menggunakan obat
nyeri lama tidak ada. Riwayat penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas disangkal oleh
pasien. Gangguan BAB, BAK dan ereksi disangkal.
Pasien memiliki riwayat penyakit dengan keluhan yang sama 1 tahun yang lalu dan
sempat di rawat inap di RSBY dengan diagnosis LBP ec HNP.
Riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes mellitus (-), riwayat kejang (-), riwayat
stroke (-), riwayat alergi (-).
Riwayat DM, HT, Jantung, Alergi obat dan Asma dalam keluarga disangkal
1. Status generalis
b. GCS : E4V5M6
c. TD : 130/80 mmHg
f. Suhu : 37,1oC
g. Kepala : normocephali,tidak tampak kelainan.
2. Status neurologikus
b. Neurologis
N XII. (Hypoglossus)
Pergerakan lidah Normal Normal
Tremor lidah (-) (-)
Artikulasi Normal Normal
c. Badan dan anggota gerak
1. Badan
a. Motorik
b. Sensibilitas
Taktil : positif
a. Motorik
Kanan Kiri
Atrofi - -
b. Sensibilitas
Kanan Kiri
+ +
Taktil
+ +
Nyeri
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Termi
+ +
Diskriminasi
+ +
Lokalisasi
a. Motorik
Kanan Kiri
Atrofi - -
b. Sensibilitas
Kanan Kiri
(+) (+)
Taktil
+ +
Nyeri
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Termi
+ +
Diskriminasi
+ +
Lokalisasi nyeri
4. Refleks
Kanan Kiri
Refleks Fisiologis
Biceps + +
Triceps + +
Patella + +
Achilles + +
Refleks Patologis
Hoffman-Trommer - -
Babinski - -
Chaddock - -
Schaffer - -
Oppenheim - -
Brudzinki I -
Kontrapatrick +/+
d. Alat vegetatif
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
HEMATOLOGI
Hematokrit 42 % 38-47
KIMIA DARAH
X- Foto Lumbosacral
Hasil:
Tak tampak lesi litik, blastik, fraktur, maupun destruksi pada korpus dan pedikel.
Kesan:Spondylosis lumbal
MRI Lumbal
Hasil:
Tidak terlihat penipisan diskus-diskunya, namun terlihat penurunan signal dan protusio
diskus L4-5nya. Yang menekan dural dan radix kanan pada foraminal root entry. Selain itu
terlihat hipertrofik faset dan penebalan ligamen flavum pada level tersebut. Ligamen
longitudinal posterior masih utuh dan tidak terlihat adanya material diskusnya intrakanal.
Tidak ada perubahan signal flow cairan serebrospinal. Pedikel, lamina, dan prosesus
masih baik, demikian pula dengan komponen posterior lainnya.
Post gadolinium tidak memperlihatkan lesi fokal yang menyangat kontras di seluruh
diskovertebrae maupun intradural/intramedular.
Kesimpulan:
Lumbal spine memperlihatkan herniasi L4-5 yang menekan dural dan radix kanan, disertai
hipertrofi faset dan penebalan ligamen flavum pada level tersebut.
V. RESUME
Pasien datang dengan nyeri pinggang sejak satu hari SMRS. Nyeri dirasakan pada
pinggang dan menjalar hingga ke paha kanan. Awalnya nyeri mulai dirasakan saat pasien
pulang ke rumah dengan berkendara motor, tetapi tidak menggunakan korset. Lalu nyeri yang
dirasakan semakin lama semakin bertambah hebat. Nyeri juga dirasakan memberat hingga
saat pasien ingin bangun dari duduk atau berdiri terlalu lama.
Pasien juga memiliki riwayat penyakit yang sama satu tahun yang lalu dan pernah
dirawat di RS Bhakti Yudha. pasien pun merasa membaik setelah memakai korset lumbal.
Objektif:
VI. DIAGNOSIS
VII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
2. Immobilisasi
3. Fisioterapi
Medikamentosa
2. Mucosta 2x1
5. Sinkronik 2x1
IX.PROGNOSIS
IX. FOLLOW UP
20/10/2016 21/10/2016
Subjektif Subjektif
Keluhan nyeri sudah berkurang. Saat ini Keluhan nyeri sudah berkurang. Saat in
pasien masih merasakan nyeri dari punggung pasien masih merasakan nyeri pada
bawah hingga paha kanan jika melakukan punggung bawah dan hanya menjalar bila
gerakan pada kaki kanan. Pasien hari ini pasien mengangkat kaki kanan atau
sudah berdiri dan duduk namun hanya berguling ke kanan. Pasien saat ini sudah
sebentar. kuat dudu atau berdiri walaupun hanya
sebentar.
Objektif Objektif
TD : 120/70 TD : 140/80mmHg
N : 78 x/m N : 78 x/m
RR : 22 x/m RR : 22x/m
S : 36,5 S : 36,5
Motorik superior : 5555/5555 Motoric superior : 5555/5555
Motoric inferior : 5555/5555 Motoric inferior : 5555/5555
Refleks fisiologis : bicep +/+ Reflex fisiologis : bicep +/+
Tricep +/+ Tricep +/+
Patella +/+ Patella +/+
Achilles +/+ Achilles +/++
Laseque : +/+ Laseque : +/-
Kernig : +/+ Kernig : +/-
Patrick : +/+ Patrick : +/-
Kontra patrick : +/+ Kontra patrick : -/+
Reflex patologis : - Reflex patologis : -
Nervus kranialis : dbn Nervus kranialis : dbn
Assessment Assessment
LBP ec HNP L4-L5 LBP ec HNP L4-L5
Plan : Plan :
- Ketorolac 20gr 2x1 - Ketorolac 20gr 2x1
- Ranitidin 2x1 - Ranitidin 2x1
- Lameson 1x125mg - Lameson 1x125mg
- Pranza 2x1 - Pranza 2x1
- Provelyn 75gr - Provelyn 75mg
- Sincronic 2x1 - Sincronic 2x1
22/10/2016
Subjektif
Keluhan nyeri sudah berkurang. Saat ini
sudah dapat beraktivitas dengan baik, duduk
tanpa nyeri, dan berjalan dengan baik.
Objektif
TD : 130/70mmHg
N : 78 x/m
RR : 22 x/m
S : 36,5
Motorik superior : 5555 /5555
Motoric inferior : 5555 /5555
Refleks fisiologis : bicep +/+
Tricep +/+
Patella +/+
Achilles +/+
Laseque : -/-
Kernig : -/-
Patrick : -/-
Kontra patrick : -/-
Reflex patologis : -
Nervus kranialis : dbn
Assessment
LBP ec HNP L4-L5
Plan :
- Ranitidin 2x1
- Provelyn 75 gr
- Sincronic 2x1
- disarankan untuk menjaga berat
badan, anjuran olahraga ringan dan
berenang
- menghindari berdiri lama, duduk
membungkuk lama, mengangkat
benda-benda berat
- Kontrol poliklinik
Blpl
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan yang
berada diatara ruas tulang belakang biasa disebut nucleus pulposus mengalami kompresi di
bagian posterior atau lateral, kompresi tersebut menyebabkan nucleus pulposus pecah
sehingga terjadi penonjolan melalui anulus fibrosus ke dalam kanalis spinalis dan
mengakibatkan iritasi dan penekanan radiks saraf sehingga di daerah iritasi terasa nyeri yang
menjalar.1 Berikut ini adalah sifat nyeri dari HNP adalah:
1. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun).
Nyeri menyebar sesuai dengan distribusi saraf skiatik.
2. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk,nyeri mulai dari pantat dan terus menjalar ke
bagian belakang lalu kemudian ke tungkai bawah.
3. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang saat batuk atau
mengedan, berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang klien
beristiraho berbaring.
4. Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun
sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.
5. Nyeri bertambah bila daerah L5—S1 (garis antara dua krista iliaka) ditekan
Medula spinalis terdiri dari substansia grisea dan substansia alba. Substansi alba
mengandung traktus asendens dan desendens, sedangkan substansia grisea mengandung
pelbagai jenis neuron; kornu anterior terutama mengandung neuron motorik, kornu lateral
terutama mengandung neuron otonom dan kornu posterior terutama mengandung neuron
somatosensorik.
Traktus ascenden adalah traktus yang membawa informasi di tubuh menuju ke otak
seperti rangsang raba, suhu, nyeri dan gerak posisi dan traktus descenden adalah traktus yang
membawa informasi dari otak ke anggota gerak dan mengontrol fungsi tubuh).2
C. Patofisiologi
2. Beban berat
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus
pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis
vertebralis menekan radiks. Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri)
yang diberikan rangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus
ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan
persepsi nyeri.
Sistem klasifikasi yang simpel dan praktis pada NPB dapat dibagi menjadi 3 kategori;
NPB Non Spesifik, NPB karena Gangguan Neurologis (stenosis kanal dan radikulopati) dan
NPB yang disebabkan oleh penyakit spinal yang serius (red flags). Prioritas pertama dalam
melakukan triage diagnosis selama menggali anamnesis dari pasien adalah melakukan
identifikasi terhadap kondisi red flags dan adanya kemungkinan potensi yellow flags.6
- Nyeri mekanik
- Nyeri menyebar sampai di bawah lutut, tidak hanya pada paha bagian belakang
NPB yang disebabkan oleh penyakit spinal yang serius (red flags)6
-
Kelainan patologik spinal yang serius antara lain keganasan tulang vertebra, radang spinal
dan sindrom kauda equina. Red flags adalah gejala dan tanda yang dapat menunjukkan
kemungkinan adanya suatu kondisi patologis spinal yang serius. Berikat merupakan kriteria
red flags:6
Memiliki penyakit kencing manis atau penyakit lain yang menurunkan daya tahan tubuh
Yellow flags adalah faktor yang meningkatkan risiko untuk berkembangnya kondisi
nyeri kronik dan disabilitas jangka panjang. Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan,
stres psikososial, mood yang depresif, beratnya nyeri dan pengaruh ke fungsional, episode
nyeri pinggang sebelumnya, dan harapan pasien.7
D. Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Pada anamesis didapatkan nyeri diskogenik yang akan bertambah berat apabila
duduk, membungkuk, batuk, bersin atau kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan dari
intradiscal. Lalu diperhatikan kapan mulai timbulnya keluhan, bagaimana mulai timbulnya
keluhan, lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali kegiatan
fisik, faktor yang memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma sebelumnya dan
apakah ada keluarga penderita penyakit yang sama. Perlu juga ditanyakan keluhan yang
mengarah pada lesi saraf seperti adanya nyeri radikuler, riwayat gangguan miksi, lemah
tungkai dan adanya saddle anestesi.8
Pemeriksaan Fisik
1. Posisi berdiri:
a. Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.
b. Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis, lordosis lumbal
(normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang miring tulang panggul kanan dan kiri
tidak sama tinggi, atrofi otot.
e. Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi sakroiliaka, dan lain-
lain.
2. Posisi duduk:
3. Posisi berbaring :
4. Pemeriksaan neurologik,
a. Pemeriksaan sensorik
b. Pemeriksaan motorik : dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau fasikulasi otot
c. Pemeriksaan tendon
d. Pemeriksaan yang sering dilakukan
1. Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque)
2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes Valsava)
3. Tes Patrick dan Tes Contra Patrick
4. Tes Distraksi dan Tes Kompresi8
Pemeriksaan Radiologi
- Foto polos: Tidak direkomendasikan untuk evaluasi rutin NPB. Direkomendasikan untuk
mengenyampingkan adanya kelainan tulang dan pasien risiko tinggi terjadinya fraktur
kompresi seperti riwayat trauma vertebra, osteoporosis dan penggunaan steroid.6,8
- Mielografi, Mielo-CT, CT scan, MRI: Diindikasikan untuk mencari penyebab nyeri antara
lain tumor, HNP, perlengketan. MRI lebih unggul daripada CT Scan. Pada pasien dengan
NPB persisten dengan keluhan dan gejala radikulopati atau stenosis spinal, pemeriksaan MRI
atau CT Spinal hanya disarankan pada pasien yang merupakan kandidat untuk tindakan
operasi.6,8
MRI dapat menggambarkan jaringan lunak dan sangat membantu dalam diagnosis sindrom
cauda equina. MRI dengan kontras gadolinium pada daerah lumbosakral adalah pemeriksaan
diagnostik pilihan untuk mencari kelainan patologi di conus medullaris dan cauda equina.9
Gambar 6: Contoh Hasil pemeriksaan MRI2
Pemeriksaan Elekrofisiologik
- Elecromyography (EMG): Needle EMG dan H-reflex dianjurkan bila dugaan disfungsi radiks
lebih dari 3 – 4 minggu. Bila diagnosis radikulopati sudah pasti secara pemeriksaan klinis,
pemeriksaan elektrofisiologik tidak dianjurkan.8
- Somatosensory Evoked Potensial (SSEP). Berguna untuk stenosis kanal dan mielopati
spinal.8
Pemeriksaan Laboratorium8
- Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactive protein (CRP), faktor rematoid, alkali
fosfatase/asam, kalsium (atas indikasi)
Hemicord (Brown Trauma tembus, Paresis UMN ipsilateral di bawah lesi dan LMN
Sequard syndrome) kompresi ekstrinsik setinggi lesi dan LMN setinggi lesi.
Gangguan eksteroseptif (nyeri dan suhu)
kontralateral
Gangguan proprioseptif (raba dan tekan)
ipsilateral
Sindroma Spinalis Cedera yang Paresis LMN setinggi lesi, UMN dibawah lesi
Anterior menyebabkan HNP Dapat disertai disosiasi sensibilitas
pada T4-6 Gangguan eksteroseptif, proprioseptif normal
Disfungsi sfingter
Sindroma konus Trauma lower Gangguan motoric ringan, simetris, tidak ada
medularis sacral cord atrofi
Gangguan sensorik saddle anesthesia, muncul
lebih awal, bilateral, ada disosiasi sensibilitas
Nyeri jarang, relative ringan, simetris, bilateral
pada daerah perineum dan paha
Reflex Achilles (-), reflex patella (+)
Disfungsi sfingter terjadi dini dan berat
Reflex bulbocavernosus dan anal (-)
Gangguan ereksi dan ejakulasi
Sindroma Cauda Cedera akar saraf Gangguan motoric sedang sampai berat,
Equina lumbosacral asimetris, dan atrofi (+)
Gangguan sensibilitas saddle anesthesia,
asimetris, timbul lebih lambat, disosiasi
sensibilitas (-)
Nyeri menonjol, hebat, timbul dini, radicular,
asimetris
Gangguan reflex bervariasi
Gangguan sfingter timbul lambat, jarang berat,
reflex jarang terganggu, disfungsi seksual jarang
E. Penatalaksanaan
Terapi konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik
pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan. 90%
pasien akan membaik dalam waktu 6 minggu, hanya sisanya yang membutuhkan
pembedahan.
Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama
yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah.
Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktivitas biasa.
Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, lutut dan
punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan
memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.
Medikamentosa
1. Analgetik dan NSAID (Calecoxib, Ibuprofen, Naproxen, Ketoprofen)
2. Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
3. Kortikosteroid : pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat
dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi.
4. NPB kronik: Anti konvulsan (Pregabalin, gabapentin, karbamazepin,
okskarbasepin, fenitoin), antidepressan (amitriptilin, duloxetin, venlafaxin),
alpha blocker (klonidin, prazosin), opiod (kalau sangat diperlukan).
Kombinasi pregabalin dan celecoxib lebih efektif menurunkan skor nyeri
pada NPB dibanding dengan monterapi pregabalin atau celecoxib.6,8
Terapi fisik
Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak terbukti
bermanfaat. Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan
tirah baring dan korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan
penyembuhan.
Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. Pada
keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat
edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.
Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat digunakan untuk
mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada NPB kronis. Sebagai
penyangga korset dapat mengurangi beban pada diskus serta dapat mengurangi
spasme.
Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada punggung seperti
jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan.
Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas
sendi dan jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan
tendon sehingga aliran darah semakin meningkat.
Latihan kelenturan
o Punggung yang kaku berarti kurang fleksibel akibatnya vertebra lumbosakral
tidak sepenuhnya lentur. Keterbatasan ini dapat dirasakan sebagai keluhan
“kencang”.
o Latihan untuk kelenturan punggung adalah dengan membuat posisi meringkuk
seperti bayi dari posisi terlentang. Tungkai digunakan sebagai tumpuan tarikan.
Untuk menghasilkan posisi knee-chest, panggul diangkat dari lantai sehingga
punggung teregang, dilakukan fleksi bertahap punggung bawah bersamaan dengan
fleksi leher dan membawa dagu ke dada. Dengan gerakan ini sendi akan mencapai
rentang maksimumnya. Latihan ini dilakukan sebanyak 3 kali gerakan, 2 kali
sehari.
Latihan penguatan
o Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan belakang dari
posisi berbaring.
o Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan kembali
diluruskan dengan tumit tetap menempel pada lantai (menggeser tumit).
o Latihan mengangkat panggul: Pasien dalam posisi telentang, dengan lutut dan
punggung fleksi, kaki bertumpu di lantai. Kemudian punggung ditekankan pada
lantai dan panggul diangkat pelan-pelan dari lantai, dibantu dengan tangan yang
bertumpu pada lantai. Latihan ini untuk meningkatkan lordosis vertebra lumbal.
o Latihan berdiri: Berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm, kemudian
punggung menekan dinding dan panggul direnggangkan dari dinding sehingga
punggung menekan dinding. Latihan ini untuk memperkuat muskulus kuadriseps.
o Latihan peregangan otot hamstring: Peregangan otot hamstring penting karena
otot hamstring yang kencang menyebabkan beban pada vertebra lumbosakral
termasuk pada anulus diskus posterior, ligamen dan otot erector spinae. Latihan
dilakukan dari posisi duduk, kaki lurus ke depan dan badan dibungkukkan untuk
berusaha menyentuh ujung kaki. Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri.
o Latihan berjinjit: Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada 2 kaki,
kemudian berjinjit (mengangkat tumit) dan kembali seperti semula. Gerakan ini
dilakukan 10 kali.
o Latihan mengangkat kaki: Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut,
meluruskan kaki yang lain dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm dan
tahan selama 1-5 detik. Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini diulang 10
kali.
o Proper body mechanics: Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap
tubuh yang baik untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.
Beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung adalah sebagai berikut:
o Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan
lurus. Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.
o Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir
tempat tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan
berubah ke posisi duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha
untuk membantu posisi berdiri.
o Pada posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser
posisi panggul.
o Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan
diangkat dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.
o Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak
jongkok, punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot
perut. Dengan punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki.
Beban yang diangkat dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.
o Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan kaki
harus berubah posisi secara bersamaan.
o Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan
wc duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat
bangkit.
Dengan melakukan latihan setiap hari, atau setidaknya 3-4 kali/minggu secara teratur
maka diperkirakan dalam 6-8 minggu kekuatan akan membaik sebanyak 20-40%
dibandingkan saat NPB akut.
Terapi Bedah
Selain diberikan terapi obat dapat juga dilakukan terapi bedah. Terapi bedah yang dapat
dilakukan apabila terjadi herniasi diskus intravertebralis adalah microdiscectomy dan
laminectomy
Terapi bedah memerlukan indikasi yang ketat untuk mencegah terjadinya failed back
syndrome (kegagalan dan kekambuhan setelah operasi). Terapi pembedahan perlu
dipertimbangkan pada keadaan sebagai berikut:8
F. Prognosis
1. Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif.
2. Sebagian kecil dapat berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.
3. Pada pasin yang dioperasi: 90 % membaik terutama nyeri tungkai, kemungkinan terjadinya
kekambuhan adalah 5%.
4. Menentukan Prognosis fungsional pasien dengan menggunakan ASIA/IMSOP
PEMBAHASAN
Laki 49 tahun datang dengan diantar oleh istri pasien, berjalan dengan tertatih dan
keringat dingin dibantu oleh istri pasien mengeluhkan nyeri pinggang sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan tajam dan terlokalisir di pinggang bawah. Nyeri tajam
dirasakan menjalar ke paha kanan bagian belakang ke bagian tungkai bawah hingga mata
betis dan mata kaki kiri. Nyeri dirasakan terus menerus dan semakin mengganggu. Pasien
mengaku nyeri dirasakan setelah pasien mengendarai motor dan tidak mamakai korset
lumbal. Nyeri dirasakan semakin berat saat pasien melakukan perubahan posisi seperti tidur
miring ke lurus dari tidur ke duduk atau duduk ke berdiri, membungkuk, dan tidak kuat untuk
berdiri lama. Nyeri dirasakan berkurang dengan posisi berbaring. Riwayat trauma (-),
Riwayat Kanker (-), riwayat kontak dengan penderita TB (-)
Keluhan nyeri pinggang ini mungkin disebabkan oleh HNP atau keluarnya nukleus
pulposus dari discus hingga menekan medulla spinalis mengakibatkan iritasi dan penekanan
radiks saraf sehingga di daerah iritasi terasa nyeri yang menjalar. Gejala ini sesuai dengan
radiks dan saraf mana yang terkena. Hal ini harus dibuktikan dengan lebih tepat dengan
pemeriksaan MRI. .
Tidak terlihat penipisan diskus-diskunya, namun terlihat penurunan signal dan protusio
diskus L4-5nya. Yang menekan dural dan radix kanan pada foraminal root entry. Selain itu
terlihat hipertrofik faset dan penebalan ligamen flavum pada level tersebut. Ligamen
longitudinal posterior masih utuh dan tidak terlihat adanya material diskusnya intrakanal.
Tidak ada perubahan signal flow cairan serebrospinal. Pedikel, lamina, dan prosesus
masih baik, demikian pula dengan komponen posterior lainnya.
Post gadolinium tidak memperlihatkan lesi fokal yang menyangat kontras di seluruh
diskovertebrae maupun intradural/intramedular.
Dengan kesimpulan lumbal spine memperlihatkan herniasi L4-5 yang menekan dural
dan radix kanan, disertai hipertrofi faset dan penebalan ligamen flavum pada level tersebut.
Nyeri punggung bawah pada pasien ini harus diwaspadai karena memenuhi kriteria red flag
LBP yaitu riwayat jatuh atau trauma.
Perlu dicurigai mengarah pada sindrom kauda equina dikarenakan pada pasien ini saat
datang pasien mengeluhkan nyeri pinggang menjalar ke kaki yang memberat, asimetris
dominan di ekstremitas bawah kiri.
Dari gejala klinis, pasien masih tergolong dalam keadaan yang masih ringan karena
tidak adanya gangguan motoric sedang sampai berat dan atrofi (kekuatan motorik masih
bagus), tidak ada gangguan sensibilitas saddle anesthesia dan tidak ada gangguan
sfingter(tidak ada keluhan BAK dan BAB).
Dengan kondisi nyeri pasien saat datang maka pasien disarankan untuk rawat inap,
termasuk dalam terapi konservatif dengan tujuan untuk mengurangi nyeri memberat,
mengurangi iritasi saraf dan memperbaiki keadaan umum maupunk kondisi pasien. termasuk
didalamnya tirah baring bertujuan untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan interdiskal.
Untuk mengurangi gejala pada pasien ini diberikan dapat diberikan IVFD RL +
ketorolac yang merupakan golongan OAINS bertujuan untuk meredakan nyeri sedang berat
secara intens, diberikan juga provelyn berisi pregabalyn 75 mg, pregabalyn adalah golongan
antiepileptic yang digunakan untuk mengurangi nyeri neuropatik pada perifer, dan sinkronik
berisi tramadol 37,5 hcl dan paracetamol 350 mg, tramadol adalah analgesik opioid sintetik
yang bekerja secara sentral dan paracetamol analgesik non opioid non salisilat keduanya
bekerja sebagai analgesik sentral di tujukan untuk terapi jangka pendek nyeri akut.
Perawatan hari pertama nyeri pinggang dan tungkai kiri dirasakan berkurang, ttv
stabil, motorik superior dan inferior kiri 5555, refleks fisiologis +, refleks patologis -,
pemeriksaan laseque +/+, kernik +/+, patrick +/+, kontra patrick +/+. Dengan assessment
HNP ec HNP L4-L5 dikarenakan dari hasil MRI ditemukan adanya herniasi di L4-5 yang
menekan dural dan radix kanan disertai hipertrofi faset dan penebalan flavum pada level
tersebut. Pada pengobatan diberikan ketorolac sebagai anti nyeri yang merupakan golongan
NSAID. pengobatan ditambah lameson 2x62,5 mg lameson berisi metilprednisolon ditujukan
untuk meredakan peradangan, steroid ditujukan untuk menekan inflamasi pada radiks yang
tertekan, ditambahkan pranza berisi pantoprazole golongan proton pump inhibitor untuk
melindungi lambung dari reaksi asam lambung bersamaan diberikannya golongan steroid.
Perawatan hari kedua nyeri pinggang kiri menjalar ke paha sudah jauh berkurang, ttv
stabil, hasil pemeriksaan fisik juga membaik, pemeriksaan kernig, laseque, patrick dan kontra
patrick pada kaki kiri sudah negative. Assesment LBP ec HNP L4-L5 mulai berjalan
walaupun dirasakan masih agak nyeri bila berjalan, ttv stabil, pemeriksaan fisik masih sama
dengan hari sebelumnya terapi dilanjutkan
Perawatan hari ketiga nyeri pada paha dan tungkai sudah sangat berkurang, pasien
sudah bisa duduk dan berdiri seperti biasa. ttv stabil, pemeriksaan fisik normal pada hampir
semua pemeriksaan. Assesment LBP ec HNP L4-L5, pengobatan oral, sinkronik 2x1,
provelyn 0-0-1, pasien dapat pulang, disarankan untuk menjaga berat badan, anjuran olahraga
ringan dan berenang, menghindari berdiri lama, duduk membungkuk lama, mengangkat
benda-benda berat dan kontrol poliklinik.
Prognosis fungsionam pasien ini adalah dubia ad bonam ditentukan dengan hasil
ASIA/IMSHOP pada pasien ini adalah Grade D inkomplit dimana fungsi motorik terganggu
dibawah level tapi otot-otot utama masih punya kekuatan > 3
IV. DAFTAR PUSTAKA