Anda di halaman 1dari 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. DEFINISI KAMAR JENAZAH

Mortuary (Inggris British), morgue (Inggris Amerika), funeral home (Inggris


Amerika), atau kamar mayat (Indonesia) adalah suatu ruangan di rumah sakit yang
digunakan untuk menyimpan jasad manusia.
Di Inggris biasanya digunakan kata “Rose cottage” / “rainbow room” untuk
menyebut kamar mayat jika berkomunikasi dengan pasien agar terdengar lebih halus.
Istilah morgue berasal dari Prancis morguer yang berarti “terlihat khidmat”. Istilah ini
pertama kali digunakan untuk menggambarkan suatu tempat penyimpanan sementara, di
mana mayat yang tidak dikenal dapat disimpan dan diidentifikasi sementara waktu.

ASPEK MEDIKOLEGAL STANDARDISASI KAMAR JENAZAH


Kamar jenazah menjadi salah satu fasilitas pelayanan yang harus ada di sebuah
rumah sakit. Fasilitas kamar jenazah berfungsi untuk menyimpan jenazah pasien yang
meninggal pasca rawat inap, pelayanan kedokteran forensik, sosial kemanusiaan (misalnya
rumah duka), dan bencana (misalnya korban meninggal massal). Untuk dapat menjalankan
fungsinya tersebut, maka fasilitas kamar jenazah di suatu rumah sakit harus memiliki
standar pelayananan tertentu agar dapat memberikan pelayanan kamar jenazah yang
terbaik. Oleh karena itu, diperlukan undang-undang yang mengatur tentang segala hal yang
terkait dengan pelayanan kesehatan untuk masyarakat, dalam hal ini khususnya terkait
standardisasi suatu kamar jenazah.
Di dalam UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Bagian Ketiga tentang
Bangunan Rumah Sakit, Pasal 10 ayat (2) menjelaskan tentang bangunan rumah sakit
paling sedikit terdiri atas ruangan-ruangan yang salah satunya adalah kamar jenazah. Dari
pasal tersebut telah jelas bahwa fasilitas kamar jenazah harus termasuk ke dalam pelayanan
suatu rumah sakit.
Selain itu, terdapat pula UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang
menjelaskan tentang sumber daya di bidang kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan,
identifikasi mayat tidak dikenal, kepentingan ilmu kedokteran untuk bedah mayat, dan
kompetensi tenaga profesi kesehatan, di mana beberapa hal tersebut terkait pula dengan
fasilitas pelayanan kamar jenazah.
UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 1 ayat (2) menjelaskan bahwa
sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan,
sediaan farmasi, dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang
dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Pasal 1 ayat (7) menjelaskan bahwa fasilitas
kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Pasal 120 ayat (1)
menjelaskan bahwa untuk kepentingan pendidikan di bidang ilmu kedokteran dan
biomedik dapat dilakukan bedah mayat anatomis di rumah sakit pendidikan atau di institusi
pendidikan kedokteran. Pasal 118 ayat (1) menjelaskan bahwa mayat yang tidak dikenal
harus dilakukan upaya identifikasi. Pasal 118 ayat (2) menjelaskan bahwa Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas upaya identifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 34 ayat (1) menjelaskan bahwa setiap
pimpinan penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan perseorangan harus memiliki
kompetensi manajemen kesehatan perseorangan yang dibutuhkan. Pasal 34 ayat (2)
menjelaskan bahwa penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan
tenaga kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi dan izin melakukan pekerjaan profesi.

Purwadianto A, Hamurwono GB, Setyowati LRB, Rosita R, Suseno U, Kandouw YM, dkk.
Standar Kamar Jenazah. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2004.

Anda mungkin juga menyukai