Anda di halaman 1dari 23

JOURNAL READING/CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS)

*Kepaniteraan Klinik Senior/G1A217058/Februari 2018


*Pembimbing/ dr. H. Aywar Zamri, SpPD, FINASIM

PROLAKTINOMA

Disusun oleh :
Leni Puspita Sari
G1A217058

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018

iv
HALAMAN PENGESAHAN

CLINICAL SCIENCE SESSION

PROLAKTINOMA

Oleh:

Leni Puspita Sari, S.Ked

G1A217058

Sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik senior

Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Jambi

2018

Jambi, Februari 2018

Pembimbing

dr. H. Aywar Zamri, Sp.PD, FINASIM

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Clinical
Science Session yang berjudul “Prolaktinoma” sebagai kelengkapan persyaratan dalam
mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum
Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi. Selanjutnya shalawat beriring salam tak lupa pula
selalu dihaturkan kepada Nabi Besar Muhammad Sallallahu Alaihi Wassalam, yang telah
membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dan penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. H. Aywar Zamri, Sp.PD, FINASIM,
yang telah meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Akhir kata dengan segala
kekurangan yang ada, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat terutama kepada
pembaca dan penulis sendiri.

Jambi, Februari 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................................i


Halaman Pengesahan .................ii
Kata Pengantar ............................................................................................................
iii
Daftar Isi ......................................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................2
2.1 Definisi Prolaktinoma.....................................................................................2
2.2 Epidemiologi Prolaktinoma ............................................................................2
2.3 Etiologi Prolaktinoma .....................................................................................2
2.4 Patogenesis Prolaktinoma...............................................................................4
2.5 Patofisiologi Prolaktinoma .............................................................................5
2.6 Manifestasi Klinis...........................................................................................6
2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding ..................................................................8
2.8 Penatalaksanaan ..............................................................................................
12
2.9 Komplikasi .....................................................................................................
13
2.10 Prognosis ......................................................................................................
14
BAB III KESIMPULAN .............................................................................................
15
Daftar Pustaka .............................................................................................................
18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Prolaktinoma adalah adenoma yang berasal dari laktotrof sel di kelenjar pituitari, dan
ditandai oleh hipersekresi prolaktin. Hal ini menyebabkan terlalu banyak prolaktin dalam
darah, ini merupakan jenis adenoma hipofisis fungsional yang paling sering. Biasanya
pertumbuhannya lambat dan bersifat jinak. Prolaktinoma berukuran bervariasi, dapat kecil
(mikroadenoma) hingga besar, meluas dan memberikan efek massa.1 Berdasarkan ukuran
dapat diklasifikasikan menjadi mikroadenoma dengan ukuran (diameter <1cm) dan
makroadenoma dengan ukuran (diameter >1cm) atau lebih.2-3 Kadar prolaktin normal berkisar
antara 2 sampai 25 ng/ml. Pada pasien dengan adenoma hipofisis yang menyekresi prolaktin,
kadarnya dapat berkisar antara 100 ng/ml untuk tumor yang kecil sampai lebih besar dari
1000 ng/ml untuk tumor hipofisis yang besar.4
Prolaktinoma berasal dari mutasi sel-sel laktotrof dalam kelenjar pituitari dan ditandai
dengan hipersekresi hormon prolaktin atau yang sering disebut hiperprolaktinemia. Prolaktin
produksi prolaktin terbesar terjadi diluar hipofisis (prolaktin ekstrapituitari) termasuk folikel
rambut, jaringan adipose dan sel-sel imun. Prolaktin dapat bertindak sebagai hormon melalui
jalur endokrin klasik maupun bertindak sebagai faktor pertumbuhan, neurotransmiter ataupun
imunoregulator oleh autokrin atau mekanisme parakrin.1
Hiperprolaktinemia adalah sindrom hipersekresi hipofisis yang paling sering terjadi
pada laki-laki maupun perempuan, dan makroadenoma atau mikroadenoma hipofisis yang
menyekresi prolaktin (jinak) adalah penyebab terseringnya; penyebab lain adalah kehamilan
dan laktasi (fisiologis), cedera dinding dada, lesi hipotalamus yang mengganggu pelepasan
dopamin (misal, kraniofaringioma), obat-obat yang menghambat reseptor dopamin (misal,
antidepresan, fenotiazin), hipotiroidisme, dan gagal ginjal kronis.4
Prolaktinoma adalah adenoma hipofisis paling sering, sekitar 40% dari semua
adenoma hipofisis, dengan perkiraan prevalensi 60-100 per juta penduduk. Prevalensi
dopamine prolaktinoma yang diobati dengan agonis wanita hampir lima kali lebih tinggi (94
/100.000) dibandingkan dengan laki-laki pasien (20/100.000). Perkiraan tingkat kejadian
prolaktinoma yang diobati dengan dopamin agonist adalah 8,7 per 100.000 orang-tahun untuk
wanita dan 1,4 per 100.000 untuk pria. Tingkat kejadian tertinggi ditemukan pada wanita
antara 25 dan 34 tahun: 23,9 per 100.000 orang-tahun. Prolaktinoma pada wanita
pramenopause lebih tinggi.1

iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Prolaktinoma


Prolaktinoma adalah tumor jinak (noncancerous) dari kelenjar pituitari yang
menghasilkan hormon yang disebut prolaktin . Prolaktinoma (adenoma laktotrof) merupakan
adenoma hipofisis hiperfungsional merupakan jenis yang paling umum dari tumor hipofisis .
Gejala paling menonjol adanya peningkatan jumlah prolaktin dalam darah yang disebut
hyperprolatinemi akibat tekanan tumor terhadap jaringan di sekitarnya. Berdasarkan ukuran
dapat diklasifikasikan menjadi mikroadenoma dengan ukuran (diameter <1cm) dan
makroadenoma dengan ukuran (diameter >1cm) atau lebih.1-3
Hiperprolaktinemia adalah istilah untuk peningkatan kadar hormon prolaktin dalam
darah yang lebih tinggi dari biasanya. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar pituitari, yang
terletak di dasar otak. Fungsi utama prolaktin adalah menstimulasi produksi ASI setelah
melahirkan. Tingkat prolaktin yang tinggi normal selama kehamilan dan menyusui. Dalam
kasus lain, prolaktin bisa menjadi terlalu tinggi karena suatu penyakit atau penggunaan obat
tertentu. Seringkali, penyebabnya adalah tumor prolaktin pada kelenjar pituitari, Tumor
prolaktinoma ini hampir selalu jinak. Hal ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.
Jarang pada anak-anak dan remaja. Tumor otak lainnya juga bisa menyebabkan
hiperprolaktin. Prolaktin menurunkan kadar hormon seks (estrogen dan testosteron) baik pada
pria maupun wanita. Terlalu banyak prolaktin dan penurunan estrogen atau testosteron yang
dihasilkan dapat menyebabkannya disfungsi seksual dan menstruasi.5
Hiperprolaktinemia adalah sindrom hipersekresi hipofisis yang paling sering terjadi
pada laki-laki maupun perempuan, dan makroadenoma atau mikroadenoma hipofisis yang
menyekresi prolaktin (jinak) adalah penyebab terseringnya; penyebab lain adalah kehamilan
dan laktasi (fisiologis), cedera dinding dada, lesi hipotalamus yang mengganggu pelepasan
dopamin (misal, kraniofaringioma), obat-obat yang menghambat reseptor dopamin (misal,
antidepresan, fenotiazin), hipotiroidisme, dan gagal ginjal kronis.4
Hiperprolaktinemia patologik juga dapat terjadi karena hiperplasia laktotrof, terjadi
ketika terdapat gangguan dalam inhibisi normal sekresi prolaktin oleh dopamin. Hal ini dpaat
terjadi akibat kerusakan neuron dopaminergik di hipotalamus, pemotongan tangkai hipofisis
(mis. Akibat trauma kepala), atau obat yang menghambat reseptor dopamin di sel laktotrof.
Setiap massa di kompartemen suprasella dapat mengganggu pengaruh inhibitorik normal

iv
hipotalamus pada sekresi prolaktin dan menyebabkan hiperprolaktinemia, fenomena yang
disebut stalk effect. Oleh karena itu, peningkatan ringan prolaktin serum pada pasien dengan
adenoma hipofisis tidak selalu menunjukkan adanya tumor penghasil prolaktin. Beberapa
golongan obat dapat menyebabkan hiperprolaktinemia, termasuk antagonis reseptor dopamin,
seperti obat-obat neuroleptik (fenotiazin, haloperidol) dan obat antihipertensi lama, misalnya
reserpin, yang menghambat penyimpanan dopami. Kausa lain hiperprolaktinemia adalah
estrogen, gagal ginjal, dan hipotiroidisme. Prolaktinoma diterapi dengan pembedahan atau,
yang lebih sering, dengan bromokriptin, suatu agonis reseptor dopamin, yang menyebabkan
lesi mengecil.2

2.2 Epidemiologi Prolaktinoma


Prolaktinoma adalah adenoma hipofisis paling sering, dan terhitung sekitar 40% dari
semua adenoma hipofisis, dengan perkiraan prevalensi 60 sampai 100 per juta penduduk.
Prevalensi dopamine prolaktinoma yang diobati dengan agonis pada pasien wanita hampir
lima kali lebih tinggi (94 per 100.000) dibandingkan dengan laki-laki pasien (20 per 100.000).
Perkiraan tingkat kejadian prolaktinoma yang diobati dengan dopamin agonist adalah 8,7 per
100.000 orang-tahun untuk wanita dan 1,4 per 100.000 untuk pria. Tingkat kejadian tertinggi
ditemukan pada wanita antara 25 dan 34 tahun: 23,9 per 100.000 orang-tahun. Prolaktinoma
pada wanita pramenopause lebih tinggi.1
Sebagian besar tumor hipofisis ditemukan pada dewasa muda, namun dapat pula
ditemukan pada remaja maupun usia lanjut. Sementara itu, kepustakaan lain menuliskan
bahwa tumor hipofisis dapat ditemukan pada semua umur, namun insidennya meningkat
dengan semakin meningkatnya usia, dan puncaknya antara decade ketiga dan kelima.3
Dengan adanya kemajuan MRI dengan resolusi tinggi, maka seringkali ditemukan lesi
hipofisis pada pemeriksaan yang sebenarnya dilakukan untuk kondisi yang tidak ada
kaitannya dengan gangguan hipofisis. Adenoma hipofisis yang ditemukan pada pemeriksaan
CT atau MRI tanpa disertai adanya gejala atau tanda yang menunjukkan adanya gangguan
hipofisis sering disebut insidentaloma.3

2.3 Etiologi Prolaktinoma


Prolaktinoma adalah adenoma berasal dari lactotroph sel dalam kelenjar hipofisis, dan
ditandai dengan hipersekresi prolaktin. Berbeda dengan anterior lainnya hormon hipofisis,
kontrol hipotalamus prolactin produksi dan pelepasan dimediasi oleh penghambatan tonik
oleh dopamine. Konsentrasi prolaktin yang normal pada wanita dan laki-laki, tergantung dari

iv
uji yang digunakan, di bawah 25 ug/l dan 20ug/l, respectively. Prolaktin tidak diproduksi
secara eksklusif oleh sel-sel lactotroph di kelenjar hipofisis. Terbesar porsi prolaktin
diproduksi di luar kelenjar hipofisis (extrapituitary prolaktin), termasuk folikel rambut,
adipose jaringan dan sel-sel kekebalan. Prolaktin dapat bertindak sebagai hormon, oleh
endokrin jalur klasik, dan sebagai faktor pertumbuhan, neurotransmitter, atau
immunoregulator, oleh autokrin atau mekanisme parakrin. Tindakan utama dari prolaktin
adalah stimulasi laktasi setelah melahirkan. Hiperprolaktinemia dapat disebabkan oleh proses
fisiologis, efek farmakologis, dan efek patologis. Penyebab fisiologis hiperprolaktinemia
termasuk kehamilan, stres fisik atau psikologis, dan payudara stimulasi. Obat-obatan yang
merangsang reseptor dopamin pada sel lactotroph (misalnya metoklopramid, phenothiazides)
atau orang-orang yang menghambat pelepasan dopamin dari hipotalamus (misalnya
monoamine oxidase inhibitors, antidepresan trisiklik, serotonin re-uptake inhibitor),
menginduksi hiperprolaktinemia. Secara umum, obat-induced hiperprolaktinemia relatif
ringan dengan konsentrasi prolaktin plasma hingga 100 mg /L.1
Hiperprolaktinemia dapat disebabkan oleh prolaktinoma. Kompresi tangkai hipofisis
karena ekstensi suprasellar dari craniopharyngioma, meningeoma, makroadenoma
nonfunctioning, atau berat bisa trauma kepala yang mengganggu transportasi dopamin ke
hipofisis, dan menghasilkan hiperprolaktinemia. Selanjutnya, hipotiroidisme primer dapat
menyebabkan hiperprolaktinemia akibat peningkatan sintesis dari thyrotropin-releasing
hormone, merangsang prolactin sekresi. Kondisi lain yang terkait dengan peningkatan
konsentrasi prolaktin beredar adalah gagal ginjal kronis dan sirosis hati. Konsentrasi tinggi
prolaktin juga dapat dijelaskan oleh macroprolactinaemia. Hal ini mengacu pada adanya
peningkatan konsentrasi prolaktin dari molekul tinggi massa, sebagian besar karena kompleks
prolaktin monomer dengan imunoglobulin (kompleks prolaktin-autoantibodi). Ini molekul
yang lebih besar tidak memiliki bioaktivitas dengan imunoglobulin. Bergantung kepada
immunoassay digunakan, rekening macroprolactinaemia hingga 25% dari biokimia
didokumentasikan hyperprolactinaemia.1
Hal ini menunjukkan bahwa macroprolactinaemia merupakan perangkap diagnostik
umum. Akibatnya dalam tahap diagnostik awal hiperprolaktinemia, terutama dengan tidak
adanya gejala (misalnya di hadapan dari siklus menstruasi normal), serta harus secara rutin
dirawat dengan polyethylene gliserol (PEG) untuk mengecualikan kehadiran
macroprolactinaemia. Dalam kasus macroprolactinaemia, yang konsentrasi prolaktin akan
menurun normal setelah PEG.1

iv
Hiperprolaktinemia adalah istilah untuk peningkatan kadar hormon prolaktin dalam
darah yang lebih tinggi dari biasanya. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar pituitari, yang
terletak di dasar otak. Fungsi utama prolaktin adalah menstimulasi produksi ASI setelah
melahirkan. Tingkat prolaktin yang tinggi normal selama kehamilan dan menyusui. Dalam
kasus lain, prolaktin bisa menjadi terlalu tinggi karena suatu penyakit atau penggunaan obat
tertentu. Seringkali, penyebabnya adalah tumor prolaktin pada kelenjar pituitari, Tumor
prolaktinoma ini hampir selalu jinak. Hal ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.
Jarang pada anak-anak dan remaja. Tumor otak lainnya juga bisa menyebabkan
hiperprolaktin. Prolaktin menurunkan kadar hormon seks (estrogen dan testosteron) baik pada
pria maupun wanita. Terlalu banyak prolaktin dan penurunan estrogen atau testosteron yang
dihasilkan dapat menyebabkannya disfungsi seksual dan menstruasi.5
Hiperprolaktinemia adalah sindrom hipersekresi hipofisis yang paling sering terjadi
pada laki-laki maupun perempuan, dan makroadenoma atau mikroadenoma hipofisis yang
menyekresi prolaktin (jinak) adalah penyebab terseringnya; penyebab lain adalah kehamilan
dan laktasi (fisiologis), cedera dinding dada, lesi hipotalamus yang mengganggu pelepasan
dopamin (misal, kraniofaringioma), obat-obat yang menghambat reseptor dopamin (misal,
antidepresan, fenotiazin), hipotiroidisme, dan gagal ginjal kronis.4
Hiperprolaktinemia dapat disebabkan oleh kausa lain selain adenoma hipofisis
penghasil-prolaktin. Hiperprolaktinemia fisiologik terjadi pada kehamilan; kadar prolaktin
serum meningkat sepanjang kehamilan, mencapai puncak saat persalinan. Kadar prolaktin
juga meningkat oleh rangsangan pada puting payudara, seperti yang terjadi selama wanita
menyusui bayinya, dan sebagai respons terhadap berbagai stres.2

2.4 Patogenesis Prolaktinoma


Seperti subtipe adenoma hipofisis lainnya, prolaktinoma merupakan neoplasma
monoclonal yang bermula dari sebuah sel yang bertransformasi (Lactotroph). Perubahan
genetic terlibat dalam terjadinya dan perkembangan prolaktinoma termasuk juga hilangnya
gen tumor supresor, overekspresi dari onkogen dan ekspresi abnormal dari protein yang
menjaga kestabilan kromosom. Perubahan pada faktor pertumbuhan hipotalamus, reseptor-
reseptornya dan/atau jalur persinyalan juga telah dikenali, beberapa mungkin memiliki peran
penting dalam transformasi seluler atau perkembangan klonal. Namun, sejauh mana
perubahan-perubahan tersebut menjadi patogenik, berkontribusi terhadap perkembangan
tumor atau menunjukkan efek sekunder yang menyertai proses transformasi masih menjadi
masalah yang belum terpecahkan.6
iv
Hipotesis mengenai patogenesis prolaktinoma termasuk penurunan stimulasi oleh
dopamin (dopaminergik reseptor atau postreceptor dysregulation) dan klonal somatic mutasi.
Ada beberapa argumen yang menentang hipotesis pertama
1.
Penurunan pemberian dopamine ke hipofisis karena penggunaan neuroleptik jangka
panjang. Obat atau kompresi batang pituitari tidak menginduksi prolaktinoma
2.
Kebanyakan adenoma hanya terbatas ke bagian tertentu dari kelenjar pituitari bukan
ditandai dengan meluasnya hiperplasia prolaktin memproduksi sel pituitari.
3.
Setelah penyembuhan awal adenoma, mis. Dengan operasi, ada tingkat kekambuhan yang
rendah dari adenoma
Hipotesis mutasi lokal didasarkan pada. Analisis inaktivasi kromosom X, menunjukkan
bahwa hampir semua adenoma pituitari manusia bersifat monoklonal. Namun, mutasi spesifik
yang mendasari prolaktinoma tetap ada dibentuk, kecuali sindrom genetic seperti sindroma
MEN 1, yang juga terkait dengan peningkatan prevalensi prolaktinoma.1

2.5 Patofisiologi Prolaktinoma


Hiperprolaktinemia adalah istilah untuk peningkatan kadar hormon prolaktin dalam
darah yang lebih tinggi dari biasanya. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar pituitari, yang
terletak di dasar otak. Fungsi utama prolaktin adalah menstimulasi produksi ASI setelah
melahirkan. Tingkat prolaktin yang tinggi normal selama kehamilan dan menyusui. Dalam
kasus lain, prolaktin bisa menjadi terlalu tinggi karena suatu penyakit atau penggunaan obat
tertentu. Seringkali, penyebabnya adalah tumor prolaktin pada kelenjar pituitari, Tumor
prolaktinoma ini hampir selalu jinak. Hal ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.
Jarang pada anak-anak dan remaja. Tumor otak lainnya juga bisa menyebabkan
hiperprolaktin. Prolaktin menurunkan kadar hormon seks (estrogen dan testosteron) baik pada
pria maupun wanita. Terlalu banyak prolaktin dan penurunan estrogen atau testosteron yang
dihasilkan dapat menyebabkannya disfungsi seksual dan menstruasi.1
Tindakan utama prolaktin adalah untuk merangsang proliferasi sel epitel payudara,
sehingga merangsang dan mempertahankan produksi susu. Estrogen merangsang proliferasi
sel laktotrofik hipofisis, menghasilkan peningkatan jumlah sel ini pada wanita pramenopause,
terutama selama kehamilan. Namun, laktasi dihambat oleh tingginya kadar estrogen dan
progesteron selama kehamilan. Penurunan estrogen dan progesteron yang cepat pada periode
pascapersalinan memungkinkan laktasi dimulai. Selama menyusui dan menyusui, ovulasi
dapat ditekan karena penekanan gonadotropin oleh prolaktin, tapi mungkin kembali sebelum

iv
menstruasi dilanjutkan. Oleh karena itu, hal ini tidak dapat dianggap sebagai bentuk
pengendalian kelahiran yang dapat diandalkan.
Dopamin memiliki pengaruh dominan terhadap sekresi prolaktin. Sekresi prolaktin
berada di bawah kontrol penghambatan tonik oleh dopamin, yang bertindak melalui reseptor
tipe D2 yang terletak di laktotrof. Produksi prolaktin dapat distimulasi oleh peptida
hipotalamus, hormon pelepas tirotropin (TRH), peptida intestinal vasoaktif (VIP), faktor
pertumbuhan epidermal, dan antagonis reseptor dopamin. Dengan demikian, hipotiroidisme
primer (keadaan TRH tinggi) dapat menyebabkan hiperprolaktinemia. VIP meningkatkan
prolaktin sebagai respons terhadap menyusui, mungkin karena tindakannya pada reseptor
yang meningkatkan adenosin 3 ', 5'-siklik fosfat (cAMP)
Prolaktin merupakan salah satu kelompok hormon yang dibutuhkan untuk
perkembangan payudara dan sekresi susu. Pelepasan prolaktin berada di bawah pengaruh
penghambatan tonik oleh hipotalamus melalui dopamin, yang disekresi oleh sistem neuron
dopaminergik tuberohipofiseal. Jika faktor-faktor penghambat ini tidak ada maka sekresi
prolaktin akan meningkat dan dapat terjadi laktasi. Tryrotropin-releasing hormone (TRH)
merangsang sekresi prolaktin.2
Prolaktin (PRL) meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan pembentukan
susu. Dan dua hormon gonadotropin.7 Prolaktin meningkatkan perkembangan payudara dan
produksi susu pada wanita. Fungsinya pada pria belum jelas, meskipun bukti menunjukkan
bahwa bahwa hormon ini mungkin merangsang produksi reseptor LH di testis. Selain itu,
studi-studi terakhir mengisyaratkan bahwa prolaktin mungkin meningkatkan sistem imun dan
menunjang pembentukan pembuluh darah di tingkat jaringan pada kedua jenis kelamin-kedua
efek ini sama sekali tidak berkaitan dengan perannya dalam fisiologi reproduksi.8
Sekresi prolaktin (PRL) berbeda dari hormon-hormon lain pada hipofisis anterior yang
berada dalam pengendalian penghambat tonik hipotalamus, dan diperantarai oleh dopamin.4

2.6 Manifestasi Klinis


Adapun manifestasi klinis dari prolactinoma
Pada wanita:
 amenorea
 infertilitas
 Sensasi panas pada vagina
 Galaktorea
 Pusing
iv
 Gangguan penglihatan
Pada laki-laki:
 Pusing
 Gangguan penglihatan
 Penurunan libido
 Disfungsi ereksi
 Infertilitas
 ginekomastia
 Galaktorea
Kombinasi pengeluaran susu yang terus menerus dan tidak adanya menstruasi –
galaktore-amenore merupakan sindrom endokrin yang relatif sering ditemukan pada
perempuan. Keadaan ini berkaitan dengan peningkatan sekresi prolaktin.4
Adanya galaktore biasanya dapat diperlihatkan dengan menekan puting susu dengan
tangan, meskipun dapat pula timbul secara spontan, dan dapat bersifat ringan sampai berat.
Peningkatan kadar prolaktin mungkin menyebabkan amenora yang ada kaitannya dengan
keadaan ini. Prolaktin dapat dianggap menghambat sekresi hormon gonadotropin dengan
mengganggu sekresi GnRH dari hipotalamus. Selain itu, prolaktin dapat menghambat
pengaruh gonadotropin terhadap gonad.4
Sekitar 20% pasien dengan galaktore memperlihatkan adenoma hipofisis yang
menghasilkan prolaktin. Seringkali adenoma itu kecil sekali dan hampir tidak dapat dideteksi
secara radiografis visualisasi dari sela tursika. Tetapi, ada juga adenoma hipofisis yang lebih
besar. Kadar prolaktin normal berkisar antara 2 sampai 25 ng/ml. Pada pasien dengan
adenoma hipofisis yang menyekresi prolaktin, kadarnya dapat berkisar antara 100 ng/ml untuk
tumor yang kecil sampai lebih besar dari 1000 ng/ml untuk tumor hipofisis yang besar.4
Pasien dapat mengalami galaktore dan peningkatan kadar prolaktin tanpa
ditemukannya adenoma hipofisis; agaknya mereka mengalami gangguan penghambatan tonik
normal dari pelepasan prolaktin oleh hipotalamus. Galaktore dapat ditemukan pada :
1. lesi hipotalamus yang mengganggu pelepasan dopamin
2. obat-obat yang memengaruhi sistem susunan saraf pusat (fenotiazin, antidepresan,
haloperidol, alfa metildopa),
3. kontrasepsi oral dan estrogen,
4. gangguan endokrin seperti hipotiroidisme dan hipertiroidisme,
5. faktor-faktor neurogenik lokal,
iv
6. perangsangan payudara,
7. cedera pada dinding dada, dan
8. lesi pada medula spinalis.4
Adanya sindrom galaktore-amenore, menyebabkan perlu diperolah kadar prolaktin
serum basal. Kalau kadar prolaktin lebih tinggi dari normal, maka harus dilakukan
pemeriksaan radiografik sela tursika, termasuk CT scan kelenjar hipofisis dengan potongan
koronal dan MRI. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya kelainan yang berupa mikro
adenoma hipofisis.4
Tanda penting perempuan dengan hiperprolaktinemia adalah galaktore (produksi ASI),
amenore, infertilitas, pada perempuan yang tidak hamil, dan tidak pascapartum; apabila tumor
meluas melewati sela tursika, dapat terjadi defek lapangan pandang akibat penekanan pada
kiasma optikum.4
Laki-laki dengan hiperprolaktinemia biasanya datang dengan impotensi, keterbatasan
libido, infertilitas, atau tanda-tanda penekanan susunan saraf pusat, seperti sakit kepala atau
defek lapangan pandang (misal, hemianopsia) karena ukuran tumor membesar
(makroadenoma).4

2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding9-10


A. Diagnosis
1. Anamnesis
Sebelum melakukan anamnesis yang komprehensif maka harus digali dahulu
informasi mengenai identitas pasien, seperti usia 20-60 tahun, jenis kelamin karena
berfungsi untuk mengetahui jenis prolaktinoma yang terjadi (pada wanita, lebih sering
terjadi mikroadenoma dan pada laki-laki lebih sering mengalami makroadenoma),
alamat pasien, status pernikahan, pekerjaan. Lalu dilanjutkan dengan anamnesis yang
lengkap mencakup Sacred Seven dan Basic Four.
2. Pemeriksaan fisik
- Pada wanita, fokus pemeriksaan fisik pada penilaian untuk galaktorea dan identifikasi
tanda-tanda klinis defisiensi estrogen. Galaktorea adalah abnormalitas atau discharge
ASI yang berlangsung lebih dari 6 bulan dan tidak dianjurkan untuk menyusui.
Galaktorea yang terjadi setelah melahirkan merupakan self-limiting dan tergantung
dari level hormon prolaktin, terjadi secara spontan dan biasanya terdapat penekanan
pada nipple. Manifestasi klinis dapat berupa terdapatnya warna dan konsistensi yang
berbeda (transparan, seperti air susu, darah), bias terjadi bilateral atau unilateral dan
iv
mengarah pada kanker payudara. Mammography dan USG dapat dilakukan untuk
menilai galaktorea. Sedangkan tanda-tanda klinis defisiensi estrogen dapat dilihat dari
gangguan hormon yang terjadi seperti gangguan menstruasi, atau melalui kadar
hormon estrogen melalui laboratorium.
- Pada pria, memeriksa ukuran testis dan konsistensi, serta pola rambut pada tubuh. Juga
menilai untuk kejadian langka ginekomastia. Secara normal, testis akan teraba elastis,
licin, tidak ada benjolan atau massa dan berukuran 2-4 cm, dengan epididimis lunak
dan saluran sperma di lateral skrotum dan teraba lebih keras dibandingkan epididimis
serta pola rambut yang tersebar merata di sekitar penis.
- Pada pasien laki-laki dan perempuan, menilai ketajaman visual dan bidang visual
(dengan metode konfrontasi) dan melakukan pemeriksaan saraf kranial di samping
tempat tidur untuk membantu menentukan apakah tumor telah menyebabkan efek
massa.
- Pengukuran massa tumor, dimana mikroadenoma, tumor yang diameternya <1 cm dan
tidak menginvasi daeah parasellar sedangkan makroadenoma, tumor yang diameternya
>1 cm, invasi secara local dan berbenturan dengan struktur yang disebelahnya.
3. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang3,9-10
- Tes hormon sebagai berikut:
1. Serum PRL, mengukur kadar serum PRL pada 1 atau lebih kesempatan, terutama
jika peningkatan yang tidak terlalu tinggi. Jangan mengukur tingkat PRL langsung
setelah melakukan pemeriksaan payudara, karena pemeriksaan payudara dapat
menyebabkan elevasi PRL fisiologis.
2. Tes kehamilan Serum,selalu mempertimbangkan kemungkinan kehamilan pada
wanita usia reproduksi, karena ini adalah penyebab paling umum dari amenore
sekunder dalam kelompok ini.
3. Serum TSH - Mengukur kadar TSH untuk mengecualikan kemungkinan tingkat
PRL tinggi terjadi secara sekunder ke tingkat TRH tinggi. TRH adalah salah satu
PRFs. Jika tingkat TSH meningkat, mengkonfirmasi temuan dengan mengukur
tingkat tiroksin bebas.
- Pengukuran hormon hipofisis lainnya
1. Dalam laki-laki yang mengalami gejala hipogonadisme, mengukur testosteron
serum atau kadar testosteron bioavailable.

iv
2. Pada pasien dengan riwayat sugestif insufisiensi adrenal, mengukur basal dan
cosyntropin-dirangsang tingkat kortisol.
3. Pada orang dengan fitur yang konsisten dengan akromegali, mengukur serum
tingkat pertumbuhan insulin faktor-1 (IGF-1).Singkirkan penyebab sistemik lain
yang mungkin untuk hiperprolaktinemia, seperti gagal ginjal kronis atau sirosis,
menggunakan uji laboratorium yang tepat sebagai dibenarkan.
- Pemeriksaan imaging
Setelah melakukan pengujian biokimia, dapat dilakukan magnetic resonance imaging
(MRI) scan daerah hipotalamus hipofisis (dengan gadolinium tambahan) atau
computed tomography (CT) scan daerah (dengan kontras) untuk menentukan apakah
terdapat lesi massa. MRI lebih baik untuk penggambaran jaringan lunak dan untuk
identifikasi lesi kecil. CT scan lebih baik untuk identifikasi distorsi tulang atau
kerusakan. Perhatian khusus diberikan kepada ukuran tumor dan perambahan pada
struktur sekitarnya (misalnya, kiasma optik, saraf kranial lainnya) dan efek yang
dihasilkan (kerusakan misalnya tulang).
Diagnosis hiperprolaktinemia mungkin ditegakkan dengan kadar PRL di atas 100
πg/dL akibat mikroadenoma, lesi lain di sela tursika yang menurunkan penghambatan
dopamin, atau keadaan nonneoplastik lain yang menyebabkan hiperprolaktinemia; hasil
pemeriksaan berupa PRL yang meningkat harus diikuti dengan CT scan atau MRI hipofisis,
yang dapat memperlihatkan adanya mikroadenoma atau lesi lain.4

B. Diagnosis Banding9
Adapun diagnosis banding dari prolaktinoma sebagai berikut:
1. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme primer menyebabkan kadar TRH tinggi, yang dapat menyebabkan
kadar yang tinggi pada prolaktin bersamaan dengan TSH. Kadar prolaktin pada pasien
dengan hypothyroidism cenderung lebih rendah daripada yang biasanya terlihat
dengan prolaktinoma (yang terakhir biasanya 150-200 ng / mL atau lebih tinggi).
2. Polycystic ovary disease
Gejala yang muncul dapat berupa ganggua hormonal, pada wanita muncul dengan
gejala amennorea. Pada pemeriksaan imaging disarankan menggunakan USG dan
MRI, dan menunjukkan adanya folikel dengan lebar yang tidak melebihi 1,2 cm.
Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan TSH dan LH sangat berguna
untuk diagnosis.
iv
3. Pituitari makroadenoma
Semua tumor harus memiliki skrining pengukuran hormon basal, termasuk prolaktin,
thyrotropin, tiroksin, adrenocorticotropin, kortisol, LH, FSH, estradiol, testosteron,
hormon pertumbuhan, pertumbuhan insulin faktor-1 (IGF-1), dan alpha subunit
glikoprotein. Tes hormon dinamis dilakukan untuk menilai fungsi dari tumor dan
membantu dalam diagnosis banding. Mereka juga dapat digunakan untuk menilai
cadangan hipofisis anterior. Thyrotropin-releasing hormone (TRH) menyebabkan
elevasi prolaktin serum dan thyrotropin. Prolaktinoma, hyperprolactinemic,
hipertiroidisme, dan panhipohipofisesme menunjukkan respon tumpul.
Gonadotropinomas memberikan respon paradoks ke TRH, sehingga pada tumor ini,
LH, FSH, LH-beta, dan alpha subunit harus diukur.
Adapun diagnosis banding dari prolaktinoma, jika seorang pasien wanita memiliki
amenore, primer atau sekunder, pertimbangkan kemungkinan penyebab lain dari
kondisi tersebut. Jika seorang pasien (pria atau wanita) memiliki gejala infertilitas,
pertimbangkan semua penyebab lain dari infertilitas pada diferensial itu. Jika pasien
memiliki tingkat PRL tinggi, penyebab lain dari hiperprolaktinemia harus
dicari,meliputi:
1. Obat - Seperti fenotiazin, haloperidol, metoclopramide, metildopa, reserpin,
verapamil,antidepresan trisiklik, penyalahgunaan opiat kronis, dan kokain.
2. Hipofisis atau penyebab hipotalamus - Termasuk GH-mensekresi adenoma,
nonfunctioning adenoma, kompresi hipofisis, sindrom empty sella,
craniopharyngioma, meningioma, disgerminoma, hypophysitis limfositik, kondisi
lain yang menyebabkan granulomatous distorsi hipofisis, dan radiasi daerah.
3. Kehamilan
4. Hipotiroidisme primer
5. Gagal ginjal kronis
6. Sirosis
7. Insufisiensi adrenal
8. Lesi dinding dada
9. Stimulasi payudara
10. Lesi sumsum tulang belakang
11. Penyebab idiopatik

iv
2.8 Penatalaksanaan
Bromokriptin atau pergolid, agonis reseptor dopamin yang kuat, adalah pilihan
pengobatan pada pasien dengan hiperprolaktinemia; agonis dopamin menekan sekresi dan
sintesis PRL, serta proliferasi sel laktotrope; mungkin diperlukan reseksi bedah transsfenoidal
(menggunakan pendekatan endonasal) pada tumor penyekresi PRL yang besar apabila
terdapat defek visual atau respons yang tidak adekuat terhadap pengobatan.4
Terapi prolaktinoma ditujukan untuk :1, 9
a. Pengurangan konsentrasi prolaktin dan gejala klinisnya, seperti disfungsi gonad,
infertilitas, dan osteoporosis;
b. Pengurangan massa tumor, sehingga menghilangkan hipopituitarisme;
c. Pencegahan pertumbuhan berkelanjutan dari massa tumor, dan
d. peningkatan kualitas hidup.
A. Dopamine-Agonist

Bromocriptine (BEC) umumnya dianggap sebagai pilihan utama dalam


pengobatan prolaktinoma karena mempunyai track record yang panjang dan dari segi
keamanan. Sebagai Dopamine-Agonis, obat ini mengurangi sintesis dan sekresi PRL.
Hal ini juga mengurangi laju pembelahan sel tumor dan pertumbuhan sel-sel
individual. Biasanya, BEC diberikan pada dosis awal 1,25 mg setiap malam dengan
makanan dan secara bertahap meningkat menjadi 2,5 mg dalam 1-2 minggu. Efek
samping yang umum termasuk mual, hidung tersumbat, dan pusing terkait dengan
hipotensi ortostatik termasuk vasospasme dalam sirkulasi perifer dan psikosis.
Normalisasi tingkat PRL terjadi pada 85-90% dari semua pasien dengan prolaktinoma.
Obat lain yang biasa digunakan adalah Cabergoline, obat ini biasanya lebih
baik ditoleransi daripada BEC, dan profil kemanjurannya lebih unggul daripada BEC.
Dosis awal yang biasa digunakan adalah 0,25 mg selama 2 minggu dan dosis
maksimal 1 mg selama dua minggu. Beberapa studi menunjukkan Cabergolin
tampaknya lebih efektif dalam menurunkan kadar prolaktin dan memulihkan ovulasi.
Hingga 70% dari pasien yang tidak menanggapi BEC menanggapi cabergoline. Satu-
satunya masalah adalah biaya. Dopamine-agonist withdrawal trial dapat dilakukan

iv
setelah 2 tahun pengobatan pada pasien yang memiliki prolaktin serum normal dan
penurunan yang signifikan (> 50%) dalam volume tumor.
B. Operasi
Kebanyakan prolaktinoma secara medis responsif terhadap terapi dopamin
agonis. Kurang dari 10% pasien dengan prolaktinoma tidak menanggapi pengobatan
tersebut. Resistensi dopamin agonist- terdiri dari kegagalan untuk mencapai tingkat
prolaktin normal pada dosis maksimal bersama dengan kegagalan untuk mencapai
pengurangan 50% dalam ukuran tumor.
Operasi trans-sphenoidal dapat dipertimbangkan untuk mereka yang tidak
mentolerir setiap obat atau gejala yang tidak menanggapi pengobatan. Tingkat
kesembuhan jangka panjang operasi berdasarkan kadar normal prolaktin adalah 60%
untuk microprolactinomas.
C. Terapi Radiasi
Terapi dengan radiasi jarang dilakukan, terapi radiasi digunakan jika terapi
medis dan operasi gagal untuk mengurangi kadar prolaktin. Tingkat normalisasi kadar
prolactin dari terapi radiasi konvensional maupun radiasi stereotactic tidak lebih dari
30% , dan terapi ini memiliki komplikasi jangka panjang seperti hipopituitarisme
(sampai 50% setelah 10-20 tahun), kerusakan saraf optik, kerusakan kognitif, dan
keganasan otak akibat radiasi.

2.9 Komplikasi11
1. Gangguan penglihatan
Defek lapang pandang berupa bilateral hemianopia. Kondisi ini biasanya terjadi pada
pasien yang tidak diterapi sehingga akan menekan chiasma optikum. Kemungkinan
terjadinya komplikasi ini tinggi. Pemberian dopamin agonist sedini mungkin akan
menimbulkan perbaikan yang cepat.
2. Diabetes insipidus
Operasi trans-sphenoidal menyebabkan kegagalan pituitari anterior dan atau diabetes
insipidus sehingga memerlukan pengganti hormon permanen khususnya pada kasus
invasive macroprolactinoma. Kemungkinan terjadinya komplikasi ini tinggi.
3. Hipopituitari
Penggunaan radioterapi pada pituitari dapat menyebabkan hipopituitari. Kemungkinan
terjadinya 50% setelah 10-20 tahun. Kemungkinan terjadinya komplikasi ini tinggi.
4. Penyakit jantung valvular
iv
Pemberian cabergoline dalam dosis tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung
valvular. Cabergoline biasanya digunakan dalam terapi prolaktinoma dengan dosis
yang rendah. Saat ini studi tentang hubungan cabergoline dengan prolaktinoma masih
terbatas. Tetapi, pasien harus menerima dosis efikasi terendah untuk durasi yang
singkat. Pada pemberian cabergoline dosis sedang dan tinggi perlu pengawasan
dengan echocardiographic. Kemungkinan terjadinya komplikasi ini rendah.
5. Pituitary apoplexy
Pasien menunjukkan gejala akut meliputi sakit kepala berat, muntah, gangguan
penglihatan, ocular palsy yang berhubungan dengan pendarahan atau iskemik infark
dari prolaktinoma pituitari yang luas (pituitary apoplexy). Pasien dengan apoplexy
dirujuk untuk operasi trans sphenoidal. Pasien dengan apoplexy dari prolaktinoma
dengan gejala ringan dan tanpa gangguan penglihatan dapat diterapi dengan dopamine
agonist dan terapi suportif. Kemungkinan terjadinya komplikasi ini rendah.
6. CSF leakage
Rhinorrehoea terjadi sebagai gejala dari macroprolaktinoma invasive yang luas atau
selama pengobatan dengan dopamine agonist dosis tinggi. Komplikasi ini memerlukan
surgical intervention untuk mengurangi risiko bacterial meningitis. Kemungkinan
terjadinya komplikasi ini rendah.

2.10 Prognosis9,11
Pasien dengan mikroprolaktinoma umumnya memiliki prognosis yang sangat baik.
Dalam hingga 95% dari pasien, tumor ini tidak memperbesar selama periode follow-up 4
sampai 6 tahun. Pasien-pasien ini umumnya membaik untuk waktu yang lama pada terapi
penekanan dengan DA agonis. Penyakit jinak ini mengikuti peningkatan progresifnya.
sementara diobati secara medis. Sejak diperkenalkan bromokriptin pada tahun 1970an ke
dalam pengobatan prolaktinoma, kondisi ini telah berubah dan prognosis membaik.

iv
BAB III
KESIMPULAN

Prolaktinoma adalah tumor jinak (noncancerous) dari kelenjar pituitari yang


menghasilkan hormon yang disebut prolaktin . Prolaktinoma (adenoma laktotrof) merupakan
adenoma hipofisis hiperfungsional merupakan jenis yang paling umum dari tumor hipofisis .
Gejala paling menonjol adanya peningkatan jumlah prolaktin dalam darah yang disebut
hyperprolatinemi akibat tekanan tumor terhadap jaringan di sekitarnya. Berdasarkan ukuran
dapat diklasifikasikan menjadi mikroadenoma dengan ukuran (diameter <1cm) dan
makroadenoma dengan ukuran (diameter >1cm) atau lebih.
Prolaktinoma dapat menimbulkan manifestasi klinis pada wanita seperti amenorea,
infertilitas, sensasi panas pada vagina, galaktorea, pusing, gangguan penglihatan, sedangkan
pada laki-laki meliputi pusing, gangguan penglihatan, disfungsi ereksi, infertilitas,penurunan
libido, galaktorea. Diagnosis dari prolaktinoma dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologis. Diagnosis banding
dari prolaktinoma adalah hipotiroidisme, polycystic ovary disease dan pituitari
makroadenoma. Pengobatan pada prolaktinoma diindikasikan jika terdapat efek yang
signifikan dari hiperprolaktinemia yaitu dengan pemberian dopamine-agonis seperti
bromocriptine (BEC) dan cabergoline. Operasi trans-sphenoidal dapat dipertimbangkan untuk
mereka yang tidak mentolerir setiap obat atau gejala yang tidak menanggapi pengobatan.
Terapi dengan radiasi jarang dilakukan, terapi radiasi digunakan jika terapi medis dan operasi
gagal untuk mengurangi kadar prolaktin. Komplikasi yang dapat terjadi pada prolaktinoma
yaitu gangguan penglihatan, diabetes insipidus, hipopituitari, penyakit jantung valvular,
pituitary apoplexy, csf leakage. Pasien dengan mikroprolaktinoma umumnya memiliki
prognosis yang sangat baik sedangkan dengan makroprolaktinoma memiliki prognosis yang
bervariasi.

iv
GAMBAR11

MRI-Gadolinium : menunjukkan adenoma


makro pituitary besar pada pria berusia 45
tahun hiperprolaktinemia

MRI yang disempurnakan Gadolinium menunjukkan


mikroprolaktinoma hipofisis 1,2 mm sisi kiri

iv
MRI-Gadolinium (coronal) menunjukkan macroprolactinoma hipofisis 40 mm dalam (41
tahun) sebelum (A) dan setelah (B) perawatan 2 bulan dengan cabergoline

MRI - Gadolinium (potongan sagital) menunjukkan macroprolactinoma pituitary 40 mm (41


tahun) sebelum pengobatan (A) dan setelah (B) perawatan 2 bulan dengan cabergoline

iv
DAFTAR PUSTAKA

1. M. Kars, O.M. Dekkers A.M. Pereira , J.A. Romijn. Update in Prolactinomas.


Netherlands The Journal of Medicine. March 2010:68
2. Robbins SL, Cotran RS. Dasar patologis penyakit. Edisi 7. Jakarta: EGC; 2010.
3. Klibanski, A. Prolactinomas. N Engl J Med. 2013;362:1219-26.
4. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC;
2014.
5. Hoffman AR, Shlomo M, Janet S. The hormone foundation’s patient guide to
hyperprolactinemia diagnosis and treatment. The hormone foundation’s. 2011.
Downloaded from https://academic.oup.com/jcem/article-abstract/96/2/35A/2709499 by
guest on 24 January 2018.
6. Velkeniers B, Hooghe-Peters EL. From prolactin cell to prolactinoma: implications of
ontogenic mechanisms in diagnosis and management. 1998; 5:27-36. Diakses dari:
http://erc.endocrinology-journals.org/content/5/1/27.full.pdf Diakses pada 27 Januari
2017.
7. Guyton AC. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Edisi III. Jakarta: EGC; 1990.
8. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2012.
9. Drug & Diseases. Prolactinoma Treatment and Management. emedicine.medscape.com
diakses tanggal 27 Januari 2017
10. Setiati S. Idrus A. Aru WS. Marcellus S. Bambang S. Ari FS. (Editor). Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jilid II. Edisi VI. Jakarta: InternaPublisihing; 2014.
11. Zadrozna-Sliwka B, Bolanowski M, Jawiarczyk A, et al. The role of cyclase activating
(CAP) and cyclase inhibiting (CIP) parathormone fractions in the assessment of bone
metabolism disturbances in women with hyperprolactinemia of various origin. Neuro
Endocrinol Lett. 2008 Feb. 29(1):178-84.

iv

Anda mungkin juga menyukai