Anda di halaman 1dari 16

ASPEK HUKUM DAN INTEGRITAS ANTI KORUPSI DALAM

PEMBANGUNAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Proses Kegiatan yang dilakukan oleh manusia bertolak pada salah satu prasarana
penunjang dalam hal komponen fisik bangunan untuk dapat mengerjakan serta
mengembangkan berbagai usahanya. Hingga saat ini kita dapat melihat bahwa pembangunan
disegala bidang sedang giat-giatnya dilaksanakan baik proyek fisik berupa gedung, rumah, dsb
maupun berupa nonfisik berupa fasilitas-fasilitas umum. Dari pelaksanaan proyek tersebut
banyak tujuan (Goal Setting) yang dapat dicapai, namun harus kita akui juga, bahwa ada
banyak proyek-proyek yang tidak berhasil bahkan gagal sama sekali. Kegagalan suatu proyek
dapat dilihat dengan adanya proyek-proyek yang terlambat penyelesaiannya baik ditinjau dari
segi waktu (time), biaya (Cost), dan mutu hasil pengerjaan (Quality Project), atau dalam hal
lain dikarenakan tidak berfungsinya suatu bangunan sebagaimana awalnya perencanaannya
(baik karena perubahan lingkungan, orang-orang yang terlibat, dsb), dan juga buruknya
bangunan yang rusak dalam waktu yang relatif singkat (tidak mencapai umur rencana) setelah
proyek selesai dikerjakan, hal ini tentunya memberi dampak pada pemborosan dana
pembangunan.

Tingkat keberhasilan ataupun kegagalan suatu proyek akan banyak ditentukan oleh
pihak-pihak yang terkait secara tidak langsung (Dalam hal ini bisa pemilik proyek, badan
swasta, dan pemerintah) maupun secara langsung yang dalam hal ini, yaitu Penyedia barang
dan jasa (Kontraktor Pelaksana, Konsultan perencana, Konsultan pengawas) dalam suatu
siklus/ tahapan manajemen meliputi Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing),
Pengisian staff (Staffing), pengarahan (Directing), pelaksanaan, pengendalian (controling),
dan pengawasan (supervising).

Proses pelaksanaan suatu proyek perlu melihat pada bagaimana suatu proyek
pembangunan tersebut dapat dikerjakan secara efektif dan efisien dalam pencapaian suatu
kebutuhan. Pengerjaan secara efektif dimaksudkan bahwa perlu adanya pengaktifan
semaksimal mungkin sumber daya yang ada (bahan, peralatan, material, dan pekerja), dan
efisien dimaksudkan untuk meminimalkan segala biaya yang diperlukan untuk suatu proyek.
ASPEK HUKUM DAN INTEGRITAS ANTI KORUPSI DALAM
PEMBANGUNAN

2. Rumusan Masalah
Bertolak dari permasalahan yang terjadi diatas, maka kami menyadari perlu
untuk mengindentifikasi masalah yang ada. Secara garis besar pokok pembahasan yang
dimasukkan dalam rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
 Apa penyebab terjadinya langganan pemenang, tender arisan, tender dengan tekanan
serta kelemahan dan kebaikannya.
 Bagaimana cara menghilangkan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) pada
suatu proses pelelangan.

3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini
adalah mengetahui pelaksanaan pengadaan barang dan jasa konstruksi sesuai prosedur
hukum.
ASPEK HUKUM DAN INTEGRITAS ANTI KORUPSI DALAM
PEMBANGUNAN

BAB II

ISI
Secara garis besar proses ini dapat berjalan dengan baik, jika pihak pelaksana proyek
dapat memaksimalkan segala perihal yang mendukung pengerjaan tersebut, serta adanya
hubungan kerja yang baik dengan fungsi-fungsi kerja yang lain. Pelaksanaan suatu proyek
selalu didasari pada suatu kontrak kerja. dimana sebelumnya suatu suatu proses Pra kontrak.
Kegiatan pra kontrak meliputi segala proses persiapan dan pelaksanaan pengadaan jasa
konstruksi (Tender) baik melalui Pelelangan umum dan pelelangan terbatas.

Globalisasi perdagangan bebas telah mengkaitkan, bahwa setiap kegiatan yang menjadi
komoditi transaksi dalam perdagangan antar individu, antar regional dan antar negara harus
menggunakan standar mutu, baik standar mutu produk, standar sistem, standar proses maupun
standar keselamatan, standar kesehatan, standar keamanan, standar lingkungan dan lain-
lainnya. Yang harus diatur dan ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan nasional yang
mengacu pada standar internasional yang ada. Komoditi produk yang diperdagangkan harus
mencapai standar mutu yang telah disepakati bersama oleh semua pihak dan masyarakat dunia.
Barang siapa yang tidak mampu memenuhi standar mutu tersebut tidak akan mampu bersaing,
bahkan tidak akan dibeli orang.

Globalisasi perdagangan ini telah melanda semua sektor, baik sektor produk barang
maupun produk jasa. Tak ketinggalan produk jasa pelayanan konsultan yang dihasilkan atas
dasar interaksi penggunaan pikiran manusia (man braind) sebagai output yang dihasilkan dari
sekelompok orang yang menghasilkan produk jasa konsultan tersebut. Untuk mencapai mutu
produk jasa konsultan yang mampu memuaskan pelanggan, maka setiap badan usaha konsultan
dituntut untuk memiliki kemampuan kompetitif yang berdasarkan pada paradigma sebagai
berikut

1. Pencapaian tingkat harapan pelanggan yang menyangkut kinerja (performance) konsultan,


2. Peningkatan efisiensi dalam pesaingan (competitifness) diantara para konsultan,
3. Manajemen badan usaha konsultan yang harus bersifat progresif fleksibel,
4. Berorientasi pada kemampuan kompetisi (competitifness oriented), bukan profit oriented.
ASPEK HUKUM DAN INTEGRITAS ANTI KORUPSI DALAM
PEMBANGUNAN

Peningkatan kinerja konsultan yang secara terus menerus pada zaman kini merupakan
tantangan, mengingat jumlah badan usaha konsultan yang mengikuti persaingan untuk
mendapatkan pekerjaan semakin banyak pula. Dituntut setiap konsultan harus mampu
menekan biaya seefeisien mungkin, sehingga mampu memberikan penawaran harga yang
bersaing, tetapi tetap memberikan jasa sesuai standar, spesifikasi teknis dan harapan pelanggan
yang telah ditetapkan.

Memperhatikan kondisi yang menuju efisiensi tersebut, maka setiap badan usaha
harus mengubah orientasinya dalam kemampuan bersaing (competitifness oriented) dengan
pandai-pandai memanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin. Tidak lagi berorientasi
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya (profit oeriented) yang bakal menjadikan
kalah bersaing, sehingga selalu menemui kesulitan untuk memperoleh pekerjaan. Setiap pelaku
usaha jasa konsultan harus mencermati kondisi akibat globalisasi ini.

Jasa konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis dalam pencapaian berbagai
sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional, di mana pembangunan
nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan
spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk itu, dirasakan perlu
pengaturan secara rinci dan jelas mengenai jasa konstruksi, yang kemudian dituangkan dalam
di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (UU Jasa
Konstruksi).
ASPEK HUKUM DAN INTEGRITAS ANTI KORUPSI DALAM
PEMBANGUNAN

1. Jasa Konstruksi Secara Umum

Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan
jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan
konstruksi. Para pihak dalam suatu pekerjaan konstruksi terdiri dari pengguna jasa dan
penyedia jasa. Pengguna jasa dan penyedia jasa dapat merupakan orang perseorangan atau
badan usaha baik yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan berbentuk badan hukum.
Penyedia jasa konstruksi yang merupakan perseorangan hanya dapat melaksanakan pekerjaan
konstruksi yang berisiko kecil, yang berteknologi sederhana, dan yang berbiaya kecil.
Sedangkan pekerjaan konstruksi yang berisiko besar dan/atau yang berteknologi tinggi
dan/atau yang berbiaya besar hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang berbentuk
perseroan terbatas atau badan usaha asing yang dipersamakan.

2. Perizinan Bagi Penyedia Jasa Konstruksi

Penyedia jasa konstruksi yang berbentuk badan usaha harus (i) memenuhi ketentuan
perizinan usaha di bidang jasa konstruksi dan (ii) memiliki sertifikat, klasifikasi, dan kualifikasi
perusahaan jasa konstruksi. Standar klasifikasi dan kualifikasi keahlian kerja adalah pengakuan
tingkat keahlian kerja setiap badan usaha baik nasional maupun asing yang bekerja di bidang
usaha jasa konstruksi. Pengakuan tersebut diperoleh melalui ujian yang dilakukan oleh
badan/lembaga yang bertugas untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. Proses untuk
mendapatkan pengakuan tersebut dilakukan melalui kegiatan registrasi, yang meliputi
klasifikasi, kualifikasi, dan sertifikasi. Dengan demikian, hanya badan usaha yang memiliki
sertifikat tersebut yang diizinkan untuk bekerja di bidang usaha jasa konstruksi.

Berkenaan dengan izin usaha jasa konstruksi, telah diatur lebih lanjut dalam Pasal 14 Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (PP
28/2000) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Perubahan atas PP 28/2000
(PP 4/2010) dan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor
369/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional.
ASPEK HUKUM DAN INTEGRITAS ANTI KORUPSI DALAM
PEMBANGUNAN

3. Pengikatan Suatu Pekerjaan Konstruksi

Pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip


persaingan yang sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan cara pelelangan umum atau
terbatas, dan dalam keadaan tertentu, penetapan penyedia jasa dapat dilakukan dengan cara
pemilihan langsung atau penunjukkan langsung. Pemilihan penyedia jasa harus
mempertimbangkan kesesuaian bidang, keseimbangan antara kemampuan dan beban kerja,
serta kinerja penyedia jasa. Badan-badan usaha yang dimilki oleh satu atau kelompok orang
yang sama atau berada pada kepengurusan yang sama tidak boleh mengikuti pelelangan untuk
satu pekerjaan konstruksi secara bersamaan. Berkenaan dengan tata cara pemilihan penyedia
jasa ini, telah diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (PP 29/2000) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun
2010 tentang Perubahan atas PP 29/2000.

4. Kontrak Kerja Konstruksi

Pengaturan hubungan kerja konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa harus
dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi. Suatu kontrak kerja konstruksi dibuat dalam bahasa
Indonesia dan dalam hal kontrak kerja konstruksi dengan pihak asing, maka dibuat dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Suatu kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup uraian mengenai (i) para
pihak; (ii) rumusan pekerjaan; (iii) masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan; (iv) tenaga
ahli; (v) hak dan kewajiban para pihak; (vi) tata cara pembayaran; (vii) cidera janji; (viii)
penyelesaian perselisihan; (ix) pemutusan kontrak kerja konstruksi; (x) keadaan memaksa
(force majeure); (xi) kegagalan bangunan; (xii) perlindungan pekerja; (xiii) aspek lingkungan.
Sehubungan dengan kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan, harus memuat
ketentuan tentang hak atas kekayaan intelektual.

Uraian mengenai rumusan pekerjaan meliputi lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu
pelaksanaan. Rincian lingkup kerja ini meliputi (a) volume pekerjaan, yakni besaran pekerjaan
yang harus dilaksanakan; (b) persyaratan administrasi, yakni prosedur yang harus dipenuhi
oleh para pihak dalam mengadakan interaksi; (c) persyaratan teknik, yakni ketentuan
ASPEK HUKUM DAN INTEGRITAS ANTI KORUPSI DALAM
PEMBANGUNAN

keteknikan yang wajib dipenuhi oleh penyedia jasa; (d) pertanggungan atau jaminan yang
merupakan bentuk perlindungan antara lain untuk pelaksanaan pekerjaan, penerimaan uang
muka, kecelakaan bagi tenaga kerja dan masyarakat; (e) laporan hasil pekerjaan konstruksi,
yakni hasil kemajuan pekerjaan yang dituangkan dalam bentuk dokumen tertulis. Sedangkan,
nilai pekerjaan yakni mencakup jumlah besaran biaya yang akan diterima oleh penyedia jasa
untuk pelaksanaan keseluruhan lingkup pekerjaan. Batasan waktu pelaksanaan adalah jangka
waktu untuk menyelesaikan keseluruhan lingkup pekerjaan termasuk masa pemeliharaan.

5. Peran Masyarakat dan Masyarakat Jasa Konstruksi

Masyarakat juga memiliki peran dalam suatu penyelenggaraan pekerjaan jasa


konstruksi, diantaranya untuk (i) melakukan pengawasan untuk mewujudkan tertib
pelaksanaan jasa konstruksi; (ii) memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang
dialami secara langsung sebagai akibat penyelenggaraan konstruksi; (iii) menjaga ketertiban
dan memenuhi ketentuan yang berlaku di bidang pelaksanaan jasa konstruksi; (iv) turut
mencegah terjadinya pekerjaan konstruksi yang membahayakan kepentingan umum.

Masyarakat jasa konstruksi merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai


kepentingan dan/atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha dan pekerjaan jasa konstruksi.
Masyarakat jasa konstruksi ini diselenggarakan melalui suatu forum jasa konstruksi yang
dilakukan oleh suatu lembaga yang independen dan mandiri. Forum ini bersifat mandiri dan
memiliki serta menjunjung tinggi kode etik profesi. Peran masyarakat jasa konstruksi ini diatur
lebih lanjut dalam PP 4/2010.

6. Peran Pemerintah

Pemerintah juga memiliki peran dalam penyelenggaraan suatu jasa konstruksi, yaitu
melakukan pembinaan jasa konstruksi dalam bentuk pengaturan, pemberdayaan, dan
pengawasan. Pengaturan yang dimaksud dilakukan dengan menerbitkan peraturan perundang-
undangan dan standar-standar teknis. Sedangkan pemberdayaan dilakukan terhadap usaha jasa
konstruksi dan masyarakat untuk menumbuhkembangkan kesadaran akan hak, kewajiban, dan
perannya dalam pelaksanaan jasa konstruksi. Selanjutnya, mengenai pengawasan, dilakukan
terhadap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi untuk menjamin terwujudnya ketertiban jasa
ASPEK HUKUM DAN INTEGRITAS ANTI KORUPSI DALAM
PEMBANGUNAN

konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pembinaan ini dapat
dilakukan bersama-sama dengan masyarakat jasa konstruksi. Pembinaan jasa konstruksi ini
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi.

7. Gugatan Masyarakat

Dalam suatu penyelenggaraan usaha jasa konstruksi, terdapat kemungkinan bahwa


masyarakat mengalami kerugian sebagai akibat dari penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
tersebut. Karena itulah, masyarakat memiliki hak mengajukan gugatan perwakilan. Yang
dimaksud dengan hak mengajukan gugatan perwakilan adalah hak kelompok kecil masyarakat
untuk bertindak mewakili masyarakat dalam jumlah besar yang dirugikan atas dasar kesamaan
permasalahan, faktor hukum dan ketentuan yang ditimbulkan karena kerugian atau gangguan
sebagai akibat dari kegiatan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

8. Sanksi

Sanksi administratif yang dapat dikenakan atas pelanggaran UU Jasa Konstruksi adalah
berupa :

(i) peringatan tertulis;


(ii) penghentian sementara pekerjaan konstruksi;
(iii) pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi;
(iv) larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi (khusus bagi pengguna
jasa);
(v) pembekuan izin usaha dan/atau profesi; dan
(vi) pencabutan izin usaha dan/atau profesi. Selain sanksi administratif tersebut,
penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenakan denda paling banyak sebesar
10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak atau pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun.
ASPEK HUKUM DAN INTEGRITAS ANTI KORUPSI DALAM
PEMBANGUNAN

Pada proses pelaksanaan pengadaan barang dan jasa konstruksi, sangat diperlukan adanya
ketertiban antara pengguna dan penyedia Barang dan jasa dalam mengikuti dan menaati
prosedur pelaksanaan suatu pelelangan. Kejadian-kejadian dalam bidang jasa konstruksi yang
terjadi dimasa sekarang memperlihatkan adanya kelemahan dan permasalahan sebelum
pelaksanaan konstruksi . Contoh kasus pada bagaimana proses pelaksanaan pengadaan barang
dan jasa konstruksi khusus pada pelelangan terbatas yang kerap kali telah menyimpang dari
prosedur, dimana terlihat adanya kecerendungan untuk melakukan praktek kecurangan,
Korupsi, Kolusi , dan Nepotisme (KKN) dalam suatu proses pelelangan,diantaranya :

o Langganan pemenang dari waktu- kewaktu.


o Tender arisan diantara peserta lelang.
o Pelaksanaan tender dengan tekanan.

A. Beberapa Pengertian Awal


Pemilik Proyek adalah Pemerintah Republik Indonesia yang diwakili Pemerintah
daerah propinsi Dati I Sulawesi Tengah.
Pemimpin Proyek adalah pejabat yang ditunjuk dengan surat keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah, yang mewakili dan bertindak untuk dan atas
nama Pemerintah daerah tingkat I, untuk mengendalikan pekerjaan yang tercantum
dalam dokumen kontrak.
Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang menggunakan berbagai sumber daya
yang dibatasi dimensi waktu dan biaya untuk mewujudkan gagasan serta tujuan yang
telah ditetapkan.
Peserta lelang adalah rekanan yang bergerak dalam bidang jasa pemborongan, yang
berhak mengikuti dan hadir pada saat pelelangan.
Rekanan adalah badan hukum yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi yang
berhak mengikuti prakualifikasi dan pelelangan.
Kontraktor adalah badan hukum yang mengajukan penawaran harga pekerjaan yang
telah ditunjuk oleh pemilik atau pemimpin proyek dan telah menandatangani kontrak
untuk melaksanakan pekerjaan.
ASPEK HUKUM DAN INTEGRITAS ANTI KORUPSI DALAM
PEMBANGUNAN

Kontrak adalah suatu perikatan yang dituangkan dalam perjanjian tertulis dan isi
kontrak telah disepakati oleh pemberi kerja dan mitra kerja, setelah ditanda tangani
merupakan hukum bagi kedua belah pihak yang menandatangani.
Dokumen kontrak adalah suatu dokumen yang memuat persyaratan-persyaratan dan
ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk melaksanakan pekerjaan yang
diperjanjikan, sesuai dengan dokumen pengadaannya.
Dokumen Pengadaan adalah suatu dokumen yang memuat persyaratan-persyaratan
dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk melaksanakan pekerjaan yang
terdiri dari :
a) Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
b) Gambar-gambar pekerjaan
c) Perubahan-perubahan RKS dan gambar-gambar pekerjaan
d) Berita acara penjelasan pekerjaan dan peninjauan lapangan berupa perubahan-
perubahannya.
Dokumen Pelelangan adalah dokumen pengadaan yang digunakan dalam suatu
pelelangan pekerjaan yang diterbitkan oleh pemilik.
Penawar adalah peserta lelang yang telah diundang oleh pemilik untuk mengajukan
penawaran berdasarkan ketentuan pelelangan yang berlaku.
Engginer’s Estimate (EE) atau Estimasi Perencanaan adalah perkiraan biaya
pekerjaan proyek / bagian proyek yang dibuat oleh perencana dan atau konsultan.
Owner’s Estimate (OE) atau estimasi pemilik adalah perkiraan biaya pekerjaan
proyek / bagian proyek yang dibuat oleh panitia yang merupakan peninjauan kembali
Engineer’s Estimate (EE) disahkan oleh pemimpin proyek.
Kolusi adalah persengkongkolan antara pihak yang kuasa dengan pihak yang
berkepentingan, atau sejenis dengan maksud saling menguntungkan, yang berakibat
merugikan negara dan / atau masyarakat.
Korupsi adalah tindak pidana menurut undang-undang nomor 3 tahun 1991 melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan dengan
menyalahgunakan wewenang, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang secara langsung atau tidak langsung dapat merugikan
keuangan negara dan atau perekonomian negara.
ASPEK HUKUM DAN INTEGRITAS ANTI KORUPSI DALAM
PEMBANGUNAN

Nepotisme adalah Kecenderungan untuk mengutamakan serta menguntungkan sanak


saudara sendiri.
Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan
pengumuman secara luas melalui media massa, media cetak, dan papan pengumuman
resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luar dunia usaha yang berminat
dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang diikuti oleh
sekurang-kurangnya lima rekanan yang tercantum dalam daftar rekanan terseleksi
(DRT) yang dipilih diantara rekanan yang tercatat dalam daftar rekanan mampu (DRM)
sesuai dengan bidang usaha atau ruang lingkupnya atau kualifikasi kemampuannya
dengan pengumuman secara luas, melalui media massa, media cetak dan papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha
dapat mengetahuinya.
Pemilihan langsung adalah pelaksanaan pengadaan barang dan jasa tanpa melalui
pelelangan umum atau pelelangan terbatas yang dilakukan dengan membandingkan
sekurang-kurangnya 3 penawar dan melakukan negoisasi, baik treknis maupun harga,
sehingga diperoleh harga yang wajar dan teknis yang dapat dipertanggungjawabkan
dari rekanan yang tercatat dalam daftar rekanan mampu (DRM), sesuai bidang usaha,
ruang lingkupnya, atau kualifikasi kemampuannya.
Pengadaan langsung adalah pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang dilakukan
diantara rekanan golongan ekonomi lemah tanpa melalui pelelangan umum atau
pelelangan terbatas atau langsung.

B. Indikator kelemahan atau permasalahan dalam proses pelelangan


Proses pelaksanaan suatu proyek konstruksi dapatlah berjalan dengan efektif bila
didukung dengan adanya suatu hubungan kerja sama (Coordinating) yang terkontrol diantara
pihak-pihak yang terlibat didalam suatu proyek. Oleh sebab itu,sebelum dilaksanakannya suatu
proyek konstruksi perlu dilakukannya proses pengadaan barang dan jasa konstruksi yang
nantinya akan bertugas didalam melaksanakan dan menyelesaikan konstruksi bangunan
dilapangan. Untuk menunjang ketepatan didalam mengambil keputusan pemenang dalam suatu
ASPEK HUKUM DAN INTEGRITAS ANTI KORUPSI DALAM
PEMBANGUNAN

pelelangan, diperlukan peninjauan secara objektif dan transparan baik dari segi kelengkapan
surat-surat maupun penawaran yang dilakukan oleh pihak penyedia barang dan jasa konstruksi.
Pada masa yang terjadi sekarang ini, kita dapat melihat bagaimana proses pelaksanaan
konstruksi yang dijalankan oleh pihak-pihak terkait. Khusus pada batasan ini kita melihat
perihal proses pelelangan yang kerap kali menjadi masalah, akibat adanya kelemahan dalam
prosedur pelaksanaan pengaadaan barang dan jasa konstruksi.

C. Rencana Mutu Proyek (RMP)


Rencana Mutu Proyek (RMP) menjadikan bagian yang amat penting dalam kegiatan
Satuan Kerja di lingkungan Departemen PU, sebagai amanat Kepmen PU No.
362/KPTS/M2004 tentang Penerapan Sistem Manajemen Mutu di Lingkungan Departemen PU
Sebagaimana yang didefinisikan dalam standar SNI 19-9000:2001, bahwa proyek adalah suatu
proses yang unik terdiri dari suatu set kegiatan yang terkoordinasi dan terkendali, mempunyai
batasan oleh waktu (dari saat awal hingga akhir) untuk mencapai suatu tujuan sesuai
persyaratan tertentu dengan pengelolaan yang sangat dipengaruhi oleh adanya kendala waktu,
biaya dan sumber daya. Dengan demikian proses penyelenggaraan proyek harus dilaksanakan
secara efektif, maka diperlukan adanya Rencana Mutu Proyek atau RMP. Dokumentasi RMP
merupakan salah satu bukti otentik yang sangat penting dalam sistem manajemen mutu
penyelenggaraan proyek.
RMP merupakan bagian yang sangat penting dalam penerapan sistem manajemen
mutu, dimana RMP dokumen perencanaan yang harus dibuat sebelum proses realisasi
penyelenggaraan proyek dengan tujuan memberikan kepastian jaminan mutu (quality
assurance) atas konsistensi proses dan produk yang akan dihasilkan. RMP tidak terlepas dari
tahapan proses pengadaan oleh Satuan Kerja pada Instansi Pengguna Jasa, yang meliputi proses
sejak dari tahap prakualifikasi, tender, penunjukkan pemenang, penandatanganan kontrak
hingga perintah mulai kerja.
Dapat dikatakan bahwa, RMP adalah dokumen yang menetapkan proses-proses sistem
manajemen mutu, termasuk proses realisasi produk dan sumber daya yang digunakan untuk
produk, proyek atau kontrak yang spesifik.
Manfaat RMP bagi Pimpinan Satuan Kerja adalah sebagai panduan untuk memantau,
mengukur dan mengendalikan kinerja penyelenggaraan proyek, disamping menjadi kerangka
ASPEK HUKUM DAN INTEGRITAS ANTI KORUPSI DALAM
PEMBANGUNAN

bagi pengendalian penyediaan sumber daya, pencapaian mutu produk sesuai spesifikasi dan
peningkatan kepuasan pelanggan dan masyarakat pengguna. RMP merupakan tolak ukur bagi
pelaksanaan proyek dalam rangka mencapai kinerja proyek setiap waktu, dan apabila selama
penyelenggaraan proyek terjadi penyimpangan akan segera diketahui secara dini, tanpa harus
menderita kecacatan produk yang baru diketahui pada saat akhir proyek yang menjadikan
pemborosan atau kerugian yang besar.
Sedangkan bagi para pelaksana di lapangan, RMP merupakan panduan selama kegiatan
proyek di lapangan agar proses tetap konsisten dalam upaya pencapaian mutu produk sesuai
kriteria keberterimaannya dan harus selalu dalam kondisi terkendali terhadap kendala waktu,
biaya dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai mutu sesuai spesifikasi dan
persyaratan yang ditetapkan. Pemeriksaan keberterimaan setiap tahapan proses harus sudah
direncanakan dalam RMP dengan maksud untuk menjamin bahwa efektifitas pencapaian
keberterimaan setiap tahapan telah sesuai sehingga menghasilkan produk bermutu tanpa cacat.
RMP harus selalu dikomunikasikan kepada semua personil yang terlibat dalam
penyelenggaraan proyek, terutama yang bertanggung jawab dalam pencapaian mutu produk di
proyek.
Dalam suatu penyelenggaraan proyek dapat terjadi keterlibatan beberapa pihak yang
berinteraksi satu sama lain bergantung pada peran penugasan masing-masing dan mereka harus
bekerja sama dengan baik dan berkesinambungan dengan kemampuan dan kompetensi masing-
masing pihak yang saling mendukung untuk menjajikan produk yang memenuhi spesifikasi.
Pengguna Jasa harus tetap mendapatkan jaminan mutu (quality assurance) sebagai pihak yang
memesan produk dan jasa dari proyek yang diselenggarakan oleh Penyedia Jasa. Penyedia Jasa
harus mampu meyakinkan Pengguna Jasa bahwa produk dan jasa yang akan diserahkan mampu
mencapai spesifikasi dan persyaratan lainnya untuk mencapai kepuasan pelanggan atau
Pengguna Jasa..
Menyusun RMP harus memperhatikan kaidah dan substansi yang dipersyaratkan dalam
sistem manajemen mutu, agar RMP tersebut dapat diterapkan sesuai dengan tujuan pencapaian
proses kerja yang konsisten untuk menghasilkan produk yang bermutu. RMP merupakan
dokumentasi perencanaan proyek yang harus menjadi suatu keputusan yang strategis Pimpinan
Satuan Kerja pada Instansi Pengguna Jasa yang menyangkut kebutuhan akan :
ASPEK HUKUM DAN INTEGRITAS ANTI KORUPSI DALAM
PEMBANGUNAN

a. Rencana pengendalian mutu setiap tahapan proses untuk mendapatkan mutu produk
yang memenuhi kepuasan pelanggan.
b. Tuntutan pengguna jasa (atasan) terhadap penyajian mutu produk melalui proses yang
terencana dan terkendali selama penyelenggaraan proyek.
c. Harapan masyarakat yang memanfaatkan hasil proyek terhadap konsistensi fungsi dan
manfaat yang sesuai keperluannya.
d. Kompetisi persaingan usaha semakin ketat, menjadikan sistem manajemen mutu
merupakan kebutuhan dalam setiap proyek jasa konstruksi.

BAB III
ASPEK HUKUM DAN INTEGRITAS ANTI KORUPSI DALAM
PEMBANGUNAN

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Proses pelaksanaan pengadaan barang jasa konstruksi dapatlah berjalan dengan
efektif bila didukung dengan adanya suatu hubungan kerja sama (Coordinating)
yang terkontrol diantara pihak-pihak yang terlibat didalam suatu proyek.
2. Proses Kegiatan yang dilakukan oleh manusia bertolak pada salah satu prasarana
penunjang dalam hal komponen fisik bangunan untuk dapat mengerjakan serta
mengembangkan berbagai usahanya.
3. RMP merupakan bagian yang sangat penting dalam penerapan sistem
manajemen mutu, dimana RMP dokumen perencanaan yang harus dibuat
sebelum proses realisasi penyelenggaraan proyek dengan tujuan memberikan
kepastian jaminan mutu (quality assurance) atas konsistensi proses dan produk
yang akan dihasilkan.

B. SARAN
Mata kuliah aspek hukum dan integritas anti korupsi dalam pembangunan
sangat membantu mahasiswa dalam mengenal dunia jasa konstuksi terutama dalam
bidang pengadaan barang dan jasa sebagai mahasiswa tentunya penulis sangat
mengharapkan adanya studi lapangan baik pada suatu institusi, lembaga maupun
proyek guna memperdalam pengetahuan dan siap bila nantinya terjun dalam dunia
jasa konstruksi.

DAFTAR PUSTAKA
ASPEK HUKUM DAN INTEGRITAS ANTI KORUPSI DALAM
PEMBANGUNAN

http://indraadnan92.blogspot.com/2011/08/aspek-hukum-dalam-
konstruksi.html diakses pada tanggal 1 oktober 2014, jam 23.30.

http://www.academia.edu/3097183/KORUPSI_MEMPENGARUHI_PEMBAN
GUNAN_EKONOMI_DI_INDONESIA diakses pada tanggal 1 oktober 2014,
jam 23.35.

http://septiantoni.files.wordpress.com/2011/07/aspek-hukum-
pembangunan4.pptx

diakses pada tanggal 1 oktober 2014, jam 23.50.

Anda mungkin juga menyukai