Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Mine Drainage
Merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah penambangan. Hal ini umumnya
dilakukan untuk penanganan air tanah dan air yang berasal dari sumber air permukaan.
Beberapa metode penyaliran Mine drainage :
Metode Siemens : Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan dibuat lubang bor
kemudian ke dalam lubang bor dimaksukkan pipa dan disetiap bawah pipa tersebut diberi
lubang-lubang. Bagian ujung ini masuk ke dalam lapisan akuifer, sehingga air tanah
terkumpul pada bagian ini dan selanjutnya dipompa ke atas dan dibuang ke luar daerah
penambangan.
Metode Siemens
Metode Pemompaan Dalam (Deep Well Pump). Metode ini digunakan untuk material
yang mempunyai permeabilitas rendah dan jenjang tinggi. Dalam metode ini dibuat
lubang bor kemudian dimasukkan pompa ke dalam lubang bor dan pompa akan bekerja
secara otomatis jika tercelup air. Kedalaman lubang bor 50 meter sampai 60 meter.
Metode Elektro Osmosis. Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda. Bilamana
elemen-elemen dialiri arus listrik maka air akan terurai, H+ pada katoda (disumur besar)
dinetralisir menjadi air dan terkumpul pada sumur lalu dihisap dengan pompa.
2. Mine Dewatering
Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah penambangan.
Upaya ini terutama untuk menangani air yang berasal dari air hujan. Beberapa metode
penyaliran mine dewatering adalah sebagai berikut :
Sistem Kolam Terbuka. Sistem ini diterapkan untuk membuang air yang telah masuk ke
daerah penambangan. Air dikumpulkan pada sumur (sump), kemudian dipompa keluar
dan pemasangan jumlah pompa tergantung kedalaman penggalian.
Cara Paritan. Penyaliran dengan cara paritan ini merupakan cara yang paling mudah,
yaitu dengan pembuatan paritan (saluran) pada lokasi penambangan. Pembuatan parit ini
bertujuan untuk menampung air limpasan yang menuju lokasi penambangan. Air
limpasan akan masuk ke saluran-saluran yang kemudian di alirkan ke suatu kolam
penampung atau dibuang langsung ke tempat pembuangan dengan memanfaatkan gaya
gravitasi.
Sistem Adit. Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang terbuka
yang mempunyai banyak jenjang. Saluran horisontal yang dibuat dari tempat kerja
menembus ke shaft yang dibuat di sisi bukit untuk pembuangan air yang masuk ke dalam
tempat kerja. Pembuangan dengan sistem ini biasanya mahal, disebabkan oleh biaya
pembuatan saluran horisontal tersebut dan shaft.
Sistem Adit
II.2 Penyaliran Pada Tambang Bawah Tanah
Penanganan masalah air pada tambang bawah tanah umumnya dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut :
1. Dengan “Tunnel” (Terowongan). Penyaliran dengan cara ini adalah dengan membuat
“tunnel” atau “adit” bila topografi daerahnya memungkinkan, dimana terowongan atau
“adit” ini dibuat sebagai level pengeringan tersendiri untuk mengeluarkan air tambang
bawah tanah. Cara ini relatif murah dan ekonomis bila dibandingkan dengan sistem
penyaliran menggunakan cara pemompaan air ke luar tambang.
2. Dengan Pemompaan. Penyaliran tambang bawah tanah dengan sistem pemompaan adalah
untuk mengeluarkan air yang terkumpul pada dasar “shaf” atau sumuran bawah tanah yang
sengaja dibuat untuk menampung air dari permukaan maupun air rembesan air bawah
tanah.
1. Permeabilitas
Rencana kemajuan tambang nantinya akan mempengaruhi pola alir saluran yang akan
dibuat, sehingga saluran tersebut menjadi efektif dan tidak menghambat sistem kerja yang
ada.
3. Curah Hujan
Sumber utama air yang masuk ke lokasi penambangan adalah air hujan, sehingga besar
kecilnya curah hujan yang terjadi di sekitar lokasi penambangan akan mempengaruhi banyak
sedikitnya air tambang yang harus dikendalikan. Data curah hujan biasanya disajikan dalam
data curah hujan harian, bulanan, dan tahunan yang dapat berupa grafik atau tabel. Analisa
curah hujan dilakukan dengan menggunakan Metode Gumbel yang dilakukan dengan
mengambil data curah hujan bulanan yang ada, kemudian ambil curah hujan maksimum
setiap bulannya dari data tersebut, untuk sampel dapat dibatasi jumlahnya sebanyak data.
Dengan menggunakan Distribusi Gumbel curah hujan rencana untuk periode ulang tertentu
dapat ditentukan. Periode ulang merupakan suatu kurun waktu dimana curah hujan rencana
tersebut diperkirakan berlangsung sekali. Penentuan curah hujan rencana untuk periode
ulang tertentu berdasarkan Distribusi Gumbel. Untuk itu data curah hujan harus diolah
terlebih dahulu menggunakan kaidah statistik mengingat kumpulan data adalah kumpulan
yang tidak tergantung satu sama lain, maka untuk proses pengolahannya digunakan analisis
regresi metode statistik.
Keterangan :
Sarana tambang 2- 5
Keterangan:
Untuk menghitung koreksi simpangan (reduced standar deviation) ditentukan dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan:
Yn = Koreksi rata-rata
YN = Nilai rata-rata Yn
n = Jumlah data
Dari hasil perhitungan diperoleh suatu debit rencana dalam satuan mm/hari, yang
kemudian debit ini bisa dibagi dalam perencanaan penyaliran. Selain itu juga harus
diperhatikan resiko hidrologi (PR) yang mungkin terjadi, resiko hidrologi merupakan angka
dimana kemungkinan hujan dengan debit yang sama besar angka tersebut, misalnya 0,4
maka kemungkinan hujan dengan debit yang sama atau melampaui adalah sebesar 40%.
Resiko hidrologi dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
PR = Resiko hidrologi
TR = Periode ulang
TL = Umur bangunan
Besarnya intensitas hujan yang kemungkinan terjadi dalam kurun waktu tertentu
dihitung berdasarkan persamaan Mononobe, yaitu :
Keterangan :
Hubungan antara derajat curah hujan dan intensitas curah hujan dapat dilihat pada
tabel
(mm/menit)