Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pembimbing :
Diajukan Oleh :
Disusun Oleh :
Pembimbing:
dr. Damai Suri, Sp.An ( )
Dipresentasikan di hadapan
dr. Damai Suri, Sp.An ( )
STATUS PASIEN
I. Identitas pasien
Nama : Ny. T
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Giriwodo, Jumapolo
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status : Menikah
Tanggal masuk : 23 Januari 2018
Jenis pembedahan : SC
Dokter Anestesi : dr. Damai Suri, Sp. An
Dokter Bedah : dr. Sutiyono, Sp.OG (K)
II. Anamnesis
a. A (alergy)
Tidak ada alergi terhadap obat-obatan, makanan dan asma
b. M (Medication)
Tidak sedang dalam pengobatan
c. P (Past Medical History)
Riwayat DM (-), Hipertensi (-) dan riwayat operasi (-)
d. L (Last Meal)
Pasien puasa 6 jam
e. E (Elical History)
Seorang perempuan berusia 27 tahun G1P0A0 datang dibawa oleh
keluarganya ke Ponek RSUD Karanganyar kiriman oleh dr. Sutyono
Sp.OG (K) dengan hamil aterm presbo oligohidramion yang akan di
lakukan sectio caesarea.
III. Keluhan Utama :
Hamil aterm dengan presbo oligohidramnion.
V. Anamesis Sistemik
1) Status Generalis
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Vital Sign :
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Frekuensi Nafas : 20 x/ menit
- Frekuensi Nadi : 80 x/ menit
- Suhu : 36,5 o C
d. Kepala : Normocephal (+), sklera ikterik (-),
konjungtiva anemis (-/-), dispneu (-), napas cuping hidung (-),
vulnus ekskoriasi di daerah mandibular (+)
e. Leher : Retraksi supra sternal (-), peningkatan JVP
(-), pembesaran kelenjar limfe (-)
f. Thorak
a. Paru
- Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, masa (-),
jejas (-), retraksi otot dada (-)
- Palpasi : fremitus dinding dada simetris kanan = kiri
- Perkusi : sonor
- Auskultasi: Suara dasar vesikuler, Wheezing (-/-),
Rhonki (-/-)
b. Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
- Perkusi : redup
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler,
Murmur (-), Gallop (-)
g. Ekstremitas : hangat, oedem (-), nyeri (-)
X. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium pada tanggal 23/01/2018
XI. Diagnosis
G1P0A0 hamil aterm dengan presbo oligohidramnion
XII. Terapi
Pro Sectio Saesarea Trans Peritoneal
B. Tindakan Anestesi
1. Di ruang persiapan
a. Cek persetujuan operasi dan identitas penderita
b. Pakaian pasien diganti pakaian operasi
c. Pemeriksaan tanda-tanda vital
d. Lama puasa ≥ 6 jam
e. Cek obat dan alat anestesi
f. Posisi terlentang
C. Tindakan Anestesi
1. Menyiapkan pasien di atas meja operasi dengan posisi duduk miring
ke kanan dan membungkuk.
2. Menentukan tempat tusukan dari perpotongan garis yang
menghubungkan kedua krista iliaka dengan tulang punggung, yaitu
L4 atau L4-L5.
3. Mensterilkan tempat tusukan dengan povidon iodine dan alkohol .
4. Dilakukan penyuntikan jarum spinal 27G di tempat penusukan pada
bidang medial dengan sudut 10-30% terhadap bidang horizontal
kearah cranial. Jarum lumbal akan menembus ligamentum
supraspinosum, ligamentum interspinosum, ligamentum flavum,
lapisan durameter, dan lapisan subarachnoid. Stilet kemudian
dicabut, sehingga cairan serebrospinal akan keluar. Obat anastetik
(Bupivacaine 20mg/4ml) yang telah disiapkan disuntikkan ke dalam
ruang subarachnoid.
5. Menempatkan kembali pasien dalam posisi supine (terlentang) dan
pasien ditanya apakah kedua tungkai mengalami parastesi dan sulit
untuk digerakkan dan ditanyakan apa ada keluhan mual-muntah,
nyeri kepala, dan sesak.
6. Memastikan kondisi pasien stabil dengan vital sign dalam batas
normal.
D. Post- Operasi
TINJAUAN PUSTAKA
SECTIO CAESAREAE
A. Pengertian
Sectio Caesarea biasanya dilakukan jika ada gangguan pada salah satu
dari tiga faktor yang terlibat dalam proses persalinan yang menyebabkan
persalinan tidak dapat berjalan lancar dan bila dibiarkan maka dapat terjadi
komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin. 3 faktor tersebut adalah:
1. Jalan lahir (passage)
2. Janin (passanger)
3. Kekuatan yang ada pada ibu (power)
C. Macam-Macam Sectio Caesarea
A. Abdomen (section caesarea abdominalis)
a) Section caesarea trans peritonealis
Section cesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri sedangkan section cesaria ismika atau profunda atau low
cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim. SC klasik atau corporal
(dengan insisi memanjang pada corpus uteri). Dilakukan dengan membuat
sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
- Mengeluarkan janin dengan cepat
- Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
- Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
- Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealis yang baik.
- Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
- SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah
rahim).
b) SC ektra peritonealis
Tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak
membuka kavum abdominal.
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen
bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
- Penjahitan luka lebih mudah
- Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
- Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
- Perdarahan tidak begitu banyak
- Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil
Kekurangan :
- Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat
menyebabkan uteri pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak
- Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
b. Kelainan letak
1) Letak sungsang.
Resiko bayi lahir sungsang dengan presentasi bokong pada
persalinan alami diperkirakan 4x lebih besar dibandingkan keadaan
normal. Pada bayi aterm, tahapan moulage kepala sangat penting agar
kepala berhasil lewat jalan lahir. Pada keadaan ini persalinan pervaginam
kurang menguntungkan. Karena ; pertama, persalinan terlambat beberapa
menit, akibat penurunan kepala menyesuaikan dengan panggul ibu,
padahal hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kedua, persalinan yang
dipacu dapat menyebabkan trauma karena penekanan, traksi ataupun
kedua-duanya. Misalnya trauma otak, syaraf, tulang belakang, tulang
rangka dan viseral abdomen.
2) Letak lintang.
Kelainan letak ini dapat disebabkan karena adanya tumor dijalan
lahir, panggul sempit, kelainan dinding rahim, kelainan bentuk rahim,
plesenta previa, cairan ketuban pecah banyak, kehamilan kembar dan
ukuran janin. Keadaan tersebut menyebabkan keluarnya bayi terhenti dan
macet dengan presentasi tubuh janin di dalam rahim. Bila dibiarkan terlalu
lama, mengakibatkan janin kekurangan oksigen dan meyebabkan
kerusakan otak janin.
3) Gawat janin
Diagnosa gawat janin berdasarkan pada keadaan kekurangan
oksigen (hipoksia) yang diketahui dari DJJ yang abnormal, dan adanya
mekonium dalam air ketuban. Normalnya, air ketuban pada bayi cukup
bulan berwarna putih agak keruh, seperti air cucian beras. Jika tindakan
secsio caesarea tidak dilakukan, dikhawatirkan akan terjadi kerusakan
neurologis akibat keadaan asidosis yang progresif.
4) Janin abnormal
Misalnya pada keadaan hidrosefalus, kerusakan Rh dan kerusakan
genetik.
b. Solusio plasenta
Keadaan dimana plasenta lepas lebih cepat dari korpus uteri
sebelum janin lahir. SC dilakukan untuk mencegah kekurangan oksigen
atau keracunan air ketuban pada janin. Terlepasnya plasenta ditandai
dengan perdarahan yang banyak, baik pervaginam maupun yang
menumpuk di dalam rahim.
c. Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya sisa plasenta di otot rahim. Jika
sisa plasenta yang menempel sedikit, maka rahim tidak perlu diangkat, jika
banyak perlu dilakukan pengangkatan rahim.
d. Yasa previa
Keadaan dimana adanya pembuluh darah dibawah rahim yang bila
dilewati janin dapat menimbulkan perdarahan yang banyak.
c. Bayi kembar
Kelahiran kembar mempunyai resiko terjadinya komplikasi yang
lebih tinggi misalnya terjadi preeklamsia pada ibu hamil yang stress,
cairan ketuban yang berlebihan.
b. Cephalopevic disspiroprion.
Ukuran panggul yang sempit dan tidak proporsional dengan ukuran
janin menimbulkan kesulitan dalam persalinan pervaginam. Panggul
sempit lebih sering pada wanita dengan tinggi badan kurang dari 145 cm.
Kesempitan panggul dapat ditemukan pada satu bidang atau lebih, PAP
dianggap sempit bila konjunctiva vera kurang dari 10 cm atau diameter
transversal <12 >6 minggu solusio plasenta, dan emboli air ketuban.
Retensio Plasenta atau plasenta rest : gangguan pelepasan plasenta
menimbulakan perdarahan dari tempat implantasi palsenta
c. Infeksi
Setiap tindakan operasi vaginal selalu diikuti oleh kontaminasi
bakteri, sehingga menimbulkan infeksi. Infeksi makin meningkat apabila
didahului oleh :
Keadaan umum yang kurang baik: anemia saat hamil, sudah terdapat
manipulasi intra-uterin, sudah terdapat infeksi. Perlukaan operasi yang
menjadi jalan masuk bakteri. Terdapat retensio plasenta pelaksanaan
operasi persalinan yang kurang legeartis.
E. Kontra Indikasi
Pada umumnya section caesarian tidak dilakukan pada janin mati,
syok, anemi berat sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (Sarwono,
1991).
PRESENTASI BOKONG
A. Pengertian
Presentasi bokong merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan bokong sebagai bagian yang terendah sehingga kepala berada di fundus
uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Presentasi bokong
merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan bokong sebagai
bagian yang terendah sehingga kepala berada di fundus uteri dan bokong berada
di bagian bawah kavum uteri.
B. Epidemiologi
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh
persalinan tunggal pada umur kehamilan cukup bulan (≥ 37 minggu).
Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang
dimana presentasi bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian
terendahnya. Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian
persalinan presentasi bokong sebanyak 4-4,5%.6 Di Parkland Hospital 3,5
persen dari 136.256 persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999
merupakan letak sungsang.
Mortalitas perinatal pada presentasi bokong 13 kali lebih tinggi
daripada kematian perinatal pada presentasi kepala. Sedangkan morbiditas
perinatal 5-7 kali lebih tinggi daripada presentasi kepala. Gambaran ini
dipengaruhi usia kehamilan, berat janin, dan jenis presentasi bokong.
Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong : hipoksia,
trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital. Kelainan
kongenital terdapat 6-18% pada presentasi bokong, dibandingkan 2-3%
pada presentasi kepala.
C. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan
kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk
menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada
ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang
lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala8. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu.
Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang saat usia kehamilan aterm.
D. Klasifikasi
Berikut adalah beberapa klasifikasi presentasi bokong, antara lain:
1. Presentasi bokong murni (Frank Breech) yaitu fleksi ekstremitas bawah pada
sendi paha dan ekstensi lutut sehingga kaki terletak berdekatan dengan kepala.
2. Presentasi bokong lengkap (Complete Breech) yaitu satu atau kedua lutut lebih
banyak dalam keadaan fleksi dari pada ekstensi.
3. Presentasi bokong tidak lengkap (Incomplete Breech) yaitu satu atau kedua
sendi paha tidak dalam keadaan fleksi dan satu atau kedua kaki atau lutut
terletak di bawah bokong, sehingga kaki atau lutut bayi terletak paling bawah
REGIONAL ANESTESIA
1. Definisi
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh
sementara pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian
tubuh diblokir untuk sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat
terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Tetapi pasien tetap sadar.
2. Persiapan Regional Anestesi
Persiapan anestesi regional sama dengan persiapan anestesi umum karena
untuk mengantisipasi terjadinya reaksi toksik sistemik yg bisa berakibat fatal,
perlu persiapan resusitasi. Misalnya: obat anestesi spinal/epidural masuk ke
pembuluh darah → kolaps kardiovaskular sampai cardiac arrest. Juga untuk
mengantisipasi terjadinya kegagalan, sehingga operasi bisa dilanjutkan dg
anestesi umum.
3. Anestesi Spinal
Menggigil
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Westrom KD.
2006. Kehamilan Multi Janin. Dalam: Hatono A, Suyono YJ. Pendit BU.
Obstetri Williams.Volume 1 edisi 21. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC.
Fletcher GE. Multiple births. 2009. Available at URL
http://emedicine.medscape.com
Himendra, A. 2004. Teori Anestesiologi:Yayasan Pustaka Wina:Bandung.
Jaideep J Pandit. Intravenous Anaesthetic Drug. 2007. Anaesthesia And Intensive
http://www.philippelefevre.com/downloads/basic_sciences_articles/iv-
anaesthetic-agents/intravenous-anaesthetic-agents.pdf
Kliegman RM. 2000. Kehamilan multiple. Dalam: Wahab AS, editor bahasa
Indonesia. Ilmu kesehatan anak. Volume 1 edisi 15. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC.
Latief, SA, Suryadi, KA, Dachlan, R.2007. Petunjuk Praktis Anestesiologi edisi
ketiga. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.
Liewellyn-Jones D. 2002. Kelainan presentasi janin. Dalam: Hadyanto, editor
edisi bahasa Indonesia. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6.
Hipokrates, Jakarta.
Mangku G,dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Anasthesia dan Reanimasi. Cetakan