Mortuary (Inggris British), morgue (Inggris Amerika), funeral home (Inggris
Amerika), atau kamar mayat (Indonesia) adalah suatu ruangan di rumah sakit yang digunakan untuk menyimpan jasad manusia. Di Inggris biasanya digunakan kata “Rose cottage” / “rainbow room” untuk menyebut kamar mayat jika berkomunikasi dengan pasien agar terdengar lebih halus. Istilah morgue berasal dari Prancis morguer yang berarti “terlihat khidmat”. Istilah ini pertama kali digunakan untuk menggambarkan suatu tempat penyimpanan sementara, di mana mayat yang tidak dikenal dapat disimpan dan diidentifikasi sementara waktu.
ASPEK MEDIKOLEGAL STANDARDISASI KAMAR JENAZAH
Kamar jenazah menjadi salah satu fasilitas pelayanan yang harus ada di sebuah rumah sakit. Fasilitas kamar jenazah berfungsi untuk menyimpan jenazah pasien yang meninggal pasca rawat inap, pelayanan kedokteran forensik, sosial kemanusiaan (misalnya rumah duka), dan bencana (misalnya korban meninggal massal). Untuk dapat menjalankan fungsinya tersebut, maka fasilitas kamar jenazah di suatu rumah sakit harus memiliki standar pelayananan tertentu agar dapat memberikan pelayanan kamar jenazah yang terbaik. Oleh karena itu, diperlukan undang-undang yang mengatur tentang segala hal yang terkait dengan pelayanan kesehatan untuk masyarakat, dalam hal ini khususnya terkait standardisasi suatu kamar jenazah. Di dalam UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Bagian Ketiga tentang Bangunan Rumah Sakit, Pasal 10 ayat (2) menjelaskan tentang bangunan rumah sakit paling sedikit terdiri atas ruangan-ruangan yang salah satunya adalah kamar jenazah. Dari pasal tersebut telah jelas bahwa fasilitas kamar jenazah harus termasuk ke dalam pelayanan suatu rumah sakit. Selain itu, terdapat pula UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang menjelaskan tentang sumber daya di bidang kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, identifikasi mayat tidak dikenal, kepentingan ilmu kedokteran untuk bedah mayat, dan kompetensi tenaga profesi kesehatan, di mana beberapa hal tersebut terkait pula dengan fasilitas pelayanan kamar jenazah. UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 1 ayat (2) menjelaskan bahwa sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi, dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Pasal 1 ayat (7) menjelaskan bahwa fasilitas kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Pasal 120 ayat (1) menjelaskan bahwa untuk kepentingan pendidikan di bidang ilmu kedokteran dan biomedik dapat dilakukan bedah mayat anatomis di rumah sakit pendidikan atau di institusi pendidikan kedokteran. Pasal 118 ayat (1) menjelaskan bahwa mayat yang tidak dikenal harus dilakukan upaya identifikasi. Pasal 118 ayat (2) menjelaskan bahwa Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas upaya identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 34 ayat (1) menjelaskan bahwa setiap pimpinan penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan perseorangan harus memiliki kompetensi manajemen kesehatan perseorangan yang dibutuhkan. Pasal 34 ayat (2) menjelaskan bahwa penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan tenaga kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi dan izin melakukan pekerjaan profesi.
Purwadianto A, Hamurwono GB, Setyowati LRB, Rosita R, Suseno U, Kandouw YM, dkk. Standar Kamar Jenazah. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2004.