Anda di halaman 1dari 5

Terdapat empat pasang sinus, yang dikenal sebagai sinus paranasalis, yaitu sinus frontalis di daerah dahi,

sinus maksilaris di belakang tulang pipi, sinus etmoidalis diantara kedua mata dan sinus sphenoidalis di
belakang bola mata.

Anatomi (soepardi)

Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus terdapat mukosa bersilia dan palut lendir
diatasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan lendir menuju ostium
alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya. Pada dinding lateral hidung terdapat
dua aliran transpor mukosiliar dari sinus. Lendir yang berasal dari kelompok sinus anterior yang
bergabung di infundibulum etmoid dialirkan ke nasofaring di depan muara tuba eustaehius. Lendir
yang berasal dari kelompok sinus posterior bergabung di resesus sfeno-etmoidalis, dialirkan ke
nasofaring di postero-superior muara tuba. Inilah sebabnya pada sinusitis didapati sekret pasca
nasal (post nasal drip) tetapi belum tentu ada sekret di rongga hidung.1
Beberapa teori dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain; sebagai pengatur
kondisi udara, sebagai penahan suhu, membantu keseimbangan kepala, membantu resonansi suara,
peredam perubahan tekanan udara, dan membantu produksi mucus untuk membersihkan rongga
hidung.1

Sampai saat ini sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh pada manusia yang sulit
dideskripsikan karena bentuknya bervariasi pada tiap individu.

Gejala subyektif terdiri dari gejala sistemik dan gejala lokal. Gejala sistemik ialah demam dan rasa lesu.
Gejala lokal pada hidung terdapat ingus kental yang kadang-kadang berbau dan dirasakan mengalir ke
nasofaring. Dirasakan hidung tersumbat, rasa nyeri didaerah infraorbita dan kadang-kadang menyebar
ke alveolus, sehingga terasa nyeri di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan di depan telinga. Penciuman
terganggu dan ada perasaan penuh dipipi waktu membungkuk ke depan. Terdapat perasaan sakit kepala
waktu bangun tidur dan dapat menghilang hanya bila peningkatan sumbatan hidung sewaktu berbaring
sudah ditiadakan

Pemeriksaan radiologik yang dibuat adalah posisi waters. Akan tampak perselubungan atau
penebalan mukosa atau batas cairan-udara (air fluid level) pada sinus yang sakit.1,2,5
Pemeriksaan fisik
Inspeksi Yang diperhatikan ialah adanya pembengkakan pada muka. Pembengkakan di pipi
sampai kelopak mata bawah yang berwarana kemerah-merahan mungkin menunjukkan sinusitis
maksila akut, Pembengkakan di kelopak mata atas mungkin menunjukan sinusitis frontal akut.
Sinusitis etmoid akut jarang menyebabkan pembengkakan di luar, kecuali bila telah terbentuk
abses.1

Pada rinositis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada pembengakakan dan
kemerahan di daerah kantus medius.

Palpasi Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di gigi menunjukan adanya sinusitis maksila.
Pada sinusitis frontal terdapat nyeri tekan di dasar sinus frontal, yaitu pada bagian medial atap
orbita. Sinusitis etmoid menyebabkan rasa nyeri tekan di daerah kantus medius. 1

maksila. Transiluminasi pada sinus frontal hasilnya lebih meragukan. Besar dan bentuk kedua
sinus ini seringkali tidak sama. Gambaran yang terang berarti sinus berkembang dengan baik
dan normal, sedangkan gambaran yang gelap mungkin berarti sinusitis atau hanya menunjukan
sinus yang tidak berkembang.

2.2 Epidemiologi
Angka kejadian sinusitis sulit diperkirakan secara tepat karena tidak ada batasan yang jelas
mengenai sinusitis. Dewasa lebih sering terserang sinusitis dibandingkan anak. Hal ini karena sering
terjadinya infeksi saluran napas atas pada dewasa yang berhubungan dengan terjadinya sinusitis. Di US
dilaporkan bahwa lebih dari 35 juta pasien menderita sinusitis.3

2.4 Patofisiologi
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain (1) sebagai pengatur
kondisi udara, (2) sebagai penahan suhu, (3) membantu keseimbangan kepala, (4) membantu resonansi
suara, (5) peredam perubahan tekanan udara dan (6) membantu produksi mukus untuk membersihkan
rongga hidung.1,3
Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus juga terdapat mukosa bersilia dan palut lendir di
atasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan lendir menuju ostium alamiahnya
mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya.

Gambar 3. Pergerakan silia dalam drainase cairan sinus


Gambar 4. Perubahan silia pada sinusitis

Bila terjadi edema di kompleks osteomeatal, mukosa yang letaknya berhadapan akan saling
bertemu, sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan
drainase dan ventilasi didalam sinus, sehingga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang di produksi
mukosa sinus menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri patogen.
Bila sumbatan berlangsung terus, akan terjadi hipoksia dan retensi lendir sehingga timbul infeksi oleh
bakteri anaerob.1 Bakteri yang sering ditemukan pada sinusitis kronik adalah Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Streptococcus B hemoliticus, Staphylococcus aureus,
kuman anaerob jarang ditemukan.1 Selanjutnya terjadi perubahan jaringan menjadi hipertrofi, polipoid
atau pembentukan polip dan kista.1,2,3

Pemeriksaan penunjang

Transiluminasi Transiluminasi mempunyai manfaat yang terbatas, hanya dapat dipakai untuk
memeriksa sinus maksila dan sinus frontal, bila pemeriksaan radiologik tidak tersedia. Bila ada
pemeriksaan transiluminasi tampak gelap di daerah infraorbita, mungkin berarti antrum terisi
oleh pus atau mukosa antrum menebal atau terdapat neoplasma di dalam antrum. Bila terdapat
kista yang besar di dalam sinus maksila, akan tampak terang pada pemeriksaan transiluminasi,
sedangkan pada foto Rontgen tampak adanya perselubungan berbatas tegas di dalam sinus. 1

Pemeriksaan Radiologik Bila dicurigai adanya kelainan di sinus paranasal, maka dilakukan
pemeriksaan radiologik. Posisi rutin yang dipakai ialah posisi Waters, PA dan lateral. Posisi
Waters terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal, dan etmoid. Posisi PA
untuk menilai sinus frontal dan posisi lateral untuk menilai sinus frontal, sphenoid, dan etmoid.
Metode mutakhir yang lebih akurat untuk melihat kelainan sinus paranasal adalah pemeriksaan
CT Scan. Potongan CT Scan yang rutin dipakai adalah koronal dan aksial. Indikasi utama CT
Scan hidung dan sinus paranasal adalah sinusitis kronik, trauma (fraktur frontobasal), dan tumor.
Kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara-cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa.
CT Scan sinus merupakan gold standard diagnosis sinusitis karena mampu menilai anatomi
hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan perluasannya.
Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai penunjang diagnosis sinusitis kronik yang tidak
membaik dengan pengobatan atau pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi
sinus. 1

Sinuskopi Pemeriksaan ke dalam sinus maksila menggunakan endoskop. Endoskop dimasukan


melalui lubang yang dibuat di meatus inferior atau di fosa kanina. Dengan sinuskopi dapat
dilihat keadaan di dalam sinus, apakah ada sekret, polip, jaringan granulasi, massa tumor atau
kista, bagaimana keadaan mukosa dan apakah ostiumnya terbuka.

Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila melalui meatus
inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila yang sebenarnya, selanjutnya
dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi. 1

Pemeriksaan Mikrobiologik Pemeriksaan mikrobiolgik dan tes resistensi dilakukan dengan


mengambil sekret dari meatus medius/superior, untuk mendapat antibiotik yang tepat guna.
Lebih baik lagi diambil sekret yang keluar dari pungsi sinus maksila. 1

Gejala Klinis

 Demam, malaise.
 Nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian aspirin. Sakit dirasa
mulai dari pipi ( di bawah kelopak mata ) dan menjalar ke dahi atau gigi. Sakit
bertambah saat menunduk.
 Wajah terasa bengkak dan penuh.
 Nyeri pipi yang khas : tumpul dan menusuk, serta sakit pada palpasi dan perkusi.
 Kadang ada batuk iritatif non-produktif.
 Sekret mukopurulen yang dapat keluar dari hidung dan kadang berbau busuk.
 Adanya pus atau sekret mukopurulen di dalam hidung, yang berasal dari metus media,
dan nasofaring.
Penurunan atau gangguan penciuman.1

Anda mungkin juga menyukai