Anda di halaman 1dari 3

TIPE-TIPE SKIZOFRENIA

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnoosis Gangguan Jiwa di Indonesia III


(PPDGJ III) skizofrenia dibagi kedalam 9 tipe, yaitu:

1) F20.0 Skizofernia Paranoid

Ini adalah jenis skizofrenia yang paling sering dijumpai di negara manapun. Gamabaran
klinis didominasi oleh waham-waham yang secara stabil, sering kali bersifat paranoid,
biasanya disertai oleh halusianasi-halusianasi, terutama halusinasi pendengaran, dan
gangguan-gangguan persepsi. Gangguan afektif, dorongan kehendak (vilition) dan
pembicaraan serta gejala-gejala katatonik tidak menonjol.
Beberapa contoh dari gejajal-gejala paranoid yang paling umum : a) Waham-waham
kejaran , rujukan (reference), “exalted birth” (merasa dirinya tinggi, istimewa), misi
khusus, perubahan tubuh atau kecemburuan; b) Suara-suara halusinasi yang
mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk
verbal berupa bunyi peluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing); c) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
Gangguan pikiran mungkin jelas dalam keadaan-keadaan yang akut, tetapi sekalipun
demikian kelaianan atau tidak menghambat diberikannnya deskripsi secara jelas
mengenai waham atau halusinasi yang bersifat khas. Keadaan afektif biasanya kurang
menumpul dibandingkan jenis-jenis skizofrenia lain, tetapi suatu derajat yang rinagan
mengenai ketidakserasian (incongruity) umum dijumpai seperti gangguan iritabilitas,
kemarahan yang tiba-tiba, ketakutan dan kecurigaan. Gejala “negatif” seperti
pendataran afektif, hendaya dalam dorongan kehendak (volition) sering dijumpai tetapi
tidak mendominasi gambaran klinisnya.
Onset cenderung terjadi pada usia yang lebih tua daripada bentuk-bentuk hebefrenik
dan katatonik.

2) F20.1 Skizofrenia Hebefrenik

Suatu bentuk skizofrenia denga perubahan afektif yang tampak jelas, dan secara umum
juga dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat mengambang serta terputus-putus
(fragmentary), perilaku yang tak bertanggungjawab dan tak dapat diramalkan, serta
umumnya mannerisme. Suasana perasaan (mood) pasien dangkal, dan tidak wajar
(inappropriate), sering disertai cekikikan (giggling) atau perasaan puas-diri (self-
satisfied), senyum sendiri (self absorbed smiling), atau oleh sikap yang angkuh/ agung
(lofty manner); tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara
bersebdau gurau (pranks), keluhan yang hipokondrik, dan ungkapan kata yang diulang-
ulang (reiterated phrases). Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak
menentu (rambling) serta inkoheren. Ada kecenderungan untuk tetap menyendiri
(solitary), dan perilaku tampak hampa dan tanpa tujuan dan hampa perasaan. Bentuk
skizofrenia ini biasanya mulai antara umur 15-25 tahun, cenderung mempunyai
prognosis yang buruk akibat berkembangnya secara cepat gejala “negatif”, terutama
mendatarnya afek dan semakin berkurangnya dorongan kehendak (lost of volition).
Sebagai tambahan gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses
pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak
menonjol. Dorongan gairah (drive) dan ketegasan (determination) hilang seta tujuan
ditinggalkan, sehingga perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud (empty of purpose).
Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama,
filsafat, dan tema abstrak lainnya makin mempersukar opemahaman mengenai arus
pikir pasien.

3) F20.2 Skizofrenia Katatonik

Gangguan psikomotor yang menonjol merpukana gambaran yang esensial dan


dominan dan dapat bervariasi antara kondisi eksterm seperti hiperkinesis dan stupor,
atau antara sifat penurut yang otomatis dan negativisme. Sikap dan posisi tubuh yang
dipaksakan (costrained) dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang lama. Episode
kegelisahan disertai kekerasan (violent) mungkin merupakan gambaran keadaan yang
mencolok.
Karena alasan kurang dipahami, skizofernia katatonik sekarang jarang dijumpai di
negera-negara industri, walaupun dimana-mana tetap lazim dijumpai. Fenomena
katatonik ini dapat berkombinasi dengan suatu keadaan seperti bermimpi (oneroid)
dengan halusinasi pemandangan yang jelas.

4) F20.3 Skizofrenia Tidak Terinci (undifferentiated)

Kondisi-kondisi yang memenuhi kriteria diagnostik umum untuk skizofrenia tetapi tidak
sesuai dengan satu pun sub tipe, atau memperlihatkan gejala lebih dari satu sub tipe
tanpa gambaran predominasi yang jelas untuk suatu kelompok diagnosis yang khas.

5) F20.4 Depresi Pasca Skizofrenia

Suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dan timbul sesudah suatu
serangan penyakit skizofrenia. Beberapa gejala skizofrenik harus tetap ada tetapi tidak
ada lagi mendominasi gambaran klinisnya. Gejala-gejala yang menetap ini dapat
“positif” atau “negatif”, walaupun biasanya yang terakhir itu lebih sering. Sering kali sulit
untuk dibedakan gejala mana yang ditimbulkan akibat depresi dan mana yang
ditimbulkan akibat medikasi neuroleptika atau ditimbulkan akibat gangguan dorongan
kehendak, dan mendatarnya afek dari skizofrenia itu sendiri. Gangguan depresif ini
disertai oleh suatu peningkatan risiko bunuh diri.

6) F20.5 Skizofrenia Residual

Suatu stadium kronis dalam perkembangan suatu gangguan skizofrenia dimana telah
terjadi progresi yang jelas dari stadium awal (terdiri satu atau lebih episode dengan
gejala psikotik yang memenuhi kriteria umum untuk skizofrenia di atas) ke stadium lebih
lanjut yang ditandai secara khas oleh gejala-gejala “negatif” jangka panjang, walaupun
belum tentu irreversibel.
7) F20.6 Skizofrenia Simpleks

Suatu kelainan yang tidak lazim dimana ada perkembangan yang lambat tetapi
progresif mengenai keanehan tingkah laku, ketidakmampuan untuk memenuhi tuntutan
masyarakat dan penurunan kinerja. Tidak terdapat waham dan halusinasi, serta
gangguan ini bersifat kurang nyata psikotik jika dibandingkan dengan skizorenia subtipe
hebefrenik, paranoid, dan katatonik. Ciri-ciri “negatif” yang khas dari skizofrenia
residual (misalnya afek menumpul, hilangnya dorongan kehendak) timbul tanpa
didahului oleh gejala-gejala psikotik yang overt. Bersama dengan bertambahnya
kemunduran sosial, maka pasien dapat berkembang lebih lanjut menjadi glandangan
(psikotik), pendiam, pemalas, dan tanpa tujuan.

8) F20.8 Skizofrenia Lainnya

a) Termasuk : Skizofrenia senestopatik, Gangguan skizofrenia YTT; b) Tak


termasuk : Gangguan lir-skizofrenia akut, Skizofrenia siklik, Skizofrenia laten.

9) F200.9 Skizofrenia YTT

daftar pustaka

American Psychiatric Association. 2000. Diagnostic and Stastistical Manual of Mental


Disorder Fourth Edition. Text Revision. Washington, DC: American Psychiatric
Assosiation.

Anda mungkin juga menyukai