Anda di halaman 1dari 12

ISI LAPORAN

A. Tujuan :
1. Untuk menguji ada tidaknya bilirubin pada urin
2. Untuk menguji ada tidaknya urobilinogen pada urin

B. Landasan Teori :
Bilirubin berasal dari pemecahan hemoglobin yang terjadi dalam sel-sel RES dan sel-sel
poligonal hati. Bilirubin yang terbentuk tidak larut dalam plasma, oleh karena itu untuk
memungkinkan terjadinya transportasi ke dalam hepar maka pigmen tersebut berikatan dengan
protein plasma terutama albumin. Bilirubin yang berasal dari sel-sel RES dilepas kedalam
peredaran darah untuk kemudian memasuki hepar. Bilirubin merupakan produk yang bersifat
toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degradasi
hemoglobin darah dan sebagian lagi dari heme bebas atau proses eritropoesis yang tidak efektif.
Pembentukan bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta
beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas.

Pembentukan bilirubin pada keadaan fisiologis, sebanding dengan masa hidup eritrosit
manusia sekitar 120 hari, dimana diperhitungkan hemoglobin yang turut lisis sekitar 6 gr per hari.
Sel-sel eritrosit tua dikeluarkan dari sirkulasi dan dihancurkan oleh limpa. Apoprotein dari
hemoglobin dihidrolisis menjadi komponen asam-asam aminonya. Katabolisme heme dari semua
hemeprotein terjadi dalam fraksi mikrosom sel retikuloendotel oleh sistem enzim yang kompleks
yaitu heme oksigenase yang merupakan enzim dari keluarga besar sitokrom P450. Langkah awal
pemecahan gugus heme ialah pemutusan jembatan α metena membentuk biliverdin, suatu
tetrapirol linier. Besi mengalami beberapa kali reaksi reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini
memerlukan oksigen dan NADPH. Pada akhir reaksi dibebaskan Fe3+ yang dapat digunakan
kembali, karbon monoksida yang berasal dari atom karbon jembatan metena dan biliverdin.
Biliverdin, suatu pigmen berwarna hijau akan direduksi oleh biliverdin reduktase yang
menggunakan NADPH sehingga rantai metenil menjadi rantai metilen antara cincin pirol III – IV
dan membentuk pigmen berwarna kuning yaitu bilirubin. Perubahan warna pada memar
merupakan petunjuk reaksi degradasi ini.

REKA KHAIRIAWAN REZKI | 1608260085


Bilirubin bersifat lebih sukar larut dalam air dibandingkan dengan biliverdin. Dalam
setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg bilirubin dan tiap hari dibentuk sekitar
250–350 mg pada seorang dewasa, berasal dari pemecahan hemoglobin, proses eritropoetik yang
tidak efekif dan pemecahan hemeprotein lainnya. Bilirubin dari jaringan retikuloendotel adalah
bentuk yang sedikit larut dalam plasma dan air. Bilirubin ini akan di ikat nonkovalen dan diangkut
oleh albumin ke hepar. Dalam 100 ml plasma hanya lebih kurang 25 mg bilirubin yang dapat diikat
kuat pada albumin. Bilirubin yang melebihi jumlah ini hanya terikat longgar hingga mudah lepas
dan berdifusi ke jaringan. Bilirubin yang sampai dihati akan dilepas dari albumin dan diambil pada
permukaan sinusoid hepatosit oleh suatu protein pembawa yaitu ligandin. Sistem transport
difasilitasi ini mempunyai kapasitas yang sangat besar tetapi penggambilan bilirubin akan
tergantung pada kelancaran proses yang akan dilewati bilirubin berikutnya. Bilirubin nonpolar
akan menetap dalam sel jika tidak diubah menjadi bentuk larut. Hepatosit akan mengubah bilirubin
menjadi bentuk larut yang dapat diekskresikan dengan mudah kedalam kandung empedu. Proses
perubahan tersebut melibatkan asam glukoronat yang dikonjugasikan dengan bilirubin, dikatalisis
oleh enzim bilirubin glukoronosiltransferase. Hati mengandung sedikitnya dua isoform enzym
glukoronosiltransferase yang terdapat terutama pada retikulum endoplasma. Reaksi konjugasi ini
berlangsung dua tahap, memerlukan UDP asam glukoronat sebagai donor glukoronat. Tahap
pertama akan membentuk bilirubin monoglukoronida sebagai senyawa antara yang kemudian
dikonversi menjadi bilirubin diglukoronida yang larut pada tahap kedua.

Bila eritrosit telah hidup melampaui masa hidupnya selama rata-rata 120 hari maka
membrannya akan pecah dan hemoglobin yang dikeluarkan di fagositosis oleh sel Retikulo
Endotel System (RES) diseluruh tubuh. Hemoglobin pertama-tama dipecah menjadi heme dan
globin, lingkaran protoporfirin terbuka, Fe dilepaskan untuk diikat menjadi transferin, kemudian
berubah menjadi biliverdin dan direduksi menjadi bilirubin. Fe yang dilepaskan diikat oleh protein
dalam jaringan dan beredar dalam darah sebagai Iron Binding Protein Capacity. Rantai globin
sebagian akan dipecah menjadi asam-asam amino yang disimpan dalam Body Fool of Amino Acid,
sebagian tetap dalam bentuk rantai globin yang akan lagi digunakan untuk membentuk hemoglobin
baru. Bilirubin yang dilepaskan kedalam darah sebagian besar terikat dengan albumin, sebagian
kecil terikat dengan α-globulin dan dibawa ke hati. Bilirubin yang terikat dengan protein ini disebut
prebilirubin atau Unconjugated bilirubin.

REKA KHAIRIAWAN REZKI | 1608260085


Di dalam sel hati (hepatosit), bilirubin diikat oleh 2 protein intraseluler utama dalam
sitoplasma, protein sitosolik Y (misalnya, ligandin atau glutathione Stransferase B) dan protein
sitosolik z (dikenal juga sebagai fatty acid–binding protein). Didalam hati bilirubin dilepaskan dari
albumin dan selanjutnya mengalami konjugasi dengan Asam glukoronat membentuk ester
Bilirubin monoglukoronat atau Bilirubin diglukoronat (BDG) yang dikenal dengan nama
Conjugated Bilirubin (CB).

Proses ini berlangsung karena pengaruh enzim Urindhyn di-Phosphate Glukoronil


Transferase (UDPG). CB ini bersifat sangat mudah larut di air dan merupakan pigmen utama dari
empedu. Bilirubin dikonjugasi (CB) disekresikan ke dalam saluran empedu dan melewati usus.
Ketika direct bilirubin (CB) ini sampai di usus besar / kolon oleh bakteri - bakteri usus direduksi
menjadi urobilinogen dimana sebagian urobilinogen tersebut direabsorpsi melalui mukosa usus
masuk dalam darah. Sebagian zat ini diekskresi oleh hati dan kembali masuk kedalam usus
kemudian sekitar 5 % diekskresi oleh ginjal melalui urine. Setelah urine tersebut kena udara maka
urobilinogen teroksidasi menjadi Urobilin sedangkan pada faeces sterkobilinogen teroksidasi
menjadi sterkobilin.

REKA KHAIRIAWAN REZKI | 1608260085


Secara normal, bilirubin tidak dijumpai di urin. Bilirubin terbentuk dari penguraian
hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat bilirubin berkonjugasi dan diekskresi dalam bentuk
empedu. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut dalam air dan diekskresikan ke dalam
urin jika terjadi peningkatan kadar di serum. Bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin indirek) bersifat
larut dalam lemak, sehingga tidak dapat diekskresikan ke dalam urin. Bilirubin adalah suatu
pigmen empedu yang diproduksi oleh sel – sel hepar bersama dengan garam empedu sebagai cairan
empedu.dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana
asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene
diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.
Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan hasil positif dan keadaan ini menunjukkan
kelainan hati atau saluran empedu. hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat
mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi
bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.

C. Alat dan Bahan yang Digunakan :

a. Alat :
o Pipet mohr 10 ml (2 pieces)
o Pipet tetes (2 pieces)
o Vortex Machine
o Tabung Reaksi (6 pieces) + Rak (2 pieces)
o UV light
o Corong (2 pieces)
o Gelas ukur 10 ml (2 pieces)
o Urine pot
b. Bahan :
o Reagent Schlesinger (Zinc acetate jenuh dalam alcohol 95%)
o Lugol
o 1% iodium
o Urin A dan Urin B (masing-masing 1 pot)
o Reagent Standart Cholestrol

REKA KHAIRIAWAN REZKI | 1608260085


o Serum
o Aquadest

D. Cara Kerja
a. Siapkan 6 tabung reaksi, dan beri label untuk 3 tabung reaksi 1A, 2A, 3A. Dan
untuk 3 tabung reaksi berikutnya 1B, 2B, 3B.
b. Urin yang di uji : Urin A dan Urin B.
a. Tabung 1A dan Tabung 1B : 2,5 ml urin + iodium 1% sebanyak 5 tetes
melalui dinding tabung (amati hasilnya), jika terbentuk 2 lapisan cincin dan
diatasnya berwarna hijau maka positif urin mengandung urobilin
b. Tabung 2A dan Tabung 2B : 2,5 ml urin + lugol sebanyak 5 tetes melalui
dinding tabung (amati hasilnya), jika terbentuk 2 lapisan cincin dan
diatasnya berwarna hijau maka positif urin mengandung urobilin
c. Tabung 3A dan Tabung 3B : 3 ml urin + lugol sebanyak 3 tetes tanpa
dimiringkan diaduk hingga merata. Didiamkan selama 5 menit, kemudian
tambahkan 3 ml Schlesinger lalu diaduk. Kemudian disaring. Amati hasilnya
dibawah UV light. Jika terdapat fluoresensi hijau maka hasil positif
d.
E. Hasil Pengamatan

No Tabung Keterangan
Terdapat cincin namun tidak terdapat
1 1A
warna hijau diatasnya
Terdapat cincin dan terdapat warna hijau
2 1B
diatasnya
Terdapat cincin namun tidak terdapat
3 2A
warna hijau diatasnya
Terdapat cincin namun tidak terdapat
4 2B
warna hijau diatasnya
5 3A Tidak terdapat fluoresensi hijau
6 3B Terdapat fluoresensi hijau

REKA KHAIRIAWAN REZKI | 1608260085


F. Kesimpulan
Dari percobaan yang sudah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a. Tabung 1A hasilnya negative urobilin karena walaupun terdapat cincin berwarna
kuning namun tidak terdapat warna hijau diatasnya.
b. Tabung 1B hasilnya positif urobilin karena terdapat cincin berwarna kuning dan
terdapat warna hijau diatasnya.
c. Tabung 2A hasilnya negative urobilin karena walaupun terdapat cincin berwarna
kuning namun tidak terdapat warna hijau diatasnya.
d. Tabung 2B hasilnya positif urobilin karena walaupun terdapat cincin berwarna
kuning namun tidak terdapat warna hijau diatasnya.
e. Tabung 3A hasilnya negative urobilin karena setelah dituangkan di kertas saring dan
di sinari dengan UV light tidak terdapat fluoresensi hijau.
f. Tabung 3B hasilnya positif urobilin karena setelah dituangkan di kertas saring dan di
sinari dengan UV light terdapat fluoresensi hijau.

REKA KHAIRIAWAN REZKI | 1608260085


REFERENSI

Harjasasmita, 1996, Ikhtisar Biokimia Dasar B, Jakarta, FK UI


Toha, 2001, Biokimia, Metabolisme Biomolekul, Bandung, Alfabeta
Poedjiadi, Supriyanti, 2007, Dasr-Dasar Biokimia, Bandung, UI Press
Depkes, 1991, Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium

REKA KHAIRIAWAN REZKI | 1608260085


Lampiran 1 :
Foto Alat dan Bahan

Lugol, iodium 1%, Reagen Schlesinger Urine

Vortex Rak dan tabung reaksi

REKA KHAIRIAWAN REZKI | 1608260085


Lampiran 2 :
Hasil Pengamatan

REKA KHAIRIAWAN REZKI | 1608260085


Lampiran 3 :
Laporan Sementara

REKA KHAIRIAWAN REZKI | 1608260085


REKA KHAIRIAWAN REZKI | 1608260085
Hasil Pretest

REKA KHAIRIAWAN REZKI | 1608260085

Anda mungkin juga menyukai